"Kalian sedang apa?" Tanya seseorang dari arah belakang. Anaya dan Gempa langsung menoleh kebelakang dengan cepat.
"Pak Asep." Ucap Anaya terkejut dan menjauhkan dirinya dari Gempa.
Berbeda dengan Gempa, dia malah menatap datar pak Asep, Siska dan Aliyah yang berani beraninya mengganggu kemesraan dia dengan Anaya.
"Kalian sedang apa disini?" Tanya pak Asep dengan wajah datarnya.
"Bapak sendiri ngapain kesini? Mana pake bawa pasukan lagi, mau sep-". Ucapan Gempa terpotong saat tangannya di senggol oleh Anaya.
"Ngomong yang sopan,". Bisik Anaya yang hanya bisa di dengar oleh Gempa.
"Jawab pertanyaan saya. Kalian sedang apa disini." Bentak pak Asep pada Gempa dan Anaya.
"Kita cuma duduk kok pak,". Jawab Anaya membela diri.
"Bohong pak. Udah jelas jelas tadi bapak liat mereka lagi pelukan,". Teriak Siska cepat.
Anaya menatap Siska tak suka sedangkan Gempa hanya menatap nya datar.
"Ikut saya keruangan. Jelaskan semuanya di ruangan saya,". Ucap pak Asep kemudian pergi meninggalkan taman belakang bersama Siska dan Aliah dibelakang nya.
"Gak usah takut, toh kita juga udah sah,". Ucap Gempa santai lalu menggandeng tangan Anaya menuju ruangan pak Asep.
"Tapi gue takut,". Cicit Anaya pelan.
"Kalo lo dimarahin nanti kita pindah sekolah,". Ucap Gempa sangat enteng. Dia memang satu satunya manusia yang selalu menganggap semua hal enteng dan gampang kecuali soal Matematika.
Disepanjang perjalanan menuju ruangan pak Asep, Anaya hanya diam dan menunduk. Anaya tidak mampu mengucapkan sepatah katapun.
"Silahkan duduk,". Perintah pak Asep pada Gempa dan Anaya.
Mereka berdua pun duduk bersebelahan. Di ruangan pak Asep sudah ada bu Ambar. Guru BK SMA Mandala.
"Coba jelaskan kenapa bisa kalian berada di taman belakang sambil berpelukan?". Tanya bu Ambar pada Gempa dan Anaya.
"Elah, cuma pelukan doang heboh,". Gumam Gempa yang masih bisa di dengar oleh bu Ambar.
"Apa kamu bilang? Coba ulang sekali lagi?" Bentak bu Ambar mulai terpancing emosi.
"Lagian kenapa sih orang cuma pelukan doang, apa salahnya?" Jawab Gempa. Seperti biasa dia akan terus membela dirinya agar tidak terlihat salah.
"Kamu tau ini sekolahan? Sekolah itu tempatnya menuntut ilmu. Belajar. Bukan untuk pacaran." Bentak bu Ambar emosi.
"Dan kamu, Anaya. Kamu kan menjabat sebagai wakil ketua osis, seharusnya kamu memberi contoh yang baik untuk para siswa bukan malah berbuat mesum seperti ini." Bentak bu Ambar pada Anaya.
"Maaf bu,”. Ucap Anaya sambil menunduk. Sedangkan Gempa, dia malah mengangkat kepalanya angkuh.
"Pasti kamu kan yang membawa pengaruh buruk buat Anaya?!" Tuduh bu Ambar pada Gempa. "Selama hampir tiga tahun Anaya bersekolah di sini, baru kali ini dia terkena masalah." Lanjut bu Ambar.
Gempa hanya tersenyum sinis kearah bu Ambar. "Terus ibu mau apa?" Tanya Gempa dengan nada menantang.
"Oke, karena kamu yang minta jadi ibu akan beri hukuman kamu seberat beratnya. Hormat kepada bendera selama dua jam pelajaran lalu bersihkan semua toilet yang ada di sekolah ini." Perintah bu Ambar.
"Oke,". Jawab Gempa santai.
"Ibu maaf sebelumnya, tapi Anaya rasa itu terlalu berat, kita berdua kan gak melakukan hal yang aneh aneh,". Ucap Anaya sesopan mungkin.
"Ibu rasa ini tidak terlalu berat, dan hukuman itu hanya berlaku untuk Gempa, tidak untuk kamu." TEegas bu Ambar.
"Tapi bu..."
"Sudah sudah ibu tidak mau lagi berdebat, silahkan kamu kembali ke kelas, dan kamu." Bu Ambar menunjuk wajah Gempa. "...Laksanakan hukuman kamu dengan benar." Lanjutnya dengan suara yang tegas.
Gempa tak menjawab dia langsung menarik tangan Anaya untuk keluar dari ruangan pak Asep.
