Gempa dan teman temannya sedang berada di kelas. "Eh bro semalem lo ngapain aja sama ibu negara?". Tanya Amir pada Gempa.
"Gue abis ehem,". Jawab Gempa asal.
"Waaaww, imfresif." Ucap Galang menggeleng gelengkan kepalanya sambil menutup mulutnya tak percaya.
"Halah palingan cuma mimpi,". Celetuk Jeno dengan gaya santuy yang di milikinya.
"Gak percayaan banget lo sama gue." Ucap Gempa kesal. Yaa walaupun dia hanya asal ngomong tapi tetap saja dia sempat mandi bareng sama Anaya. Itu termasuk 'ehem' bukan?!
"Ya kalo percaya sama lo itu namanya musik." Celetuk Niko menimpali kehaluan yang di buat Gempa.
"Musrik bego." Ralat Dimas menoyor kepala Niko lumayan keras sampai sang mpunya mendesis kesakitan.
"Njing. Sakit ogeb!" Umpat Niko dengan reflek langsung memukul tangan Dimas pelan.
Di antara Gempa dan teman temannya yang ribut dengan masalah yang unfaedah. Gaga hanya diam dan menyimak percakapan teman temannya dan enggan untuk meladeni perkataan mereka yang sangat sangat tidak penting bagi Gaga.
"Assalamualaikum," Salam beberapa orang yang baru saja masuk kedalam kelas.
"Hadehhh infak lagi, infak lagi, bisa gak sih sekali aja gak nagih infak,". Gerutu Amir karena yang datang itu adalah anggota osis SMA Mandala. Setiap hari jumat anggota osis SMA Mandala akan menagih infak kesetiap kelasnya.
"Pamali lo Mir gak boleh ngomong gitu, kalo gak ikhlas lo gak usah ngasih juga mereka gak bakal maksa,". Ucap Dimas mengingatkan Amir yang laknat itu.
Di balik keramaian Amir yang mengeluh karena setiap Jumat di tagih infak. Ada Gempa yang terus menatap Anaya dengan sinis saat Anaya di rangkul oleh Dito. Bukannya Anaya centil atau gimana tapi kakinya masih sakit dan agak bengkak jadi dia kesusahan untuk berjalan. Alhasil Dito pun meeangkulnya untuk melaksanakan tugasnya untuk menagih infak ke setiap kelasnya.
Karena merasa diperhatikan Anaya pun menatap sekeliling ruangan dan matanya terhenti pada Gempa yang juga sedang menatapnya dengan sinis. Anaya mengangkat sebelah alisnya sebagai pertanyaan kenapa Gempa memperhatikannya dengan wajah yang kesal dan sinis.
Gempa tidak menjawabnya dia hanya menatap tangan Dito yang berada di bahu Anaya.
Anaya yang mengerti pun langsung berbicara dengan gerakan bibir. "Kaki aku masih sakit, jadi di bantuin Dito,". Ucap Anaya tanpa suara.
Gempa hanya mengangguk sebagai jawaban. Dia tidak mau memperpanjang masalah karena ini hanya masalah sepele baginya. Yaa walaupun hatinya sedikit kesal karena tak terima jika miliknya di sentuh orang lain.
Anak anak osis pun mulai memupu infak ke setiap bangkunya. "Infak dulu Gem,". Ucap Siska dengan nada centilnya.
Gempa menyodorkan uang lima puluh ribu dari saku bajunya dan memberikannya pada Siska. "Gue sekalian bayarin infak Anaya,". Ucap Gempa santai.
Siska menatap Gempa tak suka. "Kenapa sih Anaya terus, mending juga gue daripada si Anaya." Kesal Siska yang tak suka jika Gempa terus saja membahas Anaya.
"Sadar neng, lo sama Anaya beda kasta,". Seringai Jeno namun masih dengan gaya santainya.
"Iya. Gue cantik dan dia burik." Jawab Siska ketus.
"Sorry yaa Siskol tapi kayanya kebalik deh, bukanya Anaya yang cantik dan lo yang burik, Yaa." Ralat Dimas dengan seringai mengejek.
