Tiga hari sebelum Stefani balik ke Belanda, Manthis kembali bertemu dengan kekasihnya ini, kembali di kafe milik Ben.
Makin tenarnya Manthis di jagat hiburan tanah air, atas saran Ben dan John, keduanya sementara di minta menghindar dulu bertemu di tempat yang bisa membuat heboh, terutama keluarga Stefani.
Manthis dengan blak-blakan ingin melamar Stefani, namun saat Manthis bercerita tentang masa lalunya, Stefani ikutan terdiam.
“Iya…Stef juga ga berani ngomong Bang…takutnya papah dan mama tak setuju, di tambah lagi Ka Ray marah-marah gitu!” kata Stefani lirih.
“Terus apa langkah kita sekarang Stef…?” Manthis menatap wajah Stefani yang terlihat bingung dan galau.
“Kita ga usah buru-buru dulu bang…apa boleh buat, lagian hubungan kita juga masih baru, terus abang sekarang sedang sibuk-sibuknya menata karir lagi. Di tambah kuliah Stef juga masih 2 tahunan lagi baru kelar!” Manthis mengangguk dan akhirnya keduanya berpelukan di kafe itu.
Keduanya sepakat akan tetap menjalin hubungan dengan lebih disiplin dan tidak akan mengumbar ke public.
Dua hari kemudian, Saat Stefani bersiap-siap akan ke Bandara untuk kembali ke Belanda dan sudah janjian akan bertemu dengan Manthis di sebuah tempat, tanpa di duga Ray datang ke rumah.
“Stef...kaka mau bicara!” kata Ray tanpa basa-basi, sambil menatap adik bungsunya ini, Rani ibu mereka yang melihat kedua anaknya ini seakan ada masalah jadi penasaran dan ikut mendengarkan.
Kini ketiganya duduk di kursi tamu di ruangan mewah rumah mereka, yang selama ini di tinggali Rani.
Sementara Alan ortu Ray dan Stefani kadang-kadang nginap di sini dan kadang di rumah istri keduanya, Weni.
“Iya ka ada apa?” Stefani menatap wajah kakaknya, dia sudah menduga pasti masalah hubungannya dengan Manthis, dan dugaannya tepat.
“Kamu diam-diam berhubungan ya dengan Manthis?” dengan tabah Stefani langsung mengangguk, dia pikir tuh kakaknya sudah melihat potongan video pendek dia dan Manthis saat di Belanda lalu.
“Kamu ga mikir ya siapa itu Manthis, ingat masa lalunya dengan berbagai skandal yang sangat memalukan sampai jadi narapidana selama 3 tahun, kamu jangan memalukan keluarga kita Stef!” sentak Ray marah.
Stefani langsung terdiam, Rani yang mendengar anak tertuanya ini marah kini ikut menatap Stefani, dia kaget mengetahui anak gadisnya ini ternyata diam-diam berhubungan dengan Manthis. Padahal awalnya Rani mengira Stefani dan Manthis hanya berhubungan biasa layaknya kakak dan adik, karena selama ini semua personel The Stollen’s sangat akrab dengan keluarganya.
“Tapi itu kan masalalu Ka…Manthis sekarang sudah berubah!” Stefani membela kekasihnya.
“Berubah katamu…kamu tak tahu siapa dia…nihh kakak bongkar, dia sudah punya anak dari mantan kekasihnya dulu!” Stefani terhenyak, kaget bukan main mendengar hal ini.
“A-apa…kaka bilang…punya anak…siapa mantan kekasihnya itu Ka?” tanya Stefani shock.
“Ray, apa benar, emang kamu punya bukti si Manthis punya anak dari mantan kekasihnya?” sela Rani.
Ray langsung membuka I* Anita yang kini berhijab dan ada foto wanita itu dengan seorang anak kecil laki-laki berumur sekitar 4,5 tahunan.
Wajah anak itu sangat tampan dan kulitnya putih bersih, sepintas memang mirip wajah Manthis.
“Kamu ingat dengan wanita ini?”
“Anita…mantan pacar pertama Manthis!” sahut Stefani cepat, karena dia sangat kenal wajah Anita.
Sebab dulu dia sering bertemu saat Anita menunggui Manthis sedang latihan di studio The Stollen’s dan Stefani juga sering main ke sana dan ikutan nonton, bahkan dia kenal baik dengan Anita ini.
“Manthis tak bertanggung jawab dengan Anita, saat mereka putus dan si Manthis gulang galing dengan tiga artis itu dan juga seorang sosialita dari Bali, si Anita hamil dan melahirkan anak mereka!” sungut Ray.
