Anaya dan Gempa sedang sarapan bersama sebelum mereka berangkat sekolah. "Nay, pulang sekolah gue izin nongkrong bentar yaa,". Ucap Gempa di sela sela memakan roti selai coklatnya.
"Iya, tapi pulang nya jangan malem malem takut gue ketiduran nanti gak ada yang bukain pintu,". Jawab Anaya santai.
"Siap,". Balas Gempa mengangkat tangannya hormat.
Selesai sarapan Anaya dan Gempa bersiap siap untuk berangkat sekolah. "Dasi lo mana?" Tanya Anaya pada Gempa karena Gempa tidak memakai dasinya.
"Ada, nih,". Jawab Gempa sambil melirik saku celananya.
Anaya menggeleng gelengkan kepalanya tak habis fikir lalu mengambil dasi dari saku celana Gempa. "Dasi itu dipakenya dileher bukan di saku,". Ucap Anaya sambil memasangkan dasi di leher Gempa.
"Tapi nanti aura bad boy gue berkurang, Nay. Gue gak mau pake dasi,". Kesal Gempa cemberut. Anaya hanya menatap Gempa sambil tersenyum.
"Anaya gue gak mau pake dasi, nanti gue gak ganteng lagi,". Rengek Gempa kesal.
"Kata siapa lo gak ganteng kalo pake dasi? Buktinya sekarang lo malah tambah ganteng,". Ucap Anaya sambil merapihkan pakaian Gempa.
"Udah, lo tambah ganteng, ganteng banget malah,". Lanut Anaya tersenyum.
Cup
Gempa mengecup dahi Anaya sekilas. "Makasih Anaya,". Ucap Gempa tersenyum.
Mereka berangkat sekolah dengan mengendarai motor ninja hitam milik Gempa.
Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di parkiran SMA Mandala. Semua pasang mata langsung tertuju pada Gempa dan Anaya yang berboncengan.
Mereka menatap aneh dengan dua makhluk yang tiba tiba akur ini. Biasanya Gempa akan ngamuk dan marah marah pada Anaya apalagi saat Anaya menghukum Gempa dengan sangat tidak manusiawi. Tapi sekarang mereka berangkat bareng bahkan sangat mesra.
Gempa memarkirkan motornya di tempat parkir khusus inti WARRIOR yang langsung disebut oleh Amir, Jeno, Galang, Dimas, Gaga, dan Niko.
"Wwooooo ketua sama ibu negara datanggg..." Teriak Amir sangat heboh.
"Kemarin abis ngen- ya bos? Sampe gak masuk sekolah,". Tanya Galang tanpa dosa sedikitpun.
"Hati hati,". Ucap Gempa saat Anaya turun dari motornya.
"Kemarin kok gak sekolah Nay?" Tanya Gaga dengan santainya.
"Kemarin kita telat makanya gak masuk,". Jawab Anaya sambil mencopot helm yang ia pakai.
Gempa hanya menatap datar Anaya yang mengobrol dengan Gaga. Rasanya dia ingin sekali merengek seperti biasanya, tapi dia harus bisa menahan itu semua di depan teman temannya. Bisa jatuh reputasi sebagai ketua gang yang sangat ditakuti oleh seluruh anak SMA jika dia merengek di depan mereka.
"Mana helm lo, masuk kelas sana,". Perintah Gempa dengan wajah datarnya.
"Iya, nih". Jawab Anaya memberikan helmnya pada Gempa.
"Gue ke kelas duluan yaa, daah,". Pamit Anaya pada Gempa dan teman temannya.
"Daah,". Jawab mereka bersamaan kecuali Gempa tentunya.
"Gak usah di jawab." Tegas Gempa dengan wajah datarnya.
Mereka hanya mengangkat bahunya acuh dan berjalan mengikuti Gempa dari belakang.
"Hii, kak Gempa". Sapa salah satu adik kelas berkerudung putih.
"Hii, Gem, baru datang yaa?" Sapa Siska basa basi. Namun Gempa tidak menghiraukan ucapan Siska. Dia malah terus berjalan menuju kelasnya.
"Gem, Gempa,". Teriak Siska kesal karena Gempa mengacuhkan dirinya.
Semua adik kelas menahan tawa melihat Siska yang di acuhkan oleh Gempa. Ini memang bukan pertama kalinya Siska seperti ini tapi tetap saya terasa lucu bagi adik adik kelasnya.