"Berisik deh. Mana infak kalian." Bentak Siska yang sudah kesal karena di pokoknya oleh mereka.
Amir mengeluarkan uang dua puluh ribu dari saku bajunya. "Sekalian gue bayarin yang lo Siskol, gue ikhlas kok,". Ucap Amir mengedipkan sebelah matanya menggoda Siska.
Tapi yang di goda malah bergidig ngeri dengan perlakuan Amir yang menggodanya. "Idihhh najis banget lo, Mir. Punya muka pas pasan gak usah coba coba deketin gue deh, ogah gue di deketin sama curut modelnya kaya lo." Sinis Siska mengangkat sebelah bibirnya jijik.
"Harta dan tahta, jelek gakpapa,". Ucap Amir menjawab ucapan Siska yang merendahkannya.
"Asal banyak duitnya,". Sambung Dimas sambil mengipas ngipaskan sepuluh lembar uang seratus ribuan.
"Yang penting apa?" Teriak Amir mengangkat tangannya memberi perintah agar teman temannya menjawab dengan kompak.
"Harta dan tahta." Teriak mereka kompak.
"Tapi percuma kalo kurang ibadah,". Ucap Jeno ikut menimpali nyanyian Amir. Tak lupa dia berbicara dengan gaya santuynya, karena Jeno adalah King of santuy.
"Dan jangan lupa berdekahlah,". Sambung Niko bersedekap dada.
"Sepohon kayu daunnya rimbun,". Nyanyi Galang sambil menggerak gerakan tangannya seperti orang yang sedang berdoa.
"Lebat bunganya serta buahnya,". Sambung Amir dengan gaya seperti ibu ibu marawisan.
"Walaupun hidup seribu tahun, Kalo tak sembahyang, apa gunanya?!" Sambung Niko menderamatiskan diri.
"Walaupun hidup seribu tahun, Kalo tak sembahyang," Sambung Galang mengangkat tangannya seperti sedang berdoa.
"Apa gunanya,". Teriak semuanya kompak.
"Udah udah kasian tuh si Siakol,". Perintah Gempa pada teman temannya yang malah asik bernyanyi yang tidak jelas.
Merekapun berhenti bernyanyi dan memberikan uang dua puluh ribuan pada Siska yang sudah kesal dibuatnya.
"Makasih,". Ucap Siska ketus lalu menghampiri Anaya dan Dito yang berada di depan kelas.
"Kita permisi, Terimakasih." Ucap Dito berpamitan lalu berjalan keluar kelas dengan Anaya yang masih setia dia rangkul.
Gempa hanya menatap datar kepergian Anaya yang berada dalam rangkulan Dito.
Marah?
Kesal?
Itulah yang di rasakan sekarang oleh Gempa sekarang. Ingin menonjok Dito? Sudah pasti, tapi Gempa bisa apa? Toh itu juga bukan keinginan Anaya. Jika keinginan Dito itu sudah bisa di pasti iya.
"Gila si Dito berani banget dia rangkul rangkul ibu negara di depan pawangnya langsung, emang paling ngeyel tuu bocah." Ucap Amir menggeleng gelengkan kepalanya tak habis fikir dengan Dito yang dengan beraninya menggandeng Anaya di hadapan Gempa.
"Kaki Anaya lagi sakit, dia susah jalan," Jelas Gaga dengan nada santainya.
Mendengar jawaban dari Gaga, Gempa pun langsung menatap Gaga dengan tatapan heran. "Dari mana lo tau kalo Anaya kakinya lagi sakit?" Tanya Gempa menatap Gaga dengan sinis.
Gaga hanya mengangkat bahunya acuh dan enggan untuk memnjawab pertanyaan dari Gempa yang menurutnya tidak penting.
"So mistis banget sih lo, njing." Umpat Gempa kesal karena Gaga tidak menjawab pertanyaannya.
"Misterius goblok." Ralat Dimas sambil menggebrak meja di hadapannya. "Lama lama gue gila deh gabung sama kalian. Dari tadi ngomongnya gak jelas terus." Teriak Dimas menggebu.
Lima L yang sekarang Dimas rasakan.
Lelah.
Lemah.
Letih.