"Harusnya lo gak ngomong kaya gitu jadinya kan lo di hokum." Teriak Anaya kesal.
"Udah biasa kali Nay, gue kan salah gak salah juga pasti di hukum," Balas Gempa santai.
"Yaa makanya jangan jadi murid bandel,". Ucap Anaya sinis. Sedangkan yang di sinisi hanya membalasnya dengan kekehan.
"Dih dibilangin malah ketawa,". Kesal Anaya.
"Udah sana masuk kelas." Perintah Gempa pada Anaya.
"Gak lah, gue mau nemenin lo aja,". Jawab Anaya santai.
"Nanti lo kena hukuman, mau?" Tanya Gempa pada Anaya.
"Gakpapa,". Jawab Anaya santai.
"Yaudah terserah,". Final Gempa lalu berlari menuju lapangan untuk menjalankan hukumnan hormat kepada bendera selama dua jam pelajaran.
Anaya terus memperhatikan Gempa dari pinggir lapangan. "Ganteng banget sih suami gue,". Gumam Anaya sambil tersenyum menatap kearah Gempa.
Gempa yang merasa diperhatikan pun menoleh pada Anaya dengan satu alisnya terangkat. Anaya hanya membalasnya dengan senyuman manisnya.
"Anaya,". Teriak seseorang dari arah koridor kelas sebelas.
"Lo ngapain disini?" Tanya Dito heran karena melihat Anaya yang malah duduk santai di pinggir lapangan.
"Lagi nemenin Gempa,". Jawab Anaya santai.
"Lo jangan aneh aneh deh, nanti kalo guru sama adik adik kelas liat gimana? Apa yang mereka fikir nanti kalo wakil ketua osis nya aja kaya gini,". Ucap Dito tegas.
Gempa hanya menatap Dito dan Anaya dari tengah lapangan tanpa ingin ikut campur dengan urusan mereka.
"Masuk kelas,". Perintah Dito dengan suara tegasnya.
Anaya menatap Gempa yang ternyata juga sedang menatap kearahnya. Gempa mengangguk pertanda bahwa dia menyetujui jika Anaya pergi ke kelasnya.
"Yaudah gue ke kelas dulu,". Pamit Anaya yang langsung di angguki Dito.
Anaya sudah berada di kelasnya tapi entah kenapa pikirannya terus saja memikirkan Gempa yang sedang di hokum di lapangan.
"Nad, Gempa lagi di hukum tau,". Bisik Anaya pada Nada.
Nada yang sedang fokus dengan ponselnya pun menoleh ke arah Anaya. "Hah, bikin ulah apalagi?" Tanya Nada berbisik.
"Gue gak bisa ceritain sekarang, Nad, bantuin gue biar bisa keluar dari kelas dong. Gue kepikiran Gempa terus dari tadi,". Ucap Anaya sedikit memohon.
"Lima menit lagi juga istirahat Nay,". Balas Nada santai.
Anaya hanya bisa diam dan terus memikirkan Gemp. Entah kenapa rasanya Anaya sangat khawatir dengan keadaan Gempa, padahal ini bukan pertama kalinya Gempa dihukum.
Drettt
Drettt
Drettt
Ponsel Anaya bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk di ponselnya, Anaya pun segera mengambil ponsel dari saku bajunya.
Dimas - Nay lo dimana?
Ke UKS sekarang.Anaya - Gue di kelas
Bentar lima menit lagi gue kesana, nunggu bell istirahat dulu.Emang kenapa sih nyuruh gue ke UKS?Dimas - Gempa pingsan.
Udah deh mending lo izin atau apalah pokonya lo cepetan kesini.Mendengar itu perasaan Anaya semakin tidak karuan, dia benar benar sangat khawatir dengan kondisi Gempa saat sekarang.
"Lo kenapa?" Tanya Nada saat melihat Anaya sangat gelisah.
"Gempa pingsan Nad, gue harus ke UKS sekarang,". Ucap Anaya khawatir.
"Oke, oke tenang dulu. Lo jangan panik,". Balas Nada mencoba untuk menenangkan.
"Mending lo izin ke toilet aja sana,". Lanjutnya.
"Temenin dong,". Pinta Anaya pada Nada.
Nada tidak menjawab dia segera mengangkat tangannya untuk meminta izin pada pak Andi. "Pak saya sama Anaya izin ke toilet,". Izin Nada.
"Bentar lagi istirahat, tahan dulu saja". Balas pak Andi.
"Tapi Anaya udah kebelet banget pak, bapak mau dia ngompol di celana?" Tanya Nada. Dia masih berusaha agar pa Andi mengizinkan mereka untuk keluar kelas.
"Yasudah sana, jangan lama lama,". Final pak Andi pada akhirnya.
