"Jadi benar kamu selingkuh lagi?" ucap seorang gadis kepada laki-laki yang ada di hadapannya yang tak sengaja ia lihat di sebuah kafe yang baru saja ia kunjungi.
Terlihat laki-laki itu sedang duduk berdua dengan seorang wanita yang menggunakan mini dress berwarna hitam, saling tatap dan tertawa bersama.
Laki-laki itu menoleh ke belakang setelah mendengar suara yang tidak asing di telinganya, melihat seseorang yang sedang berdiri memperhatikannya, lalu raut wajahnya berubah kaget dan terlihat pucat pasi menyadari siapa yang ada di belakang itu.
"Jessica?! Sejak kapan kamu disini?" tanya laki-laki itu sedikit kecewa.
Laki-laki itu segera bangkit menghampiri gadis itu yang sedang berdiri tak jauh dari mejanya.
"Erwin, dia siapa?" tanya wanita yang tadi bersama laki-laki itu dengan raut wajah bingung.
"Dia Jessica pacarku Van," jelas Erwin kepada Vannya, jantungnya berdetak sangat kencang karena dia baru saja dipergoki bersama wanita lain oleh pacarnya.
"Loh, kemarin kamu bilang kamu nggak punya pacar," ujar Vannya.
Mata Jessica membelak mendengar pernyataan wanita itu, ia tak tahu mau berbicara apa lagi kepada Erwin. Sudah ke 5 kalinya Erwin menilai seperti ini, mendekati wanita lain dengan alasan teman tapi kenyataannya lebih dari teman.
"Jess,aku bisa jelasin ini," kata Erwin mencoba menenangkan Jessica, dia menggenggam kedua tangan Jessica dan menatapnya.
Jessica menatap Erwin dengan tatapan tak percaya, lagi-lagi dia melihat orang yang dia cintai sedang bersama wanita lain, padahal dia sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi . Jessica tersenyum sinis lalu mendesah, menepis tangan Erwin.
"Mengapa laki-laki sepertimu tidak bisa setia kepada satu wanita saja? Apakah menjadi laki-laki murahan lebih menyenangkan daripada setia?" sindir Jessica kepada Erwin, Jessica berbicara seperti itu dengan sesak dan sangat emosi.
“Selain berengsek kamu juga bodoh, kenapa terus-terusan mengulang kesalahan yang sama? Padahal masih banyak kesalahan yang lain yang belum kamu coba kan!”
Jessica terlihat sangat marah, matanya mulai memerah meredam amarahnya, mulutnya tak tahan ingin memaki Erwin. Rasanya ingin melempar tas dan sepatunya ke wajah Erwin. Ia sadar meski ia memukulnya dengan pemecahan tenaga tidak akan bisa merubah kenyataan bahwa pacarnya itu memang berengsek.
"Maafin aku Jess aku salah, aku gak ada maksud buat selingkuh dari kamu sayang!" ucap Erwin sambil memohon kepada Jessica, memasang wajah yang sangat sedih berharap kekasihnya itu mau memaafkannya. namun Jessica menepis tangannya lagi.
"Udah cukup aku muak! kita sudahi saja sekarang dan jangan pernah menggangguku lagi!"
Rasanya sudah tak sudi melanjutkan ditolak dengan laki-laki berengsek seperti Erwin. Jessica meninggalkan Erwin yang terus memohon.
Tidak ada kata maaf kali ini untuk Erwin. Untuk apa meminta maaf nanti kalau Erwin melakukan kesalahan yang sama lagi.
Rasanya dia sangat kesal dan tak habis pikir, bagaimana bisa selingkuh padahal 2 bulan lagi dia akan bertunangan dengannya. Batinnya kutukan terus Erwin dengan segala umpatan.
Jessica terus berjalan dengan tatapan kosong, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 10 malam.
Kakinya melangkah masuk ke sebuah mini bar, memesan wine berharap bisa menenangkan pikirannya yang sedang kebingungan.Menikmati minumannya hingga tak sadar dia sudah menghabiskan 1 botol wine. Kepalanya serasa sangat berat dan pusing, kesadaran Jessica pun mulai berkurang, dia melihat sekelilingnya terdapat bayak orang yang minum dan berciuman mesra dengan pasangannya, matanya memerah menahan tangis mengingat kejadian tadi, dadanya terasa sangat sesak sekarang.
