Rakyat kita punya kebiasaan, gampang menghujat, tapi gampang pula melupakan, begitu juga yang menimpa Manthis de Jong.
3,5 tahun yang lalu dia luar biasa di hujat dan di bully, Manthis di sebut penjahat wanita dan ‘Don Juan cap biawak’.
Kini hujatan dan bullyan itu menghilang berganti dengan pujian dan juga sanjungan, ketika Manthis kembali merilis single kedua dan ketiganya sekaligus yakni, “Ketika Cinta Harus Bersabar’ dan ‘Akankah Berakhir Bahagia’ semua lagu itu bersumber dari inspirasi hubungannya dengann Stefani.
Uniknya, dua lagu itu di bantu dua sohibnya, Ben dan John, single ini sekaligus menandakan Manthis makin mantap bersolo karir.
Dua bulan sejak pulang dari Belanda, tawaran show berdatangan ke Manthis, dan dia pun sibuk membagi jadwal, endorse-endorse yang 4 tahunan lalu menjauh, kini kembali antri meminta tanda tangan Manthis.
Bahkan lagunya Love and Dear telah di jadikan sountrack sekaligus judul film, filmnya sendiri sukses besar di bioskop-bioskop tanah air.
Film tentang kisah cinta remaja ini telah melambungkan dua artis muda pendatang baru, yakni Ryan Firo dan Viona Limbang, kedua artis muda ini tentu saja sangat berterima kasih dengan Manthis.
Produser film yang untung besar itu bahkan akan segera membuat sekuel kedua dari film itu dan kembali akan menggunakan lagu single Manthis de Jong.
Manthis juga akan dilibatkan sebagai salah satu pemeran dari film tersebut dan perannya akan lumayan lama, tentu saja bayaran yang di terima Manthis makin melambung tinggi.
Manthis juga kembali mengikat kerjasama dengan Produser Ogong Lee, cuan Ogong Lee kembali mengalir deras, tak terkecuali cuan buat Manthis juga.
Ogong Lee punya banyak proyek buat Manthis, yakni duet dengan beberapa penyanyi wanita berbakat dan sudah punya nama besar.
Namun satu hal yang tak pernah dia lupakan, kekasihnya di Belanda, Manthis setiap hari selalu vidcal dengan Stefani ini. Ben dan John tak tahu hubungan Manthis dengan adik Ray ini, termasuk Ray sendiri.
Manthis makin menancapkan diri sebagai seleb papan atas, kini solo karirnya pelan-pelan telah melambungkan namanya ke angkasa lagi.
Diam-diam Ray terus mengamati perkembangan Manthis, dalam hati dia senang juga, sahabatnya ini bisa kembali bangkit dari keterpurukan.
Namun Ray tetap tak menggubris desakan penggemarnya agar dia dan Manthis rujuk, bahkan diam-diam Ray sudah memanggil Ben dan John, mereka akan segera kembali merilis single dengan vocalis tamu.
Vocalis tamu ini seorang penyanyi top yang sudah lama bersolo karir, tak tanggung-tanggung Ray mempersiapkan 3 lagu single mereka.
Ray juga tak lagi mengikat kerjasama dengan Produser Ogong Lee, dia bertekad akan menjadi produser sendiri.
“Gila si Ray ini, tetap aja ngotot ingin membangkitkan The Stollen’s dengan vocalis lain lagi!” sungut Ben, saat dia da Manthis serta John santai di sebuah kafe.
“Aku akan mundur dari The Stollen’s!” Ben dan Manthis langsung kaget dengan ucapan John ini.
“Serius kamu John?” tanya Ben.
“Iya…aku akan bikin confers secepatnya!” cetus John.
“Kalau kamu mundur…aku juga akan mundur…!” guman Ben gamang.
Manthis langsung menasehati kedua sahabatnya ini, tapi John tetap pada pendiriannya, dia ternyata mulai gerah dengan gaya arogan Ray di The Stollen’s.
Ben akhirnya ikut memantapkan hati, dia juga akan mundur mengikuti jejak John dan Manthis yang terlebih dahulu sudah di pecat Ray.
Ucapan Ben dan John dibuktikan 3 hari kemudian, mereka mengadakan confers terkait pengunduran diri dari The Stollen’s di kafe yang sebelumnya tempat mereka bertiga nongki.
Ratusan wartawan yang sudah menunggu langsung memberondong keduanya dengan berbagai pertanyaan.