Tanpa menunggu lama Anaya dan Nada segera berjalan keluar kelas untuk menuju UKS. Mereka lari dengan cepat tanpa memperdulikan sekelilingnya. Yang mereka fikirkan hanyalah cepat sampai ke UKS dan melihat keadaan Gempa.
Sesampainya di UKS Anaya segera berlari menuju kearah Gempa yang sedang terbaring lemas dengan mata yang tertutup rapat.
"Gem, Gempa ini gue, bangun yaaa Gem, Gempa,". Lirih Anaya sambil mengelus pipi Gempa dengan lembut, air matanya pun sudah menetes sejak kedatangannya di UKS.
"Kenapa dia gak bangun bangun, Jen?" Tanya Anaya panic saat Gempa tidak kunjung membuka matanya.
"Sabar Nay, Gempa emang suka gini kalo lagi banyak fikiran,". Balas Jeno menenangkan Anaya.
"Tapi gue sama dia lagi gak ada masalah, kita baik baik aja, Jen." Ucap Anaya yang masih berusaha untuk membangunkan Gempa dari pingsannya.
"Gempa ayoo dong buka mata lo,". Pinta Anaya dengan lirih. "Maafin gue Gem, seharusnya tadi gue gak ninggalin lo sendirian, maafin gue,". Lirih Anaya terisak dengan memeluk tubuh Gempa.
"Gempa bangun, Gempa ayoo buka mata lo, Gem, jangan bikin gue khawatir kaya gini,". Isak Anaya dengan air mata yang terus mengalir dari kedua bola matanya.
Nada terus mengelus punggung Anaya agar dia sedikit lebih tenang.
Beberapa menit kemudian Gempa perlahan membuka matanya. "Nay,". Lirih Gempa.
"Gempa lo gapapa kan, apa yang sakit?" Tanya Anaya dengan suara yang lembut.
"Gue gapapa cuma pusing sedikit aja,". Jawab Gempa yang masih menyesuaikan pandangannya dengan cahaya di ruangan itu.
"Lo mau apa bos? Biar kita yang beliin,". Tanya Dimas yang dibalas gelengan oleh Gempa. "Gue butuh waktu berdua sama Anaya,". Ucap Gempa.
Teman teman Gempa dan Nada pun mengangguk lalu berjalan keluar dari UKS. "Gue duluan Nay,". Pamit Nada yang langsung di angguki oleh Anaya.
"Duduk sini Nay,". Perintah Gempa sambil menepuk tempat disebelahnya.
"Kenapa?" Tanya Anaya sambil mendudukan tubuhnya di samping Gempa.
"Gue mau di peluk,". Ucap Gempa pelan karena dia masih sangat lemas.
Anaya memeluk tubuh Gempa dengan erat sambil mengelus rambutnya lembut "Lo kenapa bisa pingsan kaya gini?" Tanya Anaya dengan suara yang sangat lembut.
"Gak tau,". Jawab Gempa apa adanya dan semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Anaya.
"Meluknya lanjut di rumah aja yaa, takut ada guru masuk nanti salah paham lagi kaya waktu itu,”. Ucap Anaya selembut mungkin.
"Bentar lagi, gue masih lemes Nay,". Lirih Gempa dalam pelukan Anaya.
"Gue beliin makanan yaa,". Ucap Anaya yang langsung mendapat gelengan dari Gempa.
"Lo harus makan, biar gak lemes lagi,".
"Bentar lagi juga udah gak lemes, gue cuma mau di peluk sama lo,". Jawab Gempa dan semakin menenggelamkan kepalanya pada tubuh Anaya.
Anaya hanya mengangguk dan sesekali menyisir rambut Gempa dengan tangannya.
"Gempa udah yaa, gue pegel,". Keluh Anaya saat punggungnya sudah terasa sakit. Gempa pun melepaskan pelukannya dia juga sudah kembali seperti biasa.
Cup
Gempa mengecup dahi Anaya sekilas. "Gempa! Kalo ada yang liat gimana?!" Teriak Anaya kesal dengan tingkah Gempa yang tidak tahu situasi.
Gempa hanya terkekeh lalu turun dari brangkarnya. "Mau kemana?" Tanya Anaya heran.
"Kurang satu jam pelajaran lagi,". Jawab Gempa santai lalu berniat untuk pergi kembali ke lapangan untuk melunasi hukumannya yang masih tersisa satu jam lagi.
Melihat itu, Anaya pun langsung menahan tangan Gempa. "Gak! Lo gak boleh ke lapangan, lo itu masih sakit." Tegas Anaya.
Gempa terkekeh dan mengelus tangan Anaya dengan lembut. "Gue udah gakpapa kali Nay,". Jawab Gempa santai.
Brak!
