Home / Romansa / After We Married / 10. Sebuah Keluarga

Share

10. Sebuah Keluarga

Author: Etna.S
last update Last Updated: 2021-07-22 01:23:08

Ini adalah situasi yang canggung.

Rhea ingin merutuki kebodohannya sendiri yang lupa mengunci pintu kamar mandi. Bukan, dia menyalahkan makanan pedas yang tadi malam ia makan. Bukan, ia lebih suka menyalahkan Hansa. Ya, dia lah yang bersalah dalam menciptakan adegan yang penuh kecanggungan ini.

Mereka saling berpandangan. Wajah panik Rhea dan wajah kebingungan Hansa yang masih tidak mengerti keadaan.

"Mesum!" Ia menyalak. 

Hansa segera tersadar dan sebelum botol sampo itu mendarat ke kepalanya, dia menutup kembali pintu kamar mandi secepat tangannya bisa.

Pipi Rhea memerah meski dia tidak mandi uap hari ini. Sial! Hari paginya yang sempurna harus dihancurkan oleh kejadian memalukan. Ia mendengar gumaman dari balik pintu. Rhea mengerang kesal. Tuhan! Kenapa laki-laki itu masih berdiri di depan kamar mandi?

Hal pertama yang ia lihat setelah membuka pintu kamar mandi adalah sosok Hansa yang berdiri didepannya. Tunggu, kenapa pipinya memerah? Ketika Rhea menyadari alasannya, kekesalannya kembali meluap.

"Kamu!" Geramnya. Ia berdecak kesal. Tidak melanjutkan kalimatnya pada akhirnya dan memilih menghentakkan kaki dengan kesal menuju ruang ganti.

Hidup bersama orang asing yang sialnya adalah suaminya membuat Rhea frustasi. Dia menyesal telah mengucapkan kalimat heroik di altar pernikahan dan mulai menyesali kenapa dia dengan mudahnya berkata 'saya bersedia' dan sekarang dia terjebak dalam pernikahan yang tidak dia inginkan. 

Sial!

Hansa masih memerah. Dia memilih untuk mandi air dingin, mencoba untuk menghilangkan sosok Rhea di pikirannya yang sayangnya sulit dihilangkan. Pada akhirnya pemikiran tentang pergi mengunjungi mertuanya berhasil menyadarkannya. Dia tidak boleh terlambat. Terlambat sangat dilarang.

Pada akhirnya Rhea tidak menjawab pertanyaannya mengenai hal yang disukai orangtuanya. Untungnya dia memiliki orang yang diandalkan untuk menyediakan ini itu. Jeremy bisa mengaturnya.

"Rhea, ini Jeremy. Jeremy, ini Rhea." Hansa memperkenalkan mereka sebelum masuk ke mobil.

Perjalanan menuju kediaman Aslein sekitar setengah jam. Rhea masih tidak berbicara dengannya selepas insiden itu. Rupanya pemandangan jalan raya lebih menarik perhatian dibanding melihatnya. Hansa tidak menyalahkannya, dia mengakui dia yang salah karena membuka pintu tiba-tiba.

Aslein menyukai warna putih. Meski areanya tidak sebesar rumahnya. Kemegahan arsitekturnya yang bergaya eropa barat memancarkan aura kekuasaan. Hansa memperhatikan hal ini dengan ketertarikan penuh. Faktanya, ini kali pertama dia berkunjung ke rumah Rhea.

Tuan rumah telah menunggunya di depan pintu utama. Theodorus memakai kaos kasual, yang membut Hansa merasa salah kostum karena dia memakai setelan jas. Ibu mertua tercintanya, Christina memakai dress polos berwarna bunga lavender yang cocok dengan karakternya. Terakhir, ada Edward Aslein dengan tampilan khas remaja pada umumnya yaitu memakai kemeja kotak-kotak.

"Yah, Bu." Rhea memeluk mereka bergantian. Lalu menuju ke saudara laki-lakinya.

"Tuan, nyonya." Hansa menyalami dengan canggung namun hormat.

