"Awssssshhhh... pelan pelan,". Ringis Anaya.
"Ini udah pelan pelan saying,". Jawab Gempa dengan lembut.
"Tapi sakit banget Gempa. Gue gak kuat,". Lirih Anaya menahan rasa sakit di bagian bawahnya.
"Keset banget Nay, harus pake pelicin dulu,". Ucap Gempa lalu beranjak untuk mengambil sesuatu di atas nakas dan membalurkan, yang Anaya sendiri pun tak tau itu cairan apa.
"Gempa sakit,". Ringis Anaya lagi.
"Bentar ya sayang,". Ucap Gempa menenangkan Anaya lalu membalurkan cairan itu sampai merata.
"Aku gerakin ya Nay, tahan." Lanjut Gempa.
"Awwsssshhhhhhh Gem-pa sak-it bangettt,". Ringis Anaya. DIa menyalurkan rasa sakitnya dengan mencengkram seprai di sampingnya.
"Awalnya sakit tapi lama lama jadi enak kok,”. Ucap Gempa yang masih menggerakan tangannya di bawah sana.
"Gempa sumpah kaki gue sakit banget, awwshhhh gue gak kuat". Teriak Anaya saat Gempa memijat kakinya sangat keras.
"Bentar Nay dikit lagi, biar kaki lo gak bengkak,". Ucap Gempa dan terus memijat kaki Anaya dengan perlahan.
"Udah, gue udah gak kuat nahan sakitnya,". Ringis Anaya yang sudah benar benar tidak kuat menahan sakit.
"Iyaa udah kok, jangan banyak gerak dulu biar gak bengkak,". Peringat Gempa sambil menutup botol minyak yang dia gunakan untuk mengurut kaki Anaya.
"Gegem gue mau pipis,”. Ucap Anaya pelan, bahkan hampir seperti berbisik.
"Lo mau gue temenin? Iya," tanya Gempa sambil terkekeh.
"Ehh e-enggak maksud gue lo anter gue sampe depan pintu aja gak usah ikut masuk,"Jelas Anaya sedikit gugup.
"Yaudah sini,". Ucap Gempa lalu membopong tubuh Anaya menuju kamar mandi.
"Nanti kalo udah teriak aja jangan di paksain jalan,". Lanjut Gempa lalu keluar dari dalam kamar mandi dengan santainya.
"Tumben gak tengil,". Batin Anaya.
Anaya tidak mau ambil pusing dengan kewarasan Gempa hari ini, dia segera melanjutkan acara buang air kecilnya dengan santai.
Setelah menyelesaikan panggilan alamnya Anaya pun segera berteriak pada Gempa agar membantunya berjalan. "Gempa, Gem,". Teriak Anaya.
"Udah?" Tanya Gempa yang baru saja dating. Dia langsung membopong tubuh Anaya untuk kembali ke dalam kamar.
"Lo ganti baju dulu, risih gue liat lo pake seragam sekolah kaya gini,". Ucap Gempa lalu menyodorkan pakaian yang telah dia siapkan tadi.
"Yaudah lo keluar dulu gue mau ganti,". Anaya pun mengambil baju yang di berikan Gempa.
"Males. Gue mau rebahan di sini,". Jawab Gempa santai sambil bermain ponsel di samping Anaya
"Gempa gue mau ganti baju, cuma bentar deh janji gak bakal lama,".
"Udahlah Nay, gue juga kan suami lo bukan pacar lo,”. Jawab Gempa masih dengan gaya santainya.
"Tapi gue malu,". Cicit Anaya.
"Gue lagi main hp Nay, gak bakal merhatiin lo juga,". Balas Gempa yang masih setia menatap layar ponselnya.
Anaya menghela nafasnya kasar lalu mulai bersiap siap untuk berganti pakaian. "Jangan ngintip." Peringat Anaya penuh intimidasi lalu mulai membuka pakaian nya satu persatu.