“Bang apa alasan di balik pengunduran diri dari The Stollen’s?” tanya seorang wartawan
“Saya mundur karena sudah tak ada kecocokan lagi di group itu!” sahut John.
“Ketidak cocokan soal apa bang?” desak wartawan.
“Intinya The Stollen’s dulu dan sekarang berbeda, sehingga visi dan misi saya sudah tak cocok lagi berada di group itu!”
“Bang, ada info, Ray terlalu dominan di group ini, sehingga abang berdua gerah dan menyatakan keluar!”
“Hmmm…boleh juga di bilang begitu, sebuah group tak bisa didominasi seorang saja, harus ada synergy dan saling menghargai!” kali ini Ben yang menyahut.
“Sebelumnya Bang Manthis yang di pecat karena masalah hukum, kini dengan keluarnya abang berdua, artinya The Stollen’s sebentar lagi akan tinggal nama?”
“Soal itu tanyakan saja pada Ray kelak, apakah The Stollen’s akan bubar ataukah lanjut dengan formasi baru, itu hak Ray!” cetus John.
“Bang, anda berdua ikut terlibat di dua single terbaru Manthis de Jong, apakah ada niat akan bentuk band baru?”
“Saat ini belum terpikirkan, kami hanya membantu saja, lagian aku dan Ben juga banyak proyek masing-masing…rasanya bentuk band baru tak ada dalam planning kami!” ceplos John lagi.
Setelah hampir 1,5 jam melakukan conpers, Ben dan John menyudahinya, tentu saja wawancara itu langsung viral.
Ray yang melihat tayangan infotaiment terkait mundurnya Ben dan John dari group band mereka hanya menanggapi dingin.
Ketika dia jalan-jalan bersama Sonia dan dua anak mereka di sebuah mall mewah, Ray yang di cegat puluhan wartawan menjawab singkat-singkat saja.
“Intinya, The Stollen’s akan jalan terus, saya akan segera umumkan personel baru group band ini itu saja jawaban saya!” kata Ray enteng dan diapun berlalu meninggalkan puluhan wartawan, di kawal dua bodyguardnya.
Ray ternyata juga buktikan omongannya, hanya dua minggu setelah Ben dan John nyatakan mundur, Ray sudah merekrut dua pemain baru, sebagai anggota The Stolle’s, dia juga membatalkan merekrut vocalis tamu, tapi langsung merekrut vokalis baru.
Ray dengan gaya cueknya mengatakan pada wartawan saat conpers, kalau The New Stollen’s ini akan berubah sedikit format musiknya, menyesuaikan dengan tiga personel baru.
Ray sengaja menambahkan ‘New’ di tengah nama bandnya, sekedar membedakan dengan The Stollen’s versi lama.
Manthis hanya kalem saja menyikapi perseteruan panas antara Ray di satu sisi dan Ben serta John di sisi lain.
Dia tetap memfokuskan diri pada solo karirnya yang makin naik saja, dia juga selalu menghindari kalau ada pertanyaan wartawan terkait The New Stollen’s format baru yang saat ini mencoba bangkit kembali.
Di saat polimek makin memanas itu, Stefani pulang dari Belanda, dalam rangka liburan semester. Tentu saja dia langsung mencari kekasihnya Manthis, namun Stefani tak mau langsung datang ke rumah Manthis, mereka janjian bertemu di sebuah kafe, tentu saja Stefani tak tahu, kafe ini milik Ben, mantan personel The Stollen’s.
Dia tak lagi memperhatian tulisan Ben’s Kafe, saking tak sabarnya ingin bertemu Manthis. Stefani juga tak pernah menduga di kafe ini dia malah bertemu Ben dan John.
Mathis sendiri tak menduga dua sahabatnya ini juga datang, padahal dia tak mengontaknya. Walaupun ini kafe milik Ben, tapi mantan gitaris The Stollen’s ini juga punya kesibukan tak sedikit.
Stefani begitu bertemu Ben dan John langsung memeluk keduanya, bagi Stefani, kedua orang ini bak kakaknya sendiri.
Manthis langsung mengedipkan mata pada Stefani, agar mereka jangan memperlihatkan hubungan ini pada Ben dan John, Stefani langsung paham, dia pun bersikap wajar di hadapan kedua mantan personel The Stollen’n ini.
“Gila loee Stef, makin cantik ajeee…!” puji Ben.
“Iya nihh, kalah lama-lama Raline Shah dibandingkan kamu!” John pun tak kalah memuji adik Ray ini.
