"Atau... Cinta dari kehidupan sebelumnya?"
Hansa menegang ditempatnya. Dia selalu berpikir bahwa sepupunya orang yang berpikiran pendek tetapi tampaknya dia salah. Sepupunya gila.
"Sekarang kau mengucapkan hal-hal yang tidak masuk akal." Ia membalas.
"Memang tidak masuk akal!" Karna menyetujui. "Tapi menikahi Rhea juga langkah yang tidak masuk akal!" Pungkasnya.
Sekarang setelah diucapkan, Karna merasa ucapannya memang keterlaluan. "Sudahlah, kamu tampaknya memang sedang di mabuk cinta."
Dia beranjak berdiri untuk pergi, tapi sebelumnya dia memberi nasehat, "Hanya mau mengingatkan, hati-hati dengan cinta, karena deritanya tiada akhir."
Mungkin Rhea entah bagaimana bisa menaklukkan hati baja Hansa. Mungkin, Hansa memang entah karena eror di otaknya atau tekanan pekerjaan sehingga menjadi rada sinting sehingga jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Rhea yang memakai gaun pengantin. Semua kemungkinan itu tetap tidak mengubah bahwa Hansa dan Rhea telah menikah dan sah di mata negara. Dalam hubungan ini, Hansa pihak yang dirugikan. Karna seratus persen yakin dia tidak berpengalaman dalam cinta-cintaan. Sedangkan Rhea, dia yakin aktris itu punya banyak mantan berderet dan pandai merayu. Buktinya, Hansa bisa bertekuk lutut.
Hansa mendengus mendengar nasehat bak pujangga dari Karna. Sepupunya itu tampaknya memiliki banyak waktu luang sehingga bisa kesana kemari sesuka hatinya.
Selepas kepergian Karna, pintu terbuka lagi dan kali ini asistennya, Jeremy masuk.
"Kepala pelayan rumah telah menginfokan bahwa nyonya Rhea telah merubah besar-besaran ruang tamu. Nyonya mengganti semua furnitur dengan yang baru." Lapor Jeremy dalam sekali tarikan nafas.
Hansa mengangguk-angguk. Itu bagus sebenarnya. Rhea mau bersusah payah mengubah tatanan rumahnya sesuai keinginannya berarti secara tidak langsung dia ingin rumah itu menjadi tempat yang nyaman baginya.
"Katakan pada Bi Darsa bahwa mulai sekarang dia tidak perlu melaporkan sesuatu tentang hal itu ke saya karena Rhea memiliki penguasaan penuh terhadap semua properti rumah, termasuk menggantinya dengan yang baru." Balasnya.
Jeremy mengangguk lambat mendengar perkataan bosnya. Dia sekarang tahu alurnya. Apapun yang berhubungan dengan si Nyonya, Tuannya akan setuju-setuju saja. Entah bagaimana Rhea bisa membuat Hansa tidak berdaya. Jeremy ingin berguru kepadanya.
Hansa melirik jam di tangannya. Tidak sabar untuk menanti waktu pulang agar bisa segera bertemu istrinya. Sebelumnya, dia tidak pernah seperti ini, dia bahkan sering lembur hingga malam baru pulang ke rumah. Sekarang setelah Rhea tinggal bersamanya, dia akan selalu memastikan untuk pulang ke rumah tepat waktu.
***"Lebih ke kanan sedikit."
Rhea memberi instruksi kepada kedua pelayannya yang tengah memasang lukisan asli dari seniman lokal yang baru diantar. Rhea menyukai tema dan gaya melukisnya sehingga dia langsung memborong tiga sekaligus. Satu untuk dipasang di ruang tamu, dua lainnya untuk kamarnya.
"Ya, cukup."
Mereka mengikuti arahan dengan seksama.
"Kerja bagus." Puji Rhea.
Dia melihat ke sekelilingnya, perabotan perabotan usang dan tampak kuno telah menghilang dan terganti dengan benda-benda pilihannya yang berdesain modern dan minimalis. Rhea bangga kepada dirinya sendiri. Dia tidak sabar membayangkan ekspresi Hansa ketika melihat perubahan drastis ini.