Malu? Sudah di pastikan Anaya sangat malu berganti pakaian di hadapan Gempa. Yaa walaupun dia suaminya tapi tetap saja Anaya malu jika harus bertelanjang di hadapan Gempa.
Gempa melirik Anaya dengan ekor matanya, terlihat Anaya yang hanya menggunakan tanktop berwarna hitam yang sangat menggoda iman siapa saja yang melihatnya.
Anaya yang merasa di perhatikan pun langsung menarik selimut untuk menutupi bagian tubuhnya. "Gempa lo ngintip." Teriak Anaya kesal.
Gempa terkekeh tanpa dosa kearah Anaya. "Pemandangan bagus masa gak di liat,". Ucapnya sangat menyebalkan.
"Keluar lo. Dasar mesum." Bentak Anaya kesal.
"Nay, lo inget gak ini malam apa?" Tanya Gempa sambil mendekatkan tubuhnya dengan Anaya.
Anaya berfikir sejenak, hah apa apaan ini? Maksudnya apa? Batin Anaya.
"Gak. Gue gak inget hari,". Jawab Anaya berbohong.
"Yaudah gue ingetin biar lo inget ini malam apa, jadi Anaya istriku yang paling cantik dan semok cetar membahenol uh ah uh ah sekarang itu malam jumat, ehemmm waktunya apa saying?" Tanya Gempa menggoda Anaya.
"Stttt diemmmm. Gue gak mau denger kata kata lo yang gak faedah itu.” Teriak Anaya dan langsung membekap mulut laknat Gempa.
Gempa hanya terkekeh dan terus memandangi wajah Anaya yang sudah sangat khawatir.
"Lo mau pahala kan, Nay?" Tanya Gempa. Dia langsung menarik tubuh Anaya kedalam pelukannya.
"Ya-yaa mau tapi gak yang itu,". Jawab Anaya gugup. Jantungnya pun sudah berpacu dengan cepat.
Cup
Gempa mengecup kening Anaya sekilas. "Kenapa?". Tanya Gempa sedikit berbisik di telinga Anaya.
"Y-ya pokonya gue gak mau, Gempa lo tau kan kaki gue lagi sakit,”. Jawab Anaya memelas.
"Ya terus?" Tanya Gempa mengerutkan dahinya heran.
"Y-ya gue gak bisa lah,". jawab Anaya masih gugup.
"Lo kalo ngaji pake kaki? Yang sakit kan kaki lo, sedangkan yang digunain ngaji itu mulut lo, terus masalahnya apa?" Tanya Gempa heran.
"M-maksud lo?" Tanya balik Anaya.
“Lo mikir apaan sih Nay? Orang gue cuma ngajak lo yasinan. Atau..." Gempa menggantungkan ucapannya lalu menatap Anaya dengan tatapan yang mengintimidasi
"Stttt… gue gak mau denger." Kesal Anaya. Dia langsung menutup telinga dan matanya rapat rapat.
"Bhahahaha… lo pasti mikir kotor kan,". Tebak Gempa sambil tertawa.
"E-enggak. Apa apaan lo gue gak gitu yaa,". Elak Anaya.
"Yaudah kalo lo mau yang itu gue turutin, ayo". Ucap Gempa lalu menindih tubuh Anaya dengan cepat.
"Ge-gempa, sumpah gu-gue gak maksud gitu,". Teriak Anaya gugup.
"Lo mau ini kan?" Tanya Gempa yang terus menggoda Anaya.
"Ge-gem gue belum siap,". Cicit Anaya menatap Gempa dengan memelas.
"Sekali aja, gak sakit kok,". Ucap Gempa semakin mendekatkan wajahnya dengan wajah Anaya.
"Gempa gue beneran belum siap…" Teriak Anaya mendorong tubuh Gempa menjauh darinya.
"Nay." Bentak Gempa terkejut saat tubuhnya terhempas kebelakang.