“Sebentar…kok kamu tahu sihh kalau di kafe milik Ben ini, ada kami…emmm terutama si ini nihh si Mr M…! Kok aku rada curiga, jangan-jangan kalian ini janjian yaa…sekarang jujur deh, selama Manthis di Belanda, kalian ketemuan kan, ga usah bo’ong, rahasia di jamin!” selidik John lagi sambil tertawa.
Stefani dan Manthis saling pandang, Ben dan John malah senyum-senyun saja melihat keduanya begitu.
“Ga usah main rahasia-rahasia’an…kalian takut kan kalo Ray tahu?” desak Ben.
Stefani akhirnya mengangguk. Di sinilah Ben dan John melongo hampir tak percaya, kalau diam-diam Manthis dan Stefani malah berhubungan sebagai kekasih.
“Jadi…?” John memberi tanda dua telunjuk lalu di kaitkan, Manthis akhirnya mengangguk.
“Hmmm…bakal heboh ini!” sebut Ben.
“Heboh kenapa?” hampir berbarengan Manthis dan Stefani bersuara dan menatap Ben.
Ben malah memandang John. John mengambil sebatang rokok, lalu dia mengisapnya dan menghembuskan pelan-pelan ke depan.
Manthis dan Stefani yang kini duduk berdampingan sabar menunggu.
“Manthis…dan kamu Stefani…saat Manthis berada di Belanda dan mengeluarkan single, lalu tak lama setelah Manthis tiba kembali ke tanah air…video saat kalian bernyanyi di sebuah kafe di Amsterdam Belanda tersebar di internet!” Manthis dan Stefani kini saling pandang lagi.
“Dan Ray mengetahuinya…!” sambung Ben.
“Mau tau apa reaksinya?” kata John lagi, Manthis dan Stefani kompak mengangguk.
“Ray ngamuk, dia sangat marah…bahkan dia bilang akan mencekik Manthis kalau sampai berani mengganggu Stefani.
Kami saat itu ada di studio dan melihat semuanya, saat Ray marah-marah, bahkan sampai membanting smarthone setelah menonton video pendek kalian itu!” kata Ben lagi.
Terperanjatlah Manthis, terlebih Stefani mengetahui kemurkaan Ray yang tak mereka duga itu.
“Aku sarankan…selama Stefani di Jakarta…jangan sampai Ray tahu kalau Stefani bertemu kamu Manthis!” ucap John lagi.
Ke empatnya kini terdiam, tanpa sadar Stefani malah menyenderkan kepalanya ke bahu Manthis, Ben dan John yang melihat itu hanya mendiamkan.
Kini mereka malah kasihan dengan dua sejoli ini, keduanya juga tahu, sampai saat ini Manthis tak pernah lagi berbuat aneh-aneh, apalagi terhadap perempuan.
Kemudian Ben dan John sengaja meninggalkan Manthis dan Stefani berduaan, mereka paham, pasangan sejoli ini tentu ingin waktu privasi berduaan.
Apalagi Stefani bilang, waktu liburannya kali ini sangat singkat, hanya 10 hari, setelahnya dia akan kembali ke Amsterdam, Belanda.
“Apa tindakan kita sekarang sayang…?” Stefani menatap wajah Manthis.
“Langkah paling bijak…kita ikuti saran Ben dan John, tak perlu kita harus terbuka, takutnya Ray makin marah!”
“Aku heran…apa sih di balik kemurkaan Ka Ray…pasti ada alasan kuat di baliknya, seingatku, Ray tak pernah protektif sejak dulu?” Stefani menatap wajah Manthis, seakan minta kekasihnya ini mencari penyebabnya.
“Iyah…perlu kita selidiki pelan-pelan, kenapa Ray begitu?” guman Manthis.
Sampai jam 11 malam, Stefani akhirnya pulang, dia ternyata bawa sopir, Manthis terpaksa tak jadi mengantar sampai ke parkiran, saat Stefani bilang ada sopir keluarganya menunggu.
Tanpa malu dan ragu lagi Manthis dan Stefani berciuman saat berpisah di dekat pintu keluar kafe.
Ketika kembali ke dalam Ben dan John sudah duduk kembali di kursi tadi, Manthis pun menceritakan soal kenapa Ray sangat marah dengannya.
“Iya, kalau perlu kamu sewa detiktive swasta, kayak dulu Arman membongkar kelakuan Jeje, Vena, Hana dan Gerald!” kata John sambil tertawa.
“Apa tak berlebihan?” sahut Manthis.
