Selama semingguan Stefani dan Manthis memanfaatkan waktu untuk jalan-jalan menyusuri Kota Amsterdam. Salju yang turun tipis membuat keduanya selalu mengenakan jas tebal dan topi serta sarung tangan plus sepatu boot, agar tidak terlalu dingin.
Kadang Stefani keluar manjanya, namun Manthis tetap menganggap Stefani bak adik yang harus di jaga dan di sayang. Tanpa di sadari keduanya, api asmara sudah mulai menerpa, setelah satu bulan penuh bersama.
Manthis pun memperpanjang liburannya hingga dua bulan ke depan, kini mereka selalu memanfaatkan waktu untuk jalan-jalan ke kota-kota lainnya seperti Rotterdam, Leiden, Utrecht, Maastricht, hingga ke ibukota Belanda, Den Haag.
Walaupun mereka selalu tidur di kamar dan ranjang yang sama, namun selama itu pula Manthis dan Stefani tak pernah lebih dari sekedar berpelukan ataupun hanya sekedar ciuman di dahi, tanda sayang kakak pada adiknya.
Stefani pun kembali aktif kuliah, Manthis memanfaatkan waktu untuk mencipta lagu dan diapun mencoba mengeluarkan single pertamanya sebagai penyanyi solo karir. Hanya dengan iringan piano diapun menyanyikan lagu dengan tema sayang kakak pada seorang adiknya, melebihi sayang pada seorang kekasih.
Uniknya Stefani merekam itu semua, saat Manthis bernyanyi di depan piano, dengan baju dan pakaian yang sangat rapi. Gaya Manthis ini jauh berbeda dengan saat dia bersama The Stollen’s yang kadang semau gue saja.
Stefani ternyata punya bakat jadi seorang cameramen dan juga editor, sebelum di upload ke youtube, Stefani menambahkan cuplikan-cuplikan Manthis saat jalan-jalan ke beberapa kota di Belanda, tentu saja itu hasil rekaman yang dilakukan Stefani dengan ponsel canggihnya.
Lagu dalam Bahasa Inggris itu diberi judul ‘Love in Dear’, lagu ini tentu saja sangat beda dengan lagu saat Manthis bersama The Stollen’s, karena lagu ini benar-benar lagu pop yang mendayu-dayu.
Begitu di upload pertama kali di youtube di vlog Manthis de Jong, secara tak terduga lagu itu langsung di tonton hingga 700 ribu orang dalam waktu hanya 1 hari.
Subcriber Manthis de Jong pun mencatatkan rekor, yakni mencapai 25.000 orang satu hari, yang like mencapai 50 ribu orang dan unlike hanya 500 orang.
Stefani sampai berjingkrak-jingkrak kesenangan melihat lagu single Manthis begitu bomming dan rata-rata hampir 75% yang like dan subscriber dari Indonesia, sisanya dari luar negeri.
Angka itu terus bertambah, seiring baru satu hari di tayangkan, sehingga sudah bisa dipastikan tambang cuan Manthis akan mulai menuai hasil yang tak sedikit dari tayangan itu.
Nadu langsung menelpon dari Jakarta dan menyebutkan ratusan endorse sedang menunggu kepulangan Manthis dari Belanda untuk jalin kerjasama.
Bahkan ada produser sinetron dan produser film yang menawar lagu itu untuk di jadikan soundtrack, dengan catatan Manthis kelak harus tampil sebagai bintang tamu, dengan bayaran yang fantastis.
Tiga hari kemudian, Manthis dan Stefani sudah santai di sebuah kafe di Amsterdam.
“Hmm…apa nih bonus buat Stefani?” kata gadis itu saat keduanya kini duduk berhadapan di kafe tersebut.
“Sebutkan saja…takutnya kalau abang sebutin Stefani sudah mempunyai itu semua!” sahut Manthis sambil memandang wajah gadis ini.