“Darimana kaka tau kalau itu anak Manthis dan Anita…kan bisa saja Anita hamil dengan laki-laki lain!” Stefani ternyata masih belum yakin.
“Hmmm…kamu itu, mantera apa yang dibuat si Manthis hingga kamu begitu membelanya, setelah melahirkan Anita menelponku dan minta aku datang ke rumah sakit bersalin…mau tau apa yang dia ungkapkan?” suara Ray masih ketus dan terlihat masih menahan amarah.
“Iya apa ka?” kini suara Stefani berubah pelan.
“Anita menceritakan semuanya, saat dia putus dengan Manthis, dia sudah mengandung selama 1,5 bulan. Tapi dia tak mau buka-bukaan dengan si Manthis yang sedang gila-gilaan dengan skandal-skandalnya. Lalu dia minta tolong agar aku membayarkan biaya rumah sakit, karena dia tak pegang uang sama sekali, awalnya dia pinjam 25 juta, tapi aku tak tega, dia langsung ku bantu 100 juta!” ungkap Ray blak-blakan.
Stefani dan Rani kini hanya bisa terdiam, tak mampu bicara lagi. Kenyataan kalau Manthis telah memiliki anak di luar nikah dengan Anita membuat Stefani makin shock.
Melihat adik kesayangannya begitu, Ray yang pada dasarnya sangat menyayangi adik kandungnya ini, lalu menghela nafas, kemudian dia menurunkan volume suaranya yang sejak tadi ngegas.
“Andai saja si Manthis tak menyia-nyiakan Anita itu, kaka mungkin masih bisa maklum, tapi ini soal tanggung jawab. Kaka tak mau kamu menderita kelak, makanya itu juga salah satu alasan kaka tak pernah mau menerima Manthis balik lagi ke The Stollen’s…!” Ray akhirnya membuka alasan utama, kenapa dia kini tak bisa kompak lagi seperti dulu dengan Manthis.
Ucapan Ray selalu tergiang-ngiang di telinga Stefani saat dia menuju Bandara Soetta di antar sopir keluarganya.
Stefani diam-diam membatalkan bertemu Manthis, dia malah mematikan smartphone nya, bahkan sampai masuk dalam pesawat dia juga tak mau mengontak kekasihnya ini.
Stefani sangat kecewa dengan Manthis, ketika sampai kembali ke Amsterdam pun panggilan-panggilan Manthis tak pernah dia hiraukan, termasuk WA-WA nya.
Manthis sendiri yang tak tahu kenapa Stefani begitu, ia akhirnya pasrah setelah lebih seminggu sejak pulang ke Belanda, Stefani tak pernah mau menerima telepon dan WA nya.
Manthis masih berpikir positif, mungkin pengaruh Ray yang menyebabkan Stefani begitu.
“Mungkin dia di ancam Ray…!” pikir Manthis saat berada seorang diri di sebuah studio pribadinya yang baru saja dia bikin di rumahnya. Manthis pun terinspirasi untuk membuat sebuah lagu singel, yakni ‘Kehilangan’. Lagu single itu langsung dia buat klipnya, dengan dua bintang remaja Love and Dear, yakni Ryan Firo dan Viona Limbang.
Manthis tak tahu, sejak lama Viona Limbang sangat menyukainya, bintang remaja yang memiliki wajah mirip Natasha Wilona ini sejak awal sudah ngefans berat dengan Manthis. Viona juga tahu sejak keluar sel Manthis tak pernah terlihat dekat dengan wanita manapun.
Sehingga saat Manthis meminta Viona dan Ryan Firo tampil di video klipsnya, tanpa diminta dua kali dia langsung menyetujuinya.
Ryan Firo pun sangat antusias kembali tampil dengan Viona, setelah sekuel ke II Love and Dear yang kembali sukses besar, mereka tak pernah bertemu lagi.
Tapi Viona agak kecewa, dikiranya dia akan berakting dengan Manthis, ternyata dengan Ryan Firo, yang justru diam-diam menyukai Viona.
Manthis sengaja begitu, dia ingin menjaga perasaan Stefani, ia yakin saat lagu video klip ini di tayangkan, Stefani pasti akan melihatnya, dia tak ingin kekasihnya ini cemburu.
Lagu ‘Kehilangan’ kembali bomming, karena penggarapan video kilps sangat professional dan syutingnya dilakukan di 7 lokasi berbeda-beda.
Awalnya Manthis ingin syutingnya di Eropa, tapi dia membatalkan niatnya, karena Kementerian Pariwisata jadi sponsornya, tapi syaratnya syuting wajib di lakukan di berbagai destinasi wisata yang di tentukan Kemenperata itu.