“Apa boleh buat, kayaknya tu anak sangat mencintai kamu…!” sambung Ben, akhirnya Manthis pun blak-blakan bilang selama 3 bulan bersama Stefani di Belanda, mereka tak pernah melampaui batas.
“Whatssss…sumpeee lohh?” Ben dan John hampir tak percaya, mengingat reputasi Manthis yang termasuk Don Juan cap biawak kalau soal wanita.
“Samber geledek bareng-bareng juga gue mau!” kata Manthis tertawa.
Manthis akhirnya mengungkapkan Stefani gadis baik-baik dan tak pernah macam-macam dengan lelaki manapun, kecuali hanya sekedar ciuman saja dengan mantan pacarnya dulu.
“Hebattt…salut aku sama ‘Raline Shah’ ini, nahh sekarang gue di posisi Stefani, loe macam-macam, gue hajarr ntar!” kata Ben tertawa sambil acungkan genggam ke wajah Manthis.
“Aku akan menikahi Stefani…!” kagetlah Ben dan John.
“Serius loee, ingat lo yaa, sekarang kamu lagi di puncak karir, ga takut pamor kamu turun?” Manthis langsung menggeleng.
“Aku takut, lama-lama kami sama-sama kebla-blasan, jadi mending Stefani akan kunikahi resmi, lagian inilah cinta sejatiku…aku benar-benar sangat sayang dengan dia!” sahut Manthis.
John langsung terbatuk sambil tertawa.
“Lalu gimana dengan Ray…?” tanya Ben lagi.
“Aku akan bicara langsung dengan Om Alan dan Tante Rani,” tegas Manthis.
“Hmmm…Manthis…ingat masalalu kamu…belum tentu Om Alan dan Tante Rani menerima kamu sebagai mantu mereka!” ucap John lagi.
Diingatkan soal ini, Manthis baru sadar.
“Iya yahh…apa mungkin Om Alan dan Tante Rani merestui aku dan Stefani?” gumam Manthis tanpa sadar.
“Sebagai sahabat…kami tak bisa membantu banyak, karena ini menyangkut pribadi kamu…seandainya saja kamu tak tergelincir dengan video itu, mungkin seluruh keluarga Ray akan menerima kamu dengan tangan terbuka!” Ben lalu menepuk bahu Manthis dan bilang jangan putus harapan.
Manthis lalu teringat ucapan Om Alan saat dulu dia bertemu ketika ortu Stefani ini rujuk, bagaimana dia sangat menyayangi putri satu-satunya dengan Tante Rani ini.
“Om sampai bagi rata harta ini pada Ray, Andre dan Stefani, putriku ini walaupun supel bergaul, tapi dia mempunyai prinsip yang sangat kuat, makanya Om sangat menyayangi dan percaya sekali dengan dia!” kata Om Alan.
*****
BERSAMBUNG
Tiga hari sebelum Stefani balik ke Belanda, Manthis kembali bertemu dengan kekasihnya ini, kembali di kafe milik Ben. Makin tenarnya Manthis di jagat hiburan tanah air, atas saran Ben dan John, keduanya sementara di minta menghindar dulu bertemu di tempat yang bisa membuat heboh, terutama keluarga Stefani. Manthis dengan blak-blakan ingin melamar Stefani, namun saat Manthis bercerita tentang masa lalunya, Stefani ikutan terdiam. “Iya…Stef juga ga berani ngomong Bang…takutnya papah dan mama tak setuju, di tambah lagi Ka Ray marah-marah gitu!” kata Stefani lirih. “Terus apa langkah kita sekarang Stef…?” Manthis menatap wajah Stefani yang terlihat bingung dan galau. “Kita ga usah buru-buru dulu bang…apa boleh buat, lagian hubungan kita juga masih baru, terus abang sekarang sedang sibuk-sibuknya menata karir lagi. Di tambah kuliah Stef juga masih 2 tahunan lagi baru kelar!” Manthis mengangguk dan akhirnya keduanya berpelukan di kafe itu. K
“Tapi aku sengaja tak memberitahu dia, sudahlah, kita pulang yuks, sudah hampir malam ini!” Sanjoto langsung menggendong Bryan. Dia sangat menyayangi anak sambungnya ini dan sejak menikahi Anita, dia sudah akrab dengan Bryan. Sanjoto tidak cemburu, karena sejak awal Anita sudah terbuka, kalau dia dan Manthis sudah lama berpisah dan anak itu walaupun anak biologis Manthis. Tapi Anita bilang kelak kalau Bryan sudah dewasa, dia baru akan memberi tahu anaknya, siapa ayah biologisnya. Anita sendiri saat ini sedang mengandung 1,5 bulan, sehingga perutnya belum begitu keliatan besar. Diam-diam Manthis sangat penasaran dengan Bryan, anak Anita dan Sanjoto itu. “Apakah dia sebelumnya pernah menikah sebelum dengan Sanjoto, karena wajah Bryan tak ada mirip-miripnya dengan Sanjoto?” batin Manthis. Manthis lalu membuka smartphone dan menatap wajah Bryan yang ada di I* Anita, semakin lama dia menatap Manthis makin mengerutkan dahinya, karena