"Kami telah menunggu kalian. Ayo masuk," ajak Christina.

Jeremy memberi kode dan Hansa langsung bertindak. "Kami membawa hadiah untuk ayah dan ibu mertua."

Rhea mengangkat alisnya ketika Hansa berjalan menuju bagasi dan membukanya.

"Wow," komentar Edward yang mengintip isinya.

Rhea beringsut untuk melihat apa yang dibawa Hansa. Rupanya pria itu bertekad untuk mengambil hati orang tuanya dengan hadiah. Usaha yang sia-sia, seolah orangtuanya akan bersikap lunak padanya hanya dengan sesuap hadiah.

Ada delapan kotak dari berbagai ukuran. Semuanya telah dibungkus rapi. 

"Ya ampun, jadi merasa ngerepotin." Christina menggandeng tangan Hansa dan mengajaknya masuk setelah memberi arahan pelayannya untuk membawa barang-barang ke dalam.

Edward, Theodorus, dan Rhea berjalan mengikuti di belakangnya.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya ayahnya.

"Baik yah."

"Bagaimana malamnya?" Eda dengan jahil bertanya.

Rhea mencubit lengannya untuk itu dan dia mendapat jeweran telinga dari ayahnya.

Mereka dibawa keruang makan dimana Rhea segera mengetahui bahwa ibunya bersikap berlebihan. Jujur saja, ini hanya mereka ber enam yang duduk di meja makan tetapi hidangan diatas meja cukup untuk sepuluh orang. 

"Ini makan. Ini tante sendiri yang masak loh buat Hansa." Christina menyodorkan makanan khas eropa barat, paella, yang terbuat dari nasi dan berbagai seafood.

"Bagaimana?"

"Enak, nyonya." Balas Hansa.

"Aduhh kok manggilnya kembali jadi nyonya sih? Sekarang kamu kan suami Rhea, panggil ibu juga dong harusnya." Protes Christina.

"Enak, bu." Hansa mengulang.

Hansa merasa kehangatan yang tidak bisa dia uraikan dengan kata-kata. Pemandangan di meja makan dengan kedua orang tua yang perhatian dan menanyakan kabar beserta candaannya membuat Hansa nyaman dan betah untuk tinggal. Masakan nyonya Christina juga enak, Hansa tidak berbohong soal itu. Rhea benar-benar beruntung memiliki keluarga yang mencintai dan peduli padanya.

Setelah acara sarapan selesai. Hansa segera dipanggil oleh ayah mertuanya ke ruang depan untuk diajak bermain catur.

Hansa tidak pandai memainkannya dan segera dalam waktu tiga puluh menit, dia telah kalah dua ronde.

"Hansa, " Theodorus memulai setelah dia memenangkan permainan untuk ketiga kalinya. "Apapun berita mengenai Rhea di media itu tidak benar." 

"Saya sudah tahu, ayah."

Theodorus mengangguk angguk mendengar jawaban menantunya. "Dia mungkin terlihat tegar, kuat, dan percaya diri, yang memang itu adalah sifatnya. Tapi saya sebagai ayahnya tahu, dia terkadang berpura-pura terlihat baik-baik saja didepan semua orang. Sama seperti saya sebenarnya."  Theodorus tersenyum saat mengenang karakter putrinya.

"Saya mendidiknya untuk menjadi orang yang mandiri. Sewaktu dia ingin menjadi artis, saya takut kalau dia tidak bisa bertahan, kamu tahu sendiri kan dunia hiburan itu bagaimana. Tapi lagi-lagi dia bisa mengejutkan saya. Mungkin banyak orang yang mengira kalau dia memakai nama keluarga untuk berkarir, tetapi saya tahu sendiri perjuangan Rhea, dimulai dari ikut casting sana-sini, tidak mendapat upah. Dia memilih melakukan semua itu daripada meneruskan jejak ayahnya ini. Benar-benar seorang pejuang."

Hansa mendengarkan dengan seksama.