"Diem lo semua." Bentak Siska emosi lalu pergi menuju kelasnya.
"Hii, Nay,". Sapa Dito yang dibalas senyuman oleh Anaya.
"Semalem kenapa gak bales chat gue?" Tanya Dito.
"Ketiduran, maaf ya Dit gue lagi buru buru,". Ucap Anaya berjalan meninggalkan Dito begitu saja.
Gempa hanya menatap datar Anaya yang sedang ketakutan karena Gempa melihatnya sedang mengobrol dengan Dito.
"Gem, woyy". Teriak Niko.
"Lo mau kemana Anjing,". Teriak Amir saat melihat Gempa terus berjalan padahal sudah di depan kelasnya.
"Ke kelas lah, kemana lagi,". Jawab Gempa datar.
"Btw ini kelas kita kalo lo lupa,". Ucap Jeno sambil menyender santai pada tiang.
Gempa berbalik badan menatap satu persatu wajah teman temannya "Emang bener?" Tanya Gempa polos.
"Unfaedah, masuk." Perintah Gaga. Mereka semua masuk kedalam kelas tanpa ada yang menjawab pertanyaan dari Gempa.
"Sialan. Dikacangin gue." Umpat Gempa lalu berjalan memasuki kelas.
Seperti hari hari sebelumnya Anaya dan anak osis lainnya akan mengecek sekeliling sekolah memastikan bahwa tidak ada murid yang bolos.
"Tumben gang nya si Gempa gak bolos,". Gumam Dito heran sendiri.
"Seharusnya lo bersyukur, jadi kita gak usah cape cape ceramahin mereka,". Ucap Anaya santai.
"Hmm baguslah." Balas Dito.
"Semuanya silahkan kembali ke kelas masing masing". Perintah Dito pada anggota OSIS yang lainnya.
"Ayo Nay gue anter ke kelas,". Ucap Dito menggandeng tangan Anaya menuju kelasnya.
"Sorry Dit, gak usah pegang tangan gue, gak enak sama yang lain". Anaya melepaskan tangannya dari genggaman Dito.
Dito terkekeh. "Gakpapa kali Nay, sekali kali”. Ucap Dito santai dan kembali menggandeng tangan Anaya.
Anaya tidak menjawab dia masih terus berjalan menuju kelasnya.
"Tumben cepet, emang gak ada yang bolos?" Tanya Vanta heran. Karena biasanya Anaya akan menghabiskan waktu sampai satu jam pelajaran hanya untuk mengurus anak anak yang membolos.
"Enggak,". Jawab Anaya lalu duduk ditempat nya.
"Si Gempa?" Tanya Mawar.
"Gue udah nasehatin dia supaya gak bolos mapel lagi,". Jawab Anaya santai.
"Terus dia nurut?" Heran Andin.
"Seharusnya kalian bersyukur, berarti sekolah kita gak akan di cap nakal lagi," . Ucap Nada.
Bell pelajaran pertama pun sudah berbunyi. Semua siswa duduk rapih ditempat nya masing masing. Ditengah tengah pelajaran kelas dua belas MIPA satu dikejutkan dengan dobrakan pintu yang cukup keras.
"Amir, ngapain kamu lari lari sampai salah masuk kelas?" Tanya pak Andi. Amir tidak menjawab pertanyaan dari pak Andi, dia malah berjalan menghampiri Anaya dengan napas yang terenga enga.
"Gempa, Nay,". Ucap Amir ngos ngosan.
Deg
Anaya mulai khawatir dengan kondisi Gempa. "Gempa kenapa?" Tanya Anaya khawatir.
"Di-dia berantem sama Dito,". Jawab Amir masih ngos ngosan.
"Dimana?" Tanya Anaya cepat.
"Di gudang,". Jawab Amir.
Tanpa fikir panjang Anaya segera berlari keluar kelas. Bahkan dia belum sempat meminta izin pada pak Andi. Anaya terus mempercepat larinya agar bisa sampai ke gudang dengan cepat.
"Udah Gem, ini masih pagi". Teriak teman temannya yang berusaha memisahkan Gempa dan Dito.
"Gempa. Dito." Teriak Anaya yang berhasil menghentikan keributan dari mereka berdua.
Anaya berjalan mendekat ke arah Gempa dan Dito yang masih terkejut dengan kedatangan Anaya.