Hingga beberapa bulan kemudian rencana itu tak juga terlaksana, selain jadwal Manthis yang makin padat, dia juga dapat kabar Ray pun memiliki kesibukan yang juga sangat padat. Tapi satu hal yang sering membuat Manthis termenung, apalagi kalau bukan selalu teringat Stefani, dia sudah mencoba melalui Nadu mengontak kekasihnya ini. Tapi Stefani malah hanya titip salam dan bilang ke Nadu agar Manthis lebih baik konsen ke karirnya saja, karena Stefani pun lagi sibuk-sibuknya menyelesaikan kuliahnya di Amsterdam, Belanda. “Bilang ke Bang Manthis…kalau dia memang cinta…tunggu sampai hati Stefani bisa memaafkan kelakuan masa lalunya, tapi kalau dia tak mau bersabar…silahkan cari wanita lain yang lebih baik!” kata Stefani pada Nadu. Manthis hanya bisa menghela nafas mendengar ungkapan Stefani melalui Nadu itu... Sanjoto akhirnya tahu kalau Manthis kini sering ke rumah dan menjemput Bryan, ternyata laki-laki berumur 37 tahun ini sangat dewasa, dia tak k
Satu tahun setengah sudah Stefani dan Manthis tidak berhubungan lagi, gadis cantik yang sangat mirip artis Raline Shah ini kembali pulang liburan ke tanah air, kuliahnya kini tinggal 6 bulanan lagi selesai. Dia berkunjung ke rumah kakaknya, Ray dan Sonia, karena sangat kangen berat dengan tiga keponakannya itu. Saat bercanda dengan Adam, Celina dan yang paling bungsu Rika, Sonia sama sekali tidak bertanya soal Manthis. Begitupun juga Stefani tidak pernah menceritakan soal Manthis pada Sonia, gadis cantik ini terliat fine-fine saja. Ray saat itu tidak berada di rumah, dia sedang sibuk di studionya. Tiba-tiba smartphone Stefani bunyi, saat dia mengangkat ternyata yang menelpon adalah Dewi, teman akrabnya saat SMU dulu, mereka janjian akan bertemu dengan dua kawannya lagi, yakni Vita dan Novi di Mall Plaza Indonesia dan akan nongki di sana. Stefani pun permisi dengan kakak iparnya, setelah dari pagi berada di sana, dia langsung menggeber mobil sp
Setelah menelpon Nadu, kini Manthis duduk kembali di dekat ranjang Stefani, dahi dan lengan kanan gadis ini di plester. Ketika dilihatnya Stefani membuka mata pelan-pelan, Manthis tersenyum menatap wajah kekasihnya ini. “Stef…syukurlah kamu tak kenapa-kenapa!” “Siapa yang bawa aku ke sini…!” Stefani menatap tajam wajah Manthis. Manthis pun pelan-pelan menjelaskan kenapa Stefani sampai terbaring di rumah sakit ini. “Hmmm…ya sudah salah Stef juga, lari ga liat-liat, abang sekarang segera pulang, kasian si Anita istri abang nanti marah kalau masih di sini!” ceplos Stefani sambil memalingkan wajah ke kiri. “Stef…sayangg…apa yang kamu…lii!” suara Manthis terhenti ketika tiba-tiba masuk tiga orang ke kamar perawatan ini, yakni Dewi, Vita dan Novi. Rupanya mereka lebih duluan datang dibandingkan Tante Rani dan Om Alan. “Stefaniiii…oh my goooddd, kenapa kamu bisa gini!” seru Dewi dan langsung mendekati Stefani sambil memegang k
Stefani pun sudah keluar dari rumah sakit setelah makan siang, di jemput Ray dan Sonia, sepanjang jalan Sonia dan Stef terus bercanda, tentu saja topiknya Manthis. Sonia dan Stef kadang berbisik, sehingga Ray yang duduk di depan di samping sopir pribadinya menoleh dengan dahi berkerut. “Ngapain sih bisik-bisik mulu dari tadi, apalagi kalau topiknya sudah si Manthis,” sungut Ray. “Ihh papi ini, namanya orang lama ga ketemuan, wajar donk dikit curhat!” ceplos Sonia. Ray langsung diam, dia paling malas kalau sudah berdebat dengan istrinya ini. Diam-diam Ray sendiri sudah tak mempermasalahkan Stefani kini dekat dengan Manthis, dia juga sudah tahu kalau hubungan Anita dan Manthis kini bak kakak adik. Setelah dia tak sengaja bertemu Manthis dan anaknya Bryan di sebuah Mall di Bandung beberapa yang lalu. Namun tentu saja dia gengsi untuk mengakui itu, saat Sonia bilang tak perlu lagi mengekang Stefani untuk berhubungan dengan Manthis.
