Fira membuka pintu ruang utamanya, dilihatnya keponakan tercintanya pulang saat hari mulai menjelang malam. Leo masuk ke rumah dengan tas yang hanya digendong disebelah kanannya.
"Tumben kamu pulangnya agak sore banget?" tanya Fira.
"Tadi main basket Bi" jawab Leo.
"Oh, ya?"
Bibi fira tersenyum kala mendengar jawaban Keponakannya itu.Melihat mata bibinya berbinar, Leo keheranan dan bertanya, "Bibi kenapa?"
"Nggak."
Bibinya duduk disofa kemudian menyambungkan perkataannya. "Bibi gak keberatan jika kamu pulang terlambat karena aktif dalam kegiatan sekolah."
Leo hanya diam menanggapi perkataan Bibinya. Kemudian seperti biasanya naik tangga menuju kamarnya. Saat ia sudah melangkahi beberapa anak tangga bibinya berkata lagi, "Lupakan saja tragedi itu, jangan terus mengurung diri. Sesekali kamu harus bergaul diluar sana dan ubahlah perilakumu itu."
Leo tetap diam mendengar perkataan Bibinya kemudian menunduk dan meneruskan langkahnya. Kemudian ia membuka pintu kamarnya dan masuk kedalamnya.
Di dalam kamarnya, Leo termenung sambil duduk diatas ranjangnya, kemudian menghela nafas panjang sambil memejamkan kedua matanya. Tak lama kemudian ia pun memperhatikan luaran jendela.
"Aku belum bisa memaafkan Ayah, aku juga belum bisa menerima kematian Ibu dan Kakak. Hidupku seolah-olah hambar tanpa mereka," gumam Leo.
****
Bel istirahat berbunyi, membuat siswa-siswi bertebaran keluar dari kelasnya masing-masing. Namun, Berbeda dengan sosok Leo yang hanya diam di kelasnya. Seperti kebiasaannya yang termenung menghadap jendela, Kali ini justru tidak. Leo justru mengeluarkan buku jurnalisnya yang tak ada bedanya dengan sebuah diary.
Leo mulai mempersiapkan pulpen untuk menulis. Namun ada yang janggal, pulpen yang biasa menempel pada bukunya itu kini tidak ada. Mungkin pulpen jurnalisnya terjatuh, membuat dirinya harus mengambil pulpen baru. Namun pada saat ia melihat lembaran pertamanya, Leo keheranan dan merasa ada yang berbeda.
Dalam lembaran pertama buku itu terdapat kaligrafi huruf 'K' yang dibuat membentuk sebuah lambang. Alisnya agak mengkerut setelah melihat buku itu. Yang lebih mengejutkan lagi, cerita yang ada di buku itu jelas berbeda dengan yang selama ini ia tulis. Ditambah lagi tulisan-tulisan yang ada di buku itu bukanlah tulisannya.
Leo menyadari, buku yang ia ambil bukanlah bukunya melainkan buku orang lain. Ia juga teringat bahwa posisi buku yang ia ambil dan posisi buku yang ia simpan itu di meja yang berbeda.
Ternyata ada orang yang memiliki buku seperti ini juga, batin Leo.
Leo menghela nafas mendapati hal ini, mengetahui bahwa buku yang ia ambil bukalah bukunya. Namun terlintas dalam pikirnya untuk melihat isi bukunya. Leo mengetahui bahwa membaca isinya itu suatu perbuatan yang tidak sopan. Tetapi, rasa penasarannya mengalahkan semuanya. Ia mulai berniat membaca isinya, lagi pula ia juga ingin tahu siapa pemilik buku yang sama dengan miliknya itu.
Leo memulai membuka lembar pertama. Kemudian, ia juga membuka lembaran berikutnya. Setelah dibukanya, terdapat karangan puisi yang sangat dalam maknanya.
Kilat Takdirku
Takdir yang datang dari Sang Ilahi
Tak bisa kau hindariBagaimana caramu menyikapi?Mataku Buta Akan Ayahku
Telingaku tuli akan IbukuHatiku besar akan mereka yang membesarkannkuTertatih Terlatih setelah Terlantar
Meradang setelah banyak yang menghadangAkulah pemenang setelah dulu aku pecundang
Sosok baru melambaikan tangan
Kasih sayang baru ku dapatkanJarum pembaharuan menjahit kesuramanSekali lagi takdir mengumumkan
Kasih sayang baru haruslah hilangTenggelam menemui kesunyianHatiku tergores dan kian terhunjamKau Maha Adil Sang Pencipta
Raga dan jiwaku kau wakilkanHingga kubisa tenang pada waktunyaTunggulah aku semuanyaSusulanku segera kalian terimaHingga waktu itu tibaLeo terkesan dengan dengan sajak puisi yang telah ia baca tersebut. Ia yakin, puisi ini memiliki makna tersendiri dan bukan hanya sekedar karangan. Terpikir dalam pikirannya untuk mencari tahu siapa penulisnya. Maka dibukalah lagi lembaran berikutnya.
