Di sebuah ruangan yang sudah di dekor sedemikian rupa, terdapat banyak tamu undangan dan sepasang calon pengantin yang sedang duduk bersebelahan di hadapan penghulu.
"Saya terima nikah dan kawinnya Amar Apparawit binti…" Ucapan Gempa terpotong saat dia salah mengucapkan nama mempelai wanita.
"Kamu yang serius Gempa. Jangan malu maluin ayah di depan rekan bisnis dan tamu undangan." Kesal sang Ayah. Pasalnya Gempa sudah menghabiskan hampir satu setengah jam hanya untuk mengucapkan ijab Kabul saja.
"Pak, ini gak bisa di wakilin aja yaa? Soalnya saya grogi nih, kalo gini caranya mending saya disuruh manjat pohon beringin daripada ngucapin ijab Kabul kaya gini. Gemeter hati dedek, bang." Ucap Gempa dramatis. Memang yaa dia paling tidak bisa dengan yang namanya serius, semua hal selalu dia anggap lelucon dan mainan. Bahkan acara ijab kabul yang sakral sekalipun.
"Mana bisa ijab kabul di wakilin. Kamu jangan ngawur kalo ngomong." Kesal Magma, ayah Gempa. Dia sudah sangat gemas dengan anaknya sampai sampai dia ingin memutilasi lalu membuangnya ke sungai A****n. Biarkan saja dia di makan oleh ikan Piranha daripada membuatnya malu di hadapan kolega dan rekan bisnisnya seperti ini.
"Ayo dicoba sekali lagi,". Ucap pak penghulu masih mencoba untuk sabar dalam menghadapi tingkah Gempa yang sangat menguras kesabaran.
"Saya nikahkan engkau ananda Gempa Rafathar Al-Malik bin Magma Al-Malik dengan Anaya Klaradista Apparawit binti Amar Apparawit dengan mas kawin uang tunai senilai dua Miliar dan seperangkat alat solat dibayar tunai." Ucap pak penghulu.
"Saya terima nikahnya Anaya Klaradista Apparawit binti Amar Apparawit dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Ucap Gempa lantang. Akhirnya penderitaan semua tamu undangan dan semua orang yang ada disana pun telah selesai.
"Nanti malem gue minta lima puluh ronde ya, Nay." Bisik Gempa sambil tercengir tidak jelas ke arah Anaya. Sedangakan yang di lirik membalasnya dengan tatapan sinis.
"Nanti kita mainnya pake gaya apa ya, Nay?" tanya Gempa sangat rondom. Anaya menoleh pada Gempa dengan wajah malasnya. "Gaya monyet tengkurep." Sinis Anaya.
Acara ijab kabul telah selesai. Sekarang Gempa dan Anaya berada di atas pelaminan untuk menyalami para tamu undangan.
"Wahhh… selamat ya, bro. Akhirnya WARRIOR punya ibu negara juga," Teriak Jeno memberi selamat dan langsung memeluk Gempa dengan gaya coolnya.
WARRIOR TEAM adalah perkumpulan para siswa SMA Mandala yang di ketuai oleh Gempa. Memiliki hampir dua ribu anggota yang masih aktif, dengan enam anggota inti yang semuanya memiliki sifat tidak jauh beda dari Gempa, tengil dan selalu bikin rusuh.
"Yoi. Bini gue nih," ucap Gempa angkuh sambil merangkul pundak Anaya posesif.
"Apaan sih,". Risih Anaya. Dia melepaskan rangkulan Gempa dari bahunya dengan kasar.
"Bahahhah.... Baru kawin aja udah terjerat konflik, apalagi kalo udah setaun. Mending lo sama gue aja, Nay." Ucap Galang pada Anaya.
"Enak aja lo kalo ngebacot." Teriak Gempa cepat. Dia langsung merangkul Anaya kedalam pelukannya.
"Dih, ogah banget gue harus nikah sama lo. Lagian tingkah kalian itu gak jauh beda sama sama tengil dan pembuat rusuh." Sinis Anaya sambil melepaskan tubuhnya dari rangkulan Gempa dengan kasar.
"Bini lo kalo ngomong suka nancep ya Gem," bisik Galang pelan namun masih bisa di dengar oleh Anaya.
"Gue gak budek loh,". Ucap Anaya yang langsung mendapat cengiran tanpa dosa dari Galang.
