Share

Kepribadian

Penulis: Bill
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-08 10:31:45

Di kelas sebelas MIA satu, siswa siswinya sedang belajar Matematika. Tiba-tiba pintu kelas terbuka, maka suasana berubah saat itu. Ditengah-tengah suasana yang hening itu, Leo masuk dengan kata pembuka yang hanya ucapan salam kemudian lewat kedepan kelas dan duduk langsung di bangkunya.


Semua orang heran melihatnya, bagaimana ia masuk? Padahal gerbang sudah dikunci karena jam pelajaran sudah dimulai. Mungkin itulah anugrah untuk seorang yang jenius, Leo juga bisa lepas dari hukuman para satpam penjaga gerbang.


Bapak Ade pun otomatis menghentikan pengajarannya, Ia menghampiri Leo yang sudah duduk dibangkunya dan mengajukan beberapa pertanyaan.

  "Leonar! Kamu kenapa baru datang?!" Pak Ade menyambut Leo dengan tatapan introgasi.


Leo cuma menjabat tangan Pak Ade dan menciumnya sebagai salam darinya serta melepaskannya lagi.


Pak Ade yang keheranan sesekali melihat tangan yang dicium Leo, mungkin Pak Ade takut tangannya itu terkena semacam virus.

  "Hei, kamu belum Jawab pertanyaan dari Bapak."


Leo akhirnya menatap wajah Pak Ade kemudian menghela nafas dan akhirnya berkata, "Maaf Pak, tadi ada urusan," jawabnya santai.

  "Urusan? Kamu tahukan sekarang jam sekolah? Kenapa tidak ditunda dulu?"

Leo mendengar tetapi merespon Pak Ade dengan sikap diamnya.

  "Bapak tanya kamu Leonar!" ketus Pak Ade.

Leo membuang nafas pelan. "Maaf Pak. Saya tidak suka menunda waktu seperti Bapak yang berhenti belajar matematika hanya untuk mengintrogasi seorang siswa," jawab Leo jelas.


Kedengaran langka jika Leo buka suara. Suara beratnya memang seiras dengan wajah tampan nan mulusnya itu. Bahasa yang digunakannya juga bukan main-main, ia tidak menggunakan bahasa gaul anak muda masa kini.


Ini wajar, Leo pernah mendapatkan pendidikan yang baik di Singapura dibawah langsung bimbingan Pamannya. Meski hanya setahun, itu cukup membuat dirinya melupakan masa lalunya.


Pak Ade yang sedang mengintrogasi Leo kembali kedepan dengan ekspresi wajah agak malu campur kesal. Menghilangkan perasaan itu, Pak Ade kembali melanjutkan pengajarannya. Sebagian siswa banyak yang cekikikan karena ulah Leo kepada Pak ade tersebut, melihat Pak ade berekspresi campur kesal sudah sukses membuat hiburan kecil untuk warga kelas sebelas MIA satu.


Pak Ade mulai lagi mengajar di kelas, pelajaran matematika adalah pelajaran yang paling anti bagi siswa-siswi dikelas itu.  Pelajaran matematika yang diajarkan Pak Ade inilah yang membuat suasana kelas menjadi suntuk. Kala itu Pak Ade sedang membahas materi tentang limit, sebuah pembelajaran matematika yang cukup berbelit untuk difahami.


  "Mau limit ke, tumit ke, tetep aja gua mah gak faham, ini pelajaran berbelit sumpah."

  "Sama gua juga," 

  "Percaya gak? Dulu gua jago banget matematika tuh."

  "Wah masa? Kok sekarang lo jadi bloon gini bro?"

  "Itu gara-gara si x sama y masuk kedunia matematika tuh. Efeknya gua jadi agak gak ngerti matematika."

  "Terus kenapa lo masuk jurusan MIA?"

  "Ya kan gua udah bilang dulu gua jago matematika. Siapa tau kemampuaj matematika gua balik lagi."