“Ehmm…apa yahh…Stef mikir-mikir dulu?” Stefani memandang wajah tampan Manthis dan keduanya sama-sama saling memandang, tapi keduanya terlihat sama-sama masih gengsi dan menahan diri untuk memulai duluan siapa yang menyatakan cinta.
Selama hampir 2,5 setengah bulan keduanya selalu bersama. Manthis saat ini justru sedang mengingat-ingat wajah Stefani ini mirip artis…Raline Shah.
“Ahhh iyaaa…Raline Shah…!” Manthis tiba-tiba menepuk jidatnya sendiri.
“Ihh kenapa kamu bang, kok tepuk jidat sendiri?” Stefani tentu saja heran melihat kelakuan Manthis begitu.
“Ga…abang jadi ingat…wajah kamu itu lohh!”
“Lohh kenapa dengan wajahku bang?” Stefani makin bingung. Manthis malah tersenyum, dia lalu menowel bibir gadis ini.
“Kamu sadar ga, wajah kamu itu cantik, mirip sekali dengan mantan Putri Indonesia Tahun 2008, Raline Shah!”
“Huuuu…kirain apahhh….hmmm jangan-jangannnn…?” wajah Stefani terlihat kurang senang, kentara sekali ada nada cemburu dari ucapannya itu.
“Tuuu kann…abang ga ada apa-apa dengan artis itu, kenal dekat ajah kagak!” sahut Manthis cepat.
Wajah Stefani langsung ceria, dia percaya Manthis tak punya wanita special semenjak keluar dari sel dan kini malah dekat dengan dia.
Tiba-tiba telpon Stefani berbunyi, saat dia melihat yang memanggilnya, diapun kaget karena yang menelpon adalah Ray, kakaknya.
“Tumben Ka Ray nelpon!” kata Stefani sambil memperlihatkan pada Manthis.
“Angkat saja!” kata Manthis, Stefani mengangguk.
“Halo, Ka Ray…tumben nelpon?”
“Stef, kamu lagi di mana?” suara Ray terdengar, speakernya sengaja di buka Stefani.
“Di kafe depan apartemen, kenapa emank Ka?”
“Kamu sama siapa?”
“Sama teman di kampus lah, kenapa sih kok tanya-tanya gitu, dulu-dulu ga pernah nanya?”
“Si Manthis sekarang ada di Belanda kan, kamu ketemu dia ga?”
“Ga lah…kenapa kalau ketemuan Ka?” Stefani sampai menatap wajah Manthis, bingung sendiri.
“Gapapa…mending ga usah ketemuan yaa?”
“Kok ga boleh, bang Manthis kan kayak kakak sendiri ajah bagi Stefani?”
“Pokoknya kakak melarang kamu ketemuan dia…ga usah tanya apa alasannya!” tegas Ray.
“Kok…ga boo…!” klik, telpon terputus. Manthis langsung menarik nafas panjang, dia juga sama bingungnya dengan Stefani, kenapa kini Ray melarang dia bergaul dengan Stefani.
“Aneh yaaa…kok Ka Ray gitu, ada masalah apa abang sama dia?” Stefani menatap wajah Manthis.
“Abang pun juga merasa aneh Stef…ntahlah…mungkin Bang Ray masih marah dengan Abang, yang dianggap menghancurkan The Stollen’s di saat lagi jaya-jayanya!” suara Manthis terdengar pelan.
“Hmmm…bisa jadi…tapi kenapa malah Stefani diikutkan masalah abang dengan dia yahh…anehh banget!” kata Stefani lirih.
Manthis kemudian tersenyum, dia lalu meraih dagu Stefani dan mengecup dahi gadis ini.
“Sudahlah ga usah dipikirkan, lambat laun Ray akan berubah kok, abang yakin itu. Karena abang tahu dia itu pada dasarnya baik sama siapa saja!” Manthis menenangkan Stefani yang kini terlihat galau.
“Minggu depan abang pulang ke Jakarta kan…?” Stefani mengalihkan pembicaraan, Manthis langsung mengangguk.