"Tapi seorang pejuang pun juga memiliki hati, Hansa. Anak saya saat ini sedang tidak baik-baik saja. Kamu tahu sebabnya. Ayah disini mau berpesan, jaga dia baik-baik, jangan mengecewakannya, selalu mendukung karirnya, baginya bermain peran itu telah menjadi sebagian jiwanya. Saya mengawasi kamu Hansa." Theodorus menekankan kalimat terakhir. 

Theodorus tidak bisa tidur dengan tenang sebelum dia yakin anak-anaknya bahagia dengan jalan yang mereka pilih masing-masing. 

Hansa menahan diri untuk tidak menangis setelah mendengar perkataan ayah mertuanya. Dia senang, sangat senang dan bersyukur Rhea memiliki keluarga yang benar-benar peduli padanya. 

Disisi lain, Christina membawa Rhea menuju lantai dua. Menuju kamar Rhea meski dalam beberapa tahun kamar itu jarang dihuni pemiliknya karena Rhea lebih suka tinggal di apartemennya sendiri.

Rhea merasakan nostalgia dan kehangatan saat melihat ruangan bercat biru yang telah sangat dikenalnya. 

"Aku mengepak barang-barangmu di koper ini kemarin." Christina menunjuk koper hitam di sisi pintu. 

"Bu?" Tanya Rhea ketika ibunya mendudukkannya di pinggir kasur. Dia tahu gelagat ini, ibunya akan memulai ceramahnya.

"Hansa itu laki-laki baik." 

Rhea mendengus ketika mendengar nama suaminya disebut. Akibatnya, ibunya menatapnya tajam dan Rhea memutuskan untuk diam agar dialog ini berakhir dengan cepat.

"Ibu tahu kamu masih patah hati karena si Rangga itu."

"Bu?!" Rhea memperingatkan. Setiap nama pria itu disebut Rhea langsung teringat semua hal-hal manis tentangnya dan itu membuatnya semakin sakit ketika berakhir dengan dia menyelingkuhinya. Untuk saat ini, nama itu terlarang untuk disebut-sebut didepannya.

"Tapi beri Hansa kesempatan ya?" Pinta Christina. Dia memegang kedua tangan Rhea. Sebenarnya dia tidak tega melihat anaknya terpuruk seperti ini. 

Rhea memalingkan muka, tidak mau menjawab.

"Aku tahu kamu takut memulai kembali, takut mencinta-"

"Ibu sudah tahu alasannya." Sela Rhea pada akhirnya. "Bu, Aku nggak sanggup mencintai orang lagi, bu." Terangnya nelangsa. 

Rhea menangis didepan ibunya. Christina segera mendekapnya.

"Kasih dia kesempatan, Rhe. Dia tidak akan menyakitimu." Ia meminta. Ini semua demi kebahagiaan anaknya. Rhea kemarin memilih pria yang salah sebagai tempat hatinya berlabuh. "Atau kalau dia berani, ibu sendiri yang akan membunuhnya." Lanjutnya.

Senyum kecil tersungging di bibir Rhea. "Seolah ibu berani membunuh orang." 

"Ibu berani Rhaenira. Ibu berani melakukan apapun demi kamu dan Edward."

Related chapters

  • After We Married   11. Oops!

    Ibunya meninggalkannya sendirian. Rhea menyukai sifatnya yang penuh perhatian, tahu bahwa dia butuh waktu sendiri di kamarnya, tempat yang pernah menjadi tempat dia menghabiskan sebagian besar waktu di masa anak-anak hinggga remaja.Dia melihat-lihat sekelilingnya dan tatapannya berakhir di meja belajarnya. Kamarnya tidak berubah, bahkan letak penempatan deretan pulpennya yang ia atur sesuai warna tetap berbaris rapi di raknya.Rhea menyunggingkan senyum dan duduk di kursi belajarnya. Tidak ada debu yang melapisi furnitur telah memberikan jawaban bahwa kamarnya telah rutin dibersihkan secara berkala. Ia menyenderkan kepalanya ke alas meja, merasakan nostalgia.Rhea remaja selalu berteman dengan meja belajarnya. Tidak mengenal waktu dalam belajar dan menggambar hingga tangannya pegal dan sempat kram. Ia juga membaca naskah-naskah perannya di awal karirnya disini. Mengingat semua itu membuatnya menyesalkan diri karena dia jarang pulang ke rumah, pulang ke ka