Jessica bangkit dari kursinya mencoba melangkahkan kakinya secara perlahan, meski kepalanya terasa sangat pusing ia berusaha beranjak dari tempat itu.
Jessica memijat keningnya berharap mengurangi rasa pusingnya itu, tak lama perutnya terasa mual dan panas, ia melihat sekelilingnya mencari lokasi toilet terdekat karena ia sudah tak tahan ingin segera memuntahkan isi perutnya sekarang.
'Huekkkkk'
Gadis itu memuntahkan isi perutnya di wastafel, wajah cantiknya terlihat sangat lusuh dan sangat berantakan, ia menatap cermin melihat betapa berantakannya dia sekarang. Jessica berjalan dengan sempoyongan saat keluar dari toilet itu.
Jessica mengambil ponsel yang ada di tasnya, ia membocorkan layar ponselnya melihat jam sudah menunjukan pukul 01.24. Jessica segera menelfon temannya berharap datang menjemputnya, ia berjalan menuju pintu keluar lalu tiba tiba..
'Brughh'
"Awhhhh.." Jessica meringis kesakitan.
Gadis itu terjatuh dan tersungkur ke lantai karena menabrak seseorang, ia mengusap-ngusap kepalanya yang terasa sangat sakit akibat terbentur lantai.
"Kamu tidak apa-apa?" ucap pria yang menabraknya, pria itu segera membatu jessica berdiri. Wajahnya terlihat sangat khawatir melihat gadis yang masih mengusap kepalanya takut dia kenapa-napa seusai menabraknya, sesakit itu kah? Pikir pria itu.
Jessica berdiri membantu pria itu, badannya terasa sangat lemas tak kuat untuk berdiri lagi. Ia menatap mata pria itu dan mendekatkan wajahnya, Jessica tersenyum.
"Kamu ganteng banget hehe," ucap jessica sambil cengengesan. Tak lama kemudian gadis itu menarik wajah pria yang ada di hadapannya dan dicium dengan lembut, Jessica memejamkan mata dan memeluk pria itu.
Pria itu terpaku, tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Bagaimana bisa ada seorang gadis yang tak dikenalnya lalu mencium dan memeluk dirinya secara tiba-tiba seperti ini.
Jessica melepas ciumannya dan langsung memukul punggung pria itu, Jessica masih memeluknya.
"Berengsek kamu berengsek! Dasar kamu tukang selingkuh! Kenapa tega-teganya kamu selingkuh di depan aku hah! Hiks..hiks.." gadis itu menangis tersedu setelah memukul pria itu badannya terasa lemas lalu tak sadarkan diri.
Orang-orang memata-matai mereka, melihat pemandangan seorang gadis yang sedang mabuk mabuk di pelukan seorang pria yang tak di kenal.
Pria itu bingung takut dikira yang tidak-tidak lebih baik dia membawa gadis itu mengantarnya pulang.
Tapi dimana alamat gadis ini? Bahkan ia tidak membawa kartu identitas. Laki-laki itu bingung, dia membawanya pulang ke apartemennya.
__
Aku melihat seorang gadis yang baru saja menciumku pingsan setelah memakiku, aku bingung entah harus bagaimana. Sepertinya gadis ini mabuk berat, tak mungkin aku meninggalkan gadis ini sendirian mengingat waktu sudah mulai pagi. Aku berinisiatif untuk membawanya ke apartemenku karena aku tak tahu alamatnya.
Melihat gadis itu dengan rasa iba, aku segera menggendong gadis itu membawanya masuk ke dalam mobilku dan memasangkan sabuk pengaman.
Aku rasa lebih baik membawanya daripada meningalkannya di bar, sesampainya di apartemenku aku menggendong gadis itu ala bridal style.
Tubuhnya yang mungil terasa sangat ringan, apa dia tidak makan seharian?
Dengan susah payah aku coba membuka pintu apartemenku, repot juga membawa gadis ini. Aku membaringkannya di samping ukuran king sizeku, menatap wajah gadis itu yang bahkan aku tak tahu namanya siapa.
Dia cantik juga meski terlihat berantakan, aku mengusap rambut. Mengapa gadis ini sendirian di tengah malam begini, apa tidak ada orang yang mencarinya.
Setelah merawat gadis itu aku segera mandi membersihkan diri, setelah itu aku melihat paduan sekarang sudah menunjukan pukul 02.48 pagi. Aku mulai gelisah, aku berbaring di samping gadis itu lalu terlelap.