Lesu.
Love you :v
"Serah gue lah, mulut juga mulut gue, kenapa lo yang ribet." Jawab Gempa dengan gaya songongnya.
Bukan. Dia bukan kesal karena Dimas, tapi dia kesal pada Dito dan Gaga yang selalu berhasil membuat emosinya meluap luap, padahal ini masih pagi tapi rasanya udara hari ini sangat panas bahkan lebih panas dari biasanya. Kenapa di setiap keadaan Dito dan Gaga yang selalu paling tau tentang keadaan Anaya dari pada dirinya. Suami Anaya sendiri.
"Eh Nay, itu Gempa lagi gadoin cewek,". Teriak Andin heboh. Seheboh orang yang baru saja mendapatkan uang kaget dari Gtv."Godain bego. Lo euhhhhh bikin gemes deh,". Ralat Vanta gemas sendiri."Yaa itulah pokonya,". Jawab Andin watados.Anaya hanya menatap Gempa datar, dia percaya bahwa Gempa gak mungkin menggoda cewek lain. Apalagi dia adalah Siska. Lebih tidak mungkin lagi.Merasa diperhatikan, Gempa pun melihat sekelilinya dan mata Gempa tertuju pada sekelompok gadis yang sedang duduk di depan kelas.Anaya tersenyum kearah Gempa. "Beuhhhh manis banget senyum istri gue,". Ucap Gempa sambil memegang dadanya terpana oleh senyum manis Anaya."Iya tau, gue emang manis kok,". Jawab Siska centil.Gempa menatap Siska aneh. "Pede lu. Orang gue bilang istri gue yang manis, bukan lo." Sinis Gempa."Istri? Emang lo udah nikah? Kapan? Sama siapa? Dimana? Kok gue gak tau sih?" Tanya Siska bertubi tubi."Gak penting juga lo tau, yan
Hari ini adalah hari sabtu. Waktunya Anaya dan gempa bersatai dan bermalas malasan. "Nanay peluk,". Rengek Gempa seperti anak kecil."Ini udah siang Gempa, apa lo gak cape tiduran terus dari tadi,". Ucap Anaya. Jujur saja badannya sudah sangat pegal karena Gempa terus saja minta di temanin tidur."Aaaa gak mau, gue mau di peluk... Nanay ayo peluk gue iiiihhhh..." Rengek Gempa mulai kesal."Gak! Gue gak mau. Gue mau mandi terus ke rumah bunda." Jawab Anaya lalu beranjak dari tidurnya."Huaaaaaaaaa... Nanay jahat! Lo gak sayang gue, huaaaaaaa Lo jahat..." Teriak Gempa sangat kencang."Astaga, mimpi apa gue bisa punya sumi kaya lo Gem. Gem. Diluar aja sok sangar tapi dalem nya pingky." Ucap Anaya kesal. Dan langsung memeluk tubuh Gempa agar dia tidak lagi berteriak."Lo jahat. Lo gak sayang gue. Lo jahat." Isak Gempa dalam pelukan Anaya."Lo bilang gitu lagi gue tinggal ya, Gem. Gak baik bilang istri sendiri jahat." Ancam Anaya sambil te
Anaya dan Gempa baru saja sampai di kantor ayahnya Gempa. "Nanti harus senyum yaa, gak boleh cemberut kaya gini,". Ucap Anaya lembut.Gempa tidak menjawab dia segera keluar dan membukakan pintu untuk Anaya. Semua pasang mata langsung tertuju pada mereka. Lebih tepatnya pada Gempa, wajar saja karena Gempa terlihat sangat tampan dan gagah, tak seperti murid SMA.Gempa menggandeng tangan Anaya menuju ruangannya. "Gempa senyum gak boleh gitu,". Bisik Anaya karena Gempa memasang wajah datar plus dinginnya.Gempa tidak menjawab dia terus berjalan menuju ruangannya tanpa memperhatikan para karyawan wanita yang memandang nya dengan tatapan kagum."Pak Gempa?" Tanya seorang wanita dengan penampilan yang sangat seksi. Memakai baju ketat dan rok yang sangat mini.Gempa melirik wanita itu sekilas lalu beralih menatap wajah Anaya. "Ayo masuk,". Ajak nya pada Anaya."Gempa gak sopan." Bisik Anaya."Iya, ini Gempa, kamu siapa yaa?" Tanya Anaya ramah