  " Diem bro! Perhatiin lagi biar ngerti, nanti ditanya Pak Ade lagi kalau gak perhatiin."

  " Lah, si Leo juga gak merhatiin, liat tuh!"  tunjuk salah seorang murid pada Leo yang kala itu sedang melamun menatap keluar jendela.


Pak Ade yang sedang mengajar itu akhirnya mendengar suara bisikan murid-muridnya, langsung ia mencari sumber suara itu. Segera ia mengawasi jajaran putra paling ujung yang dekat dengan jendela.


Memang Pak Ade tidak mendapati suara yang berbisik itu karena dua orang siswa yang berbisik tadi sudah diam dan mulai ikut memperhatikan pelajaran. Namun, Pak Ade mendapati Leo yang sedang melamun sambil menatap luar jendela tidak memperhatikan pelajaran.


Dianggap tidak memperhatikan penjelasannya, Pak Ade Langsung memanggil lagi nama Leo.

  "Leonar!" panggil Pak Ade.

Leo yang tadinya melihat ke luar jendela, dengan santai mulai melirik dan menatap Pak Ade.

  "Apa yang sedang kamu lihat? Jadi dari tadi kamu tidak memperhatikan penjelasan dari Bapak?"

Leo diam saja.

Remaja yang satu ini memang menganut faham 'Diam itu emas' dalam dirinya. Didikan keras Pamannya juga menjadi salah satu faktornya.

  "Coba kamu kerjakan soal limit ini Kedepan!" perintah Pak Ade sambil menyodorkan spidol.


Leo Langsung beranjak dari bangkunya dan menerima spidol dari Pak Ade. Leo dengan mudah mengerjakan soal yang sudah ada papan tulis. Ia langsung menulis Jawabannya yang luasnya hampir satu papan tulis itu. Leo mengerjakannya dengan perlahan tapi pasti, setelah selesai Ia menyodorkan kembali spidolnya itu kepada Pak Ade.


Pak Ade dan seluruh siswa dikelas itu terpana bahkan ternganga karena Leo. Mereka tidak menyangka bahwa Leo bisa mengisi soal limit yang baru dijelaskan dan belum pendalaman itu. Pak Ade langsung memastikan jawabannya. Di luar dugaan, Leo behasil menjawab keseluruhan dengan sempurna. Mulai dari cara menghitung hingga jawaban benar penempatannya. Pak Ade juga sampai membuka dan mengusap kacamatanya karena ditakutkan ada yang salah dari penglihatannya itu.


Sosok Leo sebagai orang jenius tersembunyi mulai merebak di sekolahnya. Namun ia tidak terlalu memamerkan kegeniusannya itu. Ia lebih banyak diam dan sering melamun sendirian. Ada waktu luang, ia sempatkan untuk membaca buku.


Tak hanya itu, wajah yang tampan membantu namanya semakin tenar di sekolahnya, terutama di kalangan kaum perempuan. Banyak dari mereka yang menganguminya sampai-sampai saat berjalan untuk pulang pun banyak yang menyeru namanya. Namun, Leo tidak pernah melirik mereka sekalipun. Itulah yang menyebabkan Leo menjadi murid yang disegani di sekolahnya.


   ****


Leo akhirnya sampai dirumahnya. Ia disambut hangat oleh Bibinya yang bernama Fira.

  " Hai Leo, ternyata kamu sudah datang ya," sambut Fira yang kala itu sedang membereskan ruang tamu.


Leo membuka sepatu dan mulai naik tangga untuk ke kamar atas. Anak itu hanya salaman pada Fira sebelum akhirnya perkataan Bibinya menghentikannya.

  "Oh iya, Ayahmu tadi telepon, katanya dia ingin sekali bertemu denganmu," ucap Bibinya.


Leo awalnya masih tetap diam, kemudian terlihat menyunggingkan bibirnya secara sinis.


  "Jadi? Kamu bersedia bertemu dengannya?" tanya Fira.