"Berlarilah karena mimpimu, jangan dengarkan perkataan mereka tentang mimpimu, Biarkan mereka tidak tahu, siapa sebenarnya dirimu."
By : Key N Khansa
Key?
Leo terkejut karena mengetahui sang penulisnya. Mata Leo terbuka lebar karena terkejut saat melihat identitas si penulis.
Apakah Key yang dimaksud sama dengan Key yang diceritakan Reynal dan Aditia?
Apakah ia memang perempuan tomboy yang dingin itu?Jika benar, inikah sisi lain dari perempuan itu?Entahlah...
Leo mulai mencari tahu dengan membuka lembaran buku berikutnya.
Khansa Arima Iriana (Key)
16 y.oXI MIA 3 SMA AryabinaTernyata benar, pemilik buku ini adalah Key yang dimaksud Reynal dan Aditia. Meskipun ia tidak pernah tahu apa-apa tentang Key sebelumnya, tetapi ia tahu Key karena perbincangan dari kedua sahabatnya.
Mungkin ini sisi lain dari Key si wanita yang konon katanya tomboy itu. Ia adalah penulis hebat dengan kiasan makna puisinya yang sangat dalam. Ingin rasanya ia mendalami makna dari puisi tersebut. Namun ia sadar, pasti si pemilik amat membutuhkannya dan pasti mencarinya. Sama halnya dengan dirinya yang merasa kurang tanpa adanya buku jurnalisnya itu.
Leo segera beranjak dari bangkunya dan keluar menuju perpustakaan. Ia harus menemukan bukunya dan mengembalikan buku yang ia pegamg pada si pemiliknya.
Leo mulai berjalan menyusuri tangga pertama kemudian dilanjut dengan tangga kedua . Namun, pada saat Leo hendak mengijakan kaki di tangga dua, ia mendapati seseorang yang membuatnya berhenti melangkah.
Muncul seorang perempuan berhijab yang dikedua tangannya memegang sebuah buku berwarna coklat kopi dengan perekat magnet. Sepertinya perempuan itu hendak turun dari lantai tiga. Baik perempuan itu maupun Leo berhenti melangkahkan kakinya dan saling pandang dari ujung ke ujung tangga dua itu.
Buku itu?
Leo bertanya-tanya di dalam benak hatinya. Setelah ia melihat buku yang ia pegang dan buku yang dipegang perempuan itu sama. Leo menyimpulkan bahwa buku mereka tertukar.
Mereka hanya saling pandang dan menatap satu sama lain dengan posisi Leo di ujung tangga bawah dan perempuan itu di ujung tangga atas.
Beberapa saat kemudian, Leo melangkahkan kakinya untuk naik tangga. Maka perempuan itu melangkahkan kakinya juga untuk turun tangga. Beberapa langkah kemudian mereka akhirnya berpapasan di pertengahan tangga dua.
Mereka pun akhirnya saling berhadapan namun saling diam.
Leo melihat buku yang dipegang perempuan itu dan sesekali melihat wajah perempuan itu. Begitupun perempuan itu melakukan hal yang sama kepada Leo.Ya benarlah perempuan itu adalah Key.
Mereka hanya saling berhadapan di pertengahan tangga lantai dua dan saling diam. Karena mereka berdua diam saja, maka Leo memulai perbincangan antara mereka.
"Kau punya buku seperti ini juga?"
Key hanya mengangguk, benarlah itu bukunya.
"Sepertinya buku kita tertukar," ucap Leo sambil menyodorkan buku yang ia pegang.
Key menerima buku dari Leo begitu pun Key juga menyerahkan buku yang ia pegang pada Leo. Maka pada saat itu terjadi pertukaran buku di pertengahan tangga lantai dua.
"Maafkan aku, sepertinya aku telah mengambil bukumu. Kukira yang ku ambil itu buku miliku, maaf," ucap key dengan wajah menunduk.