BrakPintu kelas dua belas MIPA satu terbuka dengan kasar. Kebetulan guru guru sedang rapat, jadi semua siswa di bebaskan untuk keluar dan jajan. Asalkan tidak pulang.Dengan gaya sok cool dan sok gantengnya Gempa berjalan memasuki kelas dengan kedua tangan yang di masukan kedalam saku celananya."Gue tunggu di parkiran,". Ucap Gempa datar.Anaya yang heran dengan sikap Gempa pun menatap nya dengan dahi berkerut. "Lo marah sama gue?" Tanya Anaya lembut."Gak," Bawab Gempa sangat singkat dan datar. "Gue tunggu di parkiran kalo dalam waktu lima menit lo gak datang, gue tinggal." Lanjutnya sebelum pergi meninggalkan kelas dengan Anaya yang mengerutakan dahinya heran.Tak hanya Anaya, keempat temannya pun heran dengan sikap Gempa yang sangat dingin dan datar pada Anaya."Kalian lagi marahan?" Tanya Nada penasaran.Anaya menggelengkaan kepalanya pertanda tidak. "Enggak kok, kita baik baik aja,". Jawab Anaya masih menatap punggung Ge
Gempa dan Anaya baru saja sampai di apartemen nya. "Nanay gue laper,". Ucap Gempa dan langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa."Mau makan apa?" Tanya Anaya sambil berjalan untuk menyimpan tasnya dan Gempa kedalam kamar."Mau susu,". Jawab Gempa dengan mata terpejam.Anaya berjalan menuju dapur untuk membuatkan suami bayinya itu susu. "Tinggal rasa coklat, gakpapa kan?" Tanya Anaya berteriak."Mau yang stroberi,". Balas Gempa.Anaya tidak menghiraukan ucapan Gempa, dia tetap membuatkan susu coklat untuk Gempa, yang tersisa saja tinggal rasa itu, mau gimana lagi.Anaya berjalan menuju sofa dengan segelas susu di tangannya. "Nih,". Ucap Anaya menyodorkan gelas berisi susu coklat itu pada Gempa."Nanay... Ini susu coklat bukan stroberi." Kesal Gempa.Anaya masih acuh dan tidak memperdulikan Gempa. Dia malah asik menonton acara televisi di hadapannya."Gue gak mau." Ucap Gempa sambil menyimpan susu itu di atas meja dengan w
"Nanay gue gak mau ikut camping lah, males." Ucap Gempa saat Anaya sedang memasukan peralatan camping miliknya kedalam tas.Anaya masih acuh dan tidak merespon ucapan Gempa sama sekali. "Nanay ihhh... Gue gak mau ikut camping kalo gak seregu sama lo." Teriak Gempa kesal sendiri karena Anaya sama sekali tidak merespon ucapannya."Gak usah kaya anak kecil deh Gem. Ini acara sekolah bukan acara kita berdua." Bentak Anaya."Lo bisa seregu sama si Dito kenapa gue nggak,". Ucap Gempa tak mau kalah."Yaa gue gak tau, lo sendiri kan udah tau semuanya lo juga ikut rapat tadi sore," . Balas Anaya kesal sendiri dengan sifat childish suaminya itu."Nye nye nye bilang aja lo mau selingkuh sama si Dito,". Tuduh Gempa sambil memukul mukul bantal love nya. Entah memiliki dosa apa sehingga bantal love yang lucu itu selalu menjadi sasaran kemarahan Gempa."Kesel tau gak, kesell..." Teriak Gempa kesal sendiri.Anaya berjalan menghampiri Gempa yang sedang duduk di atas tempat t