Saat syuting di lakukan, Viona beberapa kali mendekati Manthis, tapi Manthis menolaknya secara halus.
Manthis selalu beralasan mereka wajib professional, karena klips mereka ini di sponsori sebuah kementerian di negara ini.
Viona akhinya mengalah, walaupun dia kadang bete dan jengkel ketika Ryan Firo bak prangko saja, selalu ada di manapun Viona ada.
Untungnya Viona sangat professional ketika syuting, sehingga Sutradara klips itu puas dan sangat jarang marah-marah dengan para artisnya ini.
Stefani yang melihat video klips single ini hampir saja menelpon Manthis, tapi dia akhirnya membatalkan, karena dia tiba-tiba teringat ucapan Ray.
Dua bulan sudah Stefani dan Manthis putus kontak, untuk melupakan Manthis, Stefani pun fokus dengan kuliahnya.
Manthis yang belum tahu penyebab Stefani tak mau mengangkat teleponnya setiap kali dia kontak kini juga pasrah.
Dia juga tak marah saat dua bulan lalu harus menunggu berjam-jam di sebuah tempat, karena janjian akan bersama-sama ke Bandara Soetta dengan Stefani, sampai malam dia menunggu tak ada juga kabar dari kekasihnya ini.
“Apakah orang tuanya juga melarang Stefani ketemu aku…!” gumam Manthis.
Manthis tetap berpikir positif dan dia benar-benar menjaga agar tidak macam-macam, Viona beberapa kali mengontaknya, ngajak jalan atau sekedar dinner, namun Manthis tetap menolak secara halus, hingga Viona menyerah juga mengejar Manthis.
Manthis terus berkibar dengan solo karirnya, di sisi lain, Ray dengan The New Stollen’s nya tak pernah bisa bangkit lagi.
Sambutan penggemar biasa-biasa saja lagi, Akhirnya Ray pun angkat tangan, dan kembali memvakumkan The New Stollen’s, dia juga mempersilahkan 3 anggota yang dia rekrut berpisah dengannya.
Ray kini lebih memfokuskan mengorbitkan penyanyi-penyanyi muda di studionya.
Sementara Ben malah berkibar dengan kafe-kafenya dia kini kembali membuka 2 kafe baru sekaligus.
Sedangkan John malah disibukan dengan proyek membantu artis-artis top atau pendatang baru, John kini jadi pencipta lagu dan aransemen yang handal.
Sesekali mereka juga terlibat dalam pembuatan lagu single milik Manthis, sehingga banyak penggemarnya yang menilai kolaborasi ketiganya sebagai reuni, dan menyebutnya dengan nama The Stollen’s Reborn.
Namun Manthis selalu berkilah dengan para jurnalis, kalau dia murni solo karir dan keberadaan Ben serta John karena membantu saja.
*****
Suatu hari, Manthis sengaja jalan-jalan di sebuah Mall mewah di Kawasan Plaza Indonesia, agar tak di kenali penggemarnya, Manthis sengaja mengenakan topi dan masker, serta kacamata warna coklat.
Saat itu Manthis kaget melihat Anita sedang berjalan sembari menggandeng seorang anak kecil laki-laki yang berumur sekitar 5 tahunan.
Manthis terus mengamati dan saat akan mendekati, dia terdiam saat melihat ada seorang pria yang mendekati Anita dan anak kecil itu.
Pria itu mencium pipi Anita yang mengenakan kerudung warna krim. Lalu dia mengangkat dan menggendong anak kecil itu, kemudian mereka berlarian ke sana kemari bercanda.
Ketika dilihatnya pria tadi agak jauh bersama anak kecil itu dan Anita terlihat menuju sebuah butik, Manthis pun pelan-pelan mendekati Anita.
“Anita…!” kata Manthis sambil melepas maskernya, topi dan kacamata masih bertengger di wajah dan kepalanya.
“Manthis…!” sahut Anita kaget. Tapi hanya beberapa saat, dia lalu bersikap wajar saja.
“Kapan kamu bebas?” tanya Anita.
“Hampir setahun yang lalu Nita…apa kabarnya sekarang!” sahut Manthis balik bertanya.
“Baik Manthis…iya sihh aku kaget, kamu sekarang sibuk solo karir…makanya aku tadi tanya kapan kamu bebas. Selamat yaa, kamu makin berkibar tanpa group band kamu!” kata Anita lagi tersenyum.
Anita memang benar-benar dewasa, di usianya yang hampir 33 tahun, wanita ini terlihat makin matang.
“Itu tadi anak kamu yaa…!”