"Kenapa kalian berantem?! Kalo mau berantem bukan di sini tempatnya." Tegas Anaya.
Gempa hanya menatap Anaya dengan tatapan datarnya sedangkan Dito menatap Anaya takut, takut Anaya berfikir bahwa dia laki laki yang gak bener seperti Gempa.
"Nay ini gak seperti yang lo liat, gue cuma ladenin dia". Jelas Dito, perasaan nya sudah tidak karuan.
"Lo itu ketua osis. Ketua dari semua siswa. Seharusnya lo itu memberi contoh yang baik, bukan malah kaya gini." Ucap Anaya kesal.
"Dan lo." Anaya menunjuk wajah Gempa. "Lo udah janji sama gue kalo lo gak bakal bikin ulah lagi." Lanjut Anaya.
Gempa hanya menatap wajah Anaya datar dia benar benar sangat emosi saat ini. "Kalian bawa Dito ke UKS,". Perintah Anaya pada teman teman Gempa.
"Lo aja yang bawa gue ke UKS,". Ucap Dito menggandeng tangan Anaya keluar gudang.
Gempa hanya menatap datar kepergian Anaya dan Dito dengan emosi yang sudah menggebu.
"Sorry Dit, gue gak bisa,". Jawab Anaya melepaskan genggaman nya lalu berlari masuk kembali kedalam gudang.
"Kalian bawa Dito ke UKS,". Perintah Anaya sekali lagi pada teman teman Gempa. Merekapun berjalan keluar gudang untuk membawa Dito ke UKS.
"Gem,". Panggil Anaya dan langsung menghampiri Gempa yang sedang duduk di kursi dekat jendela.
"Gak usah sentuh gue,". Peringat Gempa dengan wajah datar.
"Gempa lo marah sama gue?" Tanya Anaya lembut. Namun Gempa masih setia memandang keluar jendela tanpa menjawab pertanyaan dari Anaya.
"Gempa maafin Anaya yaaa, maaf Anaya udah bentak bentak, maaf juga tadi tangan Anaya di pegang sama Dito,". Ucap Anaya lembut.
Gempa beranjak dari duduknya. "Gue gak suka lo deket deket sama cowok lain, gak cuma Dito." ucap Gempa datar.
"Gempa maafin Anaya yaaa,". Lirih Anaya dalam pelukan Gempa.
Gempa masih belum membalas pelukan Anaya dia masih sangat emosi dengan kejadian tadi pagi. "Anaya janji gak bakal deket deket cowo lagi". Ucap Anaya semakin mengeratkan pelukannya.
Gempa mulai membalas pelukan Anaya. "Awas kalo gue liat lo deket deket cowo lagi, jangan harap dia bisa selamat."
Anaya melepaskan pelukannya lalu beralih menatap wajah Gempa. "Tadi di pukul sama Dito?" Tanya Anaya.
Gempa menggeleng. "Enggak,". Jawabnya lalu kembali memeluk tubuh Anaya dengan erat.
Mereka berpelukan cukup lama sampai sebuah teriakan mengagetkan mereka berdua. "Anaya." Teriak keempat sahabatnya.
Anaya dan Gempa terkejut dan menjauhkan tubuhnya satu sama lain. "I-iya". Jawab Anaya gugup.
"Lahh katanya berantem? Kok sepi sih,". Heran Andin saat melihat ekeliling gudang terlihat sepi.
Gempa hanya menatap keempat sahabat Anaya dengan tatapan datarnya. "Ikut gue,". Perintah Gempa lalu menarik tangan Anaya keluar gudang meninggalkan keempat sahabat Anaya yang menatap mereka dengan tatapan aneh.
"Gempa pelan pelan,". Ringis Anaya karena Gempa menarik tangan nya sangat kencang.
"Duduk,". Perintah Gempa pada Anaya. Ternyata Gempa membawa Anaya menuju taman belakang yang jarang sekali di datangi orang.
Anaya duduk di samping Gempa yang masih berekspresi datar. "Gempa senyum dong,". Pinta Anaya. Jujur saja jika ekspresi Gempa seperti ini Anaya sangat takut dan bingung harus berbuat apa.
Gempa memeluk tubuh Anaya sangat erat. "Gue kesel. Aaaaaa Anayaa...." Rengek Gempa didalam pelukan Anaya.
Anaya menghembuskan nafasnya lega. "Fyuhhh, akhirnya". Batin Anaya menghembuskan nafasnya lega.