"Sorry Gem, tapi gue beneran belum siap,". Ucap Anaya lalu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Orang gue cuma mau cium doang, gini nih kalo korban perjodohan, gak pro." Gumam Gempa lalu berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu.
Selesai solat Gempa berjalan menuju tempat tidur untuk membangunkan Anaya dan menyuruhnya solat maghrib.
"Nay, sayang,". Panggil Gempa lembut.
"Sayang, bangun solat dulu," Ucap Gempa sambil mengelus pipi Anaya lembut.
"Hemmm, gue lagi dapet,". Jawab Anaya dengan mata yang masih tertutup rapat.
"Yaudah bangun aja, pamali tidur waktu maghrib,". Ucap Gempa masih dengan nada yang lembut.
Perlahan Anaya membuka matanya dan menyesuaikan pandangannya sebelum ia duduk dan memakai baju yang belum sempat Anaya pakai.
Anaya duduk menyender pada senderan tempat tidur sambil terus memperhatikan Gempa yang sedang khusu mengaji, tak disangka ternyata suara Gempa sangat merdu dan menenangkan hati.
Anaya terus memperhatikan Gempa sampai dia tidak sadar jika Gempa juga sedang menatap kearahnya. Alhasil Anaya pun gelagapan sendiri.
"Em eee hp gue di mana ya, Gem?" Tanya Anaya mencoba mengalihkan perhatian Gempa.
Gempa berjalan menghampiri Anaya yang sedang duduk menyender di tempat tidur. "Gak usah malu kali, Nay. Gue juga sering merhatiin lo kok,". Ucap Gempa santai lalu duduk di samping Anaya.
"Apasih, orang gue gak liatin lo juga. Pede banget,". Jawab Anaya masih mencari keberadaan ponselnya.
"Hp lo ada di ruang tv,". Ucap Gempa.
"Ambilin dong Gem,". Perintah Anaya yang dibalas gelengan kepala oleh Gempa.
"Gue gak mau, gue mau malam ini lo cuma sama gue. Gak ada yang ganggu." Tegas Gempa lalu berbaring sambil memeluk pinggang Anaya dengan erat.
"Tapi Gem,"
"Gue gak bakal apa apain lo, gue juga mikir seribu kali kalo mau unboxing lo sekarang, kita aja masih sekolah,". Ucap Gempa sambil memeluk pinggang Anaya dari samping.
"Sorry ya Gem, tapi gue bener bener belum siap,". Cicit Anaya merasa bersalah.
"Hmm, gue ngerti kok tapi nanti kalo udah lulus gue mau lima puluh ronde ya, Nay. Kan gue mau debay kembar,". Ucap Gempa sambil ndusel pada pinggang Anaya.
Sudah Anaya duga pasti kewarasan Gempa tidak bertahan lama. Buktinya dia sudah kembali tengil seperti biasanya.
Hayooloh siapa yang udah traveling??? fikiranmu kotor sekali ukhty, Anaya itu lagi di urut yaa, bukan lagi macem macem.
