Selama 1 mingguan lebih Manthis hanya tinggal di rumah, dia tak berniat kemana-mana, undangan talk show atau wawancara di TV dia tolak. Manthis sengaja melakukan itu, selain untuk intropeksi diri, dia juga mulai memilah-milah lagu mana yang akan dia rekam sebagai singelnya kelak.
Ketika iseng-iseng Manthis membuka I* Sheila, dia tersenyum dan tak kaget saat sang kekasih ini terlihat berfoto mesra dengan seorang pria tampan.
“Hmmm…inilah akhirnya…selamat tinggal Sheila, moga kamu bahagia dengan kekasih barumu!” batin Manthis, sekaligus dia memblok I* kekasihnya ini.
Setelah itu, dia juga iseng membuka I* Anita, kali ini Manthis kaget melihat sang mantan kekasih ini sudah berkerudung, yang membuat dia kaget, sang mantan ini berpose dengan seorang anak kecil laki-laki yang tampan, tapi tak terlihat foto suaminya.
“Mungkin dia tak ingin mengekpos suaminya…!” ucap Manthis lirih. Namun I* Anita tidak dia blok seperti I* Sheila barusan.
Selama di penjara, Manthis sangat jarang menggunakan smartphone, karena memang ada peraturan, para napi di larang menggunakan hape.
Kini Manthis pun melihat-lihat perkembangan dunia music, termasuk rekaman lama, saat Ray, Ben dan John adakan konpers terkait vakumnya The Stollen’s dalam jangka waktu yang tak di tentukan. Ia juga melihat The Stollen’ dengan penyanyi barunya Lucky Black, serta penyanyi-penyanyi top yang jadi bintang tamu mantan group band nya ini.
Manthis tersenyum sendiri saat melihat komentar-komentar penggemar The Stollen’s yang selalu membandingkan penyanyi tamu itu dengan dia di youtube dan juga media sosial.
“Tak akan tergantikan, roh The Stollen’s itu ada pada Manthis de Jong!”
“Suaranya jelek…peformanya di paksain, lucu jadinya, jauh lebih baik Manthis de Jong!”
“Saya akan kembali jadi penggemar The Stollens’s kalau Manthis de Jong balik jadi vokalisnya!” demikianlah beragam komentar-komentar para penggemarnya, termasuk tak sedikit komentar menohok yang menyerang dia dan Ray, yang di anggap sama-sama egois.
Manthis lalu memutuskan liburan selama 1 bulan full ke luar negeri, tujuannya adalah Eropa, yakni kampung halaman ayahnya. Rencana yang dulu selalu dia agendakan, tapi selalu gagal dilakukan karena kesibukannya.
Dia pastinya penasaran dengan keluarga ayahnya ini, sebelumya, Sofia kakaknya sudah duluan berangkat ke Belanda bersama keluarganya, karena suaminya sudah di tarik kembali ke negara asalnya, setelah hampir 3 tahunan bekerja di Kedutaan besar Belanda di Jakarta.
Manthis kini sudah mencukur jenggot dan kumisnya, dia kini kembali klimis, tapi rambutnya tak lagi gondrong seperti dulu, tapi pendek dan rapi, kadang dia beri gel sehingga seperti ada efek basah.
Manthis juga sengaja berangkat sendiri tak mengajak siapapun, karena dia ingin menikmati perjalanan ke negeri leluhur ayahnya ini.
Dengan jas panjang selutut, dan boot kulit warna hitam, lalu kacamata hitamnya, dengan di antar Nadu, Manthis pun menuju Bandara Soetta, tubuhnya yang tinggi menjulang hingga 185 centimeter, penampilannya benar-benar berubah dari yang dulu.
Sejak Manthis masuk ruang keberangkatan, ratusan mata sudah memandanginya. Banyak yang pangling dengan penampilan Manthis yang berubah total dan kini semakin dandy.
Dulu Manthis selalu pake celana jeans sobek di lutut, jaket denim atau hanya kaos, lalu rambut model chonmage, kini rambutnya pendek rapi. Bajunya pun rapi berkelas dan wajahnya terkesan dingin, tidak lagi cengengesan seperti dulu.
Saat chek in, lima orang petugas bandara menatapnya dengan lekat, terutama kaum hawanya, Manthis tetap bersikap cool setelah semuanya beres, mulai dari paspor dan juga visa, diapun masuk ke ruang tunggu.