“Iya, yang satunya suamiku,” jawab Anita lagi.
“Oh ya…kapan kalian menikah…kan kamu tak pernah beri kabar apapun selama bertahun-tahun!” kata Manthis sambil tersenyum.
Anita hanya tertawa tidak menjawab pertanyaan Manthis.
“Ohh…selamat yaaa…anak kamu cakep, mirip kamu…!” sambung Manthis lagi.
“Hmmm…!” gumam Anita tanpa sadar, ingin dia katakan kalau anak itu justru mirip Manthis, tapi dia batalkan, dia malah tersenyum saja.
Kini mereka duduk santai di kafe yang terdapat di sebelah butik itu, Anita barusan dapat telpon dari pria yang diakui suaminya, kalau anak mereka yang bernama Bryan ingin beli mainan.
“Siapa pacar kamu sekarang…tentu bukan salah satu atau malah ketiganya masih berhubungan baik dengan kamu?” kata Anita, seakan menyindir Manthis.
Manthis langsung menghela nafas dan minum kopi panas pesanannya tadi.
“Sejak aku masuk penjara…aku sudah tidak punya hubungan lagi dengan Hana, Vena dan Gerald!”
“Truss pacar kamu yang sosialita orang Bali, Sheila?” Manthis tersenyum sambil menatap Anita yang dilihatnya tetap cantik ini dan diam-diam ternyata tahu semua sepak terjangnya dengan para wanita.
“Kamu tahu semua yaaa?” Manthis balik bertanya.
Anita malah tertawa kecil dan bilang orang setenar Manthis sekecil apapun berita pasti akan heboh, apalagi kalau sudah menyangkut wanita.
Tak lama kemudian suami Anita dan Bryan datang, Bryan langsung mendekati Anita dan memperlihatkan mainan pada ibunya.
“Oh ya Mas, kenalkan ini loh yang namanya Manthis de Jong!” pria yang diakui suami Anita ini langsung mengulurkan tangannya yang di sambut Manthis sambil berdiri.
Sanjoto berwajah biasa saja, tapi pakaiannya seperti tampang pejabat.
“Saya Sanjoto, ooh ini tuhh yang namanya Manthis de Jong penyanyi top itu, sampai pangling aku, soalnya pake topi dan kacamata…lagi nyamar ya mas, gantengan aslinya ternyata dibandingkan di foto atau video!” Sanjoto tertawa sambil menggengam hangat tangan Manthis.
“Iya Mas, senang juga berkenalan dengan Mas, oh yaa saya jalan dulu yaa, maaf sudah menganggu Mas dan Ka Anita,” Manthis lalu mencubit pipi Bryan.
Ia sempat kaget juga, karena kulit dan wajah Bryan kayak ada blasteran-blasterannya, sementara suami Anita ini Jawa tulen dan berkulit sawo matang.
Namun Manthis hanya menyimpan dalam hati keheranannya, diapun berlalu sambil melambaikan tangan.
Setelah Manthis hilang dari pandangan, Sanjoto menatap Anita.
“Jadi itu ayah biologis Bryan?” Anita langsung mengangguk.
*****
BERSAMBUNG
Apakah Sanjoto marah? Apakah Manthis bertanggung jawab terhadap Bryan...? Penasaran kan...ikuti terus yaaa...makin seru pokoknya
“Tapi aku sengaja tak memberitahu dia, sudahlah, kita pulang yuks, sudah hampir malam ini!” Sanjoto langsung menggendong Bryan. Dia sangat menyayangi anak sambungnya ini dan sejak menikahi Anita, dia sudah akrab dengan Bryan. Sanjoto tidak cemburu, karena sejak awal Anita sudah terbuka, kalau dia dan Manthis sudah lama berpisah dan anak itu walaupun anak biologis Manthis. Tapi Anita bilang kelak kalau Bryan sudah dewasa, dia baru akan memberi tahu anaknya, siapa ayah biologisnya. Anita sendiri saat ini sedang mengandung 1,5 bulan, sehingga perutnya belum begitu keliatan besar. Diam-diam Manthis sangat penasaran dengan Bryan, anak Anita dan Sanjoto itu. “Apakah dia sebelumnya pernah menikah sebelum dengan Sanjoto, karena wajah Bryan tak ada mirip-miripnya dengan Sanjoto?” batin Manthis. Manthis lalu membuka smartphone dan menatap wajah Bryan yang ada di I* Anita, semakin lama dia menatap Manthis makin mengerutkan dahinya, karena