"Si Amir mana? Gue mau nagih kado dari dia,". Tanya Gempa pada Galang dan Jeno.
"Lo kaya gak tau Amir aja, dia pasti lagi berburu makanan lah buat dibawa balik,". Jawab Jeno sambil duduk santai di kursi pelaminan.
"Woy bro selamat yaa…" Teriak Amir yang langsung merangkul Gempa dengan gaja maco nya. "Nih gue tepatin janji gue untuk membelikan sang ketua dan ibu negara seperangkat alat ngen-"
Pletak
Dimas menoyor kepala Amir sangat keras. "Kamu jahat mas. Hiks hiks kamu jahat." Ucap Amir mendramatiskan diri sambil memukul mukul tangan Dimas manja.
"Najis lo Mir, gue masih lurus yaa". Dimas mendorong tubuh Amir agar menjauh darinya.
"Temen temen lo mana, Nay?" tanya Gaga pada Anaya.
"Gak tau," jawab Anaya dengan suara yang sangat lembut.
"Jirrr, bini lo pilih kasih banget Gem. Giliran sama Gaga aja baik, kalem, ramah. Lah sama gue? Ngegas mulu kaya kompor meleduk." Ucap Amir dramatis karena merasa di bedakan oleh Anaya.
"Aku hanya punya waktu untuk pria tampan,". Ucap Anaya angkuh.
"Andika kangen band kali ah, babang tamvan". Celetuk Niko sambil memakan puding yang ia bawa.
"Misi, misi,". Teriak keempat wanita yang baru saja naik keatas pelaminan. Mereka adalah teman teman Anaya. Nada, Vanta, Andin dan Mawar.
"Aaaaa... Selamat ya Nay,". Teriak mereka sambil memeluk Anaya.
"Gue gak nyangka lo nikah sama cowok tengil modelan Gempa,". Ucap Mawar penuh haru.
"Diem lo Mawar bakso boraks. Tengil tengil gini juga lo pernah suka sama gue,". Ucap Gempa angkuh. Memang waktu kelas sepuluh Mawar pernah menyukai Gempa, lebih tepatnya sebelum dia tau sifat Gempa yang sebenarnya.
"Dih najis. Gue juga kalo tau sifat lo yang kaya dakjal gini gak mungkin gue suka sama lo. Najis Mugholadoh, Mukhaffafah, Mutawassithah." Ucap Mawar jijik.
"Gengnya si boraks mah kalo ngebacot bikin sakit hati mulu, menusuk sampe anus dan keluar taik,". Celetuk Amir yang langsung mendapat semprotan dari Niko.
"Lu jorok banget deh jadi orang, gue lagi makan puding nih." Kesal Niko yang sudah tak selera lagi untuk memakan puding rasa mangga itu.
"Wahh cari ribut lo, Mir, sama gue". Ucap Vanta tak terima.
"Hajar Van, hajar,". Kompor Andin sambil menepuk nepuk pundak Vanta agar emosinya semakin memuncak dan baku hantam dengan Amir, kan lumayan tontonan gratis.
"Gak usah kompor deh lo, Din. Mending lo urusin mas Al sama adik lo yang penuh masalah itu sana". Usir Amir dengan wajah kesalnya.
"Lo kira film AADC,". Kekeh Galang.
Semua menatap Galang heran, bisa bisanya dia salah menyebutkan judul sinetron kesukaan rakyat Indonesia. "Ikatan Cinta bodoh. Typo lo jauh banget Lang, Lang, gue Aduuh mak lo yee,". Koreksi Dimas.
"Jangan dong, bisa bisa gue di coret dari KK lagi, mak gue kan bucinnya Aldebaran banget,". Ucap Galang memelas.
"Oiya ini kado dari kita buat lo sama Gempa,". Ucap Nada sambil menyodorkan sekotak kado yang lumayan besar pada Anaya.
"Wahhh isinya pasti sempak kalo nggak sempak pasti isinya kondom sama tespek,". Ucap Amir yang langsung mendapat tatapan tajam dari the boraks geng, berbeda dengan teman temannya yang malah terkekeh apalagi Gempa yang musam mesem seperti orang gila.
"Mending usir deh temen temen tengil lo ini, sampah acara aja." Sinis Anaya.
"Gak bisa gitu dong, ini juga acara gue jadi teman temen gue juga berhak ada disini," jawab Gempa tak terima jika teman temannya harus pergi dari sana.