Pintu UKS terbuka dengan keras. Menampikan sesosok laki laki dengan wajah marahnya.
"Lo ngapain di sini? Harusnya lo masih di lapangan." Bentak Dito dengan wajah datarnya.
"Gempa tadi pingsan,". Balas Anaya tak sua dengan bentakan dari Dito barusan.
"Udah gakpapa kan? Kelapangan sekarang!" Perintah Dito tegas.
Gempa berseringai menatap Dito. "Gak di suruh juga gue mau ke lapangan,". Ucap Gempa lalu berjalan keluar dari UKS untuk menuju lapangan.
"Dito lo apa apaan sih, lo keterlaluan tau gak." Teriak Anaya kesal. Dia sangat tidak sua dengan ketegasan Dito yang di anggap berlebihan.
"Keterlaluan? Lebih keterlaluan mana sama yang pelukan di taman belakang?" Tanya Dito sinis.
Dari awal Anaya dan Dito bertemu waktu pemilihan OSIS, Dito memang sudah menaruh rasa pada Anaya. Dan mungkin sikap dia sekarang itu karena Dito cemburu saat melihat Anaya dekat dengan Gempa.
"Itu bukan urusan lo." Sinis Anaya lalu berjalan keluar UKS untuk menemui Gempa di lapangan.
"Nay,". Panggil Gaga dari arah koridor kelas sebelas.
"Hmm,". Jawab Anaya singkat. Saat ini mood nya sudah sangat ancur gara gara si Dito. Ketua osis yang egois itu.
"Lo mau ke lapangan?" Tanya Gaga yang dibalas anggukan oleh Anaya.
"Nih, gue titip minum buat Gempa, dia pasti masih lemes". Ucap Gaga sambil menyodorkan sebotol minuman kepada Anaya.
Anaya menerima minuman itu dangen malas. "Makasih,”. Ucap Anaya lalu pergi begitu meninggalkan Gaga vegitu saja untuk menuju lapangan.
"Sayang,". Panggil Anaya sangat lembut.
"Coba ulang tadi lo manggil gue apa?" Tanya Gempa pada Anaya. Jujur dia sangat terkejut mendengar Anaya memanggilnya dengan sebutan ‘sayang’.
"Nih minum,". Ucap Anaya untuk mengalihkan pembicaraan mereka soal kata ‘sayang’ itu.
"Jawab dulu tadi lo manggil gue apa,".
"Gue manggil lo sayang, udah nih minum," Ucap Anaya cepat lalu menyodorkan sebotol minuman pada Gempa.
"Bukain Nay, gue kan lagi hormat,". Perintah Gempa tanpa mengubah posisinya yang sedang hormat.
Anaya membuka tutup botol itu lalu memberikannya pada Gempa. "Nih,".
Gempa pun menerima minuman itu lalu meneguknya sampai setengahnya. "Aus banget yaa?" Tanya Anaya sambil terkekeh.
"Iyalah, dari tadi kan gue panas panasan,". Jawab Gempa sambil memberikan botol minuman itu pada Anaya.
Di ujung koridor seseorang tengah menatap Gempa dan Anaya dengan tatapan tak suka. "Gue pastiin hubungan kalian gak akan lama." Gumamnya berseringai.
"Awssssshhhh... pelan pelan,". Ringis Anaya. "Ini udah pelan pelan saying,". Jawab Gempa dengan lembut. "Tapi sakit banget Gempa. Gue gak kuat,". Lirih Anaya menahan rasa sakit di bagian bawahnya. "Keset banget Nay, harus pake pelicin dulu,". Ucap Gempa lalu beranjak untuk mengambil sesuatu di atas nakas dan membalurkan, yang Anaya sendiri pun tak tau itu cairan apa. "Gempa sakit,". Ringis Anaya lagi. "Bentar ya sayang,". Ucap Gempa menenangkan Anaya lalu membalurkan cairan itu sampai merata. "Aku gerakin ya Nay, tahan." Lanjut Gempa. "Awwsssshhhhhhh Gem-pa sak-it bangettt,". Ringis Anaya. DIa menyalurkan rasa sakitnya dengan mencengkram seprai di sampingnya. "Awalnya sakit tapi lama lama jadi enak kok,”. Ucap Gempa yang masih menggerakan tangannya di bawah sana. "Gempa sumpah kaki gue sakit banget, awwshhhh gue gak kuat". Teriak Anaya saat Gempa memijat kakinya sangat keras. "Bentar Nay dikit lagi, biar