Manthis sengaja memilih sebuah kafe yang yang tak jauh dari gate keberangkatan, dia masih punya waktu 1,5 jam lagi, sebelum pesawat Garuda Indonesia akan take off ke Bandara Internasional Schiphol, Amsterdam, Belanda.
“Bang Manthis…!” Manthis kaget ketika mendengar namanya di panggil seseorang, ketika menoleh, dia tentu saja sangat pangling, karena yang memanggilnya seorang gadis yang sangat cantik dan putih, tinggi semampai dengan rambut panjang melewati bahu.
“Pasti lupaaa…sombonggg ehh, copot dong kacamata hitam itu, pandang siapa aku!” sambung gadis cantik itu lagi. Manthis pun melepas kacamata hitamnya. “Stefani…iyakan ini kamu, adiknya Bang Ray!” Manthis menyunggingkan senyumnya, dia tentu saja pangling melihat gadis yang dipanggilnya Stefani ini.
“Tuhh kan baru ingat!” sungut gadis yang di panggil Stefani ini, ia langsung duduk di depan Manthis di kafe tersebut sambil menyilangkan kakinya dengan anggun.
“Benaran abang sangat pangling, kamu berubah banget, lebih cantik, lebih langsing dan makin dewasa aja, padahal baru juga kurang dari 4 tahunan tak pernah bertemu!” puji Manthis, Sfefani langsung tertawa.
“Iyalah…dulu kan aku masih SMU, masih culun, ga kenal mode dan tentu saja masih polos kalee!”
“Oh ya…kamu sekarang udah kuliah, kuliah di mana Stef?”
“Aku kuliah di Amsterdam Belanda, udah hampir satu setengah tahunan ini, abang sendiri mau kemana? Ehhh kapan bebas dari penjara!” ceplos Stefani tanpa basa-basi.
“Abang mau ke Belanda, mau jenguk saudara abang di sana…bebas tiga mingguan yang lalu!” sahut Manthis.
“Sorry ya Bang, Stef ga pernah jenguk di sana…takutttt, takut ketemuan pacar-pacar abang yang gatel-gatel ha-ha-ha?” Stefani tergelak, Manthis hanya tersenyum mesem.
Dia paham, pasti adik Ray ini sedikit nyindir tiga artis yang kini sedang menjalani hukuman, gara-gara kasus video mesumnya dulu.
“Ehhh tadi abang bilang mau ke Belanda, sama dong, abang pake pesawat apa, yang jam berapa?” sambung Stefani lagi.
“Garuda Indonesia, jam 14.30 ini, kalau kamu?”
“Hahhhh sama dong, Stef juga pake garuda jam yang sama, pake VIP yaa?”
“Iya VIP, nomor kursi 7C!”
“Lhoo kok kita sebelahan donk, Stef 8C, aseeekkk ada yang jadi bobdyguard dadakan nih, enak Stef molor sepanjang jalan, kan cape and bete selama 14,5 jam perjalanan!” Stefani kemudian memperbaiki baju jas warna gelapnya.
Berdasarkan laporan cuaca, Amsterdam saat ini lagi masuk musim dingin, sehingga Stefani sudah pake jas tebal, persiapan agar tak kedinginan di sana kelak.
“Ehh udah panggilan tuh, ayoo kita masuk!” ajak Manthis, Stefani pun berdiri dan mereka jalan bersisian menuju gate keberangkatan.
Stefani langsung menggandeng tangan Manthis, sejak dulu gadis cantik ini memang menganggap Manthis kaka sendiri. Bukan hanya dengan Manthis, Stefani juga akrab dengan Ben dan John.
Perbuatan keduanya sukses memancing pandangan iri semua orang, Manthis yang sangat ganteng dengan kacamata hitam yang kini dia pake kembali, di sebelahnya Stefani yang jelita, dengan kulit putih bersih, pasangan yang cocok batin penumpang lainnya.
Menghilangnya Manthis selama 3 tahunan lebih karena menjalani hukuman, menolongnya dari ke isengan penumpang yang biasanya selalu mengajak berswa foto.
Manthis kini menikmati enaknya tidak ada gangguan selama dia dan Stefani jalan bergandengan tangan dan kini sama-sama naik pesawat garuda, tujuan Amsterdam, Belanda.
Tepat seperti yang diucapkan Stefani, dia benar-benar memanfaatkan waktu perjalanan selama 14,5 jam nonstop untuk tidur di samping Manthis, bahkan dia tak ragu-ragu menyenderkan kepalanya di bahu Manthis.