Key mulai turun tangga meninggalkan Leo. Namun setelah itu Leo mengatakan sesuatu yang membuat Key berhenti dari langkahnya untuk turun.
"Puisimu mengesankan," aku Leo pada Key. Meski terdengar memuji, ekspresi Leo terkesan datar.
Mendengar hal itu, Key tertegun dan kembali menoleh ke belakang seraya membeliakan mata saking terkejutnya. Namun, Key langsung kembali menundukan kepalanya dan tersenyum kecil.
"Terimakasih," ucap Key dengan malu-malu dan bergegas turun meninggalkan Leo yang masih tetap berdiri di pertengahan tangga lantai dua.
Sekilas mata Leo melirik gadis yang turun tangga meninggalkannya itu. Terbesit rasa penasaran Leo padanya. Namun ia enyahkan kembali rasa penasarannya itu dan kembali ke kelas untuk melanjutkan kegiatannya.
Jam menunjukan waktu pulang sekolah. Leo mulai memarkirkan motor ninja putihnya itu dan langsung melaju keluar gerbang sekolah untuk pulang.Setelah Leo pulang ke rumah, seperti biasanya Leo pasti duduk di kursi kamarnya dan menghadap komputer. Ia mulai mengetik di keybord mengikuti dengan tulisan yang ada dalam jurnalisnya.Drrrttt...Ponsel Leo berbunyi, segera ia meraihnya dan terlihat ada sebuah pesan yang masuk.SMS?Leo agak heran melihat ada pesan SMS yang masuk kedalam ponselnya. Tanpa pikir panjang lagi, dibuka lah pesannya itu.1 Pesan MasukDari : Nomor yang tidak dikenalAssalamualaikumMaaf, pulpen milikmu tertinggal dan sekarang ada padaku.Terimakasih banyak ya :)
Seperti biasa Leo bersekolah keesokan harinya. Melupakan masalah yang kemarin Seolah-olah kejadian di cafe itu tidak terjadi. Hal yang hanya membuat pikirannya melayang-layang jika mengingatnya.Hari itu cuaca sedang bersahabat. Matahari mengeluarkan sinar benderangnya yang mengiringi para siswa siswi SMA Aryabina melakukan aktifitasnya. Termasuk laki-laki yang berjulukan The Cool Prince itu berjalan keluar dari perpustakaan. Ya, sosok Leo tidak bisa terlepas dari sebuah buku ditangannya. Itulah mengapa ia memiliki IQ yang tergolong otak jenius.Leo berjalan turun dari Lapangan basket menuju lapangan bawah yang kala itu terlihat club voli yang tengah mengadakan pelatihan tournament. Leo terlalu fokus pada bacaan yang ada pada bukunya tanpa melihat keadaan di sekelilingnya."Awaaas!"Terdengar seruan seseorang dari arah lapangan, akhirnya Leo menyadari sebuah bola voli me
Hari yang berawan itu mengiringi siswa siswi SMA Aryabina ,Leo dan dua sahabatnya itu terlihat sedang nongkrong di kantin. Perlahan, Leo mulai sering ikut kumpul bersama dua sejoli Reynal dan Aditia. "Rey, hari ini anter gue ke cod yuk!" "Hari ini Dit? Emang lo mau cod apaan?" "Privasi Rey, gue malu nyebutnya juga." "Kayaknya Hari ini gak bisa deh dit, Sepupu gue mau datang hari ini, Jadi gue mau nganter ibu ke stasiun." "Oh, gapapa lah kalo gitu." "Suruh anter sama si Leo aja tuh." "Gak ah, dia mah terlalu sibuk. Liat aja sekarang, sibuk sendiri noh."Sambil melirik ke arah Leo yang sedang asyik mengoperasikan ponselnya sambil mengunakan earphone. "Yaudah, berarti lo sendiri aja ya. Bukannya gue gak mau nihh." "Udah keseringan sendiri gue mah, Alone make me Stronger." "Yelah darah blastera
Seperti biasa, Leo pergi kesekolah keesokan harinya. Baru saja ia sampai ke gerbang, para wanita yang melihatnya antusias memanggil namanya. "Leo." "Kak Leo!" "Cool prince, pangeranku..." "Hai tampan!"Memang agak sedikit mengganggu di telinganya, Namun ia lebih suka tak acuh dan berlalu meninggalkan mereka.Minggu ini, adalah minggu terakhir Leo sekolah. Dikarenakan ia masih duduk di bangku kelas sebelas, maka minggu depan ia bisa menikmati liburan dikala kelas dua belas tengah ujian. "Pagi Leo," ucap Aditia sambil senyum mesem.Leo yang melihat hal itu spontan memutar bola matanya karena malas melihat pemandangan aneh saat mulai memasuki kelas. Leo langsung menuju bangkunya. Kemudian Aditia langsung pindah dan duduk di depan bangku Leo. "Walaaah, ada yang kepergok kasmaran nih."