“Ga terasa yaa…waktu cepat banget berlalu, Abang udah 2,5 bulan lebih di sini…tahu-tahu minggu depan akan pulang kembali ke tanah air!” suara Stefani terdengar agak serak.
Kalau mau jujur, Manthis pun berat meninggalkan Stefani di sini, tapi dia banyak pekerjaan di tanah air dan juga ucapan Ray barusan membuat dia tak enak hati berlama-lama di Belanda.
Untungnya Manthis selama di penjara dan tak punya penghasilan, karena otomatis royalty masuk semua ke manejemen The Stollen’s, mempunyai tabungan jumbo.
Anita lah yang dulu selalu mengingatkan, agar Manthis harus menabung atau ber investasi, karena dunia artis itu ada masanya suram.
Lama keduanya terdiam sambil melihat perahu-perahu wisatawan yang lalu lalang di canal yang terdapat di depan kafe, yang kini mereka jadikan tempat santai di tengah hujan salju yang makin tebal.
Semenjak hari itu, hubungan Manthis dan Stefani justru makin dekat, Manthis bahkan rela menunggui gadis ini saat kuliah, lalu mereka jalan-jalan memanfaatkan waktu, karena sebentar lagi Manthis akan kembali ke Jakarta.
Sehari sebelum pulang ke Jakarta, Manthis dan Stefani kembali ke pub yang dulu pernah mendaulat Manthis nyanyi hingga 4 lagu.
Laodrik ternyata masih ingat dengan Manthis dan Stefani, dia langsung menyambut keduanya dan sebelum Laodrik tampil dengan bandnya mereka ngobrol santai.
Barulah Laodrik kaget kala Manthis terbuka siapa dia sebenarnya.
“Pantess, kamu nyanyinya sangat professional, ternyata kamu penyanyi di Indonesia dan pernah punya band terkenal di sana!” puji Laodrik.
Laodrik juga mengaku sudah melihat penampilan Manthis di youtube, dan tanpa di duga minta Manthis menyanyikan lagu itu nanti di panggung.
Sejak di tayangkan seminggu lalu, kini sudah hampir 45 juta kali di tonton, subcriber pun sudah mencapai 5 juta orang, tentu ini sebuah prestasi yang sangat luar biasa bagi seorang Manthis.
Begitu pengunjung sudah mulai rame, Manthis pun tampil di depan piano yang sengaja di taruh di tengah panggung.
Manthis menyanyikan lagu itu dengan penghayatan yang sangat dalam, dia terus menatap wajah Stefani yang menonton dia dengan perasaan bermacam-macam. Usai menyanyikan lagu itu, tepuk tangan pun membahana.
Tak cukup hanya lagu itu, Manthis berturut-turut menyanyikan lagu Beautiful in White dari Shane Filan-Westlife, serta When You Say Nothing At All milik Ronan Keating.
Suara Manthis yang melengking tinggi membuat semua pengunjung applus tak henti-hentinya.
Band Laodrik dan kawan-kawannya juga benar-benar sempurna mengiringi lagu yang dinyanyikan Manthis sambil memencet tuts piano.
Dan terakhir Manthis meminta Stefani naik panggung dan dia pun duet dengan gadis ini menyanyikan lagu Something Stupid yang di daur ulang Robbie Williams dan Nicole Kidman.
Stefani tanpa ragu memeluk tubuh Manthis dari belakang, saat Manthis aseek memencet tuts piano, semua penonton seakan terbawa dengan kemesraan Stefani dan Manthis ini. Banyak yang mengabadikan dan memvideo aksi keduanya tersebut.
Suara lembut Stefani, berpadu dengan suara merdu Manthis, diitambah petikan gitar yang sangat pas sekali di bawakan band Laodrik dan kawan-kawannya.
Sampai-sampai sang gitaris mengedipkan mata pada Manthis agar sengaja memanjangkan durasi lagu ini, dari 3,20 menit menjadi hampir 10 menitan.