Setelah melihat Stefani ketiduran, Manthis yang dari tadi selalu di tatap dua orang pramugari cantik, akhirnya tak sadar ikutan terlelap juga, setelah pesawat ini take off 2 jam kemudian.
Setelah hampir 4 jam terlelap, keduanya kini bangun dan menikmati makanan kecil, sambil aseek bercerita.
“Siapa pacar kamu sekarang bang…pastinya bukan tiga artis itu lagi kann?” kata Stefani tertawa.
“Jomblo…lagian siapa wanita yang mau dekat dengan abang saat ini, mereka pikir abang ini tak lain hanya Don Juan cap biawak!” Stefani langsung tertawa tergelak mendengar jawaban Manthis.
“Bisa ajahh…abang lupa yaa…wajah abang itu ganteng banget, seleb lagi, gampang mahh abang nyari yang baru!”
“Kalau Stef…kenapa malah berangkat sendiri, mana pacar kamu?”
“Baru putus 4 bulan yang lalu, pusing punya kekasih posesif banget, dikit-dikit cemburu, terus ngelarang ini itu, pusing pala birbie!” sahut Stef cuek.
“Orang mana…orang lokal apa bule?”
“Stef masih suka produk lokal, ga suka bule, tapi kalau blasteran kayak abang, doyan lahh he-he-he!” Stef terkekeh sendiri. Bersama Stefani ini membuat Manthis tak pernah berhenti tersenyum dan kadang tertawa, karena gadis ini emank suka bercanda.
“Oh ya apa kabarnya Ray dan Sonia sekarang Stef?”
“Mereka udah punya dua anak, sepasang, satu cowok satu cewek. Abang musuhan yaa sama Bang Ray?”
“Nggalah…secara pribadi hubungan kami tak masalah, kalau soal di group band, biasalah abang tau diri, karena udah bikin group amburadul…moga aja The Stollen’s bisa bangkit lagi dan Bang Ray, Ben dan John cepat temukan vocalis baru yang lebih baik dari abang!”
“Sayang banget padahal…kenapa sih abang ga balik aja lagi…oh iya aku lupa, Bang Ray orangnya agak sableng yaaa…masa melarang abang balik lagi ke group sihhh?”
“Gapapa Stef…bukan bang Ray yang salah, abanglah yang salah karena tak mampu menahan diri!” sahut Manthis.
“Lagaknya nahan diri…ga bisa nahan godaan kaleeee!” olok Stefani langsung tertawa lagi. Stefani makin tergelak, ketika dia tanpa tedeng aling-aling nyebut hal paling sensitive milik Manthis. Walaupun dia sengaja memelankan suaranya, agar tak terdengar penumpang VIP lainnya, yang terlihat pada bangun dan menikmati makanan ringan plus aneka minuman.
“Suwerrr…Stef aja sampai nonton berkali-kali lohh video itu, gampang banget nyarinya, tapi kini udah di blokir sihh…tapi di konten- konten tertentu kabarnya masih bisa tuh di cari!” cetus Stefani.
“Udahh ahh, ga usah nonton gituan, ntar kepingin sama abang kan barabe!” olok Manthis balik, Stefani langsung mencubit lengan Manthis.
“Kepingin, masa adik sendiri mau di embat juga, anehhh abang ini!” sungut Stefani.
Saking aseeknya bercanda sepanjang jalan, perjalanan 14,5 jam jadi tak terasa, tahu-tahu ada pengumuman agar semua penumpang segera mengencangkan sabuk pengaman, karena sebentar lagi pesawat akan segera mendarat.
Begitu sampai di kedatangan, udara dingin langsung menyergap Manthis dan Stefani, keduanya kini terus jalan beriringan menuju pintu keluar.
“Abang sekarang mau kemana?”
“Nyari hotel aja, yang dekat-dekat dengan rumah saudara abang, jadi besok pas berkunjung ga usah jauh-jauh nyarinya!”
“Daerah mana tuhh?” tanya Stef, Manthis pun menyebutkan alamatnya.
“Kalau kamu tinggal di mana, oh ya abang lupa kamu kuliah di kampus mana?”
“Stef kuliah University Van Amsterdam, ga jauh berarti yaah, karena apartemen Stef juga dekat-dekat kampus kok!”
“Satu jurusan ajah berarti kita, ya udah kita naik taksi bareng, kan satu jalur!” Stefani mengangguk ceria dan setuju dengan saran Manthis, mereka kemudian memanggil taksi bandara dan minta di antar ke alamat yang disebutkan Stefani.