Dia berjalan menuju proyek terpentingnya. Tanah telah di persiapkan. Mereka semuanya tampaknya pegawai yang berkompeten, Rhea akan memberi mereka bonus akhir bulan. Tetapi dia tidak langsung memulai acara menanam bunganya. Disamping dia belum membeli bibit bunga, menanam bunga di siang hari itu tidak baik. Rhea bisa menunggu. Dia akan menyambangi toko bibit bunga dalam dua hari kedepan.
Setelah memanggil mereka semua bahwa mereka bisa beristirahat. Rhea membawa ipadnya dan berjalan menuju deretan pohon akasia dan menyender ke salah satu batang pohon. Disini tampak teduh dan nyaman meski jam menunjukkan pukul dua siang, dimana waktu matahari sedang memancarkan sinar panasnya secara membabi buta.
Rhea merenggangkan tubuhnya. Mencari posisi nyaman dan memulai membaca naskah di ipadnya. Rupanya pihak drama yang ia pilih akan melangsungkan syuting dalam minggu-minggu ini. Tampaknya, tim drama adalah tipe yang menawarkan peran ke banyak artis sekaligus, dan mungkin sudah ada yang menerima. Tetapi ketika Rhea menyetujui, mereka menekan kontrak dengannya. Itu adalah hal yang lazim di dunia pembuatan film.Dengan keterbatasan waktu, Rhea harus bisa masuk dalam karakter Ken Umang. Tokoh sejarah yang sering dipandang negatif dan selalu disebut-sebut sebagai orang ketiga dalam hubungan Arok dan Dedes. Ia merasa sangat tertantang untuk itu. Setelah menganalisa dan mencoba dialog-dialognya, yang rupanya di bagian awal, dialognya memiliki porsi sedikit dan lebih menekankan emosi. Rhea merasakan ponsel di sakunya bergetar.
Ada pesan masuk dari Kay. 'apa kau sibuk?'
Rhea meletakkan ipadnya di atas rumput dan membalas pesan. ' tidak nih'
Seperti yang dia tebak, Kay langsung menelponnya.
'Kau pasti terkejut mendengar berita ini. Masih rumor sebenarnya, tapi kurasa ini benar.'
Rhea terkekeh mendengar Kay yang sangat bersemangat untuk memberitahunya gosip terbaru.
"Memangnya berita apa?", Rhea jadi ingin tahu.
'CEO kita, Pak Bertha, akan pensiun dalam akhir bulan ini.'
"Kau tahu siapa yang kira-kira akan menggantikannya?" Rhea tidak terlalu menyukai berita ini.
Meski kadang menyebalkan dan menuntut ini itu, nyatanya pria itulah yang mengenali bakatnya dan secara pribadi menawarkan diri untuk menjadi agensinya. Dulu, agensi hiburan Eureka tidak sebesar sekarang. Rhea memiliki andil dalam membuat nama agensi terkenal ke publik. Singkatnya, dia telah tumbuh dengan agensi tersebut dan Pak Bertha sudah dia anggap seperti paman yang cerewet. Mendengar berita bahwa dia ingin mengindurkan diri, meskipun masih rumor membuatnya sedih. Dia selalu memperbarui kontrak dengan agensi karena CEO nya. Jika dia diganti oleh orang baru, harus ada perkenalan lain dan takut jika nantinya visi misi mereka bertentangan.
'Ini yang menjadi topik hangat. Katanya penggantinya dipilih secara pribadi oleh pemegang saham terbesar dan sosoknya masih dirahasiakan. Jujur aku tidak rela pria tua itu pensiun.' Kay berkata dengan sedih.
Kay sudah kena semprot bosnya puluhan kali tetapi dia tahu pak Bertha melakukan itu untuk membuatnya lebih baik dalam mengelola artisnya.
"Kuharap dia orang baik." Ucap Rhea.
Dia mendengar suara lain di telepon.
'Sudah dulu ya, Nino butuh bantuan.'
Sambungan diputus. Dua bulan terakhir ini, Kay ditugasi menjaga aktor pendatang baru selain sebagai asisten utama Rhea. Ini untuk keuntungan Kay sendiri agar semakin baik dalam menjadi asisten, baik itu asisten aktris maupun aktor. Sementara ini, tidak ada bentrok jadwal diantara kedua artisnya.