____
Pagi hari yang cerah, aku terbangun dari tidurku. Saya memijat pelan rambut yang masih terasa sangat pusing sekali, melihat sekeliling ruangan yang bernuansa putih ini saya mengerjapkan mata.
"Hah dimana aku?!" ucapku kaget, aku menengok ke sampingku ada seorang laki-laki berperawakan tinggi besar.
Aku berusaha mengingat hal yang terjadi semalam dan mengapa aku bisa disini.
"Ya tuhan! Semalam aku mabuk."
Aku memasang keningku ketika mengingat apa yang terjadi semalam.
Aku menatap wajah laki-laki yang ada di sampingku ini, wajahnya kalem sekali dan sangat tampan sehingga akupun terpaku melihatnya.
"Tapi kenapa aku bisa disini, apa yang dia lalukan terhadapku malam tadi?" ucapku mulai panik karna aku baru menyadari pakaianku sudah tak utuh lagi.
Ah sial, apa jangan-jangan aku..
"Hei, ayo bangun," ucapku kepada laki-laki yang tengah tertidur di sampingku, berharap dia segera terbangun dan menjelaskan apa yang terjadi dan dia melakukan semalam.
Aku menepuk pipinya pelan dan melihat laki-laki itu mulai membuka matanya.
"Kamu siapa? Kenapa aku bisa ada disini, apa yang terjadi semalam?!" tanyaku kepada laki-laki itu panik, aku menatap gusar berharap ia tak melakukan apa-apa semalam.
"Kamu sudah sadar? Aku gak apa-apain kamu kok, justru aku mau nolongin kamu mau anter kamu pulang soalnya kamu pingsan semalem, tapi aku gak tahu alamat rumah kamu dimana makanya aku bawa kamu kesini daripada aku tinggal kamu di bar gitu aja," jelas lelaki itu.
"Terus baju saya gimana? Kamu gak apa-apain saya kan?" tanyaku.
"Kalo saya apa-apain kamu kenapa?" jawabnya santai.
"APA KAMU BILANG?!"
____
Beberapa hari setelah kejadian itu Jessica mencoba bangkit dari hidupnya, dia mencoba melamar ke perusahaan Yeonsang Group karena dia mendengar kabar dari temannya bahwa di perusahaan itu ada lowongan kerja, tak mau menyia-nyiakan kesempatan Jessica segera mengirimkan lamaran kerja. Wajahnya sangat senang dan penuh semangat dia sangat yakin kalau dia bisa memulai hidup yang lebih baik lagi dan diterima di perusahaan itu. Sejak orang tua Jessica meninggal dia berfikir untuk hidup mandiri tanpa mengandalkan orang lain, sekarang usianya sudah menginjak angka 21 tahun. Sejak orang tuanya meninggal Jessica di urus oleh teman dekat Ibunya karna keluarga Jessica tidak ada yang mau mengurusnya. Beruntung warisan dari orang tua Jessica cukup untuk membiayai sekolah dan kebutuhan hidupnya meski dia harus lebih irit dalam mengatur keuangan. Beberapa hari setelah dia mengirimkan CV Jessica mendapatkan panggilan interview, 3 hari kemudian Jessica mendapatkan k
Benda empuk itu melayang ke wajah Albert, tapi Albert dengan cepat menghindari batal yang di lempar Jessica, keseimbangan Albert hilang karena kakinya tersandung dan tidak di sangka Albert terjatuh tepat diatas tubuh mungil Jessica. Mereka berdua saling menatap lengan kokohnya Albert menopang badannya agar tidak menindih Jessica, untuk yang kedua kalinya wajah Jessica sangat dekat dengan wajahnya Albert. Jessica terpaku, Albert mendekatkan wajahnya kepada Jessica. Melumat sekilas bibir merah Jessica. "Mmmmhh.. Lepasin! Dasar cabul!" umpat Jessica sambil mendorong Albert untuk melepaskan ciumannya. Albert terkekeh melihat tingkah Jessica, padahal Jessica yang mencium Albert duluan ketika di bar kemarin. "Cabul? Siapa yang cabul hmm, kamu kan yang cium saya duluan di bar kemarin. Saya minta tanggung jawab sama kamu, main nyosor nyosor aja," jawab Albert mengingatkan kejadian tempo hari ketika Jessica menciumnya di bar. "Kapan aku cium ka