Stefani tentu saja mahir berbahasa Belanda selain Bahasa Inggris, sehingga Manthis merasa tertolong.
“Bang, ga kepingin nginap di apartemen Stef ajahh?” Manthis kaget juga dengan tawaran Stefani.
“Janganlah…aku ga enak dengan Ray!”
“Ihh dasar, emank Stef anak kecil, langsung cerita-cerita kalau abang nginap di apartemen Stef!”
“Benar nihh…kalau Stef janji ga cerita, abang oke aja nginap di tempat Stef!” Manthis tertawa dan akhirnya dia memutuskan akan numpang sementara di apartemen Stefani.
“Habis dari Amsterdam emang abang mau kemana lagi?”
“Abang kan berencana liburan selama sebulan, pinginnya bukan hanya Amsterdam sih, tapi kota-kota lainnya yang ada di Belanda!”
“Aseekkk donkkk…ya udah Stef temani yaa, anggap Stef jadi guide, gratisss dahhh, tapi traktir yaaa!” keduanya kemudian tertawa bersama, sampai taksi itu akhirnya tiba ke depan halaman apartemen Stefani.
Bentuk luar apartemen Stefani sangat klasik, namun yang membuat Manthis langsung suka, apartemen ini menghadap langsung ke sungai canal Amstel, sehingga pemandangannya sangat indah, bahkan canal ini jadi destinasi wisata paling terkenal di Belanda, dan pelancong-pelancong dari Indonesia tak pernah melewatkan untuk datang ke tempat ini.
“Asekk banget apartemen kamu Stef, jadi betah abang tinggal di sini!”
“Iya udah tinggal ajaah abang di sini, jadi penyanyi di negeri ini, kan banyak tuhh penyanyi lokal kita yang sukses di sini, seperti Almarhum Didi Kempot!” ceplos Stefani, sambil membuka pintu apartemennya, sebelumnya Stefani memang liburan semester hampir dua minggu di Jakarta.
Setelah pintu terbuka, Manthis lagi-lagi kagum melihat interior modern dalam rumah ini, ternyata apartemen Stefani perpaduan klasik dan modern.
Manthis tentu saja tak heran, ortu Stefani seorang konglomerat dan pasti mampu membeli atau hanya menyewa apartemen mewah yang di taksir berharga puluhan milyar ini.
“Nahh abang tidur di kamar itu, yang ini kamar Stefani, abang Ray dan ka Sonia kalau liburan ke Belanda pasti tidur di sini!” Stef lalu permisi masuk kamarnya, Manthis mengangguk, diapun mendorong tas berisi pakaiannya dan langsung istirahat di kamar.
Manthis tak pernah menduga, inilah awal hubungannya makin rumit dengan Ray, yang berawal dari makin dekatnya dia dengan adik kandung sang leader The Stollen’s ini.
*****
BERSAMBUNG
Ditemani Stefani, Manthis berkunjung ke rumah Sofia kakaknya yang ternyata sangat mewah, Stefani langsung akrab dengan dua anak Sofia yang bule abis.Tak bosan-bosannya Stefani menggendong si bungsu yang bak boneka barbie, lucunya dia malah bisa Bahasa Indonesia, walaupun agak cadel dan kadang nyampur Bahasa Belanda.Melihat Kathy, anak Sofia ini, Stefani teringat adik kandung beda ibu, baby Cilla di Jakarta, saat liburan yang lalu, baby Cilla bahkan selalu bobok dengan Stefani saking lengketnya.“Pacar kamu yaa...?” tanya Sofia pada Manthis, sambil menatap Stefani yang sedang bercanda dengan anaknya.Manthis langsung menggeleng dan bilang kalau Stefani itu adik kandung Raymand, leader The Stollen’s.“Ohh gituuu…kirainn…tapi anaknya baik…supel suka bercanda, suka anak kecil lagi…dekatin ajah, kayaknya cocok sama kamu!” bujuk Sofia. Gara-gara bujukan Sofia inilah, Manthis kini benar-benar mem