Gempa dan teman temannya sedang berada di kelas. "Eh bro semalem lo ngapain aja sama ibu negara?". Tanya Amir pada Gempa."Gue abis ehem,". Jawab Gempa asal."Waaaww, imfresif." Ucap Galang menggeleng gelengkan kepalanya sambil menutup mulutnya tak percaya."Halah palingan cuma mimpi,". Celetuk Jeno dengan gaya santuy yang di milikinya."Gak percayaan banget lo sama gue." Ucap Gempa kesal. Yaa walaupun dia hanya asal ngomong tapi tetap saja dia sempat mandi bareng sama Anaya. Itu termasuk 'ehem' bukan?!"Ya kalo percaya sama lo itu namanya musik." Celetuk Niko menimpali kehaluan yang di buat Gempa."Musrik bego." Ralat Dimas menoyor kepala Niko lumayan keras sampai sang mpunya mendesis kesakitan."Njing. Sakit ogeb!" Umpat Niko dengan reflek langsung memukul tangan Dimas pelan.Di antara Gempa dan teman temannya yang ribut dengan masalah yang unfaedah. Gaga hanya diam dan menyimak percakapan teman temannya dan enggan untuk mela
"Eh Nay, itu Gempa lagi gadoin cewek,". Teriak Andin heboh. Seheboh orang yang baru saja mendapatkan uang kaget dari Gtv."Godain bego. Lo euhhhhh bikin gemes deh,". Ralat Vanta gemas sendiri."Yaa itulah pokonya,". Jawab Andin watados.Anaya hanya menatap Gempa datar, dia percaya bahwa Gempa gak mungkin menggoda cewek lain. Apalagi dia adalah Siska. Lebih tidak mungkin lagi.Merasa diperhatikan, Gempa pun melihat sekelilinya dan mata Gempa tertuju pada sekelompok gadis yang sedang duduk di depan kelas.Anaya tersenyum kearah Gempa. "Beuhhhh manis banget senyum istri gue,". Ucap Gempa sambil memegang dadanya terpana oleh senyum manis Anaya."Iya tau, gue emang manis kok,". Jawab Siska centil.Gempa menatap Siska aneh. "Pede lu. Orang gue bilang istri gue yang manis, bukan lo." Sinis Gempa."Istri? Emang lo udah nikah? Kapan? Sama siapa? Dimana? Kok gue gak tau sih?" Tanya Siska bertubi tubi."Gak penting juga lo tau, yan
Hari ini adalah hari sabtu. Waktunya Anaya dan gempa bersatai dan bermalas malasan. "Nanay peluk,". Rengek Gempa seperti anak kecil."Ini udah siang Gempa, apa lo gak cape tiduran terus dari tadi,". Ucap Anaya. Jujur saja badannya sudah sangat pegal karena Gempa terus saja minta di temanin tidur."Aaaa gak mau, gue mau di peluk... Nanay ayo peluk gue iiiihhhh..." Rengek Gempa mulai kesal."Gak! Gue gak mau. Gue mau mandi terus ke rumah bunda." Jawab Anaya lalu beranjak dari tidurnya."Huaaaaaaaaa... Nanay jahat! Lo gak sayang gue, huaaaaaaa Lo jahat..." Teriak Gempa sangat kencang."Astaga, mimpi apa gue bisa punya sumi kaya lo Gem. Gem. Diluar aja sok sangar tapi dalem nya pingky." Ucap Anaya kesal. Dan langsung memeluk tubuh Gempa agar dia tidak lagi berteriak."Lo jahat. Lo gak sayang gue. Lo jahat." Isak Gempa dalam pelukan Anaya."Lo bilang gitu lagi gue tinggal ya, Gem. Gak baik bilang istri sendiri jahat." Ancam Anaya sambil te
Anaya dan Gempa baru saja sampai di kantor ayahnya Gempa. "Nanti harus senyum yaa, gak boleh cemberut kaya gini,". Ucap Anaya lembut.Gempa tidak menjawab dia segera keluar dan membukakan pintu untuk Anaya. Semua pasang mata langsung tertuju pada mereka. Lebih tepatnya pada Gempa, wajar saja karena Gempa terlihat sangat tampan dan gagah, tak seperti murid SMA.Gempa menggandeng tangan Anaya menuju ruangannya. "Gempa senyum gak boleh gitu,". Bisik Anaya karena Gempa memasang wajah datar plus dinginnya.Gempa tidak menjawab dia terus berjalan menuju ruangannya tanpa memperhatikan para karyawan wanita yang memandang nya dengan tatapan kagum."Pak Gempa?" Tanya seorang wanita dengan penampilan yang sangat seksi. Memakai baju ketat dan rok yang sangat mini.Gempa melirik wanita itu sekilas lalu beralih menatap wajah Anaya. "Ayo masuk,". Ajak nya pada Anaya."Gempa gak sopan." Bisik Anaya."Iya, ini Gempa, kamu siapa yaa?" Tanya Anaya ramah
