Share

Info

Author: Bill
last update Last Updated: 2021-05-08 13:30:12

Seperti biasa, Leo pergi ke 

sekolah keesokan harinya. Baru saja ia sampai ke gerbang, para wanita yang melihatnya antusias memanggil namanya.

  "Leo."

  "Kak Leo!"

  "Cool prince, pangeranku..."

  "Hai tampan!"

Memang agak sedikit mengganggu di telinganya, Namun ia lebih suka tak acuh dan berlalu meninggalkan mereka.

Minggu ini, adalah minggu terakhir Leo sekolah. Dikarenakan ia masih duduk di bangku kelas sebelas, maka minggu depan ia bisa menikmati liburan dikala kelas dua belas tengah ujian.

  "Pagi Leo," ucap Aditia sambil senyum mesem.

Leo yang melihat hal itu spontan memutar bola matanya karena malas melihat pemandangan aneh saat mulai memasuki kelas. Leo langsung menuju bangkunya. Kemudian Aditia langsung pindah dan duduk di depan bangku Leo.

  "Walaaah, ada yang kepergok kasmaran nih."

Leo hanya sedikit mengkerutkan dahinya.

  "Gue gak nyangka, ternyata lo masih doyan ya sama cewek."

Leo mendengus kasar.

  "Kalo hari ini lo berpapasan lagi sama Key, Fix itu mah jodo."

Leo tak acuh dan fokus membaca bukunya.

  "Oi! Lo denger gak? Lo sering banget kacangin gue, gitu amat si lo dari dulu, gak berubah."

Leo diam bahkan tidak mendengarkan perkataan Aditia.

  "Idih, ini anak bener-bener gak ngehargain orang deh."

Leo menatap Aditia kemudian merogoh uang di sakunya, kemudian menyodorkannya pada Aditia.

  "Lo ngasih apa gimana nih?"

Aditia kebingungan.

  "Kau meminta harga bukan?" tanya Leo dengan santainya.

harga?

Otak aditia yang awalnya loading langsung bersinyal 4G dan pikirannya mulai connect.

  "What?!" Aditia memukul meja dan langsung berdiri membuat Leo dan semua teman kelasnya terkejut karena tingkah Aditia itu.

  "Lo ngegarhai gue duit gocap?!" kelakar Aditia.

  "Satu ginjal juga mahal harganya! Ni badan masih kumplit bro! Jantung ada! Paru ada! Lambung ada! Usus ada! Hati ada buat bercinta! Di tubuh gue cuma gak ada rahim doaaang!" Adita berkoar-koar dalam kelas membuat semua mata tertuju padanya.

  "Kalau dijual satu-satu gak akan kebeli sama duit triliunan jugaaa!"

  "Harga diri gue udah lo injak-injak ini tu karna ngehargain gue duit gocap!" Aditia masih berkoar.

  "Kalo mau nginjak-nginjak keset aja, harga diri gue jangan!" lanjutnya lagu

Bukh.

Leo melempar buku kamus yang ada dipinggirnya ke wajah Aditia membuat Aditia diam tidak lagi mengoceh.

Setelah wajahnya dilempari buku, Aditia melihat semua orang dikelas memperhatikannya, bahkan Reynal yang sedang berbincang juga ikut melongo keheranan melihat dirinya.

  "Ekhem..."

Aditia berdeham kemudian merapikan kerah bajunya dan kembali duduk. Aditia lupa untuk selalu menjaga imagenya sebagai cogan dikelasnya. Ia pun mengusap seragamnya ala laki-laki cool. Aditia pun terkekeh kepada semua mata yang memandangnya.

  "O ya Leo percakapan kita tadi sampai mana?" tanya Aditia untuk menutupi rasa malunya.

Leo yang awalnya keheranan melihat tingkah Aditia langsung memutar malas bola matanya dan kembali membaca bukunya.

