Lukman yang malam itu merasa sangat frustrasi atas persoalan yang menumpuk pada rumah tangganya, menjalankan mobil yang dikendarai ke arah tol cikampek, hingga tanpa terasa mobil yang dikendarainya melewati tol cikampek menuju arah ke luar kota. Saat disadarinya ia telah jauh mengendarai mobilnya, Lukman pun menepi pada Rest Area saat jam telah menunjukkan pukul dua pagi. Ia pun beristirahat diantara rasa kantuk yang menyergapnya. Kemudian, ia beristirahat di mobil, sebelum melanjutkan perjalanannya.“Gila, aku akan kemana sekarang? Lelah sekali..., sepertinya aku akan istirahat dulu,” ujar Lukman pada dirinya sendiri.Lelaki yang tampak kacau pada wajahnya itu, beristirahat dengan hanya minum air kemasan mineral yang ada di dalam mobil tersebut.Lima jam kemudian, seseorang mengetuk jendela kaca mobil Lukman, hingga lelaki plontos itu pun terbangun dari tidurnya.Tok ... Tok ... Tok ...Lukman membuka jendela mobilnya sembari mengucek-ngucek dan memicingkan matanya yang terken
Arimbi yang merasa bersalah telah memasukkan lelaki dalam kamar kosnya pun, memberikan servis pada ular piton Lukman. Wanita cantik dan bahenol itu, membuat Lukman yang tengah pening menikmati sengatan bibir Arimbi pada bagian ular piton miliknya, hingga mengerang nikmat.“Ouwh! Argh... Argh.... terus Arim..., nikmat sekali,” pinta Lukman yang telah menggoyangkan pinggulnya saat rudalnya masuk dan keluar dari mulut Arimbi.Sampai akhirnya, Arimbi yang telah merasakan kekakuan pada mulutnya mencabut ular piton milik Lukman, dan berjalan ke sisi tempat tidurnya serta merebahkan diri sembari mengocok bagian kacang merahnya.“Abang..., Arim kangen. Sini Bang masukin...,” pinta Arimbi dengan terus meliuk-liukkan tubuhnya dan beberapa kali mengangkat bokongnya.Melihat pemandangan liar dari Arimbi, membuat Lukman pun, tersenyum lebar dan menelan saliva serta terlihat jakunnya naik turun.Dengan memegang ular pitonnya, Lukman pun memasukkan miliknya ke dalam liang Arimbi yang telah becek. Hi
Sementara itu, Aruna yang mendengar Latifah menghubungi anaknya yang tak pulang semalam, hanya bisa menguping pembicaraan yang terjadi di antara ibu dan anak. Hari ini, sengaja Aruna tidak masuk kantor karena, sebelumnya ia telah mendaftarkan diri untuk membuat paspor dan ia mendapat jadwal untuk melakukan wawancara di kantor imigrasi.“Maa, saya keluar dulu,” ucap Aruna saat telah keluar kamarnya.Latifah yang mulai belajar untuk melunak pada Aruna pun menjawab, “Ya.”Latifah yang tahu kalau Aruna tidak ke kantor sama sekali tidak bertanya pada wanita cantik itu. Bahkan kepergiannya keluar rumah saat siang ini pun tak ditanyanya. Hingga Aruna pun bergumam dalam hatinya, ‘Ehm, memang susah kalau orang udah nggak punya rasa suka sama diri kita. Ya, seperti ini..., Cuek.’Aruna pun keluar menggunakan taxi untuk ke kantor Imigrasi. Sesampai di kantor imigrasi tanpa diduga ia bertemu dengan Rudi, kepala operasional yang duduk pada ruang tunggu.Aruna yang sejak Rudi menyatakan rasa sukany
Hubungan Rudi dan Aruna yang berawal di Apartemen akhirnya menjadi hubungan terlarang di antara mereka. Hubungan terlarang mereka pun telah berjalan selama 6 bulan. Bahkan, Aruna yang semakin menjauh dari Lukman kian berani menerima panggilan telepon dari Rudi saat ia berada di kamarnya.Seperti hari ini, saat Aruna pulang kantor, wanita cantik itu langsung menuju kamarnya dan tidak pernah keluar lagi. Hal itu telah berlangsung hampir 5 bulan lamanya sejak ia menjalin hubungan terlarang dengan Rudi.Lukman yang ingin berbicara tentang hubungan mereka, masuk ke dalam kamar Aruna kala wanita cantik itu tengah membersihkan dirinya. Dan ketika Lukman duduk disisi tempat tidur menunggu Aruna, terdengar pesan masuk dari ponsel istrinya yang digeletakkan di atas tempat tidur. Pesan masuk yang bisa dilihat lewat notifikasi itu pun dibaca oleh Lukman pada bagian atasnya saja. Karena pada saat akan dibuka, ponsel Aruna ternyata terkunci. Hanya dapat dibuka oleh sidik jarinya.[Pesan masuk Bos