Rhea menghela nafas. Mencoba untuk kembali fokus dalam pekerjaannya. Namun baru membaca satu kalimat, dia menyerah. Tidak memaksakan diri, Rhea meletakkannya kembali dan lebih memilih memandang ke sekeliling. Semuanya masih tampak asing dan baru untuknya.
"Oh?" Ia mengerutkan dahi ketika melihat sosok putih menyembul dari balik semak-semak.
Tak selang lama, dia melihat wajah cantik menyembul dengan mulut menggigit bantal tulang mainan.
Rhea terpana dan senyumnya melebar ketika anjing itu menggonggong dan berjalan kearahnya. Hewan cantik itu mengendus endus tubuhnya dan meminta untuk digaruk kepalanya. Itu menyebabkan Rhea tertawa melihat betapa jinaknya anjing ini.
Anjing itu menjatuhkan bonekanya ke pangkuan Rhea. Dia tampaknya ingin mengajaknya bermain.
"Baiklah Littlewhite." Rhea langsung memberinya nama yang terlintas di pikirannya saat itu. Anjing itu menggonggong dan menggoyang-goyangkan ekornya dengan semangat. "Mungkin aku harus mengajakmu bermain."
Rhea tidak tahu Hansa memiliki peliharaan. Juga Rhea tidak tahu, kenapa rasanya dia melakukan deja vu.
"Berhenti disini."Meski bingung, Jeremy menghentikan mobilnya. Dia selalu memarkir mobilnya tepat di depan rumah Hansa untuk mengantar jemput Tuannya itu. Tapi dia tetap mematuhi perintah yang diucapkan Tuannya meski akhir-akhir ini banyak permintaan aneh.Hansa segera keluar dan menyuruh Jeremy memakirkan mobilnya ke tempat biasa. Bukan tanpa alasan dia meminta turun disini. Dia melihat istrinya tengah bermain dengan anjingnya dan Hansa berniat untuk langsung menemuinya.Dia melepaskan jasnya dan melampirkannya ke tangan kirinya. Semakin dia dekat dengan mereka, dia bisa mulai mendengar tawa kecil Rhea yang tengah bersenang-senang melempar boneka tulang untuk diambil anjingnya."Bersenang-senang?" Ia menghampiri.Rhea menoleh kearahnya, "Little White Sangat pintar." Beritahunya.Little White?Anjing itu menginterupsi mereka dengan menempel ke kaki Rhea dan menjatuhkan mainannya. Menatapnya dengan ekor bergoyang-goyang, meminta
Tangannya ditarik paksa.Dia tidak punya waktu untuk berduka mengenai kehilangan dua pelayan setianya. Arya memaksanya untuk turun dari keretanya yang telah rusak, merangsek kedepan sambil mengayunkan pedang ke arah musuh yang mendekati mereka.Kakinya tidak sengaja tersandung sesuatu dan saat dia melihat kebawah, dia berteriak. Dibawahnya ada kepala manusia yang terpenggal. Tubuhnya bergetar hebat. Dia sangat ketakutan sekarang."Tolong pejamkan matamu putri." Perintah Arya yang langsung dipatuhinya.Arya menggendongnya. Dia bisa merasakan cengkraman kuat di lengannya. Tubuhnya berjengit ketika mendengar dentingan pedang yang terdengar keras di lakukan didekatnyaDia berdoa. Berdoa kepada Sang Hyang Widhi untuk selamat dari kematian hari ini. Berdoa agar Arya mendapat kekuatan untuk bisa menghalau para perampok bengis itu.Dia merasa tubuhnya ditempatkan ke sesuatu. Dia membuka matanya dan melihat bahwa dia telah berada di atas kuda m