    Last Updated : 2021-07-23
  • After We Married   12. Penampilan Nyonya Rumah

    "Sudah sampai." Rhea membuka pintu mobil dan turun secepat yang ia bisa. Gara-gara masih memikirkan kejadian memalukan itu, dia bahkan tidak menyadari bahwa mobil telah memasuki area rumah Hansa sebelum akhirnya mobil mereka berhenti tepat didepan rumah berwarna biru dengan empat pilar putih yang menjulang. Dalam sekali lihat, kediaman rumah Hansa lebih besar dari rumah keluarganya. Tetapi bangunan itu sendiri tampak kuno dan membosankan seperti pemiliknya. Khas bangunan rumah mewah biasa tanpa ada sisi unik seperti yang dimiliki rumahnya. Rhea melirik Hansa. Suaminya itu tengah berdialog dengan wanita paruh baya yang Rhea tebak dia adalah kepala pelayan rumah. Sembari menunggu obrolan mereka selesai, Rhea mencoba melihat-lihat teras depan. "Rhea sayang," Hansa memanggil dalam nada lembut. Kepala pelayan dan beberapa pelayan lainnya dibelakangnya yang mendengar panggilan itu terkejut bukan main mendengar bosnya berbicara lemb

    Last Updated : 2021-07-24
  • After We Married   13. Who Are You Stranger?

    Segalanya tampak vivid. Dia mengintip dari balik jendela kereta kudanya hanya untuk menemukan deretan pohon yang berjejer disepanjang perjalanan yang terlihat tiada ujungnya. Matahari telah tenggelam, hanya menyisakan semburat jingga yang terlihat dari sela-sela batang pohon yang setiap saat tampak semakin berubah menjadi kelabu menyeramkan. Suara-suara hewan penghuni hutan mulai terdengar. Dimulai dari bunyi jangkrik hingga burung gagak yang bertengger diantara rating pohon. Dia mulai menyesali keputusannya untuk memulai perjalanan di siang hari sehingga harus membelah rimba hutan saat malam. Melakukan perjalanan di malam hari sangat riskan dan rawan. Menyusuri hutan yang sebulan lalu sempat terkenal karena penjambretan dan sarang penyamun tentu berada di diatas level yang berbeda. Seperti bunuh diri atau sengaja masuk mencari petaka. Dia sendiri tahu itu. Selain ancaman dari gerombolan bandit dia juga harus mewaspadai serangan hewan buas yang bisa tiba-tiba muncul

    Last Updated : 2021-07-24
  • After We Married   14. Hanya Sebuah Vas

    Rhea mendengar suara Mia di belakang. Bisik-bisik antar pelayan langsung menyebar, Rhea bisa menangkap apa yang mereka bicarakan adalah betapa selesai Rhea sekarang dan dia akan segera diusir Hansa.Rhea tidak ambil pusing, dia menatap kepingan-kepingan vas yang berceceran di antara meja dan lantai, bercampur dengan darah Karna. Vas itu memang terlihat unik, tapi itu hanya sebuah vas. Tidak seperti Rhea, Karna sangat ketakutan melihat apa yang telah ia lakukan. Dia ingat dulu ada salah satu pelayan yang secara tidak sengaja menggores bagian leher vas hingga meninggalkan bekas dan Hansa langsung memecat pelayan yang malang itu. Menunjukkan bahwa Hansa sangat tidak menoleransi orang-orang yang merusakkan barang peinggalan orangtuanya dan sekarang dia memecahkan satu. Secara teknis dia tidak sengaja melakukannya dan itu karena Rhea. Ya, salahkan Rhea saja! Rhea masih acuh tak acuh meski orang-orang disekelilingnya gempar hanya karena sebuah vas yang hancur. D

