Keesokan harinya, tepat di hari minggu pagi pukul lima pagi, rumah Latifah telah kedatangan pengantin dan keluarga besarnya. Sejak dua hari lalu, mereka menginap pada sebuah losmen, karena itu hari ini mereka datang bersama Dinatri, seorang gadis yang akan menjadi istri kedua Lukman, berasal dari kampung halaman Latifah.Dinatri adalah keponakan jauh dari Zubaedah dan Latifah yang masih tinggal di kampung halaman. Paras ayu Dinatri dengan kulit eksotik dan mata yang bulat membuat penampilan gadis belia itu tampak terlihat polos. Terlebih, gadis manis itu memiliki rambut lurus panjang berwarna hitam legam.Keluarga Latifah pun, menyambut kedatangan Dinatri calon menantu keduanya yang berusia 20 tahun dengan perasaan bahagia. Seorang gadis yang baru tahun lalu SMA dan tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Dikampung, Dinatri membantu ayahnya bekerja di ladang. Ayahnya adalah seorang petani yang ulet dan tekun. Karena itu, saat di kampung halamannya, gadis manis itu tidak pernah merasa
Usai ijab kabul selesai dilakukan, seluruh keluarga Latifah bergembira dengan seluruh rangkaian acara tanpa memedulikan perasaan dan hati Aruna yang hancur dan dipermalukan tanpa sepengetahuan keluarganya. Di dalam kamar itu, Arun mengurung diri tanpa makan. Wanita itu menghabiskan waktu dengan menangis duduk di depan cermin. “Buat aku wajah cantikku ini, kalau suamiku saja menikah lagi? Untuk apa?” tanya Aruna dalam linangan air matanya. Aruna menangisi nasibnya hingga akhirnya rasa kantuk dan lelah pun menyandera kedua netranya dari rasa kantuk yang hebat. Ketika tersadar, jam telah menunjukkan pukul 2 sore dari serangkaian acara pagi tadi. Lalu dengan menghapus make up nya Aruna yang masih duduk di depan cermin pun bertanya pada dirinya sendiri, “Apa iya aku mandul? Rasanya aku tak percaya kalau diriku mandul. Di keluarga Ibu dan ayahku semuanya punya anak. Nggak ada yang keturunan mandul. Sekarang, aku harus bagaimana membuktikan kalau aku nggak mandul?” Usai membersihkan make
Setelah usai menggagahi Dinatri, Lukman tertidur pulas karena rasa lelah pikiran, stress dan lelah badan. Namun, Lukman yang telah menikmati keperawanan gadis manis, Dinatri yang polos dan tak malu untuk mengutarakan semua yang dirasa oleh bagian dirinya membuat Lukman mabuk kepayang dibuatnya. Hal itu, terjadi saat jam menunjukkan pukul 4 pagi. Kala itu, Lukman ingin ke kamar mandi untuk buang air kecil. Saat ia kembali dari kamar mandi, dilihat lingerie yang digunakan oleh Dinatri tersingkap hingga perutnya. Dan pandangan Lukman tertuju pada bagian segitiga diantara selangkangan gadis manis itu yang terlihat mengembung.Walaupun, kulit tubuh Dinatri tidak seputih Aruna. Namun, saat wanita manis itu tidur celentang dengan perut rata dan bagian bawah perut yang tertutup segi tiga pengaman kembung, membuat hasrat Lukman kembali mencuat.Lelaki plontos itu membuka celana dalam Dinatri yang tertidur pulas. Kemudian, kedua kaki wanita manis itu, dibuka lebar. Tampak rambut hitam menut
Aruna yang telah sarapan pagi di kamarnya tidak ikut sarapan bersama keluarga Lukman. Dan kali pertama sejak pernikahan mereka yang hampir menginjak 4 tahun, Aruna baru kali ini tidak ikut sarapan pagi bersama.Melihat jam di dinding kamarnya telah menunjukkan pukul setengah delapan, Aruna pun keluar kamarnya dan berjalan menuju ruang makan yang bangkunya telah terisi penuh dari keluarga Dinatri dan keluarga Lukman.Latifah yang melihat Aruna hanya mendengus dan berucap pada putranya, “Lukman! Kasih kursi di meja makan ini udah penuh! Kasih tau tuh! Makan di ruang lain aja!” “Runa..., kamu duduk disini,” ucap Lukman berdiri dari tempat duduknya.“Nggak usah Bang, aku mau pamitan kerja,” ujar Aruna dingin.“Baguslah kalau nggak mau sarapan di rumah,” sindir Latifah melirik ke arah Aruna yang telah berdandan rapi.“Permisi Maa, Paa.., Runa mau ke kantor dulu,” ujarnya tanpa ekspresi.Tak ada sahutan dari Latifah, hanya Syamsudin saja yang menjawab menantunya, “Hati-hati di jalan