Rhea bertatapan dengan mata penolongnya. Dia segera membawanya masuk ke dalam gedung yang dengan kaca satu arah membuat para wartawan tidak bisa membidik mereka."Terimakasih." Rhea sangat terbantu akan pertolongan Sebastian.Mereka saling kenal satu sama lain. Rhea dan Sebastian adalah aktris dan aktor utama agensi. Sebastian bergabung tak lama setelah dia menandatangani kontrak. Mereka sekarang adalah ikon agensi Eureka dan dekat dengan CEO nya. Meski begitu, jalan karir mereka berbeda. Rhea dikenal sebagai pemeran ketiga yang selalu antagonis dan anti hero. Sedangkan Sebastian memiliki karir meroket dengan menjadi pemeran pria utama."Mereka menggila sejak kemarin." Ucap Sebastian.Mereka berjalan beriringan. Meski mereka jarang bertemu dalam proyek film, sudah bukan rahasia bagi orang dalam agensi bahwa mereka berteman satu sama lain. Pertemanan senior kata mereka. Sebastian sendiri kemarin menghadiri pernikahan Rhea dan meski terkejut dengan ke
"Sudah sampai."Kay mematikan mesin mobilnya. Dibelakang, Rhea melepaskan seatbeltnya. Tidak lupa kembali memakai kacamata hitam andalannya dan tas jinjing di tangan kirinya."Tidak ingin kutemani masuk?" Kay memastikan kembali.Gedung didepannya ini adalah salah satu gedung terbesar di ibukota. Seluruh gedung telah dibeli dan digunakan seluruhnya oleh Prisma Group yang memiliki banyak anak perusahaan."Tidak usah. Tinggal masuk saja. Hansa bilang dia telah mengutus Jeremy untuk tur perusahaan." Rhea tertawa sendiri di bagian 'tur perusahaan'."Benar, tur perusahaan." Kay didepan mengangguk-angguk iri."Besok jangan lupa ada wawancara. Aku harus membawamu ke salon rambut terlebih dahulu." Kay mengingatkan."Okay." Balas Rhea sambil dengan melakukan gerakan tangan.Seperti yang Hansa janjikan. Jeremy telah menunggunya di pintu masuk. Rhea belum mengenal Jeremy, yang dia tahu, pria itu asisten kepercayaan Hansa."Mar
Jantungnya berdetak kencang. Hansa menatap bibir ranum istrinya itu dengan keinginan tinggi untuk menciumnya. Bisakah dia? Istrinya tampak tidak menahannya. Karenanya bibir mereka menjadi lebih dekat. Semakin dekat dan...'Sepuluh meter lagi belok kanan.'Mereka berdua tersentak kaget mendengar suara dari google maps yang telah Hansa hidupkan kembali, hal pertama yang dia lakukan saat masuk ke mobil.Rhea mendorong Hansa menjauh dan tubuhnya bergerak menjadi sangat dekat dengan sisi pintu. Dia menggigit bibirnya, sesuatu yang dia lakukan sewaktu gugup. Dia tidak berani memandang ke arahnya.Hansa menahan diri untuk tidak meninju layar map di dasbor mobilnya. Merutuki suara dari sistem yang datang di waktu yang sangat tidak pas.Sial! Hansa merindukan bibir itu, dan karena kejadian ini, dia yakin Rhea akan kembali membuat jarak dengannya.Kenapa dia harus menghidupkan maps? Pikirnya kesal.Dengan pikiran kacau balau dan kesal, di
Mereka berbalik dan mendapati seorang pemuda tengah berjalan cepat kearah mereka. Rhea dan Hansa saling berpandangan, jelas tidak ada dari mereka yang kenal dengan pemuda asing ini."Aku tidak sengaja memfoto kalian." Pemuda itu mengeluarkan ponselnya dan langsung mengarahkannya ke Hansa.Gambar dari ponsel pemuda itu menampilkan dirinya dan Rhea dalam posisi berpelukan. Itu difoto dari samping dan ekspresi tawa dan kaget di wajah Rhea dan cara dia memandangnya untuknya serta sinar sore yang berpendar di belakang mereka membuat Hansa mengagumi foto tersebut meski hanya dipotret lewat ponsel.Rhea ikut memberi perhatian terhadap foto yang dibuat."Bagus. Kau punya bakat memotret." Pujinya kepada pemuda itu.Pria itu tersipu malu mendengar pujian dari sang aktris. Sebenarnya dia hanya coba-coba mendapatkan sudut foto yang pas untuk memperindah feed akun media sosialnya, hingga kemudian dia mendapat momen yang pas dari dua pasangan yang tampak sempurn