"Yo Leo, mau ke kelas gak?"Tak banyak bicara, Leo berjalan mendahului Aditia. "Eh buset, tungguin oi!"Saat Aditia hendak menyusul Leo, ia sempat tertahan karena seorang anggota penjaga UKS mencengkram tanganya. "Kak Adit, boleh minta bantuan gak?" tanya seorang gadis yang mengenakan seragam serba putih itu. "Ha? Ekhem." Aditia berdeham sejenak. "Bantuan apa?" "Itu ada yang jatuh, bisa bantuin kita angkat tandunya gak? Kita kekurangan orang buat ngangkatnya," ucap salah seorangnya lagi. "Mana orangnya?" "Itu deket tangga mushola."Aditia mengangguk. "Ayo cepet, kita bantuin," ucapnya sembari berlari ke arah mushola. "Uh, Kak Adit cool banget," gumam salah seorang gadis penjaga UKS itu. "Iya mana kece, baik lagi. Yuk kita bantuin Kak Adit." Kemudian para penjaga UKS pergi menyusul Aditia.
Jam pelajaran pertama kelas sebelas MIA satu dimulai dengan guru bidang matematika yakni Bapak Ade Yedi. Sungguh pemandangan yang sangat memeningkan kepala saat membayangkan Bapak Ade dengan tulisan seperti prasasti menulis di papan tulis mengenai limit.Semua siswa sangat tidak menantikan kehadirannya. Karena kalau ada guru yang memberikan jam kosong, maka kelas ini akan mengadakan acara sendiri.Acara itu meliputi : Leo yang sendiri dengan lamunannya; Reynal, Aditia, dan Adril yang sibuk dengan game onlinenya; Azizan, Yana, Pirman, Rijpi, Abdul, Yadi yang sibuk dengan acara nikahan kelasnya; Wili, Elgi, Dedeh, Regina yang sibuk dengan konser nyanyi dan bandnya; Handa, Winda, Nurlela, Nurleli yang sibuk dengan selfi mereka; Anisa, Yani, Indri, Dina yang sibuk akan gosip mereka; Ayu dan Lina yang sibuk mengerjakan tugas sebagai anak paling rajin dikelasnya; Juga tak lupa dengan jajaran paling selatan kelas yang amat tersohor yakni Putri, Ayi, Yuyun,
Ting TingSuara bel berbunyi yang menandakan pulang. Di saat anak yang lain keluar gerbang dan sibuk mengeluarkan kendaraan mereka, tidak dengan anak yang hemat berbicara seperti Leo, ia justru tidak langsung pulang. Ia pergi ke rooftop sekolah dan berdiam diri disana."Leo, mau pulang gak?" tanya Reynal yang sengaja menyusul Leo ke rooftop sekolah."Duluan aja," balas Leo."O ya, gue pinjem buku lo ya!" sahut Aditia."Hmm," jawab Leo."Oke duluan ya." Reynal dan Aditia berlalu meninggalkan Leo sendiri.
Hari itu Leo bersama dua sahabatnya yakni Reynal dan Aditia tengah bermain basket karena jadwal pelajaran hari itu adalah Pendidikan Jasmani."Dit, ganti baju yuk! Bentar lagi pelajaran Kimia. Takutnya marah Bu Lasmi kalo telat," ajak Reynal pada Aditia."Oh iya, lupa gue. Leo! Ganti baju! sekarang bagian pelajaran Bu Lasmi nih." Aditia berdalih menyeru Leo.Mendengar hal itu, Leo pun berhenti memainkan bola basketnya dan mulai menghampiri keduanya."Bentar dulu, ini kembaliin dulu bola basketnya ke ruang fasilitas, nanti baru ganti baju," sahut Reynal."Oke ayo," balas Aditia.