“Bagaimana This…maukah kamu menolong aku dan suamiku, membuahi rahimku?” Sheila kini menatap wajah Manthis lekat-lekat. Wanita ini harus mengakui, ia masih sangat sayang dengan mantan kekasihnya ini. Walaupun dulu dia sangat marah dengan kelakuan Manthis yang tega berselingkuh dengan tiga artis sekaligus. Namun dia juga tak sepenuhnya menyalahkan Manthis, karena di saat bersamaan iapun sama, punya kekasih juga di Bali. Artinya dia juga salah, telah berkhianat dengan Manthis. “Sheila…ini sesuatu yang sangat di luar dugaan, jujur saja, sejak aku masuk sel dan keluar dari penjara, sampai kini aku tak pernah lagi berhubungan dengan wanita, dalam artian berhubungan intim!” Sheila langsung kaget. “Whatsss…apakah kamu…!” Sheila tentu saja berpikiran jelek, karena dia tahu, sudah bukan hal yang aneh lagi, banyak laki-laki berbadan bagus dan wajah glowinhg seperti Manthis, orientasinya sudah berbeda, seperti mantan suami pertamanya dulu. “Janga
Setelah mandi berbilas lagi, Manthis pun vidcal dengan Stefani, cukup lama juga dia saling bercanda dengan kekasihnya ini. Saling kangen dan sayang terucapa dari bibir kedua orang yang di mabuk cinta ini. Kadang Stefani menggoda Manthis dengan tubuh polosnya saja sambil berbaring di ranjang. Tentu saja ulah Stefani membuat Manthis senewen bukan main. “Awass ya kalau udah jadi bini abang kelak!” Stefani terbahak menertawakan ucapan kekasihnya. setelah puas ber vidcalan Manthis pun hampir terlelap, lalu terbangun lagi kala kamarnya berdering, dia mikir pasti Sheila yang datang. Saat pintu terbuka, alangkah kagetnya Manthis karena Katryn sudah berdiri di depan kamar, dengan hanya celana pendek dan baju kaos yang agak lebar, tapi wajah bulenya tetap cantik dan terlihat manis. “Ga ganggu kan…wawww matanya merah, jangan-jangan tadi terlelap!” Katryn langsung saja nyelonong masuk kamar. “Waduhh Katryn, ntar ketahuan Bang Andrew, abang jadi ga
James tertawa sambil mengangguk, sambil jalan menuju mushalla yang ada di cottage itu, James bercerita kalau dia sudah tertarik mualaf sejak 10 tahunan yang lalu, tapi mantap mualaf 3 tahunan yang lalu setelah melihat orang rame sholat Idul Fitri dan COVID-19 merebak, di mana harus cuci tangan dan kaki yang bersih, sehingga James pun memantapkan hatinya. Ternyata Sheila, ibunya sangat mendukung, termasuk Andrew, ayah sambungnya, apalagi James sudah dewasa dan tentu sudah matang berpikir. James kini setiap hari melihat Kania syuting dan setelah syuting keduanya sering jalan berdua, hingga tak terasa syuting 5 harian kelar dan Kania harus bersiap pulang kembali ke Jakarta. James yang bersikap dewasa kaget saat Kania mengatakan kini banyak menerima job film, sehingga sering meninggalkan rumah. James pun memberi nasehat ke wanita jelita yang makin matang ini, agar jangan lagi ambil semua job film atau iklan. “Kasian Aji, dia butuh kamu Kania, apalagi ini masa-masa perkembangan dia!”