  "Aku sibuk," jawab Leo singkat

Fira mengangguk, tanda bahwa ia memaklumi sifat Leo. "Baiklah Bibi tidak memaksa."

  "Kamu tidak mau makan dulu?" tanya Fira setelah melihat Keponakannya berjalan ke atas tangga menuju kamarnya.

  "Duluan aja."


Leo masuk kemarnya dan melempar tasnya. Ia langsung berbaring terlentang diatas ranjangnya ia terus memikirkan perkataan bibinya mengenai Ayahnya tadi. Sesekali ia mengambil nafas panjang dan bangun dari baringannya lalu menunduk saat memikirkannya.


Ia pun melirik sisi kirinya yang terdapat komputer dan alat tulis beserta buku jurnalisnya. Setelah ia melihat buku jurnalisnya itu, Ia pun teringat akan kenangan buruknya yang ia tulis tiga tahun yang lalu.


"Ayah sialan!"

Bab terkait

  • Ai (Untuk Leo)   Lampau yang kelam

    29 juliKenangan kelam tiga tahun silam ...Tiga tahun yang lalu dimana masa itu Leo sedang menginjak kelas 2 SMP, Leo sering pulang terlambat karena ia mengikuti Pelatihan Beladiri Karate. setiap kali pulang, ia sering disambut oleh keluarga kecilnya tiada lain Ibu dan Kakak perempuannya. Meski tanpa sosok Ayah, keluarganya sangat harmonis. Leo sangat mencintai Ibu dan Kakaknya seperti cinta keduanya pada Leo.Saat itu Leo pulang dari pelatihan Beladiri dengan luka lebam di pipinya. Melihat putranya pulang dengan pipi kirinya terluka, Ibu Leo segera mengobati Lukanya dengan mengoleskan semacam salep pada pipi Leo. "Sebaiknya kamu jangan terlalu berlebihan dalam berlatih, ibu khawatir," ucap Ibunya. "Kalau aku tidak sungguh-sungguh dalam berlatih, bagaimana aku bisa melindungi Ibu dan Kakak?" sahut LeoSang Ibu h

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-08
  • Ai (Untuk Leo)   Sang Atlet

    Di pagi hari yang masih hangat dengan sinar mentari, Leo datang ke sekolah lebih awal dari sebelumnya. Terlihat buku kecil yang ia sebut sebagai jurnalis pribadi itu dibawa untuk menjadi pegangan kesehariannya. Laki-laki yang satu ini memiliki hobby membaca buku, ditangannya selalu terlihat bermacam-macam buku saku setiap harinya. Kehabisan bahan bacaan, karena itulah pagi ini dirinya menyempatkan pergi ke perpustakaan yang berada di lantai tiga salah satu bangunan sekolahnya itu.Leo mengabaikan banyak sorotan mata yang tertuju padanya ketika ia mulai memasuki perpustakaan. Tidak ada yang berani bertanya padanya, yang ada laki-laki ini justru selalu mengabaikan berbagai sapaan orang lain.Alasannya sederhana, Leo hanya sebatas terkenal dengan sifatnya yang dingin gemar mengabaikan orang lain dan wajahnya yang kelewatan tampan --bukan karena otaknya yang jenius dan memiliki kemampuan menganalisa. Dirinya yang ti

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-08
  • Ai (Untuk Leo)   Cerita Tangga Lantai Dua

    Fira membuka pintu ruang utamanya, dilihatnya keponakan tercintanya pulang saat hari mulai menjelang malam. Leo masuk ke rumah dengan tas yang hanya digendong disebelah kanannya. "Tumben kamu pulangnya agak sore banget?" tanya Fira. "Tadi main basket Bi" jawab Leo. "Oh, ya?"Bibi fira tersenyum kala mendengar jawaban Keponakannya itu.Melihat mata bibinya berbinar, Leo keheranan dan bertanya, "Bibi kenapa?" "Nggak."Bibinya duduk disofa kemudian menyambungkan perkataannya. "Bibi gak keberatan jika kamu pulang terlambat karena aktif dalam kegiatan sekolah."Leo hanya diam menanggapi perkataan Bibinya. Kemudian seperti biasanya naik tangga menuju kamarnya. Saat ia sudah melangkahi beberapa anak tangga bibinya berkata lagi, "Lupakan saja tragedi itu, jangan terus mengurung diri. Sesekali kamu harus bergaul diluar sana d