"Yaudah kalo gitu talak gue sekarang." Tegas Anaya dengan wajah kesalnya. Gempa melotot tak percaya dengan apa yang diucapakan Anaya barusan.
"Nay, kita baru nikah loh, belum juga gue rasain malem pertama masa udah konflik aja" Ucap Gempa dengan nada yang frustasi.
"Yaudah usir temen temen lo sekarang." Kesal Anaya melipat tangannya di dada. The boraks gang terlihat puas dengan apa yang di lihatnya sekarang.
"Ehemm, demi kepentingan bersama dan demi ketentraman semuanya kalian mending balik deh, gue gak mau gara gara kalian malam pertama gue ancur,". Ucap Gempa pada teman temannya.
"Mas Gem, kamu tega mas, kamu tega." teriak Amir memukul mukul dada Gempa dramatis.
"Najis lo Mir, najis." Ucap Jeno bergidig ngeri melihat tingkah Amir. Kenapa bisa dia bergabung dengan manusia manusia penuh drama seperti ini. Fikir Jeno.
"Turun lo semua." Teriak Gempa pada teman temannya. Dengan kesal dan penuh drama merekapun turun dari pelaminan. The boraks gang tertawa puas melihat musuhnya ternistakan seperti ini.
"I like it,". Seringai Mawar.
"Jatah aman ya, Nay. Siap siap lima puluh ronde, bismilah debay kembar" bisik Gempa yang langsung mendapat tatapan tajam dari Anaya.
Gempa dan Anaya sudah berada di dalam kamar. Karena kelelahan mereka pun memutuskan untuk merebahkan tubuhnya sejenak sebelummereka membersihkan tubuhnya."Nay,". Panggil Gempa pada Anaya yang masih setia memejamkan matanya."Hmm,". jawab Anaya singkat. Pasalnya dia sangat lelah dan tidak mood untuk berbicara panjang lebar."Mandi bareng yu,". Ajak Gempa tanpa rasa malu sedikit pun. Memang Gempa adalah lelaki termesum dan ternyebelin yang pernah Anaya kenal. "Gak." Jawab Anaya singkat, padat, dan jelas."Kita kan mau produksi debay kembar yaa itung itung pemanasan dulu lah, ayoo, apa lo mau gue gendong?" Tanya Gempa mengangkat alisnya untuk menggoda Anaya. Dia sudah beranjak dari posisi rebahannya."Diem deh Gem. Gue lagi gak mood berantem sama lo, gue cape." Kesal Anaya tanpa membuka matanya untuk menatap kea rah Gempa."Ayolah Nay,". Rengek Gempa seperti anak kecil."Apaan sih Gem. Kata gue nggak, ya nggak." Kesal Anaya.
"Bangun woyyy,". Teriak Anaya pada Gempa yang masih terlelap di atas tempat tidur."Gempa. Woyy, bangun,". Teriak Anaya lebih keras dari sebelumnya.Teriakan Anaya memang cukup kencang, tapi itu tidak mengurungkan niat Gempa untuk tetap tertidur dan bolos sekolah."Gue banjur ya, Gem." Ancam Anaya. Namun Gempa tidak begitu memperdulikan ancaman itu, toh itu hanya gertakan gak mungkin juga kan Anaya setega itu. Fikir Gempa.Tapi dugaan Gempa salah, karena Anaya benar benar membawa segayung air di tangannya dan,ByurrrAnaya mengguyur tubuh Gempa dengan segayung air yang ada di tangannya. "Anjing. Lo bener bener ya, Nay". Teriak Gempa dan langsung beranjak duduk dengan wajah yang basah kuyup."Durhakot lo Nay sama gue, minta maaf gak!" Teriak Gempa kesal. Bukannya meminta maaf Anaya malah berjalan keluar kamar dan meninggalkan Gempa yang basah kuyup dengan wajah kesalnya."Anaya awas aja lo,". Teriak Gempa dari dalam kamar. Anaya