Hingga beberapa bulan kemudian rencana itu tak juga terlaksana, selain jadwal Manthis yang makin padat, dia juga dapat kabar Ray pun memiliki kesibukan yang juga sangat padat. Tapi satu hal yang sering membuat Manthis termenung, apalagi kalau bukan selalu teringat Stefani, dia sudah mencoba melalui Nadu mengontak kekasihnya ini. Tapi Stefani malah hanya titip salam dan bilang ke Nadu agar Manthis lebih baik konsen ke karirnya saja, karena Stefani pun lagi sibuk-sibuknya menyelesaikan kuliahnya di Amsterdam, Belanda. “Bilang ke Bang Manthis…kalau dia memang cinta…tunggu sampai hati Stefani bisa memaafkan kelakuan masa lalunya, tapi kalau dia tak mau bersabar…silahkan cari wanita lain yang lebih baik!” kata Stefani pada Nadu. Manthis hanya bisa menghela nafas mendengar ungkapan Stefani melalui Nadu itu... Sanjoto akhirnya tahu kalau Manthis kini sering ke rumah dan menjemput Bryan, ternyata laki-laki berumur 37 tahun ini sangat dewasa, dia tak k
Satu tahun setengah sudah Stefani dan Manthis tidak berhubungan lagi, gadis cantik yang sangat mirip artis Raline Shah ini kembali pulang liburan ke tanah air, kuliahnya kini tinggal 6 bulanan lagi selesai. Dia berkunjung ke rumah kakaknya, Ray dan Sonia, karena sangat kangen berat dengan tiga keponakannya itu. Saat bercanda dengan Adam, Celina dan yang paling bungsu Rika, Sonia sama sekali tidak bertanya soal Manthis. Begitupun juga Stefani tidak pernah menceritakan soal Manthis pada Sonia, gadis cantik ini terliat fine-fine saja. Ray saat itu tidak berada di rumah, dia sedang sibuk di studionya. Tiba-tiba smartphone Stefani bunyi, saat dia mengangkat ternyata yang menelpon adalah Dewi, teman akrabnya saat SMU dulu, mereka janjian akan bertemu dengan dua kawannya lagi, yakni Vita dan Novi di Mall Plaza Indonesia dan akan nongki di sana. Stefani pun permisi dengan kakak iparnya, setelah dari pagi berada di sana, dia langsung menggeber mobil sp
Setelah menelpon Nadu, kini Manthis duduk kembali di dekat ranjang Stefani, dahi dan lengan kanan gadis ini di plester. Ketika dilihatnya Stefani membuka mata pelan-pelan, Manthis tersenyum menatap wajah kekasihnya ini. “Stef…syukurlah kamu tak kenapa-kenapa!” “Siapa yang bawa aku ke sini…!” Stefani menatap tajam wajah Manthis. Manthis pun pelan-pelan menjelaskan kenapa Stefani sampai terbaring di rumah sakit ini. “Hmmm…ya sudah salah Stef juga, lari ga liat-liat, abang sekarang segera pulang, kasian si Anita istri abang nanti marah kalau masih di sini!” ceplos Stefani sambil memalingkan wajah ke kiri. “Stef…sayangg…apa yang kamu…lii!” suara Manthis terhenti ketika tiba-tiba masuk tiga orang ke kamar perawatan ini, yakni Dewi, Vita dan Novi. Rupanya mereka lebih duluan datang dibandingkan Tante Rani dan Om Alan. “Stefaniiii…oh my goooddd, kenapa kamu bisa gini!” seru Dewi dan langsung mendekati Stefani sambil memegang k
Stefani pun sudah keluar dari rumah sakit setelah makan siang, di jemput Ray dan Sonia, sepanjang jalan Sonia dan Stef terus bercanda, tentu saja topiknya Manthis. Sonia dan Stef kadang berbisik, sehingga Ray yang duduk di depan di samping sopir pribadinya menoleh dengan dahi berkerut. “Ngapain sih bisik-bisik mulu dari tadi, apalagi kalau topiknya sudah si Manthis,” sungut Ray. “Ihh papi ini, namanya orang lama ga ketemuan, wajar donk dikit curhat!” ceplos Sonia. Ray langsung diam, dia paling malas kalau sudah berdebat dengan istrinya ini. Diam-diam Ray sendiri sudah tak mempermasalahkan Stefani kini dekat dengan Manthis, dia juga sudah tahu kalau hubungan Anita dan Manthis kini bak kakak adik. Setelah dia tak sengaja bertemu Manthis dan anaknya Bryan di sebuah Mall di Bandung beberapa yang lalu. Namun tentu saja dia gengsi untuk mengakui itu, saat Sonia bilang tak perlu lagi mengekang Stefani untuk berhubungan dengan Manthis.