Selama semingguan Stefani dan Manthis memanfaatkan waktu untuk jalan-jalan menyusuri Kota Amsterdam. Salju yang turun tipis membuat keduanya selalu mengenakan jas tebal dan topi serta sarung tangan plus sepatu boot, agar tidak terlalu dingin.Kadang Stefani keluar manjanya, namun Manthis tetap menganggap Stefani bak adik yang harus di jaga dan di sayang. Tanpa di sadari keduanya, api asmara sudah mulai menerpa, setelah satu bulan penuh bersama.Manthis pun memperpanjang liburannya hingga dua bulan ke depan, kini mereka selalu memanfaatkan waktu untuk jalan-jalan ke kota-kota lainnya seperti Rotterdam, Leiden, Utrecht, Maastricht, hingga ke ibukota Belanda, Den Haag.Walaupun mereka selalu tidur di kamar dan ranjang yang sama, namun selama itu pula Manthis dan Stefani tak pernah lebih dari sekedar berpelukan ataupun hanya sekedar ciuman di dahi, tanda sayang kakak pada adiknya.Stefani pun kembali aktif kuliah, Manthis memanfaatkan waktu untuk mencipta lag
Rakyat kita punya kebiasaan, gampang menghujat, tapi gampang pula melupakan, begitu juga yang menimpa Manthis de Jong.3,5 tahun yang lalu dia luar biasa di hujat dan di bully, Manthis di sebut penjahat wanita dan ‘Don Juan cap biawak’.Kini hujatan dan bullyan itu menghilang berganti dengan pujian dan juga sanjungan, ketika Manthis kembali merilis single kedua dan ketiganya sekaligus yakni, “Ketika Cinta Harus Bersabar’ dan ‘Akankah Berakhir Bahagia’ semua lagu itu bersumber dari inspirasi hubungannya dengann Stefani.Uniknya, dua lagu itu di bantu dua sohibnya, Ben dan John, single ini sekaligus menandakan Manthis makin mantap bersolo karir.Dua bulan sejak pulang dari Belanda, tawaran show berdatangan ke Manthis, dan dia pun sibuk membagi jadwal, endorse-endorse yang 4 tahunan lalu menjauh, kini kembali antri meminta tanda tangan Manthis.Bahkan lagunya Love and Dear telah di jadikan sountrack sekaligus judul
Tiga hari sebelum Stefani balik ke Belanda, Manthis kembali bertemu dengan kekasihnya ini, kembali di kafe milik Ben. Makin tenarnya Manthis di jagat hiburan tanah air, atas saran Ben dan John, keduanya sementara di minta menghindar dulu bertemu di tempat yang bisa membuat heboh, terutama keluarga Stefani. Manthis dengan blak-blakan ingin melamar Stefani, namun saat Manthis bercerita tentang masa lalunya, Stefani ikutan terdiam. “Iya…Stef juga ga berani ngomong Bang…takutnya papah dan mama tak setuju, di tambah lagi Ka Ray marah-marah gitu!” kata Stefani lirih. “Terus apa langkah kita sekarang Stef…?” Manthis menatap wajah Stefani yang terlihat bingung dan galau. “Kita ga usah buru-buru dulu bang…apa boleh buat, lagian hubungan kita juga masih baru, terus abang sekarang sedang sibuk-sibuknya menata karir lagi. Di tambah kuliah Stef juga masih 2 tahunan lagi baru kelar!” Manthis mengangguk dan akhirnya keduanya berpelukan di kafe itu. K
“Tapi aku sengaja tak memberitahu dia, sudahlah, kita pulang yuks, sudah hampir malam ini!” Sanjoto langsung menggendong Bryan. Dia sangat menyayangi anak sambungnya ini dan sejak menikahi Anita, dia sudah akrab dengan Bryan. Sanjoto tidak cemburu, karena sejak awal Anita sudah terbuka, kalau dia dan Manthis sudah lama berpisah dan anak itu walaupun anak biologis Manthis. Tapi Anita bilang kelak kalau Bryan sudah dewasa, dia baru akan memberi tahu anaknya, siapa ayah biologisnya. Anita sendiri saat ini sedang mengandung 1,5 bulan, sehingga perutnya belum begitu keliatan besar. Diam-diam Manthis sangat penasaran dengan Bryan, anak Anita dan Sanjoto itu. “Apakah dia sebelumnya pernah menikah sebelum dengan Sanjoto, karena wajah Bryan tak ada mirip-miripnya dengan Sanjoto?” batin Manthis. Manthis lalu membuka smartphone dan menatap wajah Bryan yang ada di I* Anita, semakin lama dia menatap Manthis makin mengerutkan dahinya, karena