    Last Updated : 2021-07-24
  • After We Married   15. Era Baru

    "Lihat, dia memberikan aku kuasa penuh atas rumah ini." Rhea bersolek penuh kemenangan. Karna tersenyum kecut, lalu menggelandang pergi.Para pelayan saling berkomunikasi dalam diam. Tampaknya berita yang beredar di sudut-sudut rumah tentang majikannya sangat mencintai Rhea itu benar. Para pelayan berusia muda diam-diam iri dengan si aktris yang berhasil menaklukkan seorang Hansa Adiwinata."Jadi, aku menginginkan semua pegawai di rumah ini untuk berkumpul satu jam kemudian. Diluar." Perintahnya.Mereka mengangguk.Rhea menatap Mia yang masih berdiri di sudut. "Kau," tunjuknya. "Jika kau begitu tidak punya kesibukan hingga selalu kesini, kau bisa mulai menulis surat lamaranmu."Dia berdiri dan menepuk-nepuk piyamanya dalam rangka untuk meluruskan."Bersihkan kekacauan ini."Pada akhirnya dia memanggil Rani dan Sinta untuk memindahkan pakaian di kopernya ke lemari. Itu juga membuat Rhea baru sadar kalau lemari pakaian

    Last Updated : 2021-07-25
  • After We Married   16. Halo Littlewhite

    "Atau... Cinta dari kehidupan sebelumnya?"Hansa menegang ditempatnya. Dia selalu berpikir bahwa sepupunya orang yang berpikiran pendek tetapi tampaknya dia salah. Sepupunya gila."Sekarang kau mengucapkan hal-hal yang tidak masuk akal." Ia membalas."Memang tidak masuk akal!" Karna menyetujui. "Tapi menikahi Rhea juga langkah yang tidak masuk akal!" Pungkasnya.Sekarang setelah diucapkan, Karna merasa ucapannya memang keterlaluan. "Sudahlah, kamu tampaknya memang sedang di mabuk cinta."Dia beranjak berdiri untuk pergi, tapi sebelumnya dia memberi nasehat, "Hanya mau mengingatkan, hati-hati dengan cinta, karena deritanya tiada akhir."Mungkin Rhea entah bagaimana bisa menaklukkan hati baja Hansa. Mungkin, Hansa memang entah karena eror di otaknya atau tekanan pekerjaan sehingga menjadi rada sinting sehingga jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Rhea yang memakai gaun pengantin. Semua kemungkinan itu tetap tidak mengubah bahwa Hans

    Last Updated : 2021-07-25
  • After We Married   17. Queen

    "Berhenti disini."Meski bingung, Jeremy menghentikan mobilnya. Dia selalu memarkir mobilnya tepat di depan rumah Hansa untuk mengantar jemput Tuannya itu. Tapi dia tetap mematuhi perintah yang diucapkan Tuannya meski akhir-akhir ini banyak permintaan aneh.Hansa segera keluar dan menyuruh Jeremy memakirkan mobilnya ke tempat biasa. Bukan tanpa alasan dia meminta turun disini. Dia melihat istrinya tengah bermain dengan anjingnya dan Hansa berniat untuk langsung menemuinya.Dia melepaskan jasnya dan melampirkannya ke tangan kirinya. Semakin dia dekat dengan mereka, dia bisa mulai mendengar tawa kecil Rhea yang tengah bersenang-senang melempar boneka tulang untuk diambil anjingnya."Bersenang-senang?" Ia menghampiri.Rhea menoleh kearahnya, "Little White Sangat pintar." Beritahunya.Little White?Anjing itu menginterupsi mereka dengan menempel ke kaki Rhea dan menjatuhkan mainannya. Menatapnya dengan ekor bergoyang-goyang, meminta