“Bagaimana This…maukah kamu menolong aku dan suamiku, membuahi rahimku?” Sheila kini menatap wajah Manthis lekat-lekat. Wanita ini harus mengakui, ia masih sangat sayang dengan mantan kekasihnya ini. Walaupun dulu dia sangat marah dengan kelakuan Manthis yang tega berselingkuh dengan tiga artis sekaligus. Namun dia juga tak sepenuhnya menyalahkan Manthis, karena di saat bersamaan iapun sama, punya kekasih juga di Bali. Artinya dia juga salah, telah berkhianat dengan Manthis. “Sheila…ini sesuatu yang sangat di luar dugaan, jujur saja, sejak aku masuk sel dan keluar dari penjara, sampai kini aku tak pernah lagi berhubungan dengan wanita, dalam artian berhubungan intim!” Sheila langsung kaget. “Whatsss…apakah kamu…!” Sheila tentu saja berpikiran jelek, karena dia tahu, sudah bukan hal yang aneh lagi, banyak laki-laki berbadan bagus dan wajah glowinhg seperti Manthis, orientasinya sudah berbeda, seperti mantan suami pertamanya dulu. “Janga
Setelah mandi berbilas lagi, Manthis pun vidcal dengan Stefani, cukup lama juga dia saling bercanda dengan kekasihnya ini. Saling kangen dan sayang terucapa dari bibir kedua orang yang di mabuk cinta ini. Kadang Stefani menggoda Manthis dengan tubuh polosnya saja sambil berbaring di ranjang. Tentu saja ulah Stefani membuat Manthis senewen bukan main. “Awass ya kalau udah jadi bini abang kelak!” Stefani terbahak menertawakan ucapan kekasihnya. setelah puas ber vidcalan Manthis pun hampir terlelap, lalu terbangun lagi kala kamarnya berdering, dia mikir pasti Sheila yang datang. Saat pintu terbuka, alangkah kagetnya Manthis karena Katryn sudah berdiri di depan kamar, dengan hanya celana pendek dan baju kaos yang agak lebar, tapi wajah bulenya tetap cantik dan terlihat manis. “Ga ganggu kan…wawww matanya merah, jangan-jangan tadi terlelap!” Katryn langsung saja nyelonong masuk kamar. “Waduhh Katryn, ntar ketahuan Bang Andrew, abang jadi ga
Ray, Manthis, Ben, John dan Ogong Lee kini duduk di sebuah ruangan santai di rumah Ray, di taman belakang yang luas. Masih terdengar heboh teriakan anak-anak yang juga teman-teman Celina merayakan ultah gadis cilik yang ke 4 tahun ini. Setelah saling berpelukan, ke empat personel The Stollen’s yang sangat lama tidak berkumpul komplet ini saling bercerita ringan satu sama lain, kadang sambil tergelak. Tentu ada yang berbeda kini, karena semua personel bukan lagi remaja, tapi semuanya sudah pemuda dewasa. “Okehhh, jadi gini lo-lo olang semuanya, kita udah sepakat, The Stollen’s akan kembali belsatu, owe udah punya lencana, show ini akan sangat wahh, sekaligus akan di lekam dan kelak akan kita jual secala komelsilll, owe yakin kemunculan kalian semua akan mencetak rekolll baluuu!” kata Ogong Lee dengan logat cadelnya sambil tertawa. Ray hanya manggut-manggut, Manthis, Ben dan John diam sambil tersenyum. “Soal itu udah aman koh, intinya kami sudah
James tertawa sambil mengangguk, sambil jalan menuju mushalla yang ada di cottage itu, James bercerita kalau dia sudah tertarik mualaf sejak 10 tahunan yang lalu, tapi mantap mualaf 3 tahunan yang lalu setelah melihat orang rame sholat Idul Fitri dan COVID-19 merebak, di mana harus cuci tangan dan kaki yang bersih, sehingga James pun memantapkan hatinya. Ternyata Sheila, ibunya sangat mendukung, termasuk Andrew, ayah sambungnya, apalagi James sudah dewasa dan tentu sudah matang berpikir. James kini setiap hari melihat Kania syuting dan setelah syuting keduanya sering jalan berdua, hingga tak terasa syuting 5 harian kelar dan Kania harus bersiap pulang kembali ke Jakarta. James yang bersikap dewasa kaget saat Kania mengatakan kini banyak menerima job film, sehingga sering meninggalkan rumah. James pun memberi nasehat ke wanita jelita yang makin matang ini, agar jangan lagi ambil semua job film atau iklan. “Kasian Aji, dia butuh kamu Kania, apalagi ini masa-masa perkembangan dia!”