Bagian 1Semua siswa siswi kelas dua belas sedang berkumpul di lapangan untuk persiapan dan pengarahan acara camping.Anaya sedang sibuk mengabsen takut ada siswa atau siswi yang tidak hadir. "Loh Amir mana?" Tanya Anaya pada teman sekelas Amir."Gak tau, tadi pagi sih ada,". Jawabnya.Anaya langsung mengabsen inti WARRIOR terlebih dahulu untuk memastikan hanya Amir yang tidak ada disana atau bahkan semuanya tidak ada termasuk suami bayinya itu. "Dimas?" Panggil Anaya."Gak ada Nay, semua gang nya Gempa gak ada di sini,". Balas salah satu teman sekelasnya Gempa.Sudah Anaya duga, mereka itu seperti satu paket. Jika satu orang tidak ada maka sudah bisa di pastikan yang enam juga tidak ada.Anaya berjalan menghampiri Dito yang sedang memberi arahan kepada anggota OSIS. "Dit, tolong absenin anak anak dulu dong, gue kebelet,". Ucap Anaya berbohong."Emm oke, Siska tolong lo lanjutin absen anak anak,". Perintah Dito
"Nay, Nay bangun udah sampe". Ucap Gempa sambil menepuk nepuk pipi Anaya pelan."Nay, sayang, bangun". Ucapnya lagi karena Anaya masih tetap nyaman dengan posisinya."Hmmm,". Gumam Anaya yang sedikit terusik."Bangun udah sampe,". Ucap Gempa.Anaya langsung membuka matanya terkejut. "Hah, Udah sampe?" Tanya Anaya tak percaya. Dia melihat keluar jendela untuk memastikan jika mereka benar benar sudah sampai atau tidak."Udah yu turun, barang barang lo udah di bawa sama Amir,". Ajak Gempa yang langsung beranjak dari duduknya.Mereka berduapun turun dari bis. "Kalo pasutri mh beda yaa bro, yang lain udah bangu
Setelah selesai rapat, Anaya memutuskan untuk pergi ke kantin karena jam pelajaran kedua sudah dimulai dan anggota OSIS yang tadi ikut rapat di izinkan untuk tidak masuk pelajaran."Bu, mau jus jeruknya satu yaa. Nanti anterin ke meja yang di pojok situ," ucap Anaya pada salah satu ibu kantin yang ada di sekolahnya."Oke neng," jawab ibu kantin.Anaya berjalan menuju tempat duduk yang tadi ia tunjukan pada ibu kantin."Hii, Nay." sapa seseorang dari arah belakang.Anaya menoleh. "Eh hii juga, Dit." jawab Anaya pada Dito."Sendirian aja, gak bareng sama temen temen lo?" tanya Dito heran."Inikan masih jam pelajaran," jawab Anaya santai."Ahaha... Iya yaa gue lupa," ucap Dito terkekeh.Ibu kantin pun datang dengan segelas jus jeruk di tangannya. "Ini neng jus nya," ucap ibu kantin."Oh iya bu, makasih," jawab Anaya sopan. Ibu kantin hanya membalasnya dengan senyuman lalu berjalan pergi meninggalk
Pagi pagi sekali Anaya dan Gempa sudah berada di sekolah. Karena Anaya tidak mau jika teman temannya curiga jika dia dan Gempa sudah melakukan 'itu'. Yaa walaupun mereka sudah menjadi suami istri tapi tetap saja Anaya malu jika sampai teman temannya tau apalagi Mawar yang mempunyai mulut lemes dan gak bisa di rem, bisa bisa rahasia pernikahannya di ketahui satu sekolahan."Yakin gak mau aku temenin sampe temen kamu ada yang dateng?" tanya Gempa pada Anaya yang sudah duduk manis di tempatnya."Gak usah, bentar lagi juga mereka dateng," jawab Anaya. Gempa pun mengangguk lalu mencium kening Anaya sebelum dia pergi dari sana."Aku ke kelas dulu," pamit Gempa yang di angguki Anaya.Dua puluh lima menit setelah kepergian Gempa, teman temannya pun satu persatu datang. Dimulai dari Mawar dan Vanta lalu di ikuti oleh Nada dan yang terakhir datang adalah Andin. "Tumben tumbenan lo datang pagi banget? kesambet apaan nih?" tanya Vanta pada Anaya."Cuma iseng aja," jawab Anaya santai."Emang yaa