Di sela-sela lagu, Manthis dan Stefani bahkan berdansa santai, di mana intro gitaris sengaja memelodikan dengan sangat sempurna.
Dansa Manthis dan Stefani diikuti hampir 50 pasangan lainnya di lantai pub itu, sehingga suasana makin romantic sangat terasa sekali di pub itu.
Stefani tanpa ragu terus memeluk erat tubuh kekar dan jangkung Manthis. Tinggi Stefani yang 177 dan sepatu bootnya yang bertinggi hampir 7 centimeteran membuat keduanya sangat serasi, tinggi mereka kini hampir sama.
Ketika Manthis dan Stefani ingin turun sambil bergandengan tangan, semua penonton langsung meminta keduanya kembali ke panggung dan meminta kembali bernyanyi, kali ini lagu milik Ed Sheeren lagi, berjudul Perpect.
Stefani ternyata diam-diam mempunyai suara yang sangat merdu, dia mampu mengimbangi suara Manthis saat kembali melantunkan lagu yang dulu sangat popular dan kini di nyanyikan keduanya secara duet.
Stefani bahkan tanpa ragu sering berimprovisasi yang mengundang decak kagum semua pengunjung pub.
Di akhir lagu, Stefani kaget sekaligus bahagia, tanpa di duga Manthis memeluknya dan mendaratkan ciumannya ke bibir dan mereka sampai berpelukan begitu lama diiringi intro gitar.
Setelahnya keduanya saling bertatapan sambil tersenyum, tak perlu lagi kata-kata apapun, pandangan mata, sikap dan pelukan serta ciuman tadi sudah mengungkapkan, kalau keduanya sudah terbit benih-benih cinta.
Manthis dan Stefani pun turun dari panggung sambil melambaikan tangan dan kini keduanya duduk saling berdekatan dan akhirnya berpelukan di Pub Amster itu.
Perpisahan pun tak terelakan, karena Manthis harus pulang ke tanah air, sejak tiba di Bandara Internasional Schiphol, Amsterdam. Stefani selalu memeluk Manthis, kedua orang yang sedang di landa cinta ini tak memperhatikan perhatian ratusan orang yang iri melihat kemesraan keduanya.
Begitu pengumuman masuk ruang keberangkatan, Stefani terus memeluk erat tubuh Manthis.
“Jangan lupakan Stef ya bang…?” mata Stefani terlihat berkaca-kaca, gadis yang sangat mirip Raline Shah yang biasa ceria ini benar-benar berat berpisah dengan Manthis. Manthis langsung menggeleng kepalanya, dia lalu memindakan kacamata warna coklat Stefani dan menaruhnya di dahi gadis itu.
Manthis pun mengecup bibir Stefani. “Abang akan selalu ingat kamu, jaga diri selama kuliah di sini yaa!” Stefani langsung menganggukan kepala.
Begitu masuk ruang keberangkatan, Manthis pun melambaikan tangan, tiba-tiba Stefani berlari dan Manthis langsung menyongsongnya kembali.
Adegan mirip di film pun tersaji, ratusan penumpang yang melihat pasangan ini kembali berpelukan langsung memvideokan adegan itu melalui ponselnya.
Setelah semua penumpang kini masuk dan tinggal Manthis saja lagi, keduapun melepaskan pelukan, Ray memasang kacamata hitamnya dan tersenyum pada Stefani lalu diapun berbalik cepat dan masuk ke dalam ruang keberangkatan serta langsung menuju pintu pesawat Garuda Indonesia yang akan membawa dia kembali ke tanah air.
Manthis tahu Stefani beberapa kali menghapus airmatanya, seakan tak ingin berpisah, tapi diapun tak mungkin bertahan lebih lama lagi di Belanda.
Selama di Belanda, Manthis tersenyum mengingat kenangan manisnya bersama Stefani yang tak akan dia lupakan seumur hidup.