"Kesel kenapa?" Tanya Anaya lembut sambil mengelus rambut Gempa dengan lembut.
"Kesel sama Dito. Sama Gaga juga." Rengek Gempa seperti anak kecil.
"Iyaa, keselnya kenapa? Masa kesel gak ada sebabnya sih,". Tanya Anaya dengan suara yang sangat lembut.
"Tadi pagi Gaga nanya kenapa lo gak masuk sekolah, gue gak suka kalo ada cowok nanya sama lo, Iiihhh tambah kesel kan." Rengek Gempa semakin keras.
Anaya hanya terkekeh mendengar penuturan dari Gempa barusan. "Terus kalo sama Dito, kesel kenapa?" Tanya Anaya lembut.
"Dia ngajak lo ngobrol, dia juga pegang tangan lo tadi,". Jawab Gempa kesal.
"Udah yaaa jangan kesel lagi, mereka kan cuma bisa ngobrol sama pegang tangan sedangkan lo bisa meluk gue kapan pun dan dimana pun,". Ucap Anaya tersenyum kearah Gempa.
"Aaaaaaaa Anaya gue malu..." Teriak Gempa semakin menenggelamkan wajahnya pada leher Anaya.
"Kalian sedang apa?" Tanya seseorang dari arah belakang. Anaya dan Gempa langsung menoleh kebelakang dengan cepat.
"Kalian sedang apa?" Tanya seseorang dari arah belakang. Anaya dan Gempa langsung menoleh kebelakang dengan cepat."Pak Asep." Ucap Anaya terkejut dan menjauhkan dirinya dari Gempa.Berbeda dengan Gempa, dia malah menatap datar pak Asep, Siska dan Aliyah yang berani beraninya mengganggu kemesraan dia dengan Anaya."Kalian sedang apa disini?" Tanya pak Asep dengan wajah datarnya."Bapak sendiri ngapain kesini? Mana pake bawa pasukan lagi, mau sep-". Ucapan Gempa terpotong saat tangannya di senggol oleh Anaya."Ngomong yang sopan,". Bisik Anaya yang hanya bisa di dengar oleh Gempa."Jawab pertanyaan saya. Kalian sedang apa disini." Bentak pak Asep pada Gempa dan Anaya."Kita cuma duduk kok pak,". Jawab Anaya membela diri."Bohong pak. Udah jelas jelas tadi bapak liat mereka lagi pelukan,". Teriak Siska cepat.Anaya menatap Siska tak suka sedangkan Gempa hanya menatap nya datar."Ikut saya keruangan. Jelaskan semuany
"Awssssshhhh... pelan pelan,". Ringis Anaya. "Ini udah pelan pelan saying,". Jawab Gempa dengan lembut. "Tapi sakit banget Gempa. Gue gak kuat,". Lirih Anaya menahan rasa sakit di bagian bawahnya. "Keset banget Nay, harus pake pelicin dulu,". Ucap Gempa lalu beranjak untuk mengambil sesuatu di atas nakas dan membalurkan, yang Anaya sendiri pun tak tau itu cairan apa. "Gempa sakit,". Ringis Anaya lagi. "Bentar ya sayang,". Ucap Gempa menenangkan Anaya lalu membalurkan cairan itu sampai merata. "Aku gerakin ya Nay, tahan." Lanjut Gempa. "Awwsssshhhhhhh Gem-pa sak-it bangettt,". Ringis Anaya. DIa menyalurkan rasa sakitnya dengan mencengkram seprai di sampingnya. "Awalnya sakit tapi lama lama jadi enak kok,”. Ucap Gempa yang masih menggerakan tangannya di bawah sana. "Gempa sumpah kaki gue sakit banget, awwshhhh gue gak kuat". Teriak Anaya saat Gempa memijat kakinya sangat keras. "Bentar Nay dikit lagi, biar
Gempa dan teman temannya sedang berada di kelas. "Eh bro semalem lo ngapain aja sama ibu negara?". Tanya Amir pada Gempa."Gue abis ehem,". Jawab Gempa asal."Waaaww, imfresif." Ucap Galang menggeleng gelengkan kepalanya sambil menutup mulutnya tak percaya."Halah palingan cuma mimpi,". Celetuk Jeno dengan gaya santuy yang di milikinya."Gak percayaan banget lo sama gue." Ucap Gempa kesal. Yaa walaupun dia hanya asal ngomong tapi tetap saja dia sempat mandi bareng sama Anaya. Itu termasuk 'ehem' bukan?!"Ya kalo percaya sama lo itu namanya musik." Celetuk Niko menimpali kehaluan yang di buat Gempa."Musrik bego." Ralat Dimas menoyor kepala Niko lumayan keras sampai sang mpunya mendesis kesakitan."Njing. Sakit ogeb!" Umpat Niko dengan reflek langsung memukul tangan Dimas pelan.Di antara Gempa dan teman temannya yang ribut dengan masalah yang unfaedah. Gaga hanya diam dan menyimak percakapan teman temannya dan enggan untuk mela