Gempa dan Anaya sedang membereskan barang barangnya, karena sore ini mereka akan pindah ke apartemen."Nay, lo yakin mau pindah ke apartemen?" Tanya Gempa masih ragu apakah nanti Anaya bisa menjadi istri yang baik untuknya atau tidak."Yakin. Lagian gue juga udah biasa hidup sendiri, kan dari kelas sepuluh gue udah pisah rumah sama mama, papa". Jawab Anaya santai sambil memasukan baju bajunya kedalam koper.Gempa terkejut dengan apa yang di katakana Anaya barusan. Apa katanya? Sudah pisah rumah sejak kelas sepuluh? Pasti ini prank, mana nih kameranya?. Fikir Gempa."Kenapa lo?" Tanya Anaya heran saat melihat Gempa celingak celinguk gak jelas."Lo beneran udah pisah rumah dari kelas sepuluh?" Tanya Gempa tidak percaya jika Anaya sudah pisah rumah dengan kedua orang tuanya sejak kelas sepuluh. Sedangkan Anaya hanya membalasnya dengan anggukan."Kenapa lo gak bareng mereka?" Tanya Gempa duduk di samping Anaya yang sedang memasukan pakaian nya k
Anaya dan Gempa sedang sarapan bersama sebelum mereka berangkat sekolah. "Nay, pulang sekolah gue izin nongkrong bentar yaa,". Ucap Gempa di sela sela memakan roti selai coklatnya."Iya, tapi pulang nya jangan malem malem takut gue ketiduran nanti gak ada yang bukain pintu,". Jawab Anaya santai."Siap,". Balas Gempa mengangkat tangannya hormat.Selesai sarapan Anaya dan Gempa bersiap siap untuk berangkat sekolah. "Dasi lo mana?" Tanya Anaya pada Gempa karena Gempa tidak memakai dasinya."Ada, nih,". Jawab Gempa sambil melirik saku celananya.Anaya menggeleng gelengkan kepalanya tak habis fikir lalu mengambil dasi dari saku celana Gempa. "Dasi itu dipakenya dileher bukan di saku,". Ucap Anaya sambil memasangkan dasi di leher Gempa."Tapi nanti aura bad boy gue berkurang, Nay. Gue gak mau pake dasi,". Kesal Gempa cemberut. Anaya hanya menatap Gempa sambil tersenyum."Anaya gue gak mau pake dasi, nanti gue gak ganteng lagi,". Rengek Gemp
"Kalian sedang apa?" Tanya seseorang dari arah belakang. Anaya dan Gempa langsung menoleh kebelakang dengan cepat."Pak Asep." Ucap Anaya terkejut dan menjauhkan dirinya dari Gempa.Berbeda dengan Gempa, dia malah menatap datar pak Asep, Siska dan Aliyah yang berani beraninya mengganggu kemesraan dia dengan Anaya."Kalian sedang apa disini?" Tanya pak Asep dengan wajah datarnya."Bapak sendiri ngapain kesini? Mana pake bawa pasukan lagi, mau sep-". Ucapan Gempa terpotong saat tangannya di senggol oleh Anaya."Ngomong yang sopan,". Bisik Anaya yang hanya bisa di dengar oleh Gempa."Jawab pertanyaan saya. Kalian sedang apa disini." Bentak pak Asep pada Gempa dan Anaya."Kita cuma duduk kok pak,". Jawab Anaya membela diri."Bohong pak. Udah jelas jelas tadi bapak liat mereka lagi pelukan,". Teriak Siska cepat.Anaya menatap Siska tak suka sedangkan Gempa hanya menatap nya datar."Ikut saya keruangan. Jelaskan semuany
"Awssssshhhh... pelan pelan,". Ringis Anaya. "Ini udah pelan pelan saying,". Jawab Gempa dengan lembut. "Tapi sakit banget Gempa. Gue gak kuat,". Lirih Anaya menahan rasa sakit di bagian bawahnya. "Keset banget Nay, harus pake pelicin dulu,". Ucap Gempa lalu beranjak untuk mengambil sesuatu di atas nakas dan membalurkan, yang Anaya sendiri pun tak tau itu cairan apa. "Gempa sakit,". Ringis Anaya lagi. "Bentar ya sayang,". Ucap Gempa menenangkan Anaya lalu membalurkan cairan itu sampai merata. "Aku gerakin ya Nay, tahan." Lanjut Gempa. "Awwsssshhhhhhh Gem-pa sak-it bangettt,". Ringis Anaya. DIa menyalurkan rasa sakitnya dengan mencengkram seprai di sampingnya. "Awalnya sakit tapi lama lama jadi enak kok,”. Ucap Gempa yang masih menggerakan tangannya di bawah sana. "Gempa sumpah kaki gue sakit banget, awwshhhh gue gak kuat". Teriak Anaya saat Gempa memijat kakinya sangat keras. "Bentar Nay dikit lagi, biar