Aditia mendekatkan wajahnya dengan wajah Leo sambil berkata, "Ish, lain kali lo jangan mancing gue buka-bukaan disini dong. Mana sakit banget nih wajah ganteng authentic gue," bisik Aditia sambil mengusap wajahnya.

  "Kenapa si? Heboh bener."

Reynal kemudian datang menghampiri keduanya.

  "Tau nih, si Leo ngacangin gue mulu. Mana mancing-mancing lagi."

  "Mancing apaan?" tanya Reynal.

Mendengar hal itu, Aditia merapikan seragamnya dan berdiri. Ia pun mengijakan sebelah kakinya ke atas kursi untuk melakukan tradisinya yakni berpantun.

  "Mancing ikan ke rawa-rawa."

  "Cakep!"

  "Mancing kupu-kupu dapet kepompong."

  "Cakep!"

  "Hati geli menahan tawa."

  "Cakep!"

  "Melihat Reynal bergigi ompong."

  "Gak cakep!" dengus Reynal sambil menjitak Aditia.

  "Ish, yang satu lemparin buku, terus yang ini ngejitak lagi. Kayak yang mau ngebiayain biaya perawatan wajah gue aje. Emang sanggup nape?"

  "Mulai muncul nih,  jati dirinya," ucap Reynal sambil terkekeh.

  "Gue diem aja ah, Males ngomong."

  "Lo bilang aja cape ngomong, pake alesan males lagi."

  "Auu ah gelap."

Reynal hanya terkekeh melihat kelakuan Aditia.

  "O ya Leo, malem minggu kita ke cafe lagi mau gak?" tanya Reynal.

  "Nanya si Leo doang? Gue nya enggak?" Aditia menyela.

  "Gak perlu, soalnya gue udah tau lo mah pasti ikut."

  "Tau aja." Aditia menyengir.

  "Gimana Leo, bisa?"

  "Diusahakan," jawab Leo.

  "Gitu dong, baru kawan namanya."

Tak lama kemudian, Mr. Nana Sumarna Masuk ke kelas sebelas MIA satu dan memulai pelajaran bahasa inggrisnya.

   ****

Bel istirahat berbunyi, semua siswa berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Begitu pula Key yang berisrirahat bersama Sira di kantin sambil menyantap mie ayam kesukaannya.

  "Boleh ikutan gak?" Misa bersama Levi datang sambil membawa semangkuk soto menghampiri Key dan Sira.

  "Oh boleh, sini duduk," ajak Sira sambil menggeserkan kursinya.

  "Makasih," ucap Levi

Saat mereka berempat tengah enak makan sama-sama di kantin, perbincangan di meja sebelah sedikit menganggu mereka.

  "Aduh, bisa tergila-gila ini mah sama si Cool Prince."

  "Aksinya kemarin heroid banget."

  "Dingin pun aku jadi tambah suka."

Mendengar hal itu Sira buka suara. "Leo lagi Leo lagi, ini topik pembahasan yang anget emang ngebahas si cool prince dari MIA satu ya," ujar Sira sambil tetap menyantap baksonya.

  "Panteslah, orang ganteng tersembunyi dia tuh. Matanya itu loh beuh...," lanjut Misa.

  "Udah Sa, jangan ngarep. Cowok cuek kayak gitu nyapein doang," timpal Levi.

  "Ish, gue kagum Lev. Bukan cinta, kalo cinta beda lagi," balas Misa.

  "Perasaan pas kelas sepuluh, namanya gak booming kayak sekarang deh," ujar Sira.

  "Kalo menurut gue si, Leo sengaja gak mau nunjukin kehebatannya depan orang," jawab Levi.

  "Gue sekelas ama dia pas kelas sepuluh. Si Leo orangnya pendiem, murung, penyendiri lagi. Cuman, dia gak pernah tuh yang namanya dapet nilai sempurna sama nilai yang jelek. Pasti nilainya rata-rata," jelas Levi.

Key mulai menyimak lebih lanjut pembahasan ini dengan membuka lebar telinganya.