BrakPintu kelas dua belas MIPA satu terbuka dengan kasar. Kebetulan guru guru sedang rapat, jadi semua siswa di bebaskan untuk keluar dan jajan. Asalkan tidak pulang.Dengan gaya sok cool dan sok gantengnya Gempa berjalan memasuki kelas dengan kedua tangan yang di masukan kedalam saku celananya."Gue tunggu di parkiran,". Ucap Gempa datar.Anaya yang heran dengan sikap Gempa pun menatap nya dengan dahi berkerut. "Lo marah sama gue?" Tanya Anaya lembut."Gak," Bawab Gempa sangat singkat dan datar. "Gue tunggu di parkiran kalo dalam waktu lima menit lo gak datang, gue tinggal." Lanjutnya sebelum pergi meninggalkan kelas dengan Anaya yang mengerutakan dahinya heran.Tak hanya Anaya, keempat temannya pun heran dengan sikap Gempa yang sangat dingin dan datar pada Anaya."Kalian lagi marahan?" Tanya Nada penasaran.Anaya menggelengkaan kepalanya pertanda tidak. "Enggak kok, kita baik baik aja,". Jawab Anaya masih menatap punggung Ge
Gempa dan Anaya baru saja sampai di apartemen nya. "Nanay gue laper,". Ucap Gempa dan langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa."Mau makan apa?" Tanya Anaya sambil berjalan untuk menyimpan tasnya dan Gempa kedalam kamar."Mau susu,". Jawab Gempa dengan mata terpejam.Anaya berjalan menuju dapur untuk membuatkan suami bayinya itu susu. "Tinggal rasa coklat, gakpapa kan?" Tanya Anaya berteriak."Mau yang stroberi,". Balas Gempa.Anaya tidak menghiraukan ucapan Gempa, dia tetap membuatkan susu coklat untuk Gempa, yang tersisa saja tinggal rasa itu, mau gimana lagi.Anaya berjalan menuju sofa dengan segelas susu di tangannya. "Nih,". Ucap Anaya menyodorkan gelas berisi susu coklat itu pada Gempa."Nanay... Ini susu coklat bukan stroberi." Kesal Gempa.Anaya masih acuh dan tidak memperdulikan Gempa. Dia malah asik menonton acara televisi di hadapannya."Gue gak mau." Ucap Gempa sambil menyimpan susu itu di atas meja dengan w
"Nanay gue gak mau ikut camping lah, males." Ucap Gempa saat Anaya sedang memasukan peralatan camping miliknya kedalam tas.Anaya masih acuh dan tidak merespon ucapan Gempa sama sekali. "Nanay ihhh... Gue gak mau ikut camping kalo gak seregu sama lo." Teriak Gempa kesal sendiri karena Anaya sama sekali tidak merespon ucapannya."Gak usah kaya anak kecil deh Gem. Ini acara sekolah bukan acara kita berdua." Bentak Anaya."Lo bisa seregu sama si Dito kenapa gue nggak,". Ucap Gempa tak mau kalah."Yaa gue gak tau, lo sendiri kan udah tau semuanya lo juga ikut rapat tadi sore," . Balas Anaya kesal sendiri dengan sifat childish suaminya itu."Nye nye nye bilang aja lo mau selingkuh sama si Dito,". Tuduh Gempa sambil memukul mukul bantal love nya. Entah memiliki dosa apa sehingga bantal love yang lucu itu selalu menjadi sasaran kemarahan Gempa."Kesel tau gak, kesell..." Teriak Gempa kesal sendiri.Anaya berjalan menghampiri Gempa yang sedang duduk di atas tempat t
Setelah selesai rapat, Anaya memutuskan untuk pergi ke kantin karena jam pelajaran kedua sudah dimulai dan anggota OSIS yang tadi ikut rapat di izinkan untuk tidak masuk pelajaran."Bu, mau jus jeruknya satu yaa. Nanti anterin ke meja yang di pojok situ," ucap Anaya pada salah satu ibu kantin yang ada di sekolahnya."Oke neng," jawab ibu kantin.Anaya berjalan menuju tempat duduk yang tadi ia tunjukan pada ibu kantin."Hii, Nay." sapa seseorang dari arah belakang.Anaya menoleh. "Eh hii juga, Dit." jawab Anaya pada Dito."Sendirian aja, gak bareng sama temen temen lo?" tanya Dito heran."Inikan masih jam pelajaran," jawab Anaya santai."Ahaha... Iya yaa gue lupa," ucap Dito terkekeh.Ibu kantin pun datang dengan segelas jus jeruk di tangannya. "Ini neng jus nya," ucap ibu kantin."Oh iya bu, makasih," jawab Anaya sopan. Ibu kantin hanya membalasnya dengan senyuman lalu berjalan pergi meninggalk