Gempa dan teman temannya sedang berada di kelas. "Eh bro semalem lo ngapain aja sama ibu negara?". Tanya Amir pada Gempa."Gue abis ehem,". Jawab Gempa asal."Waaaww, imfresif." Ucap Galang menggeleng gelengkan kepalanya sambil menutup mulutnya tak percaya."Halah palingan cuma mimpi,". Celetuk Jeno dengan gaya santuy yang di milikinya."Gak percayaan banget lo sama gue." Ucap Gempa kesal. Yaa walaupun dia hanya asal ngomong tapi tetap saja dia sempat mandi bareng sama Anaya. Itu termasuk 'ehem' bukan?!"Ya kalo percaya sama lo itu namanya musik." Celetuk Niko menimpali kehaluan yang di buat Gempa."Musrik bego." Ralat Dimas menoyor kepala Niko lumayan keras sampai sang mpunya mendesis kesakitan."Njing. Sakit ogeb!" Umpat Niko dengan reflek langsung memukul tangan Dimas pelan.Di antara Gempa dan teman temannya yang ribut dengan masalah yang unfaedah. Gaga hanya diam dan menyimak percakapan teman temannya dan enggan untuk mela
"Eh Nay, itu Gempa lagi gadoin cewek,". Teriak Andin heboh. Seheboh orang yang baru saja mendapatkan uang kaget dari Gtv."Godain bego. Lo euhhhhh bikin gemes deh,". Ralat Vanta gemas sendiri."Yaa itulah pokonya,". Jawab Andin watados.Anaya hanya menatap Gempa datar, dia percaya bahwa Gempa gak mungkin menggoda cewek lain. Apalagi dia adalah Siska. Lebih tidak mungkin lagi.Merasa diperhatikan, Gempa pun melihat sekelilinya dan mata Gempa tertuju pada sekelompok gadis yang sedang duduk di depan kelas.Anaya tersenyum kearah Gempa. "Beuhhhh manis banget senyum istri gue,". Ucap Gempa sambil memegang dadanya terpana oleh senyum manis Anaya."Iya tau, gue emang manis kok,". Jawab Siska centil.Gempa menatap Siska aneh. "Pede lu. Orang gue bilang istri gue yang manis, bukan lo." Sinis Gempa."Istri? Emang lo udah nikah? Kapan? Sama siapa? Dimana? Kok gue gak tau sih?" Tanya Siska bertubi tubi."Gak penting juga lo tau, yan
Hari ini adalah hari sabtu. Waktunya Anaya dan gempa bersatai dan bermalas malasan. "Nanay peluk,". Rengek Gempa seperti anak kecil."Ini udah siang Gempa, apa lo gak cape tiduran terus dari tadi,". Ucap Anaya. Jujur saja badannya sudah sangat pegal karena Gempa terus saja minta di temanin tidur."Aaaa gak mau, gue mau di peluk... Nanay ayo peluk gue iiiihhhh..." Rengek Gempa mulai kesal."Gak! Gue gak mau. Gue mau mandi terus ke rumah bunda." Jawab Anaya lalu beranjak dari tidurnya."Huaaaaaaaaa... Nanay jahat! Lo gak sayang gue, huaaaaaaa Lo jahat..." Teriak Gempa sangat kencang."Astaga, mimpi apa gue bisa punya sumi kaya lo Gem. Gem. Diluar aja sok sangar tapi dalem nya pingky." Ucap Anaya kesal. Dan langsung memeluk tubuh Gempa agar dia tidak lagi berteriak."Lo jahat. Lo gak sayang gue. Lo jahat." Isak Gempa dalam pelukan Anaya."Lo bilang gitu lagi gue tinggal ya, Gem. Gak baik bilang istri sendiri jahat." Ancam Anaya sambil te