Gempa dan teman temannya sedang berada di kelas. "Eh bro semalem lo ngapain aja sama ibu negara?". Tanya Amir pada Gempa."Gue abis ehem,". Jawab Gempa asal."Waaaww, imfresif." Ucap Galang menggeleng gelengkan kepalanya sambil menutup mulutnya tak percaya."Halah palingan cuma mimpi,". Celetuk Jeno dengan gaya santuy yang di milikinya."Gak percayaan banget lo sama gue." Ucap Gempa kesal. Yaa walaupun dia hanya asal ngomong tapi tetap saja dia sempat mandi bareng sama Anaya. Itu termasuk 'ehem' bukan?!"Ya kalo percaya sama lo itu namanya musik." Celetuk Niko menimpali kehaluan yang di buat Gempa."Musrik bego." Ralat Dimas menoyor kepala Niko lumayan keras sampai sang mpunya mendesis kesakitan."Njing. Sakit ogeb!" Umpat Niko dengan reflek langsung memukul tangan Dimas pelan.Di antara Gempa dan teman temannya yang ribut dengan masalah yang unfaedah. Gaga hanya diam dan menyimak percakapan teman temannya dan enggan untuk mela
"Eh Nay, itu Gempa lagi gadoin cewek,". Teriak Andin heboh. Seheboh orang yang baru saja mendapatkan uang kaget dari Gtv."Godain bego. Lo euhhhhh bikin gemes deh,". Ralat Vanta gemas sendiri."Yaa itulah pokonya,". Jawab Andin watados.Anaya hanya menatap Gempa datar, dia percaya bahwa Gempa gak mungkin menggoda cewek lain. Apalagi dia adalah Siska. Lebih tidak mungkin lagi.Merasa diperhatikan, Gempa pun melihat sekelilinya dan mata Gempa tertuju pada sekelompok gadis yang sedang duduk di depan kelas.Anaya tersenyum kearah Gempa. "Beuhhhh manis banget senyum istri gue,". Ucap Gempa sambil memegang dadanya terpana oleh senyum manis Anaya."Iya tau, gue emang manis kok,". Jawab Siska centil.Gempa menatap Siska aneh. "Pede lu. Orang gue bilang istri gue yang manis, bukan lo." Sinis Gempa."Istri? Emang lo udah nikah? Kapan? Sama siapa? Dimana? Kok gue gak tau sih?" Tanya Siska bertubi tubi."Gak penting juga lo tau, yan
Setelah selesai rapat, Anaya memutuskan untuk pergi ke kantin karena jam pelajaran kedua sudah dimulai dan anggota OSIS yang tadi ikut rapat di izinkan untuk tidak masuk pelajaran."Bu, mau jus jeruknya satu yaa. Nanti anterin ke meja yang di pojok situ," ucap Anaya pada salah satu ibu kantin yang ada di sekolahnya."Oke neng," jawab ibu kantin.Anaya berjalan menuju tempat duduk yang tadi ia tunjukan pada ibu kantin."Hii, Nay." sapa seseorang dari arah belakang.Anaya menoleh. "Eh hii juga, Dit." jawab Anaya pada Dito."Sendirian aja, gak bareng sama temen temen lo?" tanya Dito heran."Inikan masih jam pelajaran," jawab Anaya santai."Ahaha... Iya yaa gue lupa," ucap Dito terkekeh.Ibu kantin pun datang dengan segelas jus jeruk di tangannya. "Ini neng jus nya," ucap ibu kantin."Oh iya bu, makasih," jawab Anaya sopan. Ibu kantin hanya membalasnya dengan senyuman lalu berjalan pergi meninggalk
Pagi pagi sekali Anaya dan Gempa sudah berada di sekolah. Karena Anaya tidak mau jika teman temannya curiga jika dia dan Gempa sudah melakukan 'itu'. Yaa walaupun mereka sudah menjadi suami istri tapi tetap saja Anaya malu jika sampai teman temannya tau apalagi Mawar yang mempunyai mulut lemes dan gak bisa di rem, bisa bisa rahasia pernikahannya di ketahui satu sekolahan."Yakin gak mau aku temenin sampe temen kamu ada yang dateng?" tanya Gempa pada Anaya yang sudah duduk manis di tempatnya."Gak usah, bentar lagi juga mereka dateng," jawab Anaya. Gempa pun mengangguk lalu mencium kening Anaya sebelum dia pergi dari sana."Aku ke kelas dulu," pamit Gempa yang di angguki Anaya.Dua puluh lima menit setelah kepergian Gempa, teman temannya pun satu persatu datang. Dimulai dari Mawar dan Vanta lalu di ikuti oleh Nada dan yang terakhir datang adalah Andin. "Tumben tumbenan lo datang pagi banget? kesambet apaan nih?" tanya Vanta pada Anaya."Cuma iseng aja," jawab Anaya santai."Emang yaa