Leo terlihat membereskan pakaiannya untuk ia kemas dalam koper. Dari pagi Leo hanya sibuk sendiri di kamar. Mempersiapkan matang-matang keberangkatannya besok lusa. Arlinda hanya tersenyum saat mendapati putranya sangat bersemangat untuk berangkat ke pesantren. "Sudah beres berkemasnya?" tanya Arlinda yang membuat Leo menoleh ke belakang. "Belum," ujar Leo sambil tersenyum. "O ya, ada yang ingin ketemu sama kamu loh," balas Ibunya. Leo pun mengrengitkan dahinya. "Siapa, Bu?" Arlinda pun tersenyum sambil menoleh ke belakangnya. Ia membawa dua orang laki-laki seumuran Leo. Arlinda pun mempersilahkan dua orang itu masuk ke kamar Leo. "Silahkan kalian temani El, Tante tinggal disini ya," ucap Arlinda pada dua orang laki-laki itu dan berakhir meninggalkan mereka. Bola mata Leo terbuka lebar, mendapati dua orang lelaki yang ada di depannya kini adalah
"El?""El sudah sadar.""Alhamdulilah..."Terdengar patah kata syukur memenuhi ruangan yang terlihat asing bagi Leo. Beberapa orang terdengar suka cita mengelilingi dirinya.Leo merasakan tubuhnya yang sepertinya tengah berbaring, dirinya hendak bangun, namun seluruh tubuhnya masih lemas. Entah kenapa tiba-tiba ia susah berbicara, selang oksigen juga masih mengurung hidungnya yang semakin mempersulitnya bicara.Apa yang terjadi? Dimana aku?Leo masih belum mengerti keadaanya sekarang. Yang ia lakukan sekarang ini hanyalah mengedarkan bola matanya melihat sekitarannya.Tiba-tiba dua orang perempuan memeluknya. Yang satu memeluk tubuhnya dan yang satu terus menciumi keningnya sambil terus menangis. Ked
Satu minggu berlalu setelah kematian Khansa. Leo memberanikan keluar rumah untuk berziarah ke makam gadisnya.Waktu satu minggu terbilang cukup untuk membuatnya kembali pulih dari kesedihannya itu. Leo memutuskan untuk menjadi sesorang yang tegar dan tidak mudah putus asa. Ia masih memiliki masa depan yang harus dipikirkan, terlebih usianya terbilang masih belia. Masih panjang perjalanan yang harus ia tempuh.Setibanya disana, ia mendapati kuburan Khansa yang masih terlihat baru. Ia pun berjongkok sembari mengelus-elus batu nisannya. Sesekali Leo tersenyum getir sambil melihat batu nisan yang bertuliskan Khansa Arima Iriana itu."Hey, aku kemari. Maaf baru kali ini." Leo berbicara sambil menaburkan taburan kelopak bunga diatas pemakaman Khansa.Segera ia membacakan surah-surah Al-Qur'an dikhususkan untuk almarhumah yakni Yasin, Al-Waqi'ah dan Al-
Key, adalah anak yang tidak tau sama sekali siapa, dimana, bagaimana orang tua kandungnya. Besar di panti asuhan membuatnya selalu menyebut dirinya buta dan tuli akan Ayah Ibunya.Sampai krisis moneter panti asuhan melanda dirinya dan anak-anak lainnya. Mendorong Key kecil harus dewasa sebelum waktunya. Ia pun bergelut dengan dunia yang sebenarnya, mencari uang dengan mengamen di jalanan.Hingga sampailah Key duduk dibangku kelas empat SD, hasilnya mengamen tidak cukup untuk membiayai sekolahnya. Maka Key mendobrak sisi baik dalam dirinya, titik hitam mulai menguasai hatinya. Hingga ia berakhir masuk ke dunia kegelapan dengan menjadi seorang pencuri dan pencopet.Jungkir balik dalam dunia hitam telah Key rasakan berulang kali. Rasa sakit seolah-olah menjadi temannya, sisi baik sudah ia sirnakan dalam dirinya. Hanya satu yang ia tuju yakni demi kehidupan yang memadai. Bermodalkan teman-teman jalanannya, Key mampu memb
Dua hari berlalu setelah pemakaman Khansa. Leo masih mengurung di kamar dengan pipi terus menitikan air mata. Sampai-sampai kantung matanya mulai terlihat gelap karena teus menerus menangis. Badannya lemah dan rambutnya kusut, dua hari ini hanya ia habiskan untuk menyandar di pintu sembari melamun. Tangan kanannya masih memegangi buku diary peninggalan Khansa. "Non Khansa berpesan sebelum kondisinya kritis. Ia meminta Bibi untuk menyerahkan tas, buku, dan laptop sama Aden. Terima ya Den, ini permintaan terakhir non Khansa." Perkataan Bi Arin terngiang di pikirannya. Leo sama sekali belum melihat isi tasnya, itu