Anaya dan Gempa baru saja sampai di kantor ayahnya Gempa. "Nanti harus senyum yaa, gak boleh cemberut kaya gini,". Ucap Anaya lembut.Gempa tidak menjawab dia segera keluar dan membukakan pintu untuk Anaya. Semua pasang mata langsung tertuju pada mereka. Lebih tepatnya pada Gempa, wajar saja karena Gempa terlihat sangat tampan dan gagah, tak seperti murid SMA.Gempa menggandeng tangan Anaya menuju ruangannya. "Gempa senyum gak boleh gitu,". Bisik Anaya karena Gempa memasang wajah datar plus dinginnya.Gempa tidak menjawab dia terus berjalan menuju ruangannya tanpa memperhatikan para karyawan wanita yang memandang nya dengan tatapan kagum."Pak Gempa?" Tanya seorang wanita dengan penampilan yang sangat seksi. Memakai baju ketat dan rok yang sangat mini.Gempa melirik wanita itu sekilas lalu beralih menatap wajah Anaya. "Ayo masuk,". Ajak nya pada Anaya."Gempa gak sopan." Bisik Anaya."Iya, ini Gempa, kamu siapa yaa?" Tanya Anaya ramah
BrakPintu kelas dua belas MIPA satu terbuka dengan kasar. Kebetulan guru guru sedang rapat, jadi semua siswa di bebaskan untuk keluar dan jajan. Asalkan tidak pulang.Dengan gaya sok cool dan sok gantengnya Gempa berjalan memasuki kelas dengan kedua tangan yang di masukan kedalam saku celananya."Gue tunggu di parkiran,". Ucap Gempa datar.Anaya yang heran dengan sikap Gempa pun menatap nya dengan dahi berkerut. "Lo marah sama gue?" Tanya Anaya lembut."Gak," Bawab Gempa sangat singkat dan datar. "Gue tunggu di parkiran kalo dalam waktu lima menit lo gak datang, gue tinggal." Lanjutnya sebelum pergi meninggalkan kelas dengan Anaya yang mengerutakan dahinya heran.Tak hanya Anaya, keempat temannya pun heran dengan sikap Gempa yang sangat dingin dan datar pada Anaya."Kalian lagi marahan?" Tanya Nada penasaran.Anaya menggelengkaan kepalanya pertanda tidak. "Enggak kok, kita baik baik aja,". Jawab Anaya masih menatap punggung Ge
Gempa dan Anaya baru saja sampai di apartemen nya. "Nanay gue laper,". Ucap Gempa dan langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa."Mau makan apa?" Tanya Anaya sambil berjalan untuk menyimpan tasnya dan Gempa kedalam kamar."Mau susu,". Jawab Gempa dengan mata terpejam.Anaya berjalan menuju dapur untuk membuatkan suami bayinya itu susu. "Tinggal rasa coklat, gakpapa kan?" Tanya Anaya berteriak."Mau yang stroberi,". Balas Gempa.Anaya tidak menghiraukan ucapan Gempa, dia tetap membuatkan susu coklat untuk Gempa, yang tersisa saja tinggal rasa itu, mau gimana lagi.Anaya berjalan menuju sofa dengan segelas susu di tangannya. "Nih,". Ucap Anaya menyodorkan gelas berisi susu coklat itu pada Gempa."Nanay... Ini susu coklat bukan stroberi." Kesal Gempa.Anaya masih acuh dan tidak memperdulikan Gempa. Dia malah asik menonton acara televisi di hadapannya."Gue gak mau." Ucap Gempa sambil menyimpan susu itu di atas meja dengan w
"Nanay gue gak mau ikut camping lah, males." Ucap Gempa saat Anaya sedang memasukan peralatan camping miliknya kedalam tas.Anaya masih acuh dan tidak merespon ucapan Gempa sama sekali. "Nanay ihhh... Gue gak mau ikut camping kalo gak seregu sama lo." Teriak Gempa kesal sendiri karena Anaya sama sekali tidak merespon ucapannya."Gak usah kaya anak kecil deh Gem. Ini acara sekolah bukan acara kita berdua." Bentak Anaya."Lo bisa seregu sama si Dito kenapa gue nggak,". Ucap Gempa tak mau kalah."Yaa gue gak tau, lo sendiri kan udah tau semuanya lo juga ikut rapat tadi sore," . Balas Anaya kesal sendiri dengan sifat childish suaminya itu."Nye nye nye bilang aja lo mau selingkuh sama si Dito,". Tuduh Gempa sambil memukul mukul bantal love nya. Entah memiliki dosa apa sehingga bantal love yang lucu itu selalu menjadi sasaran kemarahan Gempa."Kesel tau gak, kesell..." Teriak Gempa kesal sendiri.Anaya berjalan menghampiri Gempa yang sedang duduk di atas tempat t