"Kamu belum makan siang, aku pesenin makanan yaa. Mau makan apa?" tanya Gempa. Dia mengambil ponsel dari dalam saku celananya."Aku mau makan seblak," jawab Anaya."Jangan itu Nay, kamu dari pagi belum makan. Yang ada nasi nasi nya dulu," ucap Gempa."Terserah deh samain aja," jawab Anaya malas. Dia lebih memilih untuk membuka laptopnya dan menonton drakor yang sudah lama dia simpan dan tidak sempat untuk menontonnya."Lagi nonton apa?" tanya Gempa pada Anaya yang sedang asik menatap layar laptopnya."Drakor," jawab Anaya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop."Daripada nonton drakor mending kita nonton ini," Gempa merampas laptop dari pangkuan Anaya dan mengetikan sebuah kode pada kolom pencarian."Kode apaan sih? Kok aku baru tau bisa pencarian sama kode kode gitu?" tanya Anaya heran. Dia terus memperhatikan Gempa dengan teliti.Gempa menekan tombol enter dan munculah video video yang tadi Gempa cari deng
Anaya sedikit terusik dengan tangan kekar yang mengelus lembut sebelah pipinya."Enghhhh..." usik Anaya."Bangun sayang," ucap Gempa sangat lembut.Perlahan Anaya membuka matanya dan menyesuaikan dengan pencahayaan di ruangan itu. "Jam berapa?" tanya Anaya pada Gempa."Jam setengah dua belas," jawab Gempa."Malem?" tanya Anaya dan kembali terpejam dalam pelukan Gempa."Siang," jawab Gempa dengan santainya."Hah! Kok lo gak bangunin gue sih!" teriak Anaya terkejut karena Gempa tidak membangunkannya untuk sekolah."Aku-kamu sayang," koreksi Gempa."Iya terserah, kenapa gak bangunin sekolah coba, jadi bolos kan." kesal Anaya. Dia mencari cari ponselnya untuk menghubungi salah satu temannya agar di izinkan tidak masuk sekolah."Hp aku mana?" tanya Anaya pada Gempa yang masih setia memainkan ponsel di tangannya."Gak tau," jawab Gempa acuh.Anaya terus mengumpati suami laknatnya itu di dalam hati. "Pinjem sebentar mau chat Nada," ucap Anaya pada Gempa."Ngapain?" tanya Gempa heran."Yaa ma
Anaya dan Gempa sudah berada di apartemen mereka. Dan sekarang Gempa sedang rebahan di atas sofa sedangkan Anaya, dia sedang memasak di dapur."Yang... mau susu," teriak Gempa dari ruang tv."Ambil sendiri, gue lagi masak," balas Anaya dengan berteriak."Bawain bentar, cepet!" teriak Gempa ngotot."Ck. Iya iya sebentar," jawab Anaya lalu mematikan kompornya sebelum pergi memberikan susu kotak pada Gempa. Untung saja sayur sop yang ia buat sudah matang hanya tinggal di pindahkan ke mangkuk saja.Anaya berjalan kearah ruang tv dengan susu kotak di tangannya. "Nih," ucap Anaya menyodorkan susu kotak yang ia bawa."Apaan nih?" tanya Gempa heran."Katanya lo mau susu. Ini gue udah bawa susu kotak," jelas Anaya malas."Orang gue maunya susu lo. Kok malah dikasih yang di kotak sih," jawab Gempa. Dia langsung Menarik pinggang Anaya. Alhasil Anaya pun terjatuh di atas paha Gempa."Apaan sih Gem. Gue lagi masak t