Leo merebahkan tubuhnya di kamar lamanya. Hari ini adalah hari yang amat lelah baginya setelah menyaksikan rekonstruksi kasus Riana. Berusaha mengubur ingatannya tentang pembunuhan keluarganya itu, Leo mengistirahatkan diri hari ini. Merasa dahaga karena cuaca cukup panas, Leo beranjak ke dapur untuk mencari minuman segar. Maka diambilah jus lemon di lemari pendingin. Bersandar di jendela dapur sambil memandangi suasana kebun memanglah menghijaukan pandangan. Seteguk jus lemon yang dingin mengalir di tenggorokan dengan nikmatnya, sangat cocok diminum sebagai pemuas dahaga. Terbuai dengan suasana, tak sengaja Leo menyenggol lemari gelas di belakangnya. Senggolannya cukup keras membuat salah satu gelas jatuh dan pecah di tangan kirinya. Leo meringis karena pecahan itu melukai tangannya membuat darah segar menggenang di pergelangan tangannya. Bukan
Setelah pengakuan mengejutkan dari Khansa, sedikit demi sedikit mereka mulai menghilangkan kecanggungannya masing-masing. Hal ini berbeda dari ekspetasi Khansa bahwa Leo akan kecewa dan menghindarinya, nyatanya pengakuan itu malah membuat mereka semakin dekat.Dua hari setelahnya Leo terus menemani Khansa di rumah sakit dan tak jarang untuk menghiburnya dengan jalan-jalan keluar. Sempat terlintas di benak Leo, kenapa Khansa masih harus menjalankan perawatan? Padahal dirinya dan gadis itu masuk rumah sakit pada hari yang sama.Semua itu terpikirkan karena Leo tidak sabar untuk mengajak Khansa jalan-jalan dan kembali duduk meneduh di pinggir danau seperti dulu lagi.Kali sekarang Leo mengajak dua sahabatnya, Reynal dan Aditia juga menjenguknya. Namun ada rasa tak enak di benak Leo saat Khansa tidak berbicara padanya sama sekali, menimang Leo tidak menjenguk Khansa akhir-akhir ini karena disibukkan dengan urusan pengadilan Ri
Leo meracau di kamarnya. Ia bingung dengan sifat Khansa yang berubah akhir-akhir ini. Kondisinya kian membaik pasca dia pingsan di taman, hanya saja pihak rumah sakit belum membolehkan Khansa untuk pulang dan masih harus menjalankan perawatan beberapa hari lagi. Lelaki itu sudah beberapa kali menjenguk Khansa. Namun Leo dibuat heran bahkan bingung sendiri dengan sikap gadis itu. Khansa belum pernah menjawab setiap pertanyaan yang Leo tanyakan. Jangankan menjawab, Gadis itu bahkan tidak berbicara sama sekali dengannya. Tetapi Leo tidak menyerah, sekali lagi ia akan pergi menemuinya. Mungkin menanyakan baik-baik kenapa dirinya akhir-akhir ini sifatnya berubah. Jika harus meminta maaf karena kesalahan besarnya, Leo siap melakukannya. Lagi pula tragedi itu terjadi karena dirinya. Singkat cerita Leo sampai di rumah sakit. Ia melihat Bi Arin bersama Echa tengah membawa Khansa jalan-jalan keluar ruangan. Mata gadis itu masih t
"Leo? Leo!" "Bertahan bro." "Lo pasti kuat." "Sadar Leo." "Jangan tinggalin Bibi, Leo." Seruan itu memaksa Leo untuk membuka matanya. Atap putih dan tiang infus menjadi benda pertama yang lihat. Matanya pun kembali beredar dengan benak bertanya-tanya, dimana ini? Rumah sakit. Badannya masih terasa lemas. Bukan hanya itu, sakit dan pegal nyaris menyebar di sekujur tubuhnya. Leo hendak bangun sebelum akhirnya ia menyadari bahwa dirinya tengah terbaring di sebuah ranjang yang dikelilingi banyak orang. "Leo, akhirnya kamu sadar juga," ucap Fira penuh haru seraya menggenggam tangan Keponakannya itu. "Alhamdulilah, lo gapapa kan?" tan