  "Kayaknya dia punya bakat yang terpendam deh," ucap Misa.

  "Nggak Sa, ini bukan bakat terpendam. Ini cenderung ke 'nyembunyiin'. Jadi si Leo tuh kesannya kayak enggan menunjukan identitas asli," tukas Levi.

  "Terus? Apa alesannya coba? Aku liat akhir-akhir ini dia makin nunjukin kebolehannya," tanya Sira.

  "Pas semester dua, nilainya mulai naik signifikan. Gue udah nyangka Leo itu anak pinter dulu. Cuman pas kelas sebelas kita beda kelas, gue gak tau lagi perkembangannya. Sampe tau-tau dia sabet niai sempurna di PAS kemaren," beber Levi.

  "Ho'oh. Seminggu kemudian pas porak, Leo main basket dengan perform yang so fantastic. Dia hampir nyaingin bintang basket Kak Gama. Dari sana tuh Leo mulai viral di Aryabina dan masih jadi trending topik sampai sekarang," papar Misa.

  "Anak ini juga jadi trending topik nih," tunjuk Sira pada Key dengan dagunya.

  "Apaan si Sira?" gerutu Key.

  "Ah iya, lo trending di Aryabina karena futsal itu ya? Bisa-bisanya nyanding sama si Leo. Mana sama-sama pendiem lagi orangnya, kok bisa samaan ya?" tanya Levi.

  "Jodo kali," celetuk Sira.

  "Ih Sira, apaan si?"

  "Aaaahh, Key! Jangan! Jangan sekarang berjodo sama cool princenya, biarkan gue ngerasain satu malam aja pacaran sama dia!" pekik Misa sambil memainkan pipi Key. Key sendiri sampai kaget dengan tingkah laku Misa.

Misa pun berhenti mencubi pipi Key setelah tangan Levi mendarat di keningnya.

  "Pantes, suhunya panas kayak magma," ejek Levi.

  "Kepelet Leo apa gimana?" tanya Sira.

  "Hilih, lo kayak yang gak pernah suka sama cowok aja Sir," balas Misa menyinyir Sira.

  "Sorry ya. Lagi insaf dari percintaan aku tuh," jawab Sira.

  "Loh? Terus kenapa kamu suka liatin si Re--"

Ucapan Key tertahan karena Sira sergap membekam mulutnya.

  "O o o owh, Sira. Ketauan lo ketangkep basah. Siapa hayoo?" goda Misa.

Sira menghembus nafas berat. "Gak guys, aku dah insaf. Aku jadi gak tertarik lagi sama dunia percintaan. Sekarang lagi fokus perbaiki diri."

Key menyadari kalo temannya itu sekarang menjadi tidak ada ketertarikan pada laki-laki semenjak pesantren kilat. Penampilan Sira juga berubah, ia sekarang istiqomah untuk berhijab.

Di SMA Aryabina ini, sebagian siswinya ada yang mengenakan seragam sekolah panjang yang disertai dengan kerudung. Namun jumlah mereka bisa dibilang agak sedikit. Hanya dalam kisaran 30% dari seluruh siswi di SMA Aryabina ini. Dan diantara mereka ada Key juga Sira termasuk kedalam 30% itu.

  "Terus kenapa tadi si Key bilang lo suka liatin seseorang? Mana mungkn kan dia bohong?" selidik Levi.

  "Ada yang mukanya mirip sahabatku soalnya. Cuma ya aku salah orang. Dah lah jangan dibahas," elak Sira.

  "Lo gak tertarik sama saingan trending topik lo, Key?" Levi dalih bertanya pada Key.

  "Kenapa gitu?" tanya balik Key.

  "Banyak banget kesamaan lo sama Leo soalnya. Penyendiri, punya mata horor, pendiem, ampe susah pekaan juga ikut sama," jelas Levi.

  "Susah pekaan? Maksud?" Key mengrenyitkan dahinya. Menurutnya, pembahasan teman-temannya itu diluar pemahamannya.