    Last Updated : 2021-07-26
  • After We Married   18. Kembali Menjadi Artis

    Tangannya ditarik paksa.Dia tidak punya waktu untuk berduka mengenai kehilangan dua pelayan setianya. Arya memaksanya untuk turun dari keretanya yang telah rusak, merangsek kedepan sambil mengayunkan pedang ke arah musuh yang mendekati mereka.Kakinya tidak sengaja tersandung sesuatu dan saat dia melihat kebawah, dia berteriak. Dibawahnya ada kepala manusia yang terpenggal. Tubuhnya bergetar hebat. Dia sangat ketakutan sekarang."Tolong pejamkan matamu putri." Perintah Arya yang langsung dipatuhinya.Arya menggendongnya. Dia bisa merasakan cengkraman kuat di lengannya. Tubuhnya berjengit ketika mendengar dentingan pedang yang terdengar keras di lakukan didekatnyaDia berdoa. Berdoa kepada Sang Hyang Widhi untuk selamat dari kematian hari ini. Berdoa agar Arya mendapat kekuatan untuk bisa menghalau para perampok bengis itu.Dia merasa tubuhnya ditempatkan ke sesuatu. Dia membuka matanya dan melihat bahwa dia telah berada di atas kuda m

    Last Updated : 2021-07-27

Latest chapter

  • After We Married   79. Comeback Yang Mengejutkan

    Rhea menatap dirinya di cermin. Jelas dia sedang tidak dalam keadaan baik. Rambutnya kusut karena ia sendiri lupa kapan menyisir rambut. Pelupuk matanya sedikit bengkak karena habis menangis satu malam. Rhea tidak menyukai tampilannya.Dia melewatkan sarapan bersama pagi ini karena ingin menghindari ibunya. Dia juga akan keluar rumah hari ini, pergi ke tempat baru yang akan ia tuju mengikuti seberapa jauh dia bisa mengendarai mobilnya. Sendirian, tanpa memberitahu Kay atau siapapun. Dia ingin menghilang sejenak, menenangkan diri, dan berpikir mengenai masa depannya yang baru.Dia memakai jaket dengan kaos putih dibaliknya dan ripped jeans yang ia beli beberapa tahun yang lalu yang untungnya masih muat. Dia memakai pakaian yang seadanya yang masih tertinggal di lemarinya.Ketika dia keluar, dia berpapasan dengan Eda.Adiknya bertanya, "Mau kemana?""Pergi." Balasnya singkat.Eda menatapnya selama beberapa detik sebelum mengangguk, lalu pergi.

  • After We Married   78. Kebenaran Pahit

    Dua hari setelah dia bangun dari koma dan dinyatakan sehat, dia akhirnya bisa meninggalkan rumah sakit. Rhea senang dengan hal itu karena dia tidak menyukai berlama-lama tinggal di ruangan dengan alat-alat kesehatan dan bau obat yang menguar di setiap dindingnya.Berbeda dengan sikap penuh bunga yang ditampilkan Rhea. Christina menampilkan aura sebaliknya. Bukan karena dia tidak suka anaknya sembuh, Christina bahkan hampir gila ketika menunggui Rhea agar terbangun dari komanya yang berjalan selama sepuluh hari. Hanya saja, dia sebal dan ingin mulutnya gatal untuk memarahi anak sulungnya itu yang sekarang duduk di kursi belakang mobil suaminya dengan Edward disampingnya.Rhea tidak seharusnya pulang kerumahnya. Dia harusnya pulang bersama Hansa, bukan bersama mereka.Christina sebagai ibu sudah menyadari hubungan Rhea dengan suaminya sedang kisruh alias tidak sedang baik-baik saja. Itu membuatnya bingung, dia hanya tidak mengerti jalan pikiran anaknya yang sepert