"Eh Nay, itu Gempa lagi gadoin cewek,". Teriak Andin heboh. Seheboh orang yang baru saja mendapatkan uang kaget dari Gtv."Godain bego. Lo euhhhhh bikin gemes deh,". Ralat Vanta gemas sendiri."Yaa itulah pokonya,". Jawab Andin watados.Anaya hanya menatap Gempa datar, dia percaya bahwa Gempa gak mungkin menggoda cewek lain. Apalagi dia adalah Siska. Lebih tidak mungkin lagi.Merasa diperhatikan, Gempa pun melihat sekelilinya dan mata Gempa tertuju pada sekelompok gadis yang sedang duduk di depan kelas.Anaya tersenyum kearah Gempa. "Beuhhhh manis banget senyum istri gue,". Ucap Gempa sambil memegang dadanya terpana oleh senyum manis Anaya."Iya tau, gue emang manis kok,". Jawab Siska centil.Gempa menatap Siska aneh. "Pede lu. Orang gue bilang istri gue yang manis, bukan lo." Sinis Gempa."Istri? Emang lo udah nikah? Kapan? Sama siapa? Dimana? Kok gue gak tau sih?" Tanya Siska bertubi tubi."Gak penting juga lo tau, yan
Hari ini adalah hari sabtu. Waktunya Anaya dan gempa bersatai dan bermalas malasan. "Nanay peluk,". Rengek Gempa seperti anak kecil."Ini udah siang Gempa, apa lo gak cape tiduran terus dari tadi,". Ucap Anaya. Jujur saja badannya sudah sangat pegal karena Gempa terus saja minta di temanin tidur."Aaaa gak mau, gue mau di peluk... Nanay ayo peluk gue iiiihhhh..." Rengek Gempa mulai kesal."Gak! Gue gak mau. Gue mau mandi terus ke rumah bunda." Jawab Anaya lalu beranjak dari tidurnya."Huaaaaaaaaa... Nanay jahat! Lo gak sayang gue, huaaaaaaa Lo jahat..." Teriak Gempa sangat kencang."Astaga, mimpi apa gue bisa punya sumi kaya lo Gem. Gem. Diluar aja sok sangar tapi dalem nya pingky." Ucap Anaya kesal. Dan langsung memeluk tubuh Gempa agar dia tidak lagi berteriak."Lo jahat. Lo gak sayang gue. Lo jahat." Isak Gempa dalam pelukan Anaya."Lo bilang gitu lagi gue tinggal ya, Gem. Gak baik bilang istri sendiri jahat." Ancam Anaya sambil te
Anaya dan Gempa baru saja sampai di kantor ayahnya Gempa. "Nanti harus senyum yaa, gak boleh cemberut kaya gini,". Ucap Anaya lembut.Gempa tidak menjawab dia segera keluar dan membukakan pintu untuk Anaya. Semua pasang mata langsung tertuju pada mereka. Lebih tepatnya pada Gempa, wajar saja karena Gempa terlihat sangat tampan dan gagah, tak seperti murid SMA.Gempa menggandeng tangan Anaya menuju ruangannya. "Gempa senyum gak boleh gitu,". Bisik Anaya karena Gempa memasang wajah datar plus dinginnya.Gempa tidak menjawab dia terus berjalan menuju ruangannya tanpa memperhatikan para karyawan wanita yang memandang nya dengan tatapan kagum."Pak Gempa?" Tanya seorang wanita dengan penampilan yang sangat seksi. Memakai baju ketat dan rok yang sangat mini.Gempa melirik wanita itu sekilas lalu beralih menatap wajah Anaya. "Ayo masuk,". Ajak nya pada Anaya."Gempa gak sopan." Bisik Anaya."Iya, ini Gempa, kamu siapa yaa?" Tanya Anaya ramah