"Ya, itu kesalahan. Benar, kesalahan." Rhea menggumamkan kalimat itu berkali-kali. Jantungnya berdetak kencang bahkan setelah dia mandi. Sekarang, dia sedang berada di salah satu kamar tamu yang rumah ini miliki. Dia mengungsi malam ini karena tidak ingin dia membuat kesalahan kembali. Kesalahan yang lebih besar.Ciuman itu salah. Jantung yang berdebar itu karena dia terkejut. Pikir Rhea dalam rangka meyakinkan dirinya sendiri.Dia mengacak-acak rambutnya kesal. "Kenapa aku melakukan itu?" Ratapnya. "-tidak, kenapa aku membiarkan dia melakukan itu?!"Rhea membenci situasi ini. Dia membenci kenapa setiap Hansa mulai menatapnya intens dari jarak dekat, jantungnya akan berdetak kencang. Dia membenci dirinya sendiri karena itu."Tenang Rhea, tenang." Dia bermonolog. "Kamu tidak boleh jatuh kedalam rayuan Hansa."Satu hal yang Rhea terakhir inginkan di hidupnya adalah kembali jatuh cinta ke orang yang salah. Hansa termasuk orang yang salah. Mau bagaiman
"Akhirnya aku bisa melihatnya dari dekat." Kay berfangirling ria.Dia adalah pengagum pria tampan, dan menurutnya, Malik adalah aktor tertampan di Indonesia. Dia tidak pernah melihatnya dari dekat karena Malik berbeda agensi. Baru kali ini Rhea akhirnya bermain drama bersama aktor tersebut. Sehingga Kay senang bukan main ketika nama-nama pemeran dramanya mendatang diungkapkan.Rhea bisa mengerti kegilaan Kay akan selebriti tampan. Dia juga mengakui Malik memang memiliki ketampanan yang membuat sebagian besar perempuan menggila kepadanya. Itulah kenapa fanbase Malik juga merupakan yang paling ganas."Ada adegan kamu menciumnya." Asistennya menambahkan. "Aku begitu iri. Kak Jenna memang ahli menyeleksi naskah untukmu." Dia menyebut manager Rhea yang sekarang sedang cuti melahirkan tetapi tetap memantau mereka dari jauh."Pada akhirnya peranku bernasib mengenaskan di akhir drama." Rhea mengingatkan ending menyedihkan dari perannya."Setidaknya bukan d
Rhea menatap dirinya di cermin. Jelas dia sedang tidak dalam keadaan baik. Rambutnya kusut karena ia sendiri lupa kapan menyisir rambut. Pelupuk matanya sedikit bengkak karena habis menangis satu malam. Rhea tidak menyukai tampilannya.Dia melewatkan sarapan bersama pagi ini karena ingin menghindari ibunya. Dia juga akan keluar rumah hari ini, pergi ke tempat baru yang akan ia tuju mengikuti seberapa jauh dia bisa mengendarai mobilnya. Sendirian, tanpa memberitahu Kay atau siapapun. Dia ingin menghilang sejenak, menenangkan diri, dan berpikir mengenai masa depannya yang baru.Dia memakai jaket dengan kaos putih dibaliknya dan ripped jeans yang ia beli beberapa tahun yang lalu yang untungnya masih muat. Dia memakai pakaian yang seadanya yang masih tertinggal di lemarinya.Ketika dia keluar, dia berpapasan dengan Eda.Adiknya bertanya, "Mau kemana?""Pergi." Balasnya singkat.Eda menatapnya selama beberapa detik sebelum mengangguk, lalu pergi.