Albert dan Jessica sudah berada di mobil, Albert memasangkan sabuk pengaman Jessica. Sedangkan Jessica merasa gugup, apa yang sebenarnya laki-laki ini pikirkan pikir Jessica. Wajahnya Albert mendekati wajah Jessica, menatap gadis itu dengan intens. Sedangkan jantung Jessica berdegup kencang menatap Albert, perasaannya tak karuan sekarang. "Gadis pintar, kamu cantik sekali pakai baju itu Jessica," bisik Albert. Albert segera menancapkan gas nya menuju ke suatu tempat bersama Jessica, sedangkan Jessica merasa sedikit ketakutan. Bodoh sekali kamu Jessica menuruti laki-laki yang tak waras ini, umpat Jessica kepada dirinya sendiri. Dia sangat polos apa bodoh menurut begitu saja kepada Albert. Albert membawa Jessica ke suatu tempat yang tak asing menurut Jessica, ke tempat yang membuat Jessica bertemu dengan Albert. "Tunggu disini," ucap Albert kepada Jessica. Jessica hanya mengangguk dan menunggu Albert di dalam mobil. Laki-laki itu
Jessica menatap wajah Albert tak percaya, apakah Albert sudah mabuk sekarang? Pikir Jessica. 'Tentu saja sudah mabuk bodoh! Dia sudah menghabiskan 2 botol wine!' batin Jessica melihat Albert sudah mulai melantur dan tidak jelas. Albert bangkit dan kembali memeluk Jessica dengan erat hingga Jessica sedikit kesulitan bernafas, Jessica mencoba melepaskan pelukannya Albert. "Ihhh lepasinn! Aku mau pulang!" rengek Jessica sambil terus meronta-ronta mencoba melepaskan pelukan Albert. "Kamu cantik sekali Jessica, tidur disini saja untuk malam ini," pinta Albert yang sudah tak sadarkan diri karena alkohol itu. "Gila kamu! Cepat lepaskan! Sakit tahu, aku sulit bernafas bodoh!" Jessica mulai geram kepada Albert, dia memukul-mukul bahu Albert dengan keras supaya laki-laki itu melepaskan pelukannya. Pelukannya mulai merenggang, Albert menatap Jessica lalu melumat bibir gadis itu dengan kasar. Tangannya membelai lembut rambut dan tubuh Jessica deng
Aku sedang berdiri di atas balkon apartemenku sambil memegang sebuah botol minuman yang tadi aku beli di supermarket, aku berdiri melamun memikirkan sesuatu yang aneh dalam diriku. Aku tak mengerti apakah aku merasa kosong karena aku baru berpisah dengan Adisty, atau aku merasa kosong karena Jessica marah dan tidak mau bertemu lagi denganku.. Tunggu! Mengapa aku memikirkan Jessica astaga.. Aku tidak mengerti mengapa gadis itu selalu melintas di pikiranku, apakah aku merasa kehilangan Jessica? Aku benar benar sudah gila sekarang, mana mungkin aku menyukai Jessica. Aku menatap layar ponselku, mencoba mencari Jessica di sosial media tapi aku tidak menemukan akun sosial medianya. Aku tidak ingin Jessica salah paham kepadaku tentang kejadian malam kemarin, apa aku telah melecehkannya sehingga dia sekarang sangat marah padaku? Astaga bodoh sekali kamu Albert malah mabuk saat bersama Jessica! Aku mengutuk diriku sendiri. Perasaanku sangat tak karuan, apa aku c
Albert memeluk Jessica yang masih menangis, mengusap-ngusap rambut Jessica berharap agar gadis itu segera tenang. Bibir Albert sedikit tersenyum melihat tingkah Jessica yang terkadang seperti anak kecil seperti sekarang ini, Jessica memang sangat menarik dimata Albert, rasanya Jessica berbeda dengan gadis-gadis di luar sana batinnya Albert. Perlahan Jessica menghentikan tangisnya, dia sudah merasa aman sekarang bersama Albert laki-laki yang baru saja menolongnya itu, Jessica mengusap pipinya yang basah dan melepaskan diri dari pelukannya Albert, gadis itu menatap Albert dengan canggung lalu memalingkan wajahnya menghindari tatapan Albert. "Kenapa kamu sendirian tadi, kenapa kamu gak telfon saya buat minta jemput?" Albert menatap Jessica khawatir. "Aku bisa pulang sendiri," jawab Jessica pelan tapi suaranya masih terdengar Albert. "Mulai besok saya jemput kamu," kata Albert dengan datar, lalu dia melajukan mobilnya menuju apartemen Jessica