Bell pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Dan kini Gempa sudah berada di kelas Anaya untuk menunggu Anaya yang sedang membahas tugas bersama teman kelompoknya."Masih lama?" tanya Gempa yang sudah mulai bosan."Bentar lagi," jawab Anaya yang masih fokus membahas tugas untuk besok mereka presentasi kan di depan kelas.Gempa menghembuskan nafasnya gusar sambil terus memperhatikan Anaya yang sedang fokus membahas tugas bersama teman temannya."Iya. Nanti kaya gitu aja, kalo masih bingung nanti malem kita vc group aja," ucap Anaya pada teman kelompok nya."Nah boleh juga tuh, gue juga masih belum ngerti banget sih," jawab salah seorang teman kelompok Anaya yang bernama Merla itu."Yaudah kalo gitu gue balik duluan yaa, nanti malem aja kita bahasnya," ucap Anaya lalu merapihkan buku bukunya di ikuti dengan ketiga teman kelompoknya. Merla dan Nike."Ayoo," ajak Anaya yang sudah selesai membereskan buku bukuny
"Gwemmm...""Bales," setelah mengatakan itu Gempa kembali mencium bibir Anaya dengan lembut. Begitupun dengan Anaya.Cukup lama mereka berciuman sampai Anaya mulai kehabisan napas dan memukul mukul dada Gempa agar dia melepaskan ciumannya.Huhh...Huhh...Huhh..."Lagi gak?" tawar Gempa sedikit menggoda Anaya."Gak! Ini masih di sekolah Gempa!" tegas Anaya."Yaudah nanti aja pulang sekolah lanjut di rumah, sekalian yang ini juga," ucap Gempa sambil menunjuk pada dada Anaya."Gak! Enak ajah!" jawab Anaya cepat. Dia langsung menutup dadanya dengan kedua tangan."Udah lama loh Nay gue gak dapet jatah itu," ucap Gempa sedih."Yaa tapi gue gak mau Gempa! Gue takut tambah gede terus baju gue pada gak muat gimana?!""Kita beli lagi lah, gitu aja ribet," jawab Gempa enteng.Anak sultan mah bebas. Baju bayi harga dua jeti aja di beli, apalagi buat mak nya. Lima jeti juga pasti
"Gempa..." teriak seseorang dari belakang.Anaya menoleh dan ternyata itu adalah Siska. "Ngapain sih!" gerutu Anaya kesal."Gempa kok ninggalin sih!" ucap Siska dengan suara manjanya."Kok gue mual yaaa," sindir Anaya. Dia memegangi perutnya berpura pura ingin muntah."Apa sih lo. Jablay!" sinis Siska."Dih.. Bukannya lo yaa yang JABLAY!" ucap Anaya nyinyir."Lo yang jablay!" teriak Siska tak terima."Lo!""Lo!""Lo!""Lo!""Stop!!!" bentak Gempa kesal sendiri mendengar keributan dari dua wanita di hadapannya."Dia duluan!" ucap Anaya cepat. Dia tidak mau Gempa menyalahkan dirinya atas keributan ini."Bisa diem gak!" bentak Gempa lagi, karena mereka berdua masih saling menyalahkan. Yaa walaupun dengan berbisik tapi masih bisa di dengar oleh Gempa."Gempa dia yang salah bukan gue!" teriak Siska tak terima."Udah stop! Lo berdua yang salah!" bentak Gem
Gempa menatap heran kerah Anaya yang berlari dengan terburu buru. "Gue duluan," pamit Gempa pada teman temannya."Gempa..." teriak Siska yang merasa terabaikan."Gue duluan nanti pulang sekolah gue jemput di kelas," pamitnya pada Siska lalu berlari mengejar Anaya."Nay," ucap Gempa yang berhasil mencengkram pergelangan tangan Anaya."Lepas! Gue mau ke toilet," jawab Anaya menahan isakannya."Nay." Gempa membalikan badan Anaya. "Hey... Lo kenapa?" tanya Gempa yang melihat Anaya sudah mengeluarkan air matanya."Gakpapa," jawab Anaya singkat. "Sayang lo kenapa?" tanya Gempa. Dia menarik Anaya kedalam pelukannya.Hiks... Hiks... Hiks..."Lo kenapa?" tanya Gempa sangat lembut."Gu-gue gak suka lo deket deket sama Siska," jawab Anaya terisak di dalam pelukan Gempa.Gempa tersenyum. Ternyata rencananya berjalan dengan mulus. "Lo cemburu?" tanya Gempa."Hiks... hiks... hiks" hanya isakan yang keluar dari mulut Anaya."Gue akan jauhin Siska kalo lo juga jauhin Andra." ucap Gempa.Anaya melepa