“Tak apa Mas Rafsa…nama saya Tikno, saya malah tak mengira malam ini bisa melihat langsung acara hebat ini, tak bakal saya lupakan seumur hidup, selamat yaa buat Mas Rafsa dan Mba Stella, moga secepatnya menikah dan punya anak-anak yang tak kalah ganteng dan cantik seperti papa dan ibunya ini!”Rafsa lalu memanggil Tarot sopir pribadinya, dan minta diambilkan tas kecil, tak sampai 10 menitan Tarot balik lagi, Rafsa lalu mengambil selembar cek, yang sudah bertuliskan angka uangnya di sana.“Pa Tikno, saya tak bawa uang cash, ini selembar cek sebesar 50 juta, bisa bapak uangkan kapan saja, bawa saja ke bank yaang tertera di cek itu…!” Tikno hampir terlonjak kaget, tak mengira akan dapat cek senilai fantastis bagi ukurannya. Tapi bagi Rafsa itu angka yang sangat kecil.Setelah menyalami Rafsa sampai tangannya dan juga tangan Stella di cium, lalu Rafsa mengenalkan ke ayah bundanya, Tikno sampai minta foto selfie, karena dia meng
Setelah adegan romantis itu selesai di putar, di mana Rafsa terlihat mencium dahi Stella, Mami Stefani tersenyum dan terlihat puas.Dia tak memperdulikan bagaimana dua sejoli itu saling lirik dengan wajah bak udang rebus, malu tak terkira, kenapa sampai di putar adegan itu dan di tonton ratusan orang, suara suit-suit terdengar, hingga kedua sejoli ini makin malu.Rafsa dan Stella tak menyangka kalau ada yang diam-diam merekam dan saat ini di tatap ratusan undangan.Kini semuanya butuh jawaban, apa maksud di putarnya adegan romantis itu, di acara ultah sang crazy tampan ini.“Nahh para undangan semua…malam ini saya ingin mengumumkan, di ultah Rafsa De Jong yang ke 27 tahun, dia akan kami tunangkan dengan kekasihnya yang ada di sampingnya ini dan pernikahan pun akan segera di gelar secepatnya!”Maka riuhlah semuanya, tak mengira kalau dua sejoli itu malam ini akan bertunangan. Banyak yang kaget, terutama keluarga Manthis de Jong, k
Di tata dengan sangat mewah, membuat semua tamu undangan yang terlihat berjalan menyingkir kaget, tak mengira ada motor nyelonong masuk ke rumah ini.Bagaimana tak kaget, kenapa ada motor ojek daring bisa nyelonong masuk ke rumah mewah dan eksklusife ini, ini sama dengan cari penyakit.Tapi saat melihat Rafsa di boncengan motor online itu semua tertawa, mereka kini mulai bercanda, kalau di crazy rich tampan itu sedang bikin sebuah pesta kejutan.“Dasarrrr, si crazy rich ternyata yang bikin ulah, ada-ada saja kejutan di ultahnya kali ini, tapi aseek juga nih, jadi penasaran, apalagi kejutan yang akan dia buat!” ungkap tamu-tamu berpakaian perlente dan juga para ART yang terlihat sibuk hilir mudik melayani tamu-tamu undangan.Motor ojek online berhenti tepat di tengah-tengah taman dan tak jauh dari panggung kecil yang di tata sedemikian rupa, sehingga Rafsa sukses menjadi pusat perhatian, semua kaget hingga terdiam, termasuk pemain musik, tak me
Desy pun melayani dengan baik Stella dan Rafsa, Stella tanpa sungkan kembali mengajak Desy bercakap-cakap dan bilang jodoh banget ketemu lagi dengan pramugari cantik ini.Rafsa hanya tersenyum melihat calon istrinya ini bercakap akrab dengan Desy. Keramah tamahan Stella membuat Desy kagum dan makin hormat pada Stella yang dianggapnya wanita berkelas yang sangat ramah.Sebagai pramugari, Stella bisa menilai penumpang-penumpang nya yang tajir melintir, ataupun pura-pura tajir.Desy hapal semuanya, sehingga rasa hormatnya langsung tinggi pada Stella, termasuk Rafsa yang terlihat cool serta tak genit dan tetap bersikap wajar.Sesampainya di bandara, keduanya berpisah, Rafsa langsung pulang ke rumah, saat Rafsa ingin mengantarnya pulang, Stella langsung tertawa dan bilang mending Rafsa segera menemui ke tiga orang tuanya untuk melamarnya segera.“Ingat jangan kelamaan atau calon ibu anak-anakmu ini akan di lamar orang lain!” kelakar Stella d