  "Contohnya gini. Niatnya mau dibantuin Leo, makanya Misa pura-pura jatuh. Cuma si Leo gak peka, tu anak lewat gitu aja. Tapi kalo Leo sih punya tabiat cuek bebek, apalagi nyuekin cewek." Bola mata Levi melirik teman di sebelahnya. Sedangkan Misa balik meruncingkan matanya.

  "Kayak maksud terselubung si Rega sama kamu Key, cuma kamunya gak ngerti-ngerti," imbuh Sira memperjelas.

  "Napa yang disamainnya yang kayak gitu sih?" gumam Key.

  "Yaaa, kalian itu samanya di bidang ngeselin orang," celetuk Sira, membuat Key mengembungkan pipinya karena sedikit kesal.

  "Tapi Leo baik ya, kemarin dia nolongin Bayu," sela Misa.

  "Iya sih, tapi kebanyakan yang mukanya dingin plus horor itu omongannya kasar loh," kata Sira.

  "Enggak kok, saat temu di cafe juga ngomongnya sopan," timpal Key sambil meneguk air teh di gelasnya.

  "Hah? Kamu pernah ketemuan di cafe?!" tanya Sira, Levi, dan Misa kompak bersamaan.

Uhuk uhuk.

Key langsung tersedak karena sadar ia telah mengantakan hal yang seharusnya tidak ia katakan.

  "E-enggak enggak, salah ngomong. M-maksudnya kantin. Kemarin omongannya gak kasar 'kan meski dibentak Bara." Key mati-matian melakukan pengelakan, terbukti ia sampai berkeringat dingin dan sedikit tergagap saat bicara.

  "Ooo kirain," ucap Sira.

Key merasa lega, ternyata ketiga temannya itu tidak mencurigai perkataanya tadi. Padahal Key sudah cemas karena ia sempat gugup saat bicara. Key harus menahan diri, biarkan hanya dirinya saja yang tau akan hal ini.

Fuh, untung aja, benak Key.

Related chapters

  • Ai (Untuk Leo)   Pandangan yang Lain

    "Yo Leo, mau ke kelas gak?"Tak banyak bicara, Leo berjalan mendahului Aditia. "Eh buset, tungguin oi!"Saat Aditia hendak menyusul Leo, ia sempat tertahan karena seorang anggota penjaga UKS mencengkram tanganya. "Kak Adit, boleh minta bantuan gak?" tanya seorang gadis yang mengenakan seragam serba putih itu. "Ha? Ekhem." Aditia berdeham sejenak. "Bantuan apa?" "Itu ada yang jatuh, bisa bantuin kita angkat tandunya gak? Kita kekurangan orang buat ngangkatnya," ucap salah seorangnya lagi. "Mana orangnya?" "Itu deket tangga mushola."Aditia mengangguk. "Ayo cepet, kita bantuin," ucapnya sembari berlari ke arah mushola. "Uh, Kak Adit cool banget," gumam salah seorang gadis penjaga UKS itu. "Iya mana kece, baik lagi. Yuk kita bantuin Kak Adit." Kemudian para penjaga UKS pergi menyusul Aditia.

    Last Updated : 2021-05-08
  • Ai (Untuk Leo)   Jendela Kelas

    Jam pelajaran pertama kelas sebelas MIA satu dimulai dengan guru bidang matematika yakni Bapak Ade Yedi. Sungguh pemandangan yang sangat memeningkan kepala saat membayangkan Bapak Ade dengan tulisan seperti prasasti menulis di papan tulis mengenai limit.Semua siswa sangat tidak menantikan kehadirannya. Karena kalau ada guru yang memberikan jam kosong, maka kelas ini akan mengadakan acara sendiri.Acara itu meliputi : Leo yang sendiri dengan lamunannya; Reynal, Aditia, dan Adril yang sibuk dengan game onlinenya; Azizan, Yana, Pirman, Rijpi, Abdul, Yadi yang sibuk dengan acara nikahan kelasnya; Wili, Elgi, Dedeh, Regina yang sibuk dengan konser nyanyi dan bandnya; Handa, Winda, Nurlela, Nurleli yang sibuk dengan selfi mereka; Anisa, Yani, Indri, Dina yang sibuk akan gosip mereka; Ayu dan Lina yang sibuk mengerjakan tugas sebagai anak paling rajin dikelasnya; Juga tak lupa dengan jajaran paling selatan kelas yang amat tersohor yakni Putri, Ayi, Yuyun,