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-08
  • Ai (Untuk Leo)   SMS dan Cafe

    Jam menunjukan waktu pulang sekolah. Leo mulai memarkirkan motor ninja putihnya itu dan langsung melaju keluar gerbang sekolah untuk pulang.Setelah Leo pulang ke rumah, seperti biasanya Leo pasti duduk di kursi kamarnya dan menghadap komputer. Ia mulai mengetik di keybord mengikuti dengan tulisan yang ada dalam jurnalisnya.Drrrttt...Ponsel Leo berbunyi, segera ia meraihnya dan terlihat ada sebuah pesan yang masuk.SMS?Leo agak heran melihat ada pesan SMS yang masuk kedalam ponselnya. Tanpa pikir panjang lagi, dibuka lah pesannya itu.1 Pesan MasukDari : Nomor yang tidak dikenalAssalamualaikumMaaf, pulpen milikmu tertinggal dan sekarang ada padaku.Terimakasih banyak ya :)

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-08
  • Ai (Untuk Leo)   Kepribadiannya?

    Seperti biasa Leo bersekolah keesokan harinya. Melupakan masalah yang kemarin Seolah-olah kejadian di cafe itu tidak terjadi. Hal yang hanya membuat pikirannya melayang-layang jika mengingatnya.Hari itu cuaca sedang bersahabat. Matahari mengeluarkan sinar benderangnya yang mengiringi para siswa siswi SMA Aryabina melakukan aktifitasnya. Termasuk laki-laki yang berjulukan The Cool Prince itu berjalan keluar dari perpustakaan. Ya, sosok Leo tidak bisa terlepas dari sebuah buku ditangannya. Itulah mengapa ia memiliki IQ yang tergolong otak jenius.Leo berjalan turun dari Lapangan basket menuju lapangan bawah yang kala itu terlihat club voli yang tengah mengadakan pelatihan tournament. Leo terlalu fokus pada bacaan yang ada pada bukunya tanpa melihat keadaan di sekelilingnya."Awaaas!"Terdengar seruan seseorang dari arah lapangan, akhirnya Leo menyadari sebuah bola voli me

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-08
  • Ai (Untuk Leo)   Peristiwa di Kantin

    Hari yang berawan itu mengiringi siswa siswi SMA Aryabina ,Leo dan dua sahabatnya itu terlihat sedang nongkrong di kantin. Perlahan, Leo mulai sering ikut kumpul bersama dua sejoli Reynal dan Aditia. "Rey, hari ini anter gue ke cod yuk!" "Hari ini Dit? Emang lo mau cod apaan?" "Privasi Rey, gue malu nyebutnya juga." "Kayaknya Hari ini gak bisa deh dit, Sepupu gue mau datang hari ini, Jadi gue mau nganter ibu ke stasiun." "Oh, gapapa lah kalo gitu." "Suruh anter sama si Leo aja tuh." "Gak ah, dia mah terlalu sibuk. Liat aja sekarang, sibuk sendiri noh."Sambil melirik ke arah Leo yang sedang asyik mengoperasikan ponselnya sambil mengunakan earphone. "Yaudah, berarti lo sendiri aja ya. Bukannya gue gak mau nihh." "Udah keseringan sendiri gue mah, Alone make me Stronger." "Yelah darah blastera

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-08
  • Ai (Untuk Leo)   Info