  • After We Married   77. Mengukir Pengulangan Kisah

    Hansa seketika mematung. Dia sangat terkejut dengan perkataan Rhea yang tiba-tiba mengungkit soal perceraian. Tangannya berhenti bergerak dan dia menatap Rhea yang sekarang tengah memalingkan muka dan menolak menatapnya.Kedua mertuanya yang berdiri disampingnya juga sangat terkejut atas perkataan Rhea. Bagaimana tidak? Kalimat pertama yang diucapkan Rhea selepas terbangun dari komanya adalah meminta perceraian didepan suaminya yang merawatnya dengan baik ketika dia tenggelam dalam koma."Rhea, apa kau sadar apa yang kau katakan?" Christina bertanya dengan penuh kehati-hatian. Dia melirik menantunya yang wajahnya langsung berubah drastis dari kebahagiaan menjadi penuh tanda tanya.Rhea menolak untuk melihat mereka. Matanya menunduk dan lebih memilih melihat selang infus yang menyalurkan nutrisi ke tubuhnya."Kalian keluar saja. Aku ingin sendirian bersama Hansa." Ucapnya enggan.Christina ingin mendebat namun tangan Theodorus yang menyentuh bahunya

  • After We Married   76. After We Married

    Rhea terduduk saking tidak bisa berdirinya dia setelah mengetahui akhir kisah dari Sekar yang ada dalam mimpinya. Itu bukan kisah yang akan dia harapkan. Rhea tidak pernah menebak Sekar akan berakhir mati di tangan Arya, juga tidak pernah menebak kehidupan pernikahan Sekar akan lebih sering terselimuti duri dibanding bahagia.Tanpa sadar air mata telah mengalir dari kedua matanya yang ia tujukan kepada Sekar yang masih duduk didepannya."Sekarang kamu telah tahu ceritaku." Sekar menatap Rhea dengan pandangan yang tak terbaca.Itu membuat Rhea semakin tidak mengerti kenapa dia harus memiliki pengalaman seperti ini. Dia sendiri tidak tahu dia masih hidup atau mati, dan sekarang dia sedang berhadapan dengan tokoh di mimpinya. Rasa-rasanya Rhea sudah tahu seperti apa keterkaitan antara mereka berdua tetapi dia mencoba untuk tidak berpikir kearah itu."Jatuh cinta membuat kita bodoh bukan?" Tanya Sekar, melanjutkan kisahnya dengan

  • After We Married   75. Sekar : Akhir Dari Cerita

    Tepat hari minggu pertama sejak istana berduka atas kematian permaisuri, alun-alun kota ramai dengan berbagai kalangan yang kesemuanya punya satu tujuan. Melihat perang tanding antara rajanya dengan patihnya hingga salah satu diantara mereka mati.Mereka semua sudah tahu mengenai berita cinta segitiga diantara raja ratu dan patihnya. Rakyat biasa mengira itu hanyalah rumor yang dibuat untuk mencoreng nama permaisuri. Namun sekarang melihat dua pria itu bertanding yang kabarnya berhubungan dengan kematian Sekar membuat mereka tertarik mendengar gosip lebih dalam lagi.Pertandingan masih akan dimulai di sore hari namun saat siang alun-alun sudah padat dengan orang. Para pejabat kerajaan sudah berdiri di poskonya masing-masing. Terbagi menjadi dua kubu. Kubu pendukung Ayudhipa dan kubu pendukung Arya yang rata-rata dari prajurit bekas perang terakhir.Ketika matahari mulai tergelincir dari puncaknya, rombongan Aryalah yang pertama kali muncul. Dia

  • After We Married   74. Sekar : Memeluk Kematian

    Arya langsung melepaskan gagang pedangnya. Seluruh tubuhnya gemetar ketika menyadari apa yang baru saja ia lakukan."Tidak," bisiknya.Dia terduduk lemas ditanah. Matanya menatap siapa yang ia hunus dengan pandangan tidak percaya.Ini semua tidak ada dalam rencananya.Ayudhipa lah yang ingin dia bunuh. Bukan perempuan yang dicintainya yang sekarang tengah berbaring di tanah didepannya dengan darah bersimbah di perutnya."Sekar!" Teriak Ayudhipa.Pria itu menatap pedang yang menancap di perut Sekar dengan ketakutan. Dia segera bersimpuh dan memangkunya."Rwanda!" Teriaknya. Memanggil bawahannya yang izin buang air kecil.Senopati muda itu datang tergopoh-gopoh mendengar teriakan rajanya. Matanya melihat kejadian didepannya dan keterkejutan serta ketakutan terlihat di matanya."Panggil tabib! Cepat!" Perintah Ayudhipa. Suaranya bergetar karena menahan tangis. Matanya telah berkac