Jessica menenggelamkan wajahnya kedalam pelukan Albert karena kaget melihat hantu tadi, Albert memeluk Jessica dan mengusap punggungnya agar sedikit lebih tenang. "Kita ganti film ya?" tanya Albert kepada Jessica, jessica hanya mengangguk, sedangkan Albert langsung menghidupkan kembali televisinya dan mengganti filmnya. "Besok kita jalan-jalan keliling vila ini, di belakang ada kolam renang dan ada sungai yang cukup bagus, kamu mau lihat besok?" tanya Albert lagi, dan Jessica mengangguk tanda setuju. Mereka berdua kembali menonton film dan kali ini mereka menonton film genre romance, mata Jessica sangat fokus menonton sampai dia tak sadar kalau sedari tadi dirinya masih dalam pelukan Albert, sedangkan Albert masih setia memeluk Jessica. Malam semakin larut mereka berdua terbawa suasana film itu, Jessica asik menyender dan mengusap dada bidang milik Albert dan kakinya berada diatas paha Albert, sedangkan perasaan Albert sudah mulai tidak karuan. Berkali-kali d
Albert menatap wajah Jessica dengan penuh gairah, dirinya sudah tak tahan untuk segera memasukan miliknya kedalam tubuh Jessica. Ia mulai memasukan salah satu jemarinya di bawah sana, merangsang Jessica dengan sentuhannya. "Aahhhh sakitt, pelan-pelan," rintih Jessica kesakitan saat jemarinya Albert mulai bergerak keluar masuk di dalam miliknya, sedangkan Albert sangat menikmati ekspresi wajah Jessica yang mulai terangsang. "Shhhh Jessica aku tak tahan lagii.." Albert mulai mengerang, wajahnya terlihat sudah tidak sabar untuk segera menerobos milik Jessica, kini Albert mulai memasukan kejantanannya kedalam tubuh Jessica dalam sekali hentakan, dan segera menggerakkan miliknya itu secara perlahan. "Ahhh sakit, pelan-pelan," ringis Jessica, tak tahan menahan perih dan sakit di bawah sana, Jessica meremas bahu Albert. "Ahh Jessica kau nikmat sekali.." Albert memejamkan matanya merasakan miliknya Jessica berdenyut menyambut kedatangan Albert junior, d
Hangat sinar mentari pagi mengisi seluruh ruang tidur Adisty, terdapat lengan Albert yang tengah memeluk erat tubuh Adisty, mereka masih tertidur pulas. Dering ponsel Albert terdengar sangat nyaring, waktu menunjukkan pukul 07.15.Albert segera terbangun untuk mematikan alarm dan segera melepaskan pelukannya, matanya menatap wajah Adisty yang masih tertidur. Terlihat sangat cantik dan menggemaskan, pikirnya."Mau bagaimanapun, ternyata aku masih menyimpan perasaan ini untukmu, Adisty." gumam Albert.Sebelum Albert pulang, ia sempat membuatkan sarapan untuk Adisty yang sudah menjadi kebiasaanya bersama gadis itu yang tak lupa meninggalkan secarik kertas bertuliskan, ' Jangan lupa sarapan wanita cantikku' yang membuat Adisty selalu tersenyum setelah membacanya.Sesampainya di rumah ponsel Albert berdering, Hansen menelponnya."Kamu dimana?" tanya Hansen."Di rumah, kenapa?" Albert bertanya balik."Di rumah siapa? Saya semalam ke rumah kamu, bahkan tadi saya ke rumah kamu tapi kamu tidak
"Ada siapa disana, Hansen?" teriak Jessica dari kamarnya. 'kenapa lama sekali,' batin Jessica."Bukan siapa-siapa!" Jawab Hansen."Jessica! Aku mau bicara! Tolong keluar, Aku mau menjelaskan sesuatu kepadamu!" teriak Albert. Hansen merasa kesal dengan sepupunya itu, apa Albert masih tidak mengerti apa yang baru saja dia katakan padanya."Minggir! Aku mau bertemu Jessica!" "Aku tak mengijinkannya!" tegas Hansen."Kau pikir kau siapa menghalangiku! cepat menyingkir lah selagi aku masih berbaik hati padamu, Hansen!"ucap Albert yang sedang mencoba masuk, namun sialnya Hansen tetap menahan dirinya.Albert melayangkan tinju kepada wajah Hansen, dia sangat kesal sekarang dengan tingkah sepupunya itu."Hansen!" teriak Jessica melihat Hansen tersungkur lemas. "Apa yang kamu lakukan, Albert!"Je-Jessica? Aku tak sengaja memukul Hansen, dia menghalangiku terus" ujar Albert.Sedangkan Jessica segera mebantu Hansen berdiri, "Apa yang kamu lakukan disini!" teriak Jessica kesal melihat Albert."Ak