Hingga beberapa bulan kemudian rencana itu tak juga terlaksana, selain jadwal Manthis yang makin padat, dia juga dapat kabar Ray pun memiliki kesibukan yang juga sangat padat. Tapi satu hal yang sering membuat Manthis termenung, apalagi kalau bukan selalu teringat Stefani, dia sudah mencoba melalui Nadu mengontak kekasihnya ini. Tapi Stefani malah hanya titip salam dan bilang ke Nadu agar Manthis lebih baik konsen ke karirnya saja, karena Stefani pun lagi sibuk-sibuknya menyelesaikan kuliahnya di Amsterdam, Belanda. “Bilang ke Bang Manthis…kalau dia memang cinta…tunggu sampai hati Stefani bisa memaafkan kelakuan masa lalunya, tapi kalau dia tak mau bersabar…silahkan cari wanita lain yang lebih baik!” kata Stefani pada Nadu. Manthis hanya bisa menghela nafas mendengar ungkapan Stefani melalui Nadu itu... Sanjoto akhirnya tahu kalau Manthis kini sering ke rumah dan menjemput Bryan, ternyata laki-laki berumur 37 tahun ini sangat dewasa, dia tak k
Satu tahun setengah sudah Stefani dan Manthis tidak berhubungan lagi, gadis cantik yang sangat mirip artis Raline Shah ini kembali pulang liburan ke tanah air, kuliahnya kini tinggal 6 bulanan lagi selesai. Dia berkunjung ke rumah kakaknya, Ray dan Sonia, karena sangat kangen berat dengan tiga keponakannya itu. Saat bercanda dengan Adam, Celina dan yang paling bungsu Rika, Sonia sama sekali tidak bertanya soal Manthis. Begitupun juga Stefani tidak pernah menceritakan soal Manthis pada Sonia, gadis cantik ini terliat fine-fine saja. Ray saat itu tidak berada di rumah, dia sedang sibuk di studionya. Tiba-tiba smartphone Stefani bunyi, saat dia mengangkat ternyata yang menelpon adalah Dewi, teman akrabnya saat SMU dulu, mereka janjian akan bertemu dengan dua kawannya lagi, yakni Vita dan Novi di Mall Plaza Indonesia dan akan nongki di sana. Stefani pun permisi dengan kakak iparnya, setelah dari pagi berada di sana, dia langsung menggeber mobil sp
Setelah menelpon Nadu, kini Manthis duduk kembali di dekat ranjang Stefani, dahi dan lengan kanan gadis ini di plester. Ketika dilihatnya Stefani membuka mata pelan-pelan, Manthis tersenyum menatap wajah kekasihnya ini. “Stef…syukurlah kamu tak kenapa-kenapa!” “Siapa yang bawa aku ke sini…!” Stefani menatap tajam wajah Manthis. Manthis pun pelan-pelan menjelaskan kenapa Stefani sampai terbaring di rumah sakit ini. “Hmmm…ya sudah salah Stef juga, lari ga liat-liat, abang sekarang segera pulang, kasian si Anita istri abang nanti marah kalau masih di sini!” ceplos Stefani sambil memalingkan wajah ke kiri. “Stef…sayangg…apa yang kamu…lii!” suara Manthis terhenti ketika tiba-tiba masuk tiga orang ke kamar perawatan ini, yakni Dewi, Vita dan Novi. Rupanya mereka lebih duluan datang dibandingkan Tante Rani dan Om Alan. “Stefaniiii…oh my goooddd, kenapa kamu bisa gini!” seru Dewi dan langsung mendekati Stefani sambil memegang k
James tertawa sambil mengangguk, sambil jalan menuju mushalla yang ada di cottage itu, James bercerita kalau dia sudah tertarik mualaf sejak 10 tahunan yang lalu, tapi mantap mualaf 3 tahunan yang lalu setelah melihat orang rame sholat Idul Fitri dan COVID-19 merebak, di mana harus cuci tangan dan kaki yang bersih, sehingga James pun memantapkan hatinya. Ternyata Sheila, ibunya sangat mendukung, termasuk Andrew, ayah sambungnya, apalagi James sudah dewasa dan tentu sudah matang berpikir. James kini setiap hari melihat Kania syuting dan setelah syuting keduanya sering jalan berdua, hingga tak terasa syuting 5 harian kelar dan Kania harus bersiap pulang kembali ke Jakarta. James yang bersikap dewasa kaget saat Kania mengatakan kini banyak menerima job film, sehingga sering meninggalkan rumah. James pun memberi nasehat ke wanita jelita yang makin matang ini, agar jangan lagi ambil semua job film atau iklan. “Kasian Aji, dia butuh kamu Kania, apalagi ini masa-masa perkembangan dia!”