“Hallo, customer service dengan Runa, ada yang bisa dibantu?” tanya Aruna kala jam menunjukkan pukul dua belas siang kurang lima belas menit.“Siang ... Runa jam berapa kamu makan siang,” tanya seorang pria diujung telepon.“Siapa nih? Kenapa emangnya?” tanya Aruna mengernyitkan dahinya untuk mengingat suara berat yang menghubunginya.Dalam hatinya pun bergumam, ‘Sepertinya bukan suara bang Lukman deh...’“Loh! Kok kamu lupa janjimu?” tanyanya lagi lelaki diujung telepon tersebut.“Janji ... janji apa ya? Emang ini siapa? Jangan bikin orang bingung dong!” ujar Aruna melirik ke arah Sari.“Siapa Runa?” tanya Sati yang akan bersiap untuk makan siang.“Kagak tau nih, gue aja bingung,” ucap Aruna.“Runa, tadi pagi katanya kamu siap ngajak saya makan siang selama 1 bulan...”Deg!“Eh ... Pak Rudi. Maaf Pak, belom terlalu inget suaranya. Iya Pak, jadi ... Tapi, emang Bapak mau kalau saya ajak makan di warung belakang kantor?” tanya Aruna agak ragu.“Yang namanya di traktir ya mau
Satu bulan kemudian, Aruna yang awalnya sangat sakit hati atas pernikahan Lukman, akhirnya bisa meredam rasa stress yang dirasakan olehnya, semenjak ia dan Rudi sering makan siang bersama, dimana hal itu terjadi oleh hal yang tak disengaja diantara mereka. Di setiap hari Sabtu, saat Aruna menginap di rumah Darmawan, Aruna selalu mengajak Arimbi untuk pergi bersama Rudi dan putrinya yang masih berusia 3 tahun. Itu telah terjadi selama 2 kali sejak satu bulan keakraban mereka. Hingga rasa kehilangan atas sosok Lukman pun, berangsur-angsur tak dirasanya. Karena, hampir tiap malam, mereka selalu berkirim pesan. Membahas masalah kerjaan dan lain-lainnya. Namun, sejauhnya hubungan mereka masih sebatas pertemanan. Sampai akhirnya setelah satu bulan berlalu, Darmawan sebagai orang tua merasakan hal yang janggal, mengingat Lukman sudah tidak pernah le rumahnya. Dan saat Aruna menginap di rumah itu, tidak sekali pun, Lukman mengantar Aruna. Maka, saat di minggu kelima Aruna berada di rumah D
Tiga bulan kemudian, kehidupan Aruna yang dimadu pun membuat hubungan antara Aruna dan Latifah sang mertua kian menjauh, begitu juga dengan hubungannya dengan Lukman. Komunikasi diantara mereka jarang terjadi di karena kan, hampir setiap hari Aruna pulang larut malam.Tak pernah sekali pun, Aruna pernah ikut dalam acara makan malam bersama keluarga Lukman yang biasa dilakukan pada saat Lukman belum mendua. Bahkan, untuk sarapan pun, tidak pernah dilakukan sama sekali oleh Aruna. Ia lebih memilih sarapan di kantor bersama teman-temannya. Untuk setiap hari Jumat, Aruna selalu pulang ke rumahnya dan akan kembali ke rumah Lukman pada hari minggu malam.Seperti pada hari ini, disaat Aruna ada kegiatan di kantor dalam acara ulang tahun Bank yang diselenggarakan di sebuah Ball Room Hotel, membuat Aruna pulang ke rumah Lukman lewat dari pukul 10 malam. Malam itu bertepatan saat Latifah dan Dinatri sedang menonton sinetron di televisi.“Malam sekali kau pulang, Runa!” tegur Latifah yang tel
Lukman yang malam itu merasa sangat frustrasi atas persoalan yang menumpuk pada rumah tangganya, menjalankan mobil yang dikendarai ke arah tol cikampek, hingga tanpa terasa mobil yang dikendarainya melewati tol cikampek menuju arah ke luar kota. Saat disadarinya ia telah jauh mengendarai mobilnya, Lukman pun menepi pada Rest Area saat jam telah menunjukkan pukul dua pagi. Ia pun beristirahat diantara rasa kantuk yang menyergapnya. Kemudian, ia beristirahat di mobil, sebelum melanjutkan perjalanannya.“Gila, aku akan kemana sekarang? Lelah sekali..., sepertinya aku akan istirahat dulu,” ujar Lukman pada dirinya sendiri.Lelaki yang tampak kacau pada wajahnya itu, beristirahat dengan hanya minum air kemasan mineral yang ada di dalam mobil tersebut.Lima jam kemudian, seseorang mengetuk jendela kaca mobil Lukman, hingga lelaki plontos itu pun terbangun dari tidurnya.Tok ... Tok ... Tok ...Lukman membuka jendela mobilnya sembari mengucek-ngucek dan memicingkan matanya yang terken