    Last Updated : 2021-05-08
  • Ai (Untuk Leo)   Permohonan

    Ting TingSuara bel berbunyi yang menandakan pulang. Di saat anak yang lain keluar gerbang dan sibuk mengeluarkan kendaraan mereka, tidak dengan anak yang hemat berbicara seperti Leo, ia justru tidak langsung pulang. Ia pergi ke rooftop sekolah dan berdiam diri disana."Leo, mau pulang gak?" tanya Reynal yang sengaja menyusul Leo ke rooftop sekolah."Duluan aja," balas Leo."O ya, gue pinjem buku lo ya!" sahut Aditia."Hmm," jawab Leo."Oke duluan ya." Reynal dan Aditia berlalu meninggalkan Leo sendiri.

    Last Updated : 2021-06-06
  • Ai (Untuk Leo)   Alasan

    Hari itu Leo bersama dua sahabatnya yakni Reynal dan Aditia tengah bermain basket karena jadwal pelajaran hari itu adalah Pendidikan Jasmani."Dit, ganti baju yuk! Bentar lagi pelajaran Kimia. Takutnya marah Bu Lasmi kalo telat," ajak Reynal pada Aditia."Oh iya, lupa gue. Leo! Ganti baju! sekarang bagian pelajaran Bu Lasmi nih." Aditia berdalih menyeru Leo.Mendengar hal itu, Leo pun berhenti memainkan bola basketnya dan mulai menghampiri keduanya."Bentar dulu, ini kembaliin dulu bola basketnya ke ruang fasilitas, nanti baru ganti baju," sahut Reynal."Oke ayo," balas Aditia.

    Last Updated : 2021-06-08
  • Ai (Untuk Leo)   Terjebak

    Gebrugh!Ceklek.Pintu gudang sekolahpun mendadak tertutup, dan terdengar juga suara sayup orang yang menguncinya."Hey, tunggu jangan dikunci! Di dalam masih ada orang, hey!" Key berlari kearah pintu yang terkunci sambil menyeru seseorang yang telah menguncinya berdua bersama Leo."Pak? Pak Mandor? Buka Pak pintunya jangan dikunci ada orang di dalam!" Seruan Key dari dalam gudang.Tidak salah lagi, siapa lagi orang yang bertugas mengunci semua pintu selain Pak Mandor?"Pak? Buka Pak!" Key terus berteriak berharap Pak Mandor masih ada di area gudang.

    Last Updated : 2021-06-09
  • Ai (Untuk Leo)   Sisi Peduli

    Gebrugh. Pintu gudang sekolah akhirnya terbuka. Dan ternyata ... Dugh. Saking kerasnya Key mencoba membobol grendel kunci, dorongannya sampai overdosis hingga ia menabrak tihang yang berdiri di depan gudang. "Aduh!" Key terpental kembali dan langsung tergeletak di lantai. Leo tak kuasa menahan geli di hatinya setelah melihat kelakuan Key, ia beberapa kali terlihat senyum kecil namun ia mencoba menahan senyumannya itu.