BrakPintu kelas dua belas MIPA satu terbuka dengan kasar. Kebetulan guru guru sedang rapat, jadi semua siswa di bebaskan untuk keluar dan jajan. Asalkan tidak pulang.Dengan gaya sok cool dan sok gantengnya Gempa berjalan memasuki kelas dengan kedua tangan yang di masukan kedalam saku celananya."Gue tunggu di parkiran,". Ucap Gempa datar.Anaya yang heran dengan sikap Gempa pun menatap nya dengan dahi berkerut. "Lo marah sama gue?" Tanya Anaya lembut."Gak," Bawab Gempa sangat singkat dan datar. "Gue tunggu di parkiran kalo dalam waktu lima menit lo gak datang, gue tinggal." Lanjutnya sebelum pergi meninggalkan kelas dengan Anaya yang mengerutakan dahinya heran.Tak hanya Anaya, keempat temannya pun heran dengan sikap Gempa yang sangat dingin dan datar pada Anaya."Kalian lagi marahan?" Tanya Nada penasaran.Anaya menggelengkaan kepalanya pertanda tidak. "Enggak kok, kita baik baik aja,". Jawab Anaya masih menatap punggung Ge
Gempa dan Anaya baru saja sampai di apartemen nya. "Nanay gue laper,". Ucap Gempa dan langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa."Mau makan apa?" Tanya Anaya sambil berjalan untuk menyimpan tasnya dan Gempa kedalam kamar."Mau susu,". Jawab Gempa dengan mata terpejam.Anaya berjalan menuju dapur untuk membuatkan suami bayinya itu susu. "Tinggal rasa coklat, gakpapa kan?" Tanya Anaya berteriak."Mau yang stroberi,". Balas Gempa.Anaya tidak menghiraukan ucapan Gempa, dia tetap membuatkan susu coklat untuk Gempa, yang tersisa saja tinggal rasa itu, mau gimana lagi.Anaya berjalan menuju sofa dengan segelas susu di tangannya. "Nih,". Ucap Anaya menyodorkan gelas berisi susu coklat itu pada Gempa."Nanay... Ini susu coklat bukan stroberi." Kesal Gempa.Anaya masih acuh dan tidak memperdulikan Gempa. Dia malah asik menonton acara televisi di hadapannya."Gue gak mau." Ucap Gempa sambil menyimpan susu itu di atas meja dengan w
Setelah selesai rapat, Anaya memutuskan untuk pergi ke kantin karena jam pelajaran kedua sudah dimulai dan anggota OSIS yang tadi ikut rapat di izinkan untuk tidak masuk pelajaran."Bu, mau jus jeruknya satu yaa. Nanti anterin ke meja yang di pojok situ," ucap Anaya pada salah satu ibu kantin yang ada di sekolahnya."Oke neng," jawab ibu kantin.Anaya berjalan menuju tempat duduk yang tadi ia tunjukan pada ibu kantin."Hii, Nay." sapa seseorang dari arah belakang.Anaya menoleh. "Eh hii juga, Dit." jawab Anaya pada Dito."Sendirian aja, gak bareng sama temen temen lo?" tanya Dito heran."Inikan masih jam pelajaran," jawab Anaya santai."Ahaha... Iya yaa gue lupa," ucap Dito terkekeh.Ibu kantin pun datang dengan segelas jus jeruk di tangannya. "Ini neng jus nya," ucap ibu kantin."Oh iya bu, makasih," jawab Anaya sopan. Ibu kantin hanya membalasnya dengan senyuman lalu berjalan pergi meninggalk
Pagi pagi sekali Anaya dan Gempa sudah berada di sekolah. Karena Anaya tidak mau jika teman temannya curiga jika dia dan Gempa sudah melakukan 'itu'. Yaa walaupun mereka sudah menjadi suami istri tapi tetap saja Anaya malu jika sampai teman temannya tau apalagi Mawar yang mempunyai mulut lemes dan gak bisa di rem, bisa bisa rahasia pernikahannya di ketahui satu sekolahan."Yakin gak mau aku temenin sampe temen kamu ada yang dateng?" tanya Gempa pada Anaya yang sudah duduk manis di tempatnya."Gak usah, bentar lagi juga mereka dateng," jawab Anaya. Gempa pun mengangguk lalu mencium kening Anaya sebelum dia pergi dari sana."Aku ke kelas dulu," pamit Gempa yang di angguki Anaya.Dua puluh lima menit setelah kepergian Gempa, teman temannya pun satu persatu datang. Dimulai dari Mawar dan Vanta lalu di ikuti oleh Nada dan yang terakhir datang adalah Andin. "Tumben tumbenan lo datang pagi banget? kesambet apaan nih?" tanya Vanta pada Anaya."Cuma iseng aja," jawab Anaya santai."Emang yaa