Bagian 1Semua siswa siswi kelas dua belas sedang berkumpul di lapangan untuk persiapan dan pengarahan acara camping.Anaya sedang sibuk mengabsen takut ada siswa atau siswi yang tidak hadir. "Loh Amir mana?" Tanya Anaya pada teman sekelas Amir."Gak tau, tadi pagi sih ada,". Jawabnya.Anaya langsung mengabsen inti WARRIOR terlebih dahulu untuk memastikan hanya Amir yang tidak ada disana atau bahkan semuanya tidak ada termasuk suami bayinya itu. "Dimas?" Panggil Anaya."Gak ada Nay, semua gang nya Gempa gak ada di sini,". Balas salah satu teman sekelasnya Gempa.Sudah Anaya duga, mereka itu seperti satu paket. Jika satu orang tidak ada maka sudah bisa di pastikan yang enam juga tidak ada.Anaya berjalan menghampiri Dito yang sedang memberi arahan kepada anggota OSIS. "Dit, tolong absenin anak anak dulu dong, gue kebelet,". Ucap Anaya berbohong."Emm oke, Siska tolong lo lanjutin absen anak anak,". Perintah Dito
Setelah selesai rapat, Anaya memutuskan untuk pergi ke kantin karena jam pelajaran kedua sudah dimulai dan anggota OSIS yang tadi ikut rapat di izinkan untuk tidak masuk pelajaran."Bu, mau jus jeruknya satu yaa. Nanti anterin ke meja yang di pojok situ," ucap Anaya pada salah satu ibu kantin yang ada di sekolahnya."Oke neng," jawab ibu kantin.Anaya berjalan menuju tempat duduk yang tadi ia tunjukan pada ibu kantin."Hii, Nay." sapa seseorang dari arah belakang.Anaya menoleh. "Eh hii juga, Dit." jawab Anaya pada Dito."Sendirian aja, gak bareng sama temen temen lo?" tanya Dito heran."Inikan masih jam pelajaran," jawab Anaya santai."Ahaha... Iya yaa gue lupa," ucap Dito terkekeh.Ibu kantin pun datang dengan segelas jus jeruk di tangannya. "Ini neng jus nya," ucap ibu kantin."Oh iya bu, makasih," jawab Anaya sopan. Ibu kantin hanya membalasnya dengan senyuman lalu berjalan pergi meninggalk
Pagi pagi sekali Anaya dan Gempa sudah berada di sekolah. Karena Anaya tidak mau jika teman temannya curiga jika dia dan Gempa sudah melakukan 'itu'. Yaa walaupun mereka sudah menjadi suami istri tapi tetap saja Anaya malu jika sampai teman temannya tau apalagi Mawar yang mempunyai mulut lemes dan gak bisa di rem, bisa bisa rahasia pernikahannya di ketahui satu sekolahan."Yakin gak mau aku temenin sampe temen kamu ada yang dateng?" tanya Gempa pada Anaya yang sudah duduk manis di tempatnya."Gak usah, bentar lagi juga mereka dateng," jawab Anaya. Gempa pun mengangguk lalu mencium kening Anaya sebelum dia pergi dari sana."Aku ke kelas dulu," pamit Gempa yang di angguki Anaya.Dua puluh lima menit setelah kepergian Gempa, teman temannya pun satu persatu datang. Dimulai dari Mawar dan Vanta lalu di ikuti oleh Nada dan yang terakhir datang adalah Andin. "Tumben tumbenan lo datang pagi banget? kesambet apaan nih?" tanya Vanta pada Anaya."Cuma iseng aja," jawab Anaya santai."Emang yaa