“Tak apa Mas Rafsa…nama saya Tikno, saya malah tak mengira malam ini bisa melihat langsung acara hebat ini, tak bakal saya lupakan seumur hidup, selamat yaa buat Mas Rafsa dan Mba Stella, moga secepatnya menikah dan punya anak-anak yang tak kalah ganteng dan cantik seperti papa dan ibunya ini!”Rafsa lalu memanggil Tarot sopir pribadinya, dan minta diambilkan tas kecil, tak sampai 10 menitan Tarot balik lagi, Rafsa lalu mengambil selembar cek, yang sudah bertuliskan angka uangnya di sana.“Pa Tikno, saya tak bawa uang cash, ini selembar cek sebesar 50 juta, bisa bapak uangkan kapan saja, bawa saja ke bank yaang tertera di cek itu…!” Tikno hampir terlonjak kaget, tak mengira akan dapat cek senilai fantastis bagi ukurannya. Tapi bagi Rafsa itu angka yang sangat kecil.Setelah menyalami Rafsa sampai tangannya dan juga tangan Stella di cium, lalu Rafsa mengenalkan ke ayah bundanya, Tikno sampai minta foto selfie, karena dia meng
Setelah adegan romantis itu selesai di putar, di mana Rafsa terlihat mencium dahi Stella, Mami Stefani tersenyum dan terlihat puas.Dia tak memperdulikan bagaimana dua sejoli itu saling lirik dengan wajah bak udang rebus, malu tak terkira, kenapa sampai di putar adegan itu dan di tonton ratusan orang, suara suit-suit terdengar, hingga kedua sejoli ini makin malu.Rafsa dan Stella tak menyangka kalau ada yang diam-diam merekam dan saat ini di tatap ratusan undangan.Kini semuanya butuh jawaban, apa maksud di putarnya adegan romantis itu, di acara ultah sang crazy tampan ini.“Nahh para undangan semua…malam ini saya ingin mengumumkan, di ultah Rafsa De Jong yang ke 27 tahun, dia akan kami tunangkan dengan kekasihnya yang ada di sampingnya ini dan pernikahan pun akan segera di gelar secepatnya!”Maka riuhlah semuanya, tak mengira kalau dua sejoli itu malam ini akan bertunangan. Banyak yang kaget, terutama keluarga Manthis de Jong, k
Di tata dengan sangat mewah, membuat semua tamu undangan yang terlihat berjalan menyingkir kaget, tak mengira ada motor nyelonong masuk ke rumah ini.Bagaimana tak kaget, kenapa ada motor ojek daring bisa nyelonong masuk ke rumah mewah dan eksklusife ini, ini sama dengan cari penyakit.Tapi saat melihat Rafsa di boncengan motor online itu semua tertawa, mereka kini mulai bercanda, kalau di crazy rich tampan itu sedang bikin sebuah pesta kejutan.“Dasarrrr, si crazy rich ternyata yang bikin ulah, ada-ada saja kejutan di ultahnya kali ini, tapi aseek juga nih, jadi penasaran, apalagi kejutan yang akan dia buat!” ungkap tamu-tamu berpakaian perlente dan juga para ART yang terlihat sibuk hilir mudik melayani tamu-tamu undangan.Motor ojek online berhenti tepat di tengah-tengah taman dan tak jauh dari panggung kecil yang di tata sedemikian rupa, sehingga Rafsa sukses menjadi pusat perhatian, semua kaget hingga terdiam, termasuk pemain musik, tak me
Desy pun melayani dengan baik Stella dan Rafsa, Stella tanpa sungkan kembali mengajak Desy bercakap-cakap dan bilang jodoh banget ketemu lagi dengan pramugari cantik ini.Rafsa hanya tersenyum melihat calon istrinya ini bercakap akrab dengan Desy. Keramah tamahan Stella membuat Desy kagum dan makin hormat pada Stella yang dianggapnya wanita berkelas yang sangat ramah.Sebagai pramugari, Stella bisa menilai penumpang-penumpang nya yang tajir melintir, ataupun pura-pura tajir.Desy hapal semuanya, sehingga rasa hormatnya langsung tinggi pada Stella, termasuk Rafsa yang terlihat cool serta tak genit dan tetap bersikap wajar.Sesampainya di bandara, keduanya berpisah, Rafsa langsung pulang ke rumah, saat Rafsa ingin mengantarnya pulang, Stella langsung tertawa dan bilang mending Rafsa segera menemui ke tiga orang tuanya untuk melamarnya segera.“Ingat jangan kelamaan atau calon ibu anak-anakmu ini akan di lamar orang lain!” kelakar Stella d