"Kamu belum makan siang, aku pesenin makanan yaa. Mau makan apa?" tanya Gempa. Dia mengambil ponsel dari dalam saku celananya."Aku mau makan seblak," jawab Anaya."Jangan itu Nay, kamu dari pagi belum makan. Yang ada nasi nasi nya dulu," ucap Gempa."Terserah deh samain aja," jawab Anaya malas. Dia lebih memilih untuk membuka laptopnya dan menonton drakor yang sudah lama dia simpan dan tidak sempat untuk menontonnya."Lagi nonton apa?" tanya Gempa pada Anaya yang sedang asik menatap layar laptopnya."Drakor," jawab Anaya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop."Daripada nonton drakor mending kita nonton ini," Gempa merampas laptop dari pangkuan Anaya dan mengetikan sebuah kode pada kolom pencarian."Kode apaan sih? Kok aku baru tau bisa pencarian sama kode kode gitu?" tanya Anaya heran. Dia terus memperhatikan Gempa dengan teliti.Gempa menekan tombol enter dan munculah video video yang tadi Gempa cari deng
Anaya sedikit terusik dengan tangan kekar yang mengelus lembut sebelah pipinya."Enghhhh..." usik Anaya."Bangun sayang," ucap Gempa sangat lembut.Perlahan Anaya membuka matanya dan menyesuaikan dengan pencahayaan di ruangan itu. "Jam berapa?" tanya Anaya pada Gempa."Jam setengah dua belas," jawab Gempa."Malem?" tanya Anaya dan kembali terpejam dalam pelukan Gempa."Siang," jawab Gempa dengan santainya."Hah! Kok lo gak bangunin gue sih!" teriak Anaya terkejut karena Gempa tidak membangunkannya untuk sekolah."Aku-kamu sayang," koreksi Gempa."Iya terserah, kenapa gak bangunin sekolah coba, jadi bolos kan." kesal Anaya. Dia mencari cari ponselnya untuk menghubungi salah satu temannya agar di izinkan tidak masuk sekolah."Hp aku mana?" tanya Anaya pada Gempa yang masih setia memainkan ponsel di tangannya."Gak tau," jawab Gempa acuh.Anaya terus mengumpati suami laknatnya itu di dalam hati. "Pinjem sebentar mau chat Nada," ucap Anaya pada Gempa."Ngapain?" tanya Gempa heran."Yaa ma
Anaya dan Gempa sudah berada di apartemen mereka. Dan sekarang Gempa sedang rebahan di atas sofa sedangkan Anaya, dia sedang memasak di dapur."Yang... mau susu," teriak Gempa dari ruang tv."Ambil sendiri, gue lagi masak," balas Anaya dengan berteriak."Bawain bentar, cepet!" teriak Gempa ngotot."Ck. Iya iya sebentar," jawab Anaya lalu mematikan kompornya sebelum pergi memberikan susu kotak pada Gempa. Untung saja sayur sop yang ia buat sudah matang hanya tinggal di pindahkan ke mangkuk saja.Anaya berjalan kearah ruang tv dengan susu kotak di tangannya. "Nih," ucap Anaya menyodorkan susu kotak yang ia bawa."Apaan nih?" tanya Gempa heran."Katanya lo mau susu. Ini gue udah bawa susu kotak," jelas Anaya malas."Orang gue maunya susu lo. Kok malah dikasih yang di kotak sih," jawab Gempa. Dia langsung Menarik pinggang Anaya. Alhasil Anaya pun terjatuh di atas paha Gempa."Apaan sih Gem. Gue lagi masak t