"Kamu belum makan siang, aku pesenin makanan yaa. Mau makan apa?" tanya Gempa. Dia mengambil ponsel dari dalam saku celananya."Aku mau makan seblak," jawab Anaya."Jangan itu Nay, kamu dari pagi belum makan. Yang ada nasi nasi nya dulu," ucap Gempa."Terserah deh samain aja," jawab Anaya malas. Dia lebih memilih untuk membuka laptopnya dan menonton drakor yang sudah lama dia simpan dan tidak sempat untuk menontonnya."Lagi nonton apa?" tanya Gempa pada Anaya yang sedang asik menatap layar laptopnya."Drakor," jawab Anaya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop."Daripada nonton drakor mending kita nonton ini," Gempa merampas laptop dari pangkuan Anaya dan mengetikan sebuah kode pada kolom pencarian."Kode apaan sih? Kok aku baru tau bisa pencarian sama kode kode gitu?" tanya Anaya heran. Dia terus memperhatikan Gempa dengan teliti.Gempa menekan tombol enter dan munculah video video yang tadi Gempa cari deng
Anaya sedikit terusik dengan tangan kekar yang mengelus lembut sebelah pipinya."Enghhhh..." usik Anaya."Bangun sayang," ucap Gempa sangat lembut.Perlahan Anaya membuka matanya dan menyesuaikan dengan pencahayaan di ruangan itu. "Jam berapa?" tanya Anaya pada Gempa."Jam setengah dua belas," jawab Gempa."Malem?" tanya Anaya dan kembali terpejam dalam pelukan Gempa."Siang," jawab Gempa dengan santainya."Hah! Kok lo gak bangunin gue sih!" teriak Anaya terkejut karena Gempa tidak membangunkannya untuk sekolah."Aku-kamu sayang," koreksi Gempa."Iya terserah, kenapa gak bangunin sekolah coba, jadi bolos kan." kesal Anaya. Dia mencari cari ponselnya untuk menghubungi salah satu temannya agar di izinkan tidak masuk sekolah."Hp aku mana?" tanya Anaya pada Gempa yang masih setia memainkan ponsel di tangannya."Gak tau," jawab Gempa acuh.Anaya terus mengumpati suami laknatnya itu di dalam hati. "Pinjem sebentar mau chat Nada," ucap Anaya pada Gempa."Ngapain?" tanya Gempa heran."Yaa ma
Anaya dan Gempa sudah berada di apartemen mereka. Dan sekarang Gempa sedang rebahan di atas sofa sedangkan Anaya, dia sedang memasak di dapur."Yang... mau susu," teriak Gempa dari ruang tv."Ambil sendiri, gue lagi masak," balas Anaya dengan berteriak."Bawain bentar, cepet!" teriak Gempa ngotot."Ck. Iya iya sebentar," jawab Anaya lalu mematikan kompornya sebelum pergi memberikan susu kotak pada Gempa. Untung saja sayur sop yang ia buat sudah matang hanya tinggal di pindahkan ke mangkuk saja.Anaya berjalan kearah ruang tv dengan susu kotak di tangannya. "Nih," ucap Anaya menyodorkan susu kotak yang ia bawa."Apaan nih?" tanya Gempa heran."Katanya lo mau susu. Ini gue udah bawa susu kotak," jelas Anaya malas."Orang gue maunya susu lo. Kok malah dikasih yang di kotak sih," jawab Gempa. Dia langsung Menarik pinggang Anaya. Alhasil Anaya pun terjatuh di atas paha Gempa."Apaan sih Gem. Gue lagi masak t