Inilah cinta dari hati, tanpa nafsu sama sekali, walaupun selama tiga bulan mereka tidur bersama, tapi tak sekalipun Manthis dan Stefani melampaui batas.
Walaupun terkadang mereka sempat sama-sama tak tahan, namun Manthis ingat kembali pengalamannya yang lalu-lalu, ia lalu merapikan pakaian Stefani dan mereka berpelukan kembali sambil sama-sama tersenyum bahagia.
Dalam pesawat dan di kursi VIP, Manthis akhirnya bisa memejamkan mata, karena perjalanan lumayan lama, yakni 14,5 jam.
Di Apartemen, Stefani kini hanya bisa memandang foto dan video kebahagian mereka saat selalu bersama-sama selama 3 bulan.
Saat dia melihat video ketika mereka berduet di panggung di Pub Amstel yang sengaja dikirimkan Laodrik melalui WA, ia tersenyum sendiri saat Manthis memeluk dan menciumnya di akhir lagu, dan dia juga melihat gerak bibir Manthis yang mengucapkan I Love You.
“I love too…!” ucap Stefani tanpa sadar, gadis ini kini tak sabar menunggu liburan semester yang masih 3 bulanan lagi, rasanya waktu 3 bulanan sama dengan 3 tahun, itu sangat lama.
Dia sudah ingin kembali ke Jakarta menemui Manthis kekasihnya…ya kini Manthis adalah kekasihnya.
Mereka telah resmi berpacaran, kini ada cincin manis bertahtakan berlian yang melingkar di jari manis Stefani, itulah hadiah yang dibelikan Manthis dua hari sebelum dia pulang ke Jakarta…!
*****
BERSAMBUNG
Rakyat kita punya kebiasaan, gampang menghujat, tapi gampang pula melupakan, begitu juga yang menimpa Manthis de Jong.3,5 tahun yang lalu dia luar biasa di hujat dan di bully, Manthis di sebut penjahat wanita dan ‘Don Juan cap biawak’.Kini hujatan dan bullyan itu menghilang berganti dengan pujian dan juga sanjungan, ketika Manthis kembali merilis single kedua dan ketiganya sekaligus yakni, “Ketika Cinta Harus Bersabar’ dan ‘Akankah Berakhir Bahagia’ semua lagu itu bersumber dari inspirasi hubungannya dengann Stefani.Uniknya, dua lagu itu di bantu dua sohibnya, Ben dan John, single ini sekaligus menandakan Manthis makin mantap bersolo karir.Dua bulan sejak pulang dari Belanda, tawaran show berdatangan ke Manthis, dan dia pun sibuk membagi jadwal, endorse-endorse yang 4 tahunan lalu menjauh, kini kembali antri meminta tanda tangan Manthis.Bahkan lagunya Love and Dear telah di jadikan sountrack sekaligus judul
Tiga hari sebelum Stefani balik ke Belanda, Manthis kembali bertemu dengan kekasihnya ini, kembali di kafe milik Ben. Makin tenarnya Manthis di jagat hiburan tanah air, atas saran Ben dan John, keduanya sementara di minta menghindar dulu bertemu di tempat yang bisa membuat heboh, terutama keluarga Stefani. Manthis dengan blak-blakan ingin melamar Stefani, namun saat Manthis bercerita tentang masa lalunya, Stefani ikutan terdiam. “Iya…Stef juga ga berani ngomong Bang…takutnya papah dan mama tak setuju, di tambah lagi Ka Ray marah-marah gitu!” kata Stefani lirih. “Terus apa langkah kita sekarang Stef…?” Manthis menatap wajah Stefani yang terlihat bingung dan galau. “Kita ga usah buru-buru dulu bang…apa boleh buat, lagian hubungan kita juga masih baru, terus abang sekarang sedang sibuk-sibuknya menata karir lagi. Di tambah kuliah Stef juga masih 2 tahunan lagi baru kelar!” Manthis mengangguk dan akhirnya keduanya berpelukan di kafe itu. K