"Siapa perempuan itu?" tanya Jessica."Perempuan yang mana?" Jawab Hansen bingung.Jessica memutar pandangannya melihat mobil yang sangat dia kenal, dalam hatinya terus bertanya siapa perempuan yang bersama Albert itu. sementara Hansen kebingungan dengan sikap Jessica."Kamu lihat siapa?" Mendengar perkataan Hansen, Ia segera mengalihkan pandangannya, "Ah, sepertinya aku salah lihat, Hansen."'Aku harus segera menanyakan ini kenapa Albert' batin Jessica.Albert tidak mempunyai adik perempuan, dia juga tidak mengatakan apapun hari ini. Jadi wajar saja jika Jessica merasa bingung."Kamu sedang memikirkan apa, Jessica?" Hansen menyadari kalau gadis itu sedang memikirkan sesuatu, siapa perempuan yang dia maksud, pikir Hansen."Nanti aku ceritakan."_________________"Kenapa dia tidak menghubungiku" Jessica menatap layar ponsel penuh harap, berharap Albert mengirim pesan untuknya siang ini. Namun sayangnya tak ada kabar apapun dari lelaki itu, membuat Jessica semakin gelisah."Baiklah, d
Albert kini sudah berada di dalam mobil hitam miliknya, ia sengaja memilih waktu saat jam kerja untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkannya terjadi.Ia memakai kemeja berwarna coklat muda dipadukan dengan celana jeans yang terlihat senada namun sedikit lebih gelap yang membuat kulit putihnya terpancar lebih cerah dari biasanya.Sebuah pesan singkat dari Adisty. 'Aku sudah melihat mobilmu, tunggu sebentar.'Albert melihat ke sekelilingnya, mencari keberadaan Adisty yang sudah membuat janji dengannya di depan sebuah minimarket. Namun matanya tidak menemukan adanya tanda-tanda keberadaan Adisty, di mana dia?Laki-laki itu mendesis kedinginan setelah merasa pipi sebelah kirinya mengenai sesuatu yang terasa menusuk kulitnya.“Halo, kau sudah lama menunggu?”Ternyata itu Adisty.Ia menyodorkan Abert sebuah minuman dingin di tangan sebelah kanannya, “Ini untukmu, sebagai ucapan terima kasih karena sudah ma
'Halo, si cantik yang ‘lumayan’ pintar berbohong! Karena besok adalah hari terakhir kita masuk kerja, bagaimana kalau nanti biar kujemput kau di tempat biasa?' sebuah pesan singkat dari Hansen.Jessica mengerjapkan matanya berkali-kali, sebuah pesan dari ponselnya membuatnya kembali teringat dengan perkataan sahabatnya tadi pagi.“Pasti Ivy hanya sedang membuatku geer, lihat saja, ia begitu mudah menggoda seorang perempuan seperti ini!”Belum sempat jemarinya membalas, terdengar sebuah bunyi pesan masuk dari pemilik nama yang sama.'Tidak ada jawaban berarti setuju, bukan? oke, anggap saja begitu. Aku menunggumu pukul delapan di halte bus, tolong jangan terlambat apalagi mengatakan bahwa kau sudah hampir sampai di kantor, ya!'Jessica mengela nafasnya, bagaimana bisa seorang Hansen yang dulu terlampau cuek kepadanya mendadak berubah menjadi sangat posesif seperti ini?Jessica mengerti, bahwa berurusan dengan Hansen ki
Jessica mengaduk-aduk jus alpukat miliknya, masih memikirkan perkataan Ivy beberapa jam lalu yang sempat membuatnya hampir tidak percaya. Namun, melihat ekspresi Ivy yang terlihat sangat serius dan tidak berniat untuk berbohong itu terlihat menguatkan seluruh kenyataannya. “Ada apa, Jessica?” tanya Albert yang sedari tadi memperhatikan Jessica seperti orang yang sedang banyak pikiran. Jessica menggeleng cepat, “Ti-tidak, aku tidak apa-apa.” “Tetapi kau terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.” ucapnya mengutarakan apa yang ia rasakan. “Adakah sesuatu yang mengganggu pikiranmu?” Lagi-lagi Jessica menggeleng, “Tidak, Albert. Aku hanya... sedikit pusing karena kerjaan di kantor yang cukup menumpuk.” elaknya. “Sungguh? aku tidak percaya bahwa masih ada kantor yang memberi pekerjaan sama banyaknya pada hari sabtu, kurasa sebaiknya kau pindah dari sana,” saran Albert, tidak ingin membuat kekasihnya itu kelelahan apalagi sampai sakit.