Dua hari setelah dia bangun dari koma dan dinyatakan sehat, dia akhirnya bisa meninggalkan rumah sakit. Rhea senang dengan hal itu karena dia tidak menyukai berlama-lama tinggal di ruangan dengan alat-alat kesehatan dan bau obat yang menguar di setiap dindingnya.Berbeda dengan sikap penuh bunga yang ditampilkan Rhea. Christina menampilkan aura sebaliknya. Bukan karena dia tidak suka anaknya sembuh, Christina bahkan hampir gila ketika menunggui Rhea agar terbangun dari komanya yang berjalan selama sepuluh hari. Hanya saja, dia sebal dan ingin mulutnya gatal untuk memarahi anak sulungnya itu yang sekarang duduk di kursi belakang mobil suaminya dengan Edward disampingnya.Rhea tidak seharusnya pulang kerumahnya. Dia harusnya pulang bersama Hansa, bukan bersama mereka.Christina sebagai ibu sudah menyadari hubungan Rhea dengan suaminya sedang kisruh alias tidak sedang baik-baik saja. Itu membuatnya bingung, dia hanya tidak mengerti jalan pikiran anaknya yang sepert
Hansa seketika mematung. Dia sangat terkejut dengan perkataan Rhea yang tiba-tiba mengungkit soal perceraian. Tangannya berhenti bergerak dan dia menatap Rhea yang sekarang tengah memalingkan muka dan menolak menatapnya.Kedua mertuanya yang berdiri disampingnya juga sangat terkejut atas perkataan Rhea. Bagaimana tidak? Kalimat pertama yang diucapkan Rhea selepas terbangun dari komanya adalah meminta perceraian didepan suaminya yang merawatnya dengan baik ketika dia tenggelam dalam koma."Rhea, apa kau sadar apa yang kau katakan?" Christina bertanya dengan penuh kehati-hatian. Dia melirik menantunya yang wajahnya langsung berubah drastis dari kebahagiaan menjadi penuh tanda tanya.Rhea menolak untuk melihat mereka. Matanya menunduk dan lebih memilih melihat selang infus yang menyalurkan nutrisi ke tubuhnya."Kalian keluar saja. Aku ingin sendirian bersama Hansa." Ucapnya enggan.Christina ingin mendebat namun tangan Theodorus yang menyentuh bahunya
Rhea terduduk saking tidak bisa berdirinya dia setelah mengetahui akhir kisah dari Sekar yang ada dalam mimpinya. Itu bukan kisah yang akan dia harapkan. Rhea tidak pernah menebak Sekar akan berakhir mati di tangan Arya, juga tidak pernah menebak kehidupan pernikahan Sekar akan lebih sering terselimuti duri dibanding bahagia.Tanpa sadar air mata telah mengalir dari kedua matanya yang ia tujukan kepada Sekar yang masih duduk didepannya."Sekarang kamu telah tahu ceritaku." Sekar menatap Rhea dengan pandangan yang tak terbaca.Itu membuat Rhea semakin tidak mengerti kenapa dia harus memiliki pengalaman seperti ini. Dia sendiri tidak tahu dia masih hidup atau mati, dan sekarang dia sedang berhadapan dengan tokoh di mimpinya. Rasa-rasanya Rhea sudah tahu seperti apa keterkaitan antara mereka berdua tetapi dia mencoba untuk tidak berpikir kearah itu."Jatuh cinta membuat kita bodoh bukan?" Tanya Sekar, melanjutkan kisahnya dengan
Tepat hari minggu pertama sejak istana berduka atas kematian permaisuri, alun-alun kota ramai dengan berbagai kalangan yang kesemuanya punya satu tujuan. Melihat perang tanding antara rajanya dengan patihnya hingga salah satu diantara mereka mati.Mereka semua sudah tahu mengenai berita cinta segitiga diantara raja ratu dan patihnya. Rakyat biasa mengira itu hanyalah rumor yang dibuat untuk mencoreng nama permaisuri. Namun sekarang melihat dua pria itu bertanding yang kabarnya berhubungan dengan kematian Sekar membuat mereka tertarik mendengar gosip lebih dalam lagi.Pertandingan masih akan dimulai di sore hari namun saat siang alun-alun sudah padat dengan orang. Para pejabat kerajaan sudah berdiri di poskonya masing-masing. Terbagi menjadi dua kubu. Kubu pendukung Ayudhipa dan kubu pendukung Arya yang rata-rata dari prajurit bekas perang terakhir.Ketika matahari mulai tergelincir dari puncaknya, rombongan Aryalah yang pertama kali muncul. Dia