    Seperti biasa, Leo pergi kesekolah keesokan harinya. Baru saja ia sampai ke gerbang, para wanita yang melihatnya antusias memanggil namanya. "Leo." "Kak Leo!" "Cool prince, pangeranku..." "Hai tampan!"Memang agak sedikit mengganggu di telinganya, Namun ia lebih suka tak acuh dan berlalu meninggalkan mereka.Minggu ini, adalah minggu terakhir Leo sekolah. Dikarenakan ia masih duduk di bangku kelas sebelas, maka minggu depan ia bisa menikmati liburan dikala kelas dua belas tengah ujian. "Pagi Leo," ucap Aditia sambil senyum mesem.Leo yang melihat hal itu spontan memutar bola matanya karena malas melihat pemandangan aneh saat mulai memasuki kelas. Leo langsung menuju bangkunya. Kemudian Aditia langsung pindah dan duduk di depan bangku Leo. "Walaaah, ada yang kepergok kasmaran nih."

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-08
  • Ai (Untuk Leo)   Pandangan yang Lain

    "Yo Leo, mau ke kelas gak?"Tak banyak bicara, Leo berjalan mendahului Aditia. "Eh buset, tungguin oi!"Saat Aditia hendak menyusul Leo, ia sempat tertahan karena seorang anggota penjaga UKS mencengkram tanganya. "Kak Adit, boleh minta bantuan gak?" tanya seorang gadis yang mengenakan seragam serba putih itu. "Ha? Ekhem." Aditia berdeham sejenak. "Bantuan apa?" "Itu ada yang jatuh, bisa bantuin kita angkat tandunya gak? Kita kekurangan orang buat ngangkatnya," ucap salah seorangnya lagi. "Mana orangnya?" "Itu deket tangga mushola."Aditia mengangguk. "Ayo cepet, kita bantuin," ucapnya sembari berlari ke arah mushola. "Uh, Kak Adit cool banget," gumam salah seorang gadis penjaga UKS itu. "Iya mana kece, baik lagi. Yuk kita bantuin Kak Adit." Kemudian para penjaga UKS pergi menyusul Aditia.

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-08

Bab terbaru

  • Ai (Untuk Leo)   (Epilog) Menuju Lebih Baik

    Leo terlihat membereskan pakaiannya untuk ia kemas dalam koper. Dari pagi Leo hanya sibuk sendiri di kamar. Mempersiapkan matang-matang keberangkatannya besok lusa. Arlinda hanya tersenyum saat mendapati putranya sangat bersemangat untuk berangkat ke pesantren. "Sudah beres berkemasnya?" tanya Arlinda yang membuat Leo menoleh ke belakang. "Belum," ujar Leo sambil tersenyum. "O ya, ada yang ingin ketemu sama kamu loh," balas Ibunya. Leo pun mengrengitkan dahinya. "Siapa, Bu?" Arlinda pun tersenyum sambil menoleh ke belakangnya. Ia membawa dua orang laki-laki seumuran Leo. Arlinda pun mempersilahkan dua orang itu masuk ke kamar Leo. "Silahkan kalian temani El, Tante tinggal disini ya," ucap Arlinda pada dua orang laki-laki itu dan berakhir meninggalkan mereka. Bola mata Leo terbuka lebar, mendapati dua orang lelaki yang ada di depannya kini adalah

  • Ai (Untuk Leo)   Kenyataan Akhir

    "El?""El sudah sadar.""Alhamdulilah..."Terdengar patah kata syukur memenuhi ruangan yang terlihat asing bagi Leo. Beberapa orang terdengar suka cita mengelilingi dirinya.Leo merasakan tubuhnya yang sepertinya tengah berbaring, dirinya hendak bangun, namun seluruh tubuhnya masih lemas. Entah kenapa tiba-tiba ia susah berbicara, selang oksigen juga masih mengurung hidungnya yang semakin mempersulitnya bicara.Apa yang terjadi? Dimana aku?Leo masih belum mengerti keadaanya sekarang. Yang ia lakukan sekarang ini hanyalah mengedarkan bola matanya melihat sekitarannya.Tiba-tiba dua orang perempuan memeluknya. Yang satu memeluk tubuhnya dan yang satu terus menciumi keningnya sambil terus menangis. Ked