"Kamu belum makan siang, aku pesenin makanan yaa. Mau makan apa?" tanya Gempa. Dia mengambil ponsel dari dalam saku celananya."Aku mau makan seblak," jawab Anaya."Jangan itu Nay, kamu dari pagi belum makan. Yang ada nasi nasi nya dulu," ucap Gempa."Terserah deh samain aja," jawab Anaya malas. Dia lebih memilih untuk membuka laptopnya dan menonton drakor yang sudah lama dia simpan dan tidak sempat untuk menontonnya."Lagi nonton apa?" tanya Gempa pada Anaya yang sedang asik menatap layar laptopnya."Drakor," jawab Anaya tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop."Daripada nonton drakor mending kita nonton ini," Gempa merampas laptop dari pangkuan Anaya dan mengetikan sebuah kode pada kolom pencarian."Kode apaan sih? Kok aku baru tau bisa pencarian sama kode kode gitu?" tanya Anaya heran. Dia terus memperhatikan Gempa dengan teliti.Gempa menekan tombol enter dan munculah video video yang tadi Gempa cari deng
Anaya sedikit terusik dengan tangan kekar yang mengelus lembut sebelah pipinya."Enghhhh..." usik Anaya."Bangun sayang," ucap Gempa sangat lembut.Perlahan Anaya membuka matanya dan menyesuaikan dengan pencahayaan di ruangan itu. "Jam berapa?" tanya Anaya pada Gempa."Jam setengah dua belas," jawab Gempa."Malem?" tanya Anaya dan kembali terpejam dalam pelukan Gempa."Siang," jawab Gempa dengan santainya."Hah! Kok lo gak bangunin gue sih!" teriak Anaya terkejut karena Gempa tidak membangunkannya untuk sekolah."Aku-kamu sayang," koreksi Gempa."Iya terserah, kenapa gak bangunin sekolah coba, jadi bolos kan." kesal Anaya. Dia mencari cari ponselnya untuk menghubungi salah satu temannya agar di izinkan tidak masuk sekolah."Hp aku mana?" tanya Anaya pada Gempa yang masih setia memainkan ponsel di tangannya."Gak tau," jawab Gempa acuh.Anaya terus mengumpati suami laknatnya itu di dalam hati. "Pinjem sebentar mau chat Nada," ucap Anaya pada Gempa."Ngapain?" tanya Gempa heran."Yaa ma
Anaya dan Gempa sudah berada di apartemen mereka. Dan sekarang Gempa sedang rebahan di atas sofa sedangkan Anaya, dia sedang memasak di dapur."Yang... mau susu," teriak Gempa dari ruang tv."Ambil sendiri, gue lagi masak," balas Anaya dengan berteriak."Bawain bentar, cepet!" teriak Gempa ngotot."Ck. Iya iya sebentar," jawab Anaya lalu mematikan kompornya sebelum pergi memberikan susu kotak pada Gempa. Untung saja sayur sop yang ia buat sudah matang hanya tinggal di pindahkan ke mangkuk saja.Anaya berjalan kearah ruang tv dengan susu kotak di tangannya. "Nih," ucap Anaya menyodorkan susu kotak yang ia bawa."Apaan nih?" tanya Gempa heran."Katanya lo mau susu. Ini gue udah bawa susu kotak," jelas Anaya malas."Orang gue maunya susu lo. Kok malah dikasih yang di kotak sih," jawab Gempa. Dia langsung Menarik pinggang Anaya. Alhasil Anaya pun terjatuh di atas paha Gempa."Apaan sih Gem. Gue lagi masak t