“Tapi aku sengaja tak memberitahu dia, sudahlah, kita pulang yuks, sudah hampir malam ini!” Sanjoto langsung menggendong Bryan. Dia sangat menyayangi anak sambungnya ini dan sejak menikahi Anita, dia sudah akrab dengan Bryan. Sanjoto tidak cemburu, karena sejak awal Anita sudah terbuka, kalau dia dan Manthis sudah lama berpisah dan anak itu walaupun anak biologis Manthis. Tapi Anita bilang kelak kalau Bryan sudah dewasa, dia baru akan memberi tahu anaknya, siapa ayah biologisnya. Anita sendiri saat ini sedang mengandung 1,5 bulan, sehingga perutnya belum begitu keliatan besar. Diam-diam Manthis sangat penasaran dengan Bryan, anak Anita dan Sanjoto itu. “Apakah dia sebelumnya pernah menikah sebelum dengan Sanjoto, karena wajah Bryan tak ada mirip-miripnya dengan Sanjoto?” batin Manthis. Manthis lalu membuka smartphone dan menatap wajah Bryan yang ada di I* Anita, semakin lama dia menatap Manthis makin mengerutkan dahinya, karena
Hingga beberapa bulan kemudian rencana itu tak juga terlaksana, selain jadwal Manthis yang makin padat, dia juga dapat kabar Ray pun memiliki kesibukan yang juga sangat padat. Tapi satu hal yang sering membuat Manthis termenung, apalagi kalau bukan selalu teringat Stefani, dia sudah mencoba melalui Nadu mengontak kekasihnya ini. Tapi Stefani malah hanya titip salam dan bilang ke Nadu agar Manthis lebih baik konsen ke karirnya saja, karena Stefani pun lagi sibuk-sibuknya menyelesaikan kuliahnya di Amsterdam, Belanda. “Bilang ke Bang Manthis…kalau dia memang cinta…tunggu sampai hati Stefani bisa memaafkan kelakuan masa lalunya, tapi kalau dia tak mau bersabar…silahkan cari wanita lain yang lebih baik!” kata Stefani pada Nadu. Manthis hanya bisa menghela nafas mendengar ungkapan Stefani melalui Nadu itu... Sanjoto akhirnya tahu kalau Manthis kini sering ke rumah dan menjemput Bryan, ternyata laki-laki berumur 37 tahun ini sangat dewasa, dia tak k
Satu tahun setengah sudah Stefani dan Manthis tidak berhubungan lagi, gadis cantik yang sangat mirip artis Raline Shah ini kembali pulang liburan ke tanah air, kuliahnya kini tinggal 6 bulanan lagi selesai. Dia berkunjung ke rumah kakaknya, Ray dan Sonia, karena sangat kangen berat dengan tiga keponakannya itu. Saat bercanda dengan Adam, Celina dan yang paling bungsu Rika, Sonia sama sekali tidak bertanya soal Manthis. Begitupun juga Stefani tidak pernah menceritakan soal Manthis pada Sonia, gadis cantik ini terliat fine-fine saja. Ray saat itu tidak berada di rumah, dia sedang sibuk di studionya. Tiba-tiba smartphone Stefani bunyi, saat dia mengangkat ternyata yang menelpon adalah Dewi, teman akrabnya saat SMU dulu, mereka janjian akan bertemu dengan dua kawannya lagi, yakni Vita dan Novi di Mall Plaza Indonesia dan akan nongki di sana. Stefani pun permisi dengan kakak iparnya, setelah dari pagi berada di sana, dia langsung menggeber mobil sp