  • Ai (Untuk Leo)   Kesalahan besar

    Satu minggu berlalu setelah kematian Khansa. Leo memberanikan keluar rumah untuk berziarah ke makam gadisnya.Waktu satu minggu terbilang cukup untuk membuatnya kembali pulih dari kesedihannya itu. Leo memutuskan untuk menjadi sesorang yang tegar dan tidak mudah putus asa. Ia masih memiliki masa depan yang harus dipikirkan, terlebih usianya terbilang masih belia. Masih panjang perjalanan yang harus ia tempuh.Setibanya disana, ia mendapati kuburan Khansa yang masih terlihat baru. Ia pun berjongkok sembari mengelus-elus batu nisannya. Sesekali Leo tersenyum getir sambil melihat batu nisan yang bertuliskan Khansa Arima Iriana itu."Hey, aku kemari. Maaf baru kali ini." Leo berbicara sambil menaburkan taburan kelopak bunga diatas pemakaman Khansa.Segera ia membacakan surah-surah Al-Qur'an dikhususkan untuk almarhumah yakni Yasin, Al-Waqi'ah dan Al-

  • Ai (Untuk Leo)   Tentang Khansa

    Key, adalah anak yang tidak tau sama sekali siapa, dimana, bagaimana orang tua kandungnya. Besar di panti asuhan membuatnya selalu menyebut dirinya buta dan tuli akan Ayah Ibunya.Sampai krisis moneter panti asuhan melanda dirinya dan anak-anak lainnya. Mendorong Key kecil harus dewasa sebelum waktunya. Ia pun bergelut dengan dunia yang sebenarnya, mencari uang dengan mengamen di jalanan.Hingga sampailah Key duduk dibangku kelas empat SD, hasilnya mengamen tidak cukup untuk membiayai sekolahnya. Maka Key mendobrak sisi baik dalam dirinya, titik hitam mulai menguasai hatinya. Hingga ia berakhir masuk ke dunia kegelapan dengan menjadi seorang pencuri dan pencopet.Jungkir balik dalam dunia hitam telah Key rasakan berulang kali. Rasa sakit seolah-olah menjadi temannya, sisi baik sudah ia sirnakan dalam dirinya. Hanya satu yang ia tuju yakni demi kehidupan yang memadai. Bermodalkan teman-teman jalanannya, Key mampu memb

  • Ai (Untuk Leo)   Lembar Terakhir

    Dua hari berlalu setelah pemakaman Khansa. Leo masih mengurung di kamar dengan pipi terus menitikan air mata. Sampai-sampai kantung matanya mulai terlihat gelap karena teus menerus menangis. Badannya lemah dan rambutnya kusut, dua hari ini hanya ia habiskan untuk menyandar di pintu sembari melamun. Tangan kanannya masih memegangi buku diary peninggalan Khansa. "Non Khansa berpesan sebelum kondisinya kritis. Ia meminta Bibi untuk menyerahkan tas, buku, dan laptop sama Aden. Terima ya Den, ini permintaan terakhir non Khansa." Perkataan Bi Arin terngiang di pikirannya. Leo sama sekali belum melihat isi tasnya, itu

  • Ai (Untuk Leo)   Tidak Mungkin

    Leo merebahkan tubuhnya di kamar lamanya. Hari ini adalah hari yang amat lelah baginya setelah menyaksikan rekonstruksi kasus Riana. Berusaha mengubur ingatannya tentang pembunuhan keluarganya itu, Leo mengistirahatkan diri hari ini. Merasa dahaga karena cuaca cukup panas, Leo beranjak ke dapur untuk mencari minuman segar. Maka diambilah jus lemon di lemari pendingin. Bersandar di jendela dapur sambil memandangi suasana kebun memanglah menghijaukan pandangan. Seteguk jus lemon yang dingin mengalir di tenggorokan dengan nikmatnya, sangat cocok diminum sebagai pemuas dahaga. Terbuai dengan suasana, tak sengaja Leo menyenggol lemari gelas di belakangnya. Senggolannya cukup keras membuat salah satu gelas jatuh dan pecah di tangan kirinya. Leo meringis karena pecahan itu melukai tangannya membuat darah segar menggenang di pergelangan tangannya. Bukan