“Tak apa Mas Rafsa…nama saya Tikno, saya malah tak mengira malam ini bisa melihat langsung acara hebat ini, tak bakal saya lupakan seumur hidup, selamat yaa buat Mas Rafsa dan Mba Stella, moga secepatnya menikah dan punya anak-anak yang tak kalah ganteng dan cantik seperti papa dan ibunya ini!”Rafsa lalu memanggil Tarot sopir pribadinya, dan minta diambilkan tas kecil, tak sampai 10 menitan Tarot balik lagi, Rafsa lalu mengambil selembar cek, yang sudah bertuliskan angka uangnya di sana.“Pa Tikno, saya tak bawa uang cash, ini selembar cek sebesar 50 juta, bisa bapak uangkan kapan saja, bawa saja ke bank yaang tertera di cek itu…!” Tikno hampir terlonjak kaget, tak mengira akan dapat cek senilai fantastis bagi ukurannya. Tapi bagi Rafsa itu angka yang sangat kecil.Setelah menyalami Rafsa sampai tangannya dan juga tangan Stella di cium, lalu Rafsa mengenalkan ke ayah bundanya, Tikno sampai minta foto selfie, karena dia meng
Setelah adegan romantis itu selesai di putar, di mana Rafsa terlihat mencium dahi Stella, Mami Stefani tersenyum dan terlihat puas.Dia tak memperdulikan bagaimana dua sejoli itu saling lirik dengan wajah bak udang rebus, malu tak terkira, kenapa sampai di putar adegan itu dan di tonton ratusan orang, suara suit-suit terdengar, hingga kedua sejoli ini makin malu.Rafsa dan Stella tak menyangka kalau ada yang diam-diam merekam dan saat ini di tatap ratusan undangan.Kini semuanya butuh jawaban, apa maksud di putarnya adegan romantis itu, di acara ultah sang crazy tampan ini.“Nahh para undangan semua…malam ini saya ingin mengumumkan, di ultah Rafsa De Jong yang ke 27 tahun, dia akan kami tunangkan dengan kekasihnya yang ada di sampingnya ini dan pernikahan pun akan segera di gelar secepatnya!”Maka riuhlah semuanya, tak mengira kalau dua sejoli itu malam ini akan bertunangan. Banyak yang kaget, terutama keluarga Manthis de Jong, k
Di tata dengan sangat mewah, membuat semua tamu undangan yang terlihat berjalan menyingkir kaget, tak mengira ada motor nyelonong masuk ke rumah ini.Bagaimana tak kaget, kenapa ada motor ojek daring bisa nyelonong masuk ke rumah mewah dan eksklusife ini, ini sama dengan cari penyakit.Tapi saat melihat Rafsa di boncengan motor online itu semua tertawa, mereka kini mulai bercanda, kalau di crazy rich tampan itu sedang bikin sebuah pesta kejutan.“Dasarrrr, si crazy rich ternyata yang bikin ulah, ada-ada saja kejutan di ultahnya kali ini, tapi aseek juga nih, jadi penasaran, apalagi kejutan yang akan dia buat!” ungkap tamu-tamu berpakaian perlente dan juga para ART yang terlihat sibuk hilir mudik melayani tamu-tamu undangan.Motor ojek online berhenti tepat di tengah-tengah taman dan tak jauh dari panggung kecil yang di tata sedemikian rupa, sehingga Rafsa sukses menjadi pusat perhatian, semua kaget hingga terdiam, termasuk pemain musik, tak me
Desy pun melayani dengan baik Stella dan Rafsa, Stella tanpa sungkan kembali mengajak Desy bercakap-cakap dan bilang jodoh banget ketemu lagi dengan pramugari cantik ini.Rafsa hanya tersenyum melihat calon istrinya ini bercakap akrab dengan Desy. Keramah tamahan Stella membuat Desy kagum dan makin hormat pada Stella yang dianggapnya wanita berkelas yang sangat ramah.Sebagai pramugari, Stella bisa menilai penumpang-penumpang nya yang tajir melintir, ataupun pura-pura tajir.Desy hapal semuanya, sehingga rasa hormatnya langsung tinggi pada Stella, termasuk Rafsa yang terlihat cool serta tak genit dan tetap bersikap wajar.Sesampainya di bandara, keduanya berpisah, Rafsa langsung pulang ke rumah, saat Rafsa ingin mengantarnya pulang, Stella langsung tertawa dan bilang mending Rafsa segera menemui ke tiga orang tuanya untuk melamarnya segera.“Ingat jangan kelamaan atau calon ibu anak-anakmu ini akan di lamar orang lain!” kelakar Stella d