Arya langsung melepaskan gagang pedangnya. Seluruh tubuhnya gemetar ketika menyadari apa yang baru saja ia lakukan."Tidak," bisiknya.Dia terduduk lemas ditanah. Matanya menatap siapa yang ia hunus dengan pandangan tidak percaya.Ini semua tidak ada dalam rencananya.Ayudhipa lah yang ingin dia bunuh. Bukan perempuan yang dicintainya yang sekarang tengah berbaring di tanah didepannya dengan darah bersimbah di perutnya."Sekar!" Teriak Ayudhipa.Pria itu menatap pedang yang menancap di perut Sekar dengan ketakutan. Dia segera bersimpuh dan memangkunya."Rwanda!" Teriaknya. Memanggil bawahannya yang izin buang air kecil.Senopati muda itu datang tergopoh-gopoh mendengar teriakan rajanya. Matanya melihat kejadian didepannya dan keterkejutan serta ketakutan terlihat di matanya."Panggil tabib! Cepat!" Perintah Ayudhipa. Suaranya bergetar karena menahan tangis. Matanya telah berkac
Laksita memberitahunya kabar. Kabar yang membuat dia langsung menebaskan pedangnya ke kumpulan bambu didepannya saking inginnya untuk membunuh seseorang. Tidak peduli dia tengah dilihat oleh pasukannya dibelakangnya.Mereka telah memenangkan pertarungan berdarah selama lima bulan sejak dia diutus memimpin wilayah barat. Arya telah mengerahkan seluruh kemampuan mengatur strateginya untuk menaklukkan pasukan koalisi tiga kadipaten paling barat yang ternyata lebih tangguh dari prediksinya. Lalu apa yang dia dapatkan? Hukuman mati dari raja menantinya di ibukota dengan tuduhan perselingkuhan yang tidak pernah dia lakukan bersama Sekar."Tenang Arya, kami disini berada disisimu." Ucap salah satu senopatinya yang segera diangguki yang lain.Namun itu tak menyurutkan kemarahan Arya yang ditujukan kepada rajanya."Bagaimana keadaan permaisuri?" Tanyanya kepada Laksita yang memang tidak ikut dengannya ke perang terakhir.
Sekar jelas-jelas sangat terkejut dan tersinggung dengan tuduhan yang Ayushita arahkan kepadanya. Bagaimana tidak? Dia tidak peduli dan sama sekali tidak ikut campur dengan kehamilan Ayushita sejak awal. Jika bukan karena adat pun dia tak akan mengunjungi selir itu. Kemarin pun dia datang hanya untuk kunjungan singkat. Kegilaan apa yang tengah Ayushita miliki hingga berani menuduhnya seperti itu?"Jaga ucapanmu selir Ayushita. Kau tahu sendiri aku tidak pernah berhubungan denganmu selain kemarin, itupun kau tahu sendiri aku melakukan apa di rumahmu." Balasnya dengan penuh penekanan.Tuduhan semacam ini hanya akan memunculkan rumor yang semakin menyudutkannya."Sebelum kedatanganmu, bayiku sehat-sehat saja. Tapi gara-gara kamu, aku harus kehilangan anakku!" Balas Ayushita histeris. Dia masih menangis terisak dengan tangan memegangi perutnya. Disampingnya seorang dayangnya tengah mencoba menenangkannya."Yang Mulia, kamu harus bersik
Bulan-bulan berlalu seperti lintasan sekejap mata. Kediaman Sekar masih tertutup dan tampak terlihat dingin dibanding rumah-rumah lainnya. Dia lebih suka tinggal di pendopo belakang rumahnya sambil menyesap teh dan melihat senja berakhir.Hubungannya dengan Ayudhipa masih renggang, sesekali dia menerima pria itu datang dan bermalam di rumahnya tapi hubungan mereka tidak sebagus sebelum mereka menikah.Hari ini dia akan menemui salah satu selir. Kehamilan selir Ayushita telah berusia lima bulan dan sesuai adat istiadat, sang permaisuri harus mengunjunginya dan memberi berkat ke bayi itu. Karena sesuai legalitas, setiap anak yang dilahirkan selir akan menjadi milik permaisuri dan anak itu akan memanggil permaisuri dengan sebutan 'ibunda'.Sekar memakai pakaian resminya yang berwarna merah. Dia naik tandu untuk pergi ke kediaman selir yang dituju dengan sepuluh dayang dan kasimnya yang mengikuti dari belakang."Salam Kanjeng Ratu." Serempak