  • Ai (Untuk Leo)   Uluman bibir

    Setelah pengakuan mengejutkan dari Khansa, sedikit demi sedikit mereka mulai menghilangkan kecanggungannya masing-masing. Hal ini berbeda dari ekspetasi Khansa bahwa Leo akan kecewa dan menghindarinya, nyatanya pengakuan itu malah membuat mereka semakin dekat.Dua hari setelahnya Leo terus menemani Khansa di rumah sakit dan tak jarang untuk menghiburnya dengan jalan-jalan keluar. Sempat terlintas di benak Leo, kenapa Khansa masih harus menjalankan perawatan? Padahal dirinya dan gadis itu masuk rumah sakit pada hari yang sama.Semua itu terpikirkan karena Leo tidak sabar untuk mengajak Khansa jalan-jalan dan kembali duduk meneduh di pinggir danau seperti dulu lagi.Kali sekarang Leo mengajak dua sahabatnya, Reynal dan Aditia juga menjenguknya. Namun ada rasa tak enak di benak Leo saat Khansa tidak berbicara padanya sama sekali, menimang Leo tidak menjenguk Khansa akhir-akhir ini karena disibukkan dengan urusan pengadilan Ri

  • Ai (Untuk Leo)   Pengakuan Mengejutkan

    Leo meracau di kamarnya. Ia bingung dengan sifat Khansa yang berubah akhir-akhir ini. Kondisinya kian membaik pasca dia pingsan di taman, hanya saja pihak rumah sakit belum membolehkan Khansa untuk pulang dan masih harus menjalankan perawatan beberapa hari lagi. Lelaki itu sudah beberapa kali menjenguk Khansa. Namun Leo dibuat heran bahkan bingung sendiri dengan sikap gadis itu. Khansa belum pernah menjawab setiap pertanyaan yang Leo tanyakan. Jangankan menjawab, Gadis itu bahkan tidak berbicara sama sekali dengannya. Tetapi Leo tidak menyerah, sekali lagi ia akan pergi menemuinya. Mungkin menanyakan baik-baik kenapa dirinya akhir-akhir ini sifatnya berubah. Jika harus meminta maaf karena kesalahan besarnya, Leo siap melakukannya. Lagi pula tragedi itu terjadi karena dirinya. Singkat cerita Leo sampai di rumah sakit. Ia melihat Bi Arin bersama Echa tengah membawa Khansa jalan-jalan keluar ruangan. Mata gadis itu masih t

  • Ai (Untuk Leo)   Hilangnya Serpihan Kasih

    "Leo? Leo!" "Bertahan bro." "Lo pasti kuat." "Sadar Leo." "Jangan tinggalin Bibi, Leo." Seruan itu memaksa Leo untuk membuka matanya. Atap putih dan tiang infus menjadi benda pertama yang lihat. Matanya pun kembali beredar dengan benak bertanya-tanya, dimana ini? Rumah sakit. Badannya masih terasa lemas. Bukan hanya itu, sakit dan pegal nyaris menyebar di sekujur tubuhnya. Leo hendak bangun sebelum akhirnya ia menyadari bahwa dirinya tengah terbaring di sebuah ranjang yang dikelilingi banyak orang. "Leo, akhirnya kamu sadar juga," ucap Fira penuh haru seraya menggenggam tangan Keponakannya itu. "Alhamdulilah, lo gapapa kan?" tan

DMCA.com Protection Status