Setelah menelpon Nadu, kini Manthis duduk kembali di dekat ranjang Stefani, dahi dan lengan kanan gadis ini di plester. Ketika dilihatnya Stefani membuka mata pelan-pelan, Manthis tersenyum menatap wajah kekasihnya ini. “Stef…syukurlah kamu tak kenapa-kenapa!” “Siapa yang bawa aku ke sini…!” Stefani menatap tajam wajah Manthis. Manthis pun pelan-pelan menjelaskan kenapa Stefani sampai terbaring di rumah sakit ini. “Hmmm…ya sudah salah Stef juga, lari ga liat-liat, abang sekarang segera pulang, kasian si Anita istri abang nanti marah kalau masih di sini!” ceplos Stefani sambil memalingkan wajah ke kiri. “Stef…sayangg…apa yang kamu…lii!” suara Manthis terhenti ketika tiba-tiba masuk tiga orang ke kamar perawatan ini, yakni Dewi, Vita dan Novi. Rupanya mereka lebih duluan datang dibandingkan Tante Rani dan Om Alan. “Stefaniiii…oh my goooddd, kenapa kamu bisa gini!” seru Dewi dan langsung mendekati Stefani sambil memegang k
Stefani pun sudah keluar dari rumah sakit setelah makan siang, di jemput Ray dan Sonia, sepanjang jalan Sonia dan Stef terus bercanda, tentu saja topiknya Manthis. Sonia dan Stef kadang berbisik, sehingga Ray yang duduk di depan di samping sopir pribadinya menoleh dengan dahi berkerut. “Ngapain sih bisik-bisik mulu dari tadi, apalagi kalau topiknya sudah si Manthis,” sungut Ray. “Ihh papi ini, namanya orang lama ga ketemuan, wajar donk dikit curhat!” ceplos Sonia. Ray langsung diam, dia paling malas kalau sudah berdebat dengan istrinya ini. Diam-diam Ray sendiri sudah tak mempermasalahkan Stefani kini dekat dengan Manthis, dia juga sudah tahu kalau hubungan Anita dan Manthis kini bak kakak adik. Setelah dia tak sengaja bertemu Manthis dan anaknya Bryan di sebuah Mall di Bandung beberapa yang lalu. Namun tentu saja dia gengsi untuk mengakui itu, saat Sonia bilang tak perlu lagi mengekang Stefani untuk berhubungan dengan Manthis.
“Bagaimana This…maukah kamu menolong aku dan suamiku, membuahi rahimku?” Sheila kini menatap wajah Manthis lekat-lekat. Wanita ini harus mengakui, ia masih sangat sayang dengan mantan kekasihnya ini. Walaupun dulu dia sangat marah dengan kelakuan Manthis yang tega berselingkuh dengan tiga artis sekaligus. Namun dia juga tak sepenuhnya menyalahkan Manthis, karena di saat bersamaan iapun sama, punya kekasih juga di Bali. Artinya dia juga salah, telah berkhianat dengan Manthis. “Sheila…ini sesuatu yang sangat di luar dugaan, jujur saja, sejak aku masuk sel dan keluar dari penjara, sampai kini aku tak pernah lagi berhubungan dengan wanita, dalam artian berhubungan intim!” Sheila langsung kaget. “Whatsss…apakah kamu…!” Sheila tentu saja berpikiran jelek, karena dia tahu, sudah bukan hal yang aneh lagi, banyak laki-laki berbadan bagus dan wajah glowinhg seperti Manthis, orientasinya sudah berbeda, seperti mantan suami pertamanya dulu. “Janga
James tertawa sambil mengangguk, sambil jalan menuju mushalla yang ada di cottage itu, James bercerita kalau dia sudah tertarik mualaf sejak 10 tahunan yang lalu, tapi mantap mualaf 3 tahunan yang lalu setelah melihat orang rame sholat Idul Fitri dan COVID-19 merebak, di mana harus cuci tangan dan kaki yang bersih, sehingga James pun memantapkan hatinya. Ternyata Sheila, ibunya sangat mendukung, termasuk Andrew, ayah sambungnya, apalagi James sudah dewasa dan tentu sudah matang berpikir. James kini setiap hari melihat Kania syuting dan setelah syuting keduanya sering