Stella lalu turun dari panggung kecil dan berjalan perlahan menuju Rafsa yang sedang berdiri dan merentangkan tangan bersiap memeluk gadis yang sudah meruntuhkan hatinya ini.Stella lalu memeluk pemuda ini, tepuk tangan makin membahana, saat tubuh bak model ini tenggelam dalam pelukan pemuda tampan bertubuh atletis ini.“I Love so much…!” bisik Rafsa.“Love youu to…!” bisik Stella.Stella merenggangkan pelukan dan menatap wajah Rafsa yang tersenyum kecil dan terlihat mata pemuda itu agak berkaca-kaca, terharu cintanya tak lagi bertepuk sebelah tangan.Mereka tak sadar kelakuan mereka masih disaksikan puluhan pengunjung yang terus bertepuk tangan dan diam-diam ada yang merekam adegan romantis ini dan hanay hitungan menit tersebar di media sosial dan tentu saja ada yang kaget melihat adegan romantis ini, siapa lagi kalau bukan Mami Stefani dan Mami Gerald, yang mengirimkan rekaman itu ternyata Kiki, kakakny
“Heiii tomboy, dengarin yaa, tiga bulan lagi aku dan Rina akan menikah!” sahut Sohai.“Apaa…kapan kalian jadian, setahuku kamu kan suka gonta ganti pacar ngikutin gaya sahabat elo si Rafsa, kok bisa-bisanya akan menikah dengan sahabatku, jangan-jangan kamu pelet yaa?” ceplos Stella yang tentu saja kaget, tak menyangka dua sahabatnya ini malah akan menikah, padahal tak terdengar pacaran.“Sembarangan mana ada pake pelet, namanya juga jodoh tomboiiii, pokoknya pas resepsi kamu wajib hadir yaa, awas kalau nggak datang, gua coret lo jadi sahabat bini gua ini!” sahut Sohai cengengesan, bahkan dia langsung mencium pipi Rina.“Ehhh sahabat elo si Rafsa dah tahu belum..?”“Tau donkk, dia sama kayak kamu, kaget, tapi setelahnya janji akan datang ke pernikahan dan resepsi kami, dia malah mau ngasih kado rumah lohh, nggak rugi gua punya sahabat he-he-he!” ceplos Sohai lagi, Rina hanya tertawa saja me
Rafsa masih terdiam dan menatap pintu itu dengan nanar, tanpa Rafsa sadari, Stella bersandar pada dinding pintu tersebut, dia tersenyum sendiri.Ia lalu berlari ke kasur dan langsung memvidcal sahabatnya Rina yang berada di Jakarta.“Benarann….kalian se hotel yaa di Singapura, jangan-jangan udah belah duren nihh!” sahut Rina sambil tertawa berderai di vidcal itu.“Enakk ajee, gue bukan elo kalee, gue masih ingat lah, ga bakalan mau gue pecah sebelum menikah!”“So…kapan nihh kalian nikah, kan tadi kamu bilang barusan di lamar!”“Ntar ajahh, biarkan dia makin cinta!”“Eitttsss….hati-hati ntar nangis bombaiiii lagi kalau Rafsa dengan yang lain, udah kalian cepat-cepat pulang dan segera menikah, bereskan!”“Tenang ajahh, biarkan Rafsa terus mengejarku…aku hanya ingin menyakinkan hati, anggap tes buat dia!”“Lhaaa pakeee tes seg
“Hmmm…kalau nggak enak pesananku ini, ya udah sono kamu pesan sendiri, biar pelan-pelan aku makan ini, songong amat sihh, makanan enak gini dibilang tak enak!” sungut Stella sambil mengaut sayuran, Stella memang agak vegetarian, sehingga badannya tetap langsing bak model dan mengeluarkan aroma yang harum, dan tadi sempat membuat pemuda di depannya ini makin senewen di buatnya.“Pemarah banget sihh…tau nggak kenapa tak enak!”Stella langsung mengangkat wajahnya. “Iya kenapa tak enak?”“Karena kemanisan wajah kamu hilang, hingga makanan ini hambar…senyum donk, dan ceria, masa kita makan diam-diaman ajee?”“Anjriittt…gue di gombalinnn, basiiii tauuu!” kini Stella terbahak. Rafsa kini tertawa kecil.Stella langsung mengambil ampal daging bulat dan melemparkan ke wajah Rafsa, tapi luput, karena Rafsa mampu menghindar.“Kamu memang buaya cap biawak, hampi