Bell pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Dan kini Gempa sudah berada di kelas Anaya untuk menunggu Anaya yang sedang membahas tugas bersama teman kelompoknya."Masih lama?" tanya Gempa yang sudah mulai bosan."Bentar lagi," jawab Anaya yang masih fokus membahas tugas untuk besok mereka presentasi kan di depan kelas.Gempa menghembuskan nafasnya gusar sambil terus memperhatikan Anaya yang sedang fokus membahas tugas bersama teman temannya."Iya. Nanti kaya gitu aja, kalo masih bingung nanti malem kita vc group aja," ucap Anaya pada teman kelompok nya."Nah boleh juga tuh, gue juga masih belum ngerti banget sih," jawab salah seorang teman kelompok Anaya yang bernama Merla itu."Yaudah kalo gitu gue balik duluan yaa, nanti malem aja kita bahasnya," ucap Anaya lalu merapihkan buku bukunya di ikuti dengan ketiga teman kelompoknya. Merla dan Nike."Ayoo," ajak Anaya yang sudah selesai membereskan buku bukuny
"Gwemmm...""Bales," setelah mengatakan itu Gempa kembali mencium bibir Anaya dengan lembut. Begitupun dengan Anaya.Cukup lama mereka berciuman sampai Anaya mulai kehabisan napas dan memukul mukul dada Gempa agar dia melepaskan ciumannya.Huhh...Huhh...Huhh..."Lagi gak?" tawar Gempa sedikit menggoda Anaya."Gak! Ini masih di sekolah Gempa!" tegas Anaya."Yaudah nanti aja pulang sekolah lanjut di rumah, sekalian yang ini juga," ucap Gempa sambil menunjuk pada dada Anaya."Gak! Enak ajah!" jawab Anaya cepat. Dia langsung menutup dadanya dengan kedua tangan."Udah lama loh Nay gue gak dapet jatah itu," ucap Gempa sedih."Yaa tapi gue gak mau Gempa! Gue takut tambah gede terus baju gue pada gak muat gimana?!""Kita beli lagi lah, gitu aja ribet," jawab Gempa enteng.Anak sultan mah bebas. Baju bayi harga dua jeti aja di beli, apalagi buat mak nya. Lima jeti juga pasti
"Gempa..." teriak seseorang dari belakang.Anaya menoleh dan ternyata itu adalah Siska. "Ngapain sih!" gerutu Anaya kesal."Gempa kok ninggalin sih!" ucap Siska dengan suara manjanya."Kok gue mual yaaa," sindir Anaya. Dia memegangi perutnya berpura pura ingin muntah."Apa sih lo. Jablay!" sinis Siska."Dih.. Bukannya lo yaa yang JABLAY!" ucap Anaya nyinyir."Lo yang jablay!" teriak Siska tak terima."Lo!""Lo!""Lo!""Lo!""Stop!!!" bentak Gempa kesal sendiri mendengar keributan dari dua wanita di hadapannya."Dia duluan!" ucap Anaya cepat. Dia tidak mau Gempa menyalahkan dirinya atas keributan ini."Bisa diem gak!" bentak Gempa lagi, karena mereka berdua masih saling menyalahkan. Yaa walaupun dengan berbisik tapi masih bisa di dengar oleh Gempa."Gempa dia yang salah bukan gue!" teriak Siska tak terima."Udah stop! Lo berdua yang salah!" bentak Gem
Gempa menatap heran kerah Anaya yang berlari dengan terburu buru. "Gue duluan," pamit Gempa pada teman temannya."Gempa..." teriak Siska yang merasa terabaikan."Gue duluan nanti pulang sekolah gue jemput di kelas," pamitnya pada Siska lalu berlari mengejar Anaya."Nay," ucap Gempa yang berhasil mencengkram pergelangan tangan Anaya."Lepas! Gue mau ke toilet," jawab Anaya menahan isakannya."Nay." Gempa membalikan badan Anaya. "Hey... Lo kenapa?" tanya Gempa yang melihat Anaya sudah mengeluarkan air matanya."Gakpapa," jawab Anaya singkat. "Sayang lo kenapa?" tanya Gempa. Dia menarik Anaya kedalam pelukannya.Hiks... Hiks... Hiks..."Lo kenapa?" tanya Gempa sangat lembut."Gu-gue gak suka lo deket deket sama Siska," jawab Anaya terisak di dalam pelukan Gempa.Gempa tersenyum. Ternyata rencananya berjalan dengan mulus. "Lo cemburu?" tanya Gempa."Hiks... hiks... hiks" hanya isakan yang keluar dari mulut Anaya."Gue akan jauhin Siska kalo lo juga jauhin Andra." ucap Gempa.Anaya melepa