    Last Updated : 2021-06-14
  • Ai (Untuk Leo)   Penolong Fayla

    Malam itu terlihat Aditia tengah asyik memainkan ponselnya di sebuah caffe menunggu Leo dan Aditia yang belum muncul. Brak! "Ya Alloh," ujar Aditia yang terkejut karena tiba-tiba Leo datang dan memukul meja yang ada di hadapannya. Terlihat juga Leo menatapnya dengan sorotan tajam yang mematikan. "Kenapa nih?" tanya Aditia yang keheranan melihat tingkah Leo. Leo memicingkan mataya. "Kau orangnya?" "Selow selow, maksudnya gimana nih?" "Kau yang menulis tulisan itu!" desis Leo. Aditia langsung tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan Leo. "Acieee, lo pasti kebaperan ya gue nulis itu," goda Aditia. "Kalo enggak, mana mungkin lo marah cuma gara-gara gue nulis itu." "Jangan-jangan lo ngira kalo Key yang nulis tulisan itu ya, Acieee ---" "Diam! atau kubunuh kau!" d

    Last Updated : 2021-06-19
  • Ai (Untuk Leo)   Rencana Liburan

    Aditia kembali ke dalam cafe dan kembali duduk di kursinya. Dilihatnya hanya ada Reynal dan Leo, ia pun bertanya-tanya"Lahh, sepupu lo belum datang juga Rey?" "Ini juga masih ditunggu. Heran, kemana dulu itu anak? Gara-gara lo juga nih, kelamaan di toilet." "Lah? Kok jadi gue?" Aditia keheranan. "Tadi gue mau cari Fayla keluar, tapi mana mungkin gue tinggalin Leo sendiri disini, yaudah gue harus nunggu lo balik. Eh, ternyata lu lama gak balik-balik kayak ditelen bumi," celoteh Reynal "Ya maaf, soalnya tadi di toilet gue debat sama cewek," tutur Aditia "Hah? Yang bener aja, yang ada lo gombalin tu cewek." Reynal sesikit tertawa mendengarnya. "Asli bukan palsu Rey, tadi ada cewek kerudungan yang ngintip gue lagi kencing," "Yaelah Dit, mana mungkin ada cewek mau ngintip lo di toilet cowok. Apalagi lo bilang ni cewek kerudungan, ngaco l

    Last Updated : 2021-06-19

Latest chapter

  • Ai (Untuk Leo)   (Epilog) Menuju Lebih Baik

    Leo terlihat membereskan pakaiannya untuk ia kemas dalam koper. Dari pagi Leo hanya sibuk sendiri di kamar. Mempersiapkan matang-matang keberangkatannya besok lusa. Arlinda hanya tersenyum saat mendapati putranya sangat bersemangat untuk berangkat ke pesantren. "Sudah beres berkemasnya?" tanya Arlinda yang membuat Leo menoleh ke belakang. "Belum," ujar Leo sambil tersenyum. "O ya, ada yang ingin ketemu sama kamu loh," balas Ibunya. Leo pun mengrengitkan dahinya. "Siapa, Bu?" Arlinda pun tersenyum sambil menoleh ke belakangnya. Ia membawa dua orang laki-laki seumuran Leo. Arlinda pun mempersilahkan dua orang itu masuk ke kamar Leo. "Silahkan kalian temani El, Tante tinggal disini ya," ucap Arlinda pada dua orang laki-laki itu dan berakhir meninggalkan mereka. Bola mata Leo terbuka lebar, mendapati dua orang lelaki yang ada di depannya kini adalah

  • Ai (Untuk Leo)   Kenyataan Akhir

    "El?""El sudah sadar.""Alhamdulilah..."Terdengar patah kata syukur memenuhi ruangan yang terlihat asing bagi Leo. Beberapa orang terdengar suka cita mengelilingi dirinya.Leo merasakan tubuhnya yang sepertinya tengah berbaring, dirinya hendak bangun, namun seluruh tubuhnya masih lemas. Entah kenapa tiba-tiba ia susah berbicara, selang oksigen juga masih mengurung hidungnya yang semakin mempersulitnya bicara.Apa yang terjadi? Dimana aku?Leo masih belum mengerti keadaanya sekarang. Yang ia lakukan sekarang ini hanyalah mengedarkan bola matanya melihat sekitarannya.Tiba-tiba dua orang perempuan memeluknya. Yang satu memeluk tubuhnya dan yang satu terus menciumi keningnya sambil terus menangis. Ked