Bell pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Dan kini Gempa sudah berada di kelas Anaya untuk menunggu Anaya yang sedang membahas tugas bersama teman kelompoknya."Masih lama?" tanya Gempa yang sudah mulai bosan."Bentar lagi," jawab Anaya yang masih fokus membahas tugas untuk besok mereka presentasi kan di depan kelas.Gempa menghembuskan nafasnya gusar sambil terus memperhatikan Anaya yang sedang fokus membahas tugas bersama teman temannya."Iya. Nanti kaya gitu aja, kalo masih bingung nanti malem kita vc group aja," ucap Anaya pada teman kelompok nya."Nah boleh juga tuh, gue juga masih belum ngerti banget sih," jawab salah seorang teman kelompok Anaya yang bernama Merla itu."Yaudah kalo gitu gue balik duluan yaa, nanti malem aja kita bahasnya," ucap Anaya lalu merapihkan buku bukunya di ikuti dengan ketiga teman kelompoknya. Merla dan Nike."Ayoo," ajak Anaya yang sudah selesai membereskan buku bukuny
"Gwemmm...""Bales," setelah mengatakan itu Gempa kembali mencium bibir Anaya dengan lembut. Begitupun dengan Anaya.Cukup lama mereka berciuman sampai Anaya mulai kehabisan napas dan memukul mukul dada Gempa agar dia melepaskan ciumannya.Huhh...Huhh...Huhh..."Lagi gak?" tawar Gempa sedikit menggoda Anaya."Gak! Ini masih di sekolah Gempa!" tegas Anaya."Yaudah nanti aja pulang sekolah lanjut di rumah, sekalian yang ini juga," ucap Gempa sambil menunjuk pada dada Anaya."Gak! Enak ajah!" jawab Anaya cepat. Dia langsung menutup dadanya dengan kedua tangan."Udah lama loh Nay gue gak dapet jatah itu," ucap Gempa sedih."Yaa tapi gue gak mau Gempa! Gue takut tambah gede terus baju gue pada gak muat gimana?!""Kita beli lagi lah, gitu aja ribet," jawab Gempa enteng.Anak sultan mah bebas. Baju bayi harga dua jeti aja di beli, apalagi buat mak nya. Lima jeti juga pasti
"Gempa..." teriak seseorang dari belakang.Anaya menoleh dan ternyata itu adalah Siska. "Ngapain sih!" gerutu Anaya kesal."Gempa kok ninggalin sih!" ucap Siska dengan suara manjanya."Kok gue mual yaaa," sindir Anaya. Dia memegangi perutnya berpura pura ingin muntah."Apa sih lo. Jablay!" sinis Siska."Dih.. Bukannya lo yaa yang JABLAY!" ucap Anaya nyinyir."Lo yang jablay!" teriak Siska tak terima."Lo!""Lo!""Lo!""Lo!""Stop!!!" bentak Gempa kesal sendiri mendengar keributan dari dua wanita di hadapannya."Dia duluan!" ucap Anaya cepat. Dia tidak mau Gempa menyalahkan dirinya atas keributan ini."Bisa diem gak!" bentak Gempa lagi, karena mereka berdua masih saling menyalahkan. Yaa walaupun dengan berbisik tapi masih bisa di dengar oleh Gempa."Gempa dia yang salah bukan gue!" teriak Siska tak terima."Udah stop! Lo berdua yang salah!" bentak Gem
Gempa menatap heran kerah Anaya yang berlari dengan terburu buru. "Gue duluan," pamit Gempa pada teman temannya."Gempa..." teriak Siska yang merasa terabaikan."Gue duluan nanti pulang sekolah gue jemput di kelas," pamitnya pada Siska lalu berlari mengejar Anaya."Nay," ucap Gempa yang berhasil mencengkram pergelangan tangan Anaya."Lepas! Gue mau ke toilet," jawab Anaya menahan isakannya."Nay." Gempa membalikan badan Anaya. "Hey... Lo kenapa?" tanya Gempa yang melihat Anaya sudah mengeluarkan air matanya."Gakpapa," jawab Anaya singkat. "Sayang lo kenapa?" tanya Gempa. Dia menarik Anaya kedalam pelukannya.Hiks... Hiks... Hiks..."Lo kenapa?" tanya Gempa sangat lembut."Gu-gue gak suka lo deket deket sama Siska," jawab Anaya terisak di dalam pelukan Gempa.Gempa tersenyum. Ternyata rencananya berjalan dengan mulus. "Lo cemburu?" tanya Gempa."Hiks... hiks... hiks" hanya isakan yang keluar dari mulut Anaya."Gue akan jauhin Siska kalo lo juga jauhin Andra." ucap Gempa.Anaya melepa