Ketika Lukman melangkah keluar rumah dengan menggunakan mobilnya, terdengar suara Latifah memanggil nama putranya, namun mobil yang dikendarai oleh Lukman tetap berlalu. Kemudian, saat Latifah masuk ke dalam rumah, terdengar teriakan Dinatri yang memanggilnya. “Mama..., Maaa..., tolong! Papa jatuh...! Papa jatuh Maa...,” teriak Dinatri di dalam kamar Latifah yang bersebelahan dengan kamar Aruna.Tergopoh-gopoh Latifah berlari ke kamarnya mendengar teriakan Dinatri. Hingga Iyem dan Imam sopir pribadi yang tidur di kamar belakang pun berlari ke dalam saat mendengar teriakan Dinatri.“Ya Allah! Tolong Imam...! Iyem...! Runaa...!” panggil Latifah pada seluruh penghuni rumah yang ada di disana.Di kamar Latifah, suaminya yang telah sakit-sakitan itu terjatuh dan dalam posisi tertelungkup di lantai. Tangis Latifah dan Dinatri membuat Imam langsung masuk dan membalikkan tubuh Syamsudin. Dengan berlinang air mata, Latifah pun, meminta tolong pada sopirnya.“Imam..., hiks... hiks... hiks...,
Aruna yang keluar dari rumah menggunakan ojek, akhirnya turun pada sebuah mini market jalan keluar perumahan Latifah. Setelah itu, Aruna masuk ke dalam mini market untuk membeli beberapa camilan sembari menghubungi seseorang dalam sambungan teleponnya.“Mas Rudi lagi dimana?” tanya Aruna.“Aku di rumah mama lagi sama anakku. Kamu sendiri dimana? Udah di rumah ayahmu?” Rudi balik bertanya pada Aruna.“Aku lagi di mini market dekat kompleks perumahan mertuaku. Kayaknya aku nggak ke rumah ayah. Boleh aku numpang nginap di apartemenmu?” tanya Aruna kembali.“Pasti boleh dong sayang. Ya udah sekarang aku akan jemput kamu. Dan kita akan bersama-sama ke apartemen. Tapi, kamu nggak lagi menstruasi, kan? Nanti malah aku rugi jemput kamu ke sana, malah nggak bisa di pakai. Hehehehehe. Soalnya aku kangen sama kamu,” rayu Rudi dalam sambungan telepon.“Iya sama, aku juga kangen sama Mas Rudi..., nanti aku mau cerita banyak sama Mas Rudi. Ya udah sekarang aku tunggu yaa..., sampai ketemu,” sambut
“Runa keluarlah, aku sudah di pintu keluar stasiun. Macet sekali jalannya,” pinta Lukman dalam sambungan telepon.“Ya, aku ke sana,” ucap Aruna dan ia pun menggandeng tangan Ridwan junior dengan bahagia. Kerinduannya atas sosok bayi mungil menghiasi kehidupannya bisa terobati dengan kehadiran Ridwan junior.Sesampai di luar pintu stasiun, Lukman terlihat melambaikan tangannya. Aruna langsung mengendong anak lelaki berusia 2 tahun dengan perasaan bahagia, diikuti oleh Tuti di belakangnya. Setelah itu, Aruna masuk ke dalam mobil bagian depan dan Tuti duduk di bagian belakang.“Ayo, Ridwan salam dulu sama ayah,” pinta Aruna pada anak kecil itu.Ridwan junior pun, mencium tangan Lukman. Dengan gemas Lukman pun mencium kedua pipi anak lelaki kecil itu.“Ibuu..., ini ayah?” tanya Ridwan yang sangat pintar berkata-kata.“Iya, ini ayah Lukman. Abang dari ayah Ridwan,” ujar Tuti tersenyum kepada anak lelaki kecil yang hanya bisa mengangguk-angguk tanpa mengerti maksud dari perkataan Tuti.Lukm
Keesokan paginya, saat Tuti tengah di dapur untuk memasak, Latifah yang telah bangun dari tidurnya menghampiri Tuti. Dan wanita yang paling berkuasa di rumah itu, meminta Tuti untuk duduk di ruang makan.“Tuti, kemarilah..., ada yang ingin aku bicarakan padamu,” ajak Latifah di ruang makan.Tuti pun mengecilkan kompornya dan berjalan menuju meja makan, dimana Latifah terlihat telah duduk di ruang makan.“Duduklah,” pinta Latifah.“Tuti, melihat putramu saja aku sudah sangat yakin, kalau anak lelaki pintar dan tampan itu, adalah anak dari Almarhum Ridwan. Terus terang, awalnya aku meragukan pernyataan Runa waktu mengatakan wanita yang akan dinikahi putraku adalah kamu. Tapi, setelah aku melihat putramu, aku meyakini seribu persen kalau darah yang mengalir dari tubuh Ridwan junior adalah darah putraku, Ridwan.”“Ya, Bu..., saya sudah dengar dari kak Runa. Tujuan saya kesini hanya ingin mengajak putra saya untuk ziarah ke makam ayahnya. Biarpun masih kecil, Ridwan harus tau dimana keluar