  • After We Married   73. Sekar : Garis Takdir Yang Kejam

    Laksita memberitahunya kabar. Kabar yang membuat dia langsung menebaskan pedangnya ke kumpulan bambu didepannya saking inginnya untuk membunuh seseorang. Tidak peduli dia tengah dilihat oleh pasukannya dibelakangnya.Mereka telah memenangkan pertarungan berdarah selama lima bulan sejak dia diutus memimpin wilayah barat. Arya telah mengerahkan seluruh kemampuan mengatur strateginya untuk menaklukkan pasukan koalisi tiga kadipaten paling barat yang ternyata lebih tangguh dari prediksinya. Lalu apa yang dia dapatkan? Hukuman mati dari raja menantinya di ibukota dengan tuduhan perselingkuhan yang tidak pernah dia lakukan bersama Sekar."Tenang Arya, kami disini berada disisimu." Ucap salah satu senopatinya yang segera diangguki yang lain.Namun itu tak menyurutkan kemarahan Arya yang ditujukan kepada rajanya."Bagaimana keadaan permaisuri?" Tanyanya kepada Laksita yang memang tidak ikut dengannya ke perang terakhir.

  • After We Married   72. Sekar : Ingkaran Janji Kedua

    Sekar jelas-jelas sangat terkejut dan tersinggung dengan tuduhan yang Ayushita arahkan kepadanya. Bagaimana tidak? Dia tidak peduli dan sama sekali tidak ikut campur dengan kehamilan Ayushita sejak awal. Jika bukan karena adat pun dia tak akan mengunjungi selir itu. Kemarin pun dia datang hanya untuk kunjungan singkat. Kegilaan apa yang tengah Ayushita miliki hingga berani menuduhnya seperti itu?"Jaga ucapanmu selir Ayushita. Kau tahu sendiri aku tidak pernah berhubungan denganmu selain kemarin, itupun kau tahu sendiri aku melakukan apa di rumahmu." Balasnya dengan penuh penekanan.Tuduhan semacam ini hanya akan memunculkan rumor yang semakin menyudutkannya."Sebelum kedatanganmu, bayiku sehat-sehat saja. Tapi gara-gara kamu, aku harus kehilangan anakku!" Balas Ayushita histeris. Dia masih menangis terisak dengan tangan memegangi perutnya. Disampingnya seorang dayangnya tengah mencoba menenangkannya."Yang Mulia, kamu harus bersik

  • After We Married   71. Sekar : Bunuh Dua Burung Dalam Satu Batu

    Bulan-bulan berlalu seperti lintasan sekejap mata. Kediaman Sekar masih tertutup dan tampak terlihat dingin dibanding rumah-rumah lainnya. Dia lebih suka tinggal di pendopo belakang rumahnya sambil menyesap teh dan melihat senja berakhir.Hubungannya dengan Ayudhipa masih renggang, sesekali dia menerima pria itu datang dan bermalam di rumahnya tapi hubungan mereka tidak sebagus sebelum mereka menikah.Hari ini dia akan menemui salah satu selir. Kehamilan selir Ayushita telah berusia lima bulan dan sesuai adat istiadat, sang permaisuri harus mengunjunginya dan memberi berkat ke bayi itu. Karena sesuai legalitas, setiap anak yang dilahirkan selir akan menjadi milik permaisuri dan anak itu akan memanggil permaisuri dengan sebutan 'ibunda'.Sekar memakai pakaian resminya yang berwarna merah. Dia naik tandu untuk pergi ke kediaman selir yang dituju dengan sepuluh dayang dan kasimnya yang mengikuti dari belakang."Salam Kanjeng Ratu." Serempak

DMCA.com Protection Status