Bell pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Dan kini Gempa sudah berada di kelas Anaya untuk menunggu Anaya yang sedang membahas tugas bersama teman kelompoknya."Masih lama?" tanya Gempa yang sudah mulai bosan."Bentar lagi," jawab Anaya yang masih fokus membahas tugas untuk besok mereka presentasi kan di depan kelas.Gempa menghembuskan nafasnya gusar sambil terus memperhatikan Anaya yang sedang fokus membahas tugas bersama teman temannya."Iya. Nanti kaya gitu aja, kalo masih bingung nanti malem kita vc group aja," ucap Anaya pada teman kelompok nya."Nah boleh juga tuh, gue juga masih belum ngerti banget sih," jawab salah seorang teman kelompok Anaya yang bernama Merla itu."Yaudah kalo gitu gue balik duluan yaa, nanti malem aja kita bahasnya," ucap Anaya lalu merapihkan buku bukunya di ikuti dengan ketiga teman kelompoknya. Merla dan Nike."Ayoo," ajak Anaya yang sudah selesai membereskan buku bukuny
"Gwemmm...""Bales," setelah mengatakan itu Gempa kembali mencium bibir Anaya dengan lembut. Begitupun dengan Anaya.Cukup lama mereka berciuman sampai Anaya mulai kehabisan napas dan memukul mukul dada Gempa agar dia melepaskan ciumannya.Huhh...Huhh...Huhh..."Lagi gak?" tawar Gempa sedikit menggoda Anaya."Gak! Ini masih di sekolah Gempa!" tegas Anaya."Yaudah nanti aja pulang sekolah lanjut di rumah, sekalian yang ini juga," ucap Gempa sambil menunjuk pada dada Anaya."Gak! Enak ajah!" jawab Anaya cepat. Dia langsung menutup dadanya dengan kedua tangan."Udah lama loh Nay gue gak dapet jatah itu," ucap Gempa sedih."Yaa tapi gue gak mau Gempa! Gue takut tambah gede terus baju gue pada gak muat gimana?!""Kita beli lagi lah, gitu aja ribet," jawab Gempa enteng.Anak sultan mah bebas. Baju bayi harga dua jeti aja di beli, apalagi buat mak nya. Lima jeti juga pasti
"Gempa..." teriak seseorang dari belakang.Anaya menoleh dan ternyata itu adalah Siska. "Ngapain sih!" gerutu Anaya kesal."Gempa kok ninggalin sih!" ucap Siska dengan suara manjanya."Kok gue mual yaaa," sindir Anaya. Dia memegangi perutnya berpura pura ingin muntah."Apa sih lo. Jablay!" sinis Siska."Dih.. Bukannya lo yaa yang JABLAY!" ucap Anaya nyinyir."Lo yang jablay!" teriak Siska tak terima."Lo!""Lo!""Lo!""Lo!""Stop!!!" bentak Gempa kesal sendiri mendengar keributan dari dua wanita di hadapannya."Dia duluan!" ucap Anaya cepat. Dia tidak mau Gempa menyalahkan dirinya atas keributan ini."Bisa diem gak!" bentak Gempa lagi, karena mereka berdua masih saling menyalahkan. Yaa walaupun dengan berbisik tapi masih bisa di dengar oleh Gempa."Gempa dia yang salah bukan gue!" teriak Siska tak terima."Udah stop! Lo berdua yang salah!" bentak Gem
Gempa menatap heran kerah Anaya yang berlari dengan terburu buru. "Gue duluan," pamit Gempa pada teman temannya."Gempa..." teriak Siska yang merasa terabaikan."Gue duluan nanti pulang sekolah gue jemput di kelas," pamitnya pada Siska lalu berlari mengejar Anaya."Nay," ucap Gempa yang berhasil mencengkram pergelangan tangan Anaya."Lepas! Gue mau ke toilet," jawab Anaya menahan isakannya."Nay." Gempa membalikan badan Anaya. "Hey... Lo kenapa?" tanya Gempa yang melihat Anaya sudah mengeluarkan air matanya."Gakpapa," jawab Anaya singkat. "Sayang lo kenapa?" tanya Gempa. Dia menarik Anaya kedalam pelukannya.Hiks... Hiks... Hiks..."Lo kenapa?" tanya Gempa sangat lembut."Gu-gue gak suka lo deket deket sama Siska," jawab Anaya terisak di dalam pelukan Gempa.Gempa tersenyum. Ternyata rencananya berjalan dengan mulus. "Lo cemburu?" tanya Gempa."Hiks... hiks... hiks" hanya isakan yang keluar dari mulut Anaya."Gue akan jauhin Siska kalo lo juga jauhin Andra." ucap Gempa.Anaya melepa