Stella lalu turun dari panggung kecil dan berjalan perlahan menuju Rafsa yang sedang berdiri dan merentangkan tangan bersiap memeluk gadis yang sudah meruntuhkan hatinya ini.Stella lalu memeluk pemuda ini, tepuk tangan makin membahana, saat tubuh bak model ini tenggelam dalam pelukan pemuda tampan bertubuh atletis ini.“I Love so much…!” bisik Rafsa.“Love youu to…!” bisik Stella.Stella merenggangkan pelukan dan menatap wajah Rafsa yang tersenyum kecil dan terlihat mata pemuda itu agak berkaca-kaca, terharu cintanya tak lagi bertepuk sebelah tangan.Mereka tak sadar kelakuan mereka masih disaksikan puluhan pengunjung yang terus bertepuk tangan dan diam-diam ada yang merekam adegan romantis ini dan hanay hitungan menit tersebar di media sosial dan tentu saja ada yang kaget melihat adegan romantis ini, siapa lagi kalau bukan Mami Stefani dan Mami Gerald, yang mengirimkan rekaman itu ternyata Kiki, kakakny
“Heiii tomboy, dengarin yaa, tiga bulan lagi aku dan Rina akan menikah!” sahut Sohai.“Apaa…kapan kalian jadian, setahuku kamu kan suka gonta ganti pacar ngikutin gaya sahabat elo si Rafsa, kok bisa-bisanya akan menikah dengan sahabatku, jangan-jangan kamu pelet yaa?” ceplos Stella yang tentu saja kaget, tak menyangka dua sahabatnya ini malah akan menikah, padahal tak terdengar pacaran.“Sembarangan mana ada pake pelet, namanya juga jodoh tomboiiii, pokoknya pas resepsi kamu wajib hadir yaa, awas kalau nggak datang, gua coret lo jadi sahabat bini gua ini!” sahut Sohai cengengesan, bahkan dia langsung mencium pipi Rina.“Ehhh sahabat elo si Rafsa dah tahu belum..?”“Tau donkk, dia sama kayak kamu, kaget, tapi setelahnya janji akan datang ke pernikahan dan resepsi kami, dia malah mau ngasih kado rumah lohh, nggak rugi gua punya sahabat he-he-he!” ceplos Sohai lagi, Rina hanya tertawa saja me
Rafsa masih terdiam dan menatap pintu itu dengan nanar, tanpa Rafsa sadari, Stella bersandar pada dinding pintu tersebut, dia tersenyum sendiri.Ia lalu berlari ke kasur dan langsung memvidcal sahabatnya Rina yang berada di Jakarta.“Benarann….kalian se hotel yaa di Singapura, jangan-jangan udah belah duren nihh!” sahut Rina sambil tertawa berderai di vidcal itu.“Enakk ajee, gue bukan elo kalee, gue masih ingat lah, ga bakalan mau gue pecah sebelum menikah!”“So…kapan nihh kalian nikah, kan tadi kamu bilang barusan di lamar!”“Ntar ajahh, biarkan dia makin cinta!”“Eitttsss….hati-hati ntar nangis bombaiiii lagi kalau Rafsa dengan yang lain, udah kalian cepat-cepat pulang dan segera menikah, bereskan!”“Tenang ajahh, biarkan Rafsa terus mengejarku…aku hanya ingin menyakinkan hati, anggap tes buat dia!”“Lhaaa pakeee tes seg
“Hmmm…kalau nggak enak pesananku ini, ya udah sono kamu pesan sendiri, biar pelan-pelan aku makan ini, songong amat sihh, makanan enak gini dibilang tak enak!” sungut Stella sambil mengaut sayuran, Stella memang agak vegetarian, sehingga badannya tetap langsing bak model dan mengeluarkan aroma yang harum, dan tadi sempat membuat pemuda di depannya ini makin senewen di buatnya.“Pemarah banget sihh…tau nggak kenapa tak enak!”Stella langsung mengangkat wajahnya. “Iya kenapa tak enak?”“Karena kemanisan wajah kamu hilang, hingga makanan ini hambar…senyum donk, dan ceria, masa kita makan diam-diaman ajee?”“Anjriittt…gue di gombalinnn, basiiii tauuu!” kini Stella terbahak. Rafsa kini tertawa kecil.Stella langsung mengambil ampal daging bulat dan melemparkan ke wajah Rafsa, tapi luput, karena Rafsa mampu menghindar.“Kamu memang buaya cap biawak, hampi