  • Ai (Untuk Leo)   Kesalahan besar

    Satu minggu berlalu setelah kematian Khansa. Leo memberanikan keluar rumah untuk berziarah ke makam gadisnya.Waktu satu minggu terbilang cukup untuk membuatnya kembali pulih dari kesedihannya itu. Leo memutuskan untuk menjadi sesorang yang tegar dan tidak mudah putus asa. Ia masih memiliki masa depan yang harus dipikirkan, terlebih usianya terbilang masih belia. Masih panjang perjalanan yang harus ia tempuh.Setibanya disana, ia mendapati kuburan Khansa yang masih terlihat baru. Ia pun berjongkok sembari mengelus-elus batu nisannya. Sesekali Leo tersenyum getir sambil melihat batu nisan yang bertuliskan Khansa Arima Iriana itu."Hey, aku kemari. Maaf baru kali ini." Leo berbicara sambil menaburkan taburan kelopak bunga diatas pemakaman Khansa.Segera ia membacakan surah-surah Al-Qur'an dikhususkan untuk almarhumah yakni Yasin, Al-Waqi'ah dan Al-

  • Ai (Untuk Leo)   Tentang Khansa

    Key, adalah anak yang tidak tau sama sekali siapa, dimana, bagaimana orang tua kandungnya. Besar di panti asuhan membuatnya selalu menyebut dirinya buta dan tuli akan Ayah Ibunya.Sampai krisis moneter panti asuhan melanda dirinya dan anak-anak lainnya. Mendorong Key kecil harus dewasa sebelum waktunya. Ia pun bergelut dengan dunia yang sebenarnya, mencari uang dengan mengamen di jalanan.Hingga sampailah Key duduk dibangku kelas empat SD, hasilnya mengamen tidak cukup untuk membiayai sekolahnya. Maka Key mendobrak sisi baik dalam dirinya, titik hitam mulai menguasai hatinya. Hingga ia berakhir masuk ke dunia kegelapan dengan menjadi seorang pencuri dan pencopet.Jungkir balik dalam dunia hitam telah Key rasakan berulang kali. Rasa sakit seolah-olah menjadi temannya, sisi baik sudah ia sirnakan dalam dirinya. Hanya satu yang ia tuju yakni demi kehidupan yang memadai. Bermodalkan teman-teman jalanannya, Key mampu memb

  • Ai (Untuk Leo)   Lembar Terakhir

    Dua hari berlalu setelah pemakaman Khansa. Leo masih mengurung di kamar dengan pipi terus menitikan air mata. Sampai-sampai kantung matanya mulai terlihat gelap karena teus menerus menangis. Badannya lemah dan rambutnya kusut, dua hari ini hanya ia habiskan untuk menyandar di pintu sembari melamun. Tangan kanannya masih memegangi buku diary peninggalan Khansa. "Non Khansa berpesan sebelum kondisinya kritis. Ia meminta Bibi untuk menyerahkan tas, buku, dan laptop sama Aden. Terima ya Den, ini permintaan terakhir non Khansa." Perkataan Bi Arin terngiang di pikirannya. Leo sama sekali belum melihat isi tasnya, itu

  • Ai (Untuk Leo)   Tidak Mungkin

    Leo merebahkan tubuhnya di kamar lamanya. Hari ini adalah hari yang amat lelah baginya setelah menyaksikan rekonstruksi kasus Riana. Berusaha mengubur ingatannya tentang pembunuhan keluarganya itu, Leo mengistirahatkan diri hari ini. Merasa dahaga karena cuaca cukup panas, Leo beranjak ke dapur untuk mencari minuman segar. Maka diambilah jus lemon di lemari pendingin. Bersandar di jendela dapur sambil memandangi suasana kebun memanglah menghijaukan pandangan. Seteguk jus lemon yang dingin mengalir di tenggorokan dengan nikmatnya, sangat cocok diminum sebagai pemuas dahaga. Terbuai dengan suasana, tak sengaja Leo menyenggol lemari gelas di belakangnya. Senggolannya cukup keras membuat salah satu gelas jatuh dan pecah di tangan kirinya. Leo meringis karena pecahan itu melukai tangannya membuat darah segar menggenang di pergelangan tangannya. Bukan