Stella lalu turun dari panggung kecil dan berjalan perlahan menuju Rafsa yang sedang berdiri dan merentangkan tangan bersiap memeluk gadis yang sudah meruntuhkan hatinya ini.Stella lalu memeluk pemuda ini, tepuk tangan makin membahana, saat tubuh bak model ini tenggelam dalam pelukan pemuda tampan bertubuh atletis ini.“I Love so much…!” bisik Rafsa.“Love youu to…!” bisik Stella.Stella merenggangkan pelukan dan menatap wajah Rafsa yang tersenyum kecil dan terlihat mata pemuda itu agak berkaca-kaca, terharu cintanya tak lagi bertepuk sebelah tangan.Mereka tak sadar kelakuan mereka masih disaksikan puluhan pengunjung yang terus bertepuk tangan dan diam-diam ada yang merekam adegan romantis ini dan hanay hitungan menit tersebar di media sosial dan tentu saja ada yang kaget melihat adegan romantis ini, siapa lagi kalau bukan Mami Stefani dan Mami Gerald, yang mengirimkan rekaman itu ternyata Kiki, kakakny
“Heiii tomboy, dengarin yaa, tiga bulan lagi aku dan Rina akan menikah!” sahut Sohai.“Apaa…kapan kalian jadian, setahuku kamu kan suka gonta ganti pacar ngikutin gaya sahabat elo si Rafsa, kok bisa-bisanya akan menikah dengan sahabatku, jangan-jangan kamu pelet yaa?” ceplos Stella yang tentu saja kaget, tak menyangka dua sahabatnya ini malah akan menikah, padahal tak terdengar pacaran.“Sembarangan mana ada pake pelet, namanya juga jodoh tomboiiii, pokoknya pas resepsi kamu wajib hadir yaa, awas kalau nggak datang, gua coret lo jadi sahabat bini gua ini!” sahut Sohai cengengesan, bahkan dia langsung mencium pipi Rina.“Ehhh sahabat elo si Rafsa dah tahu belum..?”“Tau donkk, dia sama kayak kamu, kaget, tapi setelahnya janji akan datang ke pernikahan dan resepsi kami, dia malah mau ngasih kado rumah lohh, nggak rugi gua punya sahabat he-he-he!” ceplos Sohai lagi, Rina hanya tertawa saja me
Rafsa masih terdiam dan menatap pintu itu dengan nanar, tanpa Rafsa sadari, Stella bersandar pada dinding pintu tersebut, dia tersenyum sendiri.Ia lalu berlari ke kasur dan langsung memvidcal sahabatnya Rina yang berada di Jakarta.“Benarann….kalian se hotel yaa di Singapura, jangan-jangan udah belah duren nihh!” sahut Rina sambil tertawa berderai di vidcal itu.“Enakk ajee, gue bukan elo kalee, gue masih ingat lah, ga bakalan mau gue pecah sebelum menikah!”“So…kapan nihh kalian nikah, kan tadi kamu bilang barusan di lamar!”“Ntar ajahh, biarkan dia makin cinta!”“Eitttsss….hati-hati ntar nangis bombaiiii lagi kalau Rafsa dengan yang lain, udah kalian cepat-cepat pulang dan segera menikah, bereskan!”“Tenang ajahh, biarkan Rafsa terus mengejarku…aku hanya ingin menyakinkan hati, anggap tes buat dia!”“Lhaaa pakeee tes seg
“Hmmm…kalau nggak enak pesananku ini, ya udah sono kamu pesan sendiri, biar pelan-pelan aku makan ini, songong amat sihh, makanan enak gini dibilang tak enak!” sungut Stella sambil mengaut sayuran, Stella memang agak vegetarian, sehingga badannya tetap langsing bak model dan mengeluarkan aroma yang harum, dan tadi sempat membuat pemuda di depannya ini makin senewen di buatnya.“Pemarah banget sihh…tau nggak kenapa tak enak!”Stella langsung mengangkat wajahnya. “Iya kenapa tak enak?”“Karena kemanisan wajah kamu hilang, hingga makanan ini hambar…senyum donk, dan ceria, masa kita makan diam-diaman ajee?”“Anjriittt…gue di gombalinnn, basiiii tauuu!” kini Stella terbahak. Rafsa kini tertawa kecil.Stella langsung mengambil ampal daging bulat dan melemparkan ke wajah Rafsa, tapi luput, karena Rafsa mampu menghindar.“Kamu memang buaya cap biawak, hampi