Pagi pagi sekali Anaya dan Gempa sudah berada di sekolah. Karena Anaya tidak mau jika teman temannya curiga jika dia dan Gempa sudah melakukan 'itu'. Yaa walaupun mereka sudah menjadi suami istri tapi tetap saja Anaya malu jika sampai teman temannya tau apalagi Mawar yang mempunyai mulut lemes dan gak bisa di rem, bisa bisa rahasia pernikahannya di ketahui satu sekolahan."Yakin gak mau aku temenin sampe temen kamu ada yang dateng?" tanya Gempa pada Anaya yang sudah duduk manis di tempatnya."Gak usah, bentar lagi juga mereka dateng," jawab Anaya. Gempa pun mengangguk lalu mencium kening Anaya sebelum dia pergi dari sana."Aku ke kelas dulu," pamit Gempa yang di angguki Anaya.Dua puluh lima menit setelah kepergian Gempa, teman temannya pun satu persatu datang. Dimulai dari Mawar dan Vanta lalu di ikuti oleh Nada dan yang terakhir datang adalah Andin. "Tumben tumbenan lo datang pagi banget? kesambet apaan nih?" tanya Vanta pada Anaya."Cuma iseng aja," jawab Anaya santai."Emang yaa
"Kamu belum makan siang, aku pesenin makanan yaa. Mau makan apa?" tanya Gempa. Dia mengambil ponsel dari dalam saku celananya."Aku mau makan seblak," jawab Anaya."Jangan itu Nay, kamu dari pagi belum makan. Yang ada nasi nasi nya dulu," ucap Gempa."Terserah deh samain aja," jawab Anaya malas. Dia lebih memilih untuk membuka laptopnya dan menonton drakor yang sudah lama dia simpan dan tidak sempat untuk menontonnya."Lagi nonton apa?" tanya Gempa pada Anaya yang sedang asik menatap layar laptopnya."Drakor," jawab Anaya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop."Daripada nonton drakor mending kita nonton ini," Gempa merampas laptop dari pangkuan Anaya dan mengetikan sebuah kode pada kolom pencarian."Kode apaan sih? Kok aku baru tau bisa pencarian sama kode kode gitu?" tanya Anaya heran. Dia terus memperhatikan Gempa dengan teliti.Gempa menekan tombol enter dan munculah video video yang tadi Gempa cari deng
Anaya sedikit terusik dengan tangan kekar yang mengelus lembut sebelah pipinya."Enghhhh..." usik Anaya."Bangun sayang," ucap Gempa sangat lembut.Perlahan Anaya membuka matanya dan menyesuaikan dengan pencahayaan di ruangan itu. "Jam berapa?" tanya Anaya pada Gempa."Jam setengah dua belas," jawab Gempa."Malem?" tanya Anaya dan kembali terpejam dalam pelukan Gempa."Siang," jawab Gempa dengan santainya."Hah! Kok lo gak bangunin gue sih!" teriak Anaya terkejut karena Gempa tidak membangunkannya untuk sekolah."Aku-kamu sayang," koreksi Gempa."Iya terserah, kenapa gak bangunin sekolah coba, jadi bolos kan." kesal Anaya. Dia mencari cari ponselnya untuk menghubungi salah satu temannya agar di izinkan tidak masuk sekolah."Hp aku mana?" tanya Anaya pada Gempa yang masih setia memainkan ponsel di tangannya."Gak tau," jawab Gempa acuh.Anaya terus mengumpati suami laknatnya itu di dalam hati. "Pinjem sebentar mau chat Nada," ucap Anaya pada Gempa."Ngapain?" tanya Gempa heran."Yaa ma
Anaya dan Gempa sudah berada di apartemen mereka. Dan sekarang Gempa sedang rebahan di atas sofa sedangkan Anaya, dia sedang memasak di dapur."Yang... mau susu," teriak Gempa dari ruang tv."Ambil sendiri, gue lagi masak," balas Anaya dengan berteriak."Bawain bentar, cepet!" teriak Gempa ngotot."Ck. Iya iya sebentar," jawab Anaya lalu mematikan kompornya sebelum pergi memberikan susu kotak pada Gempa. Untung saja sayur sop yang ia buat sudah matang hanya tinggal di pindahkan ke mangkuk saja.Anaya berjalan kearah ruang tv dengan susu kotak di tangannya. "Nih," ucap Anaya menyodorkan susu kotak yang ia bawa."Apaan nih?" tanya Gempa heran."Katanya lo mau susu. Ini gue udah bawa susu kotak," jelas Anaya malas."Orang gue maunya susu lo. Kok malah dikasih yang di kotak sih," jawab Gempa. Dia langsung Menarik pinggang Anaya. Alhasil Anaya pun terjatuh di atas paha Gempa."Apaan sih Gem. Gue lagi masak t