  • Ai (Untuk Leo)   Uluman bibir

    Setelah pengakuan mengejutkan dari Khansa, sedikit demi sedikit mereka mulai menghilangkan kecanggungannya masing-masing. Hal ini berbeda dari ekspetasi Khansa bahwa Leo akan kecewa dan menghindarinya, nyatanya pengakuan itu malah membuat mereka semakin dekat.Dua hari setelahnya Leo terus menemani Khansa di rumah sakit dan tak jarang untuk menghiburnya dengan jalan-jalan keluar. Sempat terlintas di benak Leo, kenapa Khansa masih harus menjalankan perawatan? Padahal dirinya dan gadis itu masuk rumah sakit pada hari yang sama.Semua itu terpikirkan karena Leo tidak sabar untuk mengajak Khansa jalan-jalan dan kembali duduk meneduh di pinggir danau seperti dulu lagi.Kali sekarang Leo mengajak dua sahabatnya, Reynal dan Aditia juga menjenguknya. Namun ada rasa tak enak di benak Leo saat Khansa tidak berbicara padanya sama sekali, menimang Leo tidak menjenguk Khansa akhir-akhir ini karena disibukkan dengan urusan pengadilan Ri

  • Ai (Untuk Leo)   Pengakuan Mengejutkan

    Leo meracau di kamarnya. Ia bingung dengan sifat Khansa yang berubah akhir-akhir ini. Kondisinya kian membaik pasca dia pingsan di taman, hanya saja pihak rumah sakit belum membolehkan Khansa untuk pulang dan masih harus menjalankan perawatan beberapa hari lagi. Lelaki itu sudah beberapa kali menjenguk Khansa. Namun Leo dibuat heran bahkan bingung sendiri dengan sikap gadis itu. Khansa belum pernah menjawab setiap pertanyaan yang Leo tanyakan. Jangankan menjawab, Gadis itu bahkan tidak berbicara sama sekali dengannya. Tetapi Leo tidak menyerah, sekali lagi ia akan pergi menemuinya. Mungkin menanyakan baik-baik kenapa dirinya akhir-akhir ini sifatnya berubah. Jika harus meminta maaf karena kesalahan besarnya, Leo siap melakukannya. Lagi pula tragedi itu terjadi karena dirinya. Singkat cerita Leo sampai di rumah sakit. Ia melihat Bi Arin bersama Echa tengah membawa Khansa jalan-jalan keluar ruangan. Mata gadis itu masih t

  • Ai (Untuk Leo)   Hilangnya Serpihan Kasih

    "Leo? Leo!" "Bertahan bro." "Lo pasti kuat." "Sadar Leo." "Jangan tinggalin Bibi, Leo." Seruan itu memaksa Leo untuk membuka matanya. Atap putih dan tiang infus menjadi benda pertama yang lihat. Matanya pun kembali beredar dengan benak bertanya-tanya, dimana ini? Rumah sakit. Badannya masih terasa lemas. Bukan hanya itu, sakit dan pegal nyaris menyebar di sekujur tubuhnya. Leo hendak bangun sebelum akhirnya ia menyadari bahwa dirinya tengah terbaring di sebuah ranjang yang dikelilingi banyak orang. "Leo, akhirnya kamu sadar juga," ucap Fira penuh haru seraya menggenggam tangan Keponakannya itu. "Alhamdulilah, lo gapapa kan?" tan

DMCA.com Protection Status