Jessica menoleh dan mendapati seseorang yang sangat dikenalinya, “Astaga, Ivy! Kau hampir membuat jantungku lepas!”Wanita cantik berambut cokelat terang dengan tubuh yang sedikit lebih tinggi dari Jessica itu tertawa puas, “Kaget karena ada yang mengetahui isi hatimu?” sarkasnya.“Sepertinya obat dari dokter tidak cukup membuatmu manjadi lebih waras,” balas Jessica malas, ia memutuskan untuk segera kembali di tempatnya.Ivy merupakan satu-satunya teman perempuan Jessica di kantor ini, karena Jessica sendiri tidak begitu ingin banyak berbasa-basi dan mengenal lebih jauh para kaum sebangsanya yang terkenal begitu heboh dan cukup glamour di sini.Syukurlah ternyata masih ada satu perempuan waras yang sepemikiran dengan Jessica, sehingga di sinilah keduanya berada.Mereka memang tak begitu lama saling mengenal, namun mengingat keduanya mempunyai beberapa kesamaan membuat Jessica maupun Ivy ternyata jauh lebih
Dapat kulihat kini perempuan itu tengah menoleh ke kanan dan ke kiri dengan tatapan was-was, tampaknya ia terkejut setelah membaca pesan dariku. Aku tertawa kecil melihat perubahan ekspresi pada wajahnya, Jessica memang bukanlah seseorang yang pandai berbohong. Pesan dariku hanya berhenti sampai tanda dibaca, aku segera melepaskan sabuk pengamanku dan turun dari dalam mobil untuk menghampiri Jessica. “Di mana sebuah kantor yang kau maksud?” sindirku halus yang berhasil membuatnya menoleh dengan raut tak enak kepadaku. Ia memutar kedua bola matanya malas, “Aku sedang berbicara kepadamu, Jessica,” tegurku dengan nada tegas. “Lalu, di mana apartemen yang kau maksud, Hansen?” serangnya balik dan berhasil membuatku tertawa karena nada ketus yang Jessica tunjukkan kepadaku. Melihat raut wajah Jessica yang tak sama sekali berubah apalagi tertawa membuatku merasa tidak enak, “Kau marah?” tanyaku hati-hati. “Menurutmu?” Aku menggaru
Aku membuka kedua mataku setelah mendengar sebuah dering pesan masuk, dengan segera kuambil ponselku yang terletak di sebelah nakas tempat tidurku. Isi pesan dan si pengirim pesan itu berhasil menciptakan sebuah lengkungan indah di bibirku. Ya, itu adalah sebuah pesan dari Albert. 'Selamat pagi, Jessica. Hari ini aku sedang free, bagaimana kalau pukul lima kutunggu kau di stasiun kereta?' Isinya memanglah bukan berupa pesan-pesan manis layaknya remaja yang sedang kasmaran, namun rasanya sangat berbeda dari biasanya. Terlebih, ketika mengingat bagaimana kita menghabiskan malam dengan penutup yang sangat manis. Ah, rasanya ingin sekali bisa kembali memutar waktu dan menghentikannya tepat saat itu. Aku menggerakan jemariku satu persatu, mulai merangkai kalimat di layar ponselku untuk membalas pesan dari Albert. 'Kau ingin pergi naik kereta bersamaku?' Tak butuh waktu lama, suara dering pertanda pesan masuk kembali berbunyi.