Bell pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Dan kini Gempa sudah berada di kelas Anaya untuk menunggu Anaya yang sedang membahas tugas bersama teman kelompoknya."Masih lama?" tanya Gempa yang sudah mulai bosan."Bentar lagi," jawab Anaya yang masih fokus membahas tugas untuk besok mereka presentasi kan di depan kelas.Gempa menghembuskan nafasnya gusar sambil terus memperhatikan Anaya yang sedang fokus membahas tugas bersama teman temannya."Iya. Nanti kaya gitu aja, kalo masih bingung nanti malem kita vc group aja," ucap Anaya pada teman kelompok nya."Nah boleh juga tuh, gue juga masih belum ngerti banget sih," jawab salah seorang teman kelompok Anaya yang bernama Merla itu."Yaudah kalo gitu gue balik duluan yaa, nanti malem aja kita bahasnya," ucap Anaya lalu merapihkan buku bukunya di ikuti dengan ketiga teman kelompoknya. Merla dan Nike."Ayoo," ajak Anaya yang sudah selesai membereskan buku bukuny
"Gwemmm...""Bales," setelah mengatakan itu Gempa kembali mencium bibir Anaya dengan lembut. Begitupun dengan Anaya.Cukup lama mereka berciuman sampai Anaya mulai kehabisan napas dan memukul mukul dada Gempa agar dia melepaskan ciumannya.Huhh...Huhh...Huhh..."Lagi gak?" tawar Gempa sedikit menggoda Anaya."Gak! Ini masih di sekolah Gempa!" tegas Anaya."Yaudah nanti aja pulang sekolah lanjut di rumah, sekalian yang ini juga," ucap Gempa sambil menunjuk pada dada Anaya."Gak! Enak ajah!" jawab Anaya cepat. Dia langsung menutup dadanya dengan kedua tangan."Udah lama loh Nay gue gak dapet jatah itu," ucap Gempa sedih."Yaa tapi gue gak mau Gempa! Gue takut tambah gede terus baju gue pada gak muat gimana?!""Kita beli lagi lah, gitu aja ribet," jawab Gempa enteng.Anak sultan mah bebas. Baju bayi harga dua jeti aja di beli, apalagi buat mak nya. Lima jeti juga pasti
"Gempa..." teriak seseorang dari belakang.Anaya menoleh dan ternyata itu adalah Siska. "Ngapain sih!" gerutu Anaya kesal."Gempa kok ninggalin sih!" ucap Siska dengan suara manjanya."Kok gue mual yaaa," sindir Anaya. Dia memegangi perutnya berpura pura ingin muntah."Apa sih lo. Jablay!" sinis Siska."Dih.. Bukannya lo yaa yang JABLAY!" ucap Anaya nyinyir."Lo yang jablay!" teriak Siska tak terima."Lo!""Lo!""Lo!""Lo!""Stop!!!" bentak Gempa kesal sendiri mendengar keributan dari dua wanita di hadapannya."Dia duluan!" ucap Anaya cepat. Dia tidak mau Gempa menyalahkan dirinya atas keributan ini."Bisa diem gak!" bentak Gempa lagi, karena mereka berdua masih saling menyalahkan. Yaa walaupun dengan berbisik tapi masih bisa di dengar oleh Gempa."Gempa dia yang salah bukan gue!" teriak Siska tak terima."Udah stop! Lo berdua yang salah!" bentak Gem
Gempa menatap heran kerah Anaya yang berlari dengan terburu buru. "Gue duluan," pamit Gempa pada teman temannya."Gempa..." teriak Siska yang merasa terabaikan."Gue duluan nanti pulang sekolah gue jemput di kelas," pamitnya pada Siska lalu berlari mengejar Anaya."Nay," ucap Gempa yang berhasil mencengkram pergelangan tangan Anaya."Lepas! Gue mau ke toilet," jawab Anaya menahan isakannya."Nay." Gempa membalikan badan Anaya. "Hey... Lo kenapa?" tanya Gempa yang melihat Anaya sudah mengeluarkan air matanya."Gakpapa," jawab Anaya singkat. "Sayang lo kenapa?" tanya Gempa. Dia menarik Anaya kedalam pelukannya.Hiks... Hiks... Hiks..."Lo kenapa?" tanya Gempa sangat lembut."Gu-gue gak suka lo deket deket sama Siska," jawab Anaya terisak di dalam pelukan Gempa.Gempa tersenyum. Ternyata rencananya berjalan dengan mulus. "Lo cemburu?" tanya Gempa."Hiks... hiks... hiks" hanya isakan yang keluar dari mulut Anaya."Gue akan jauhin Siska kalo lo juga jauhin Andra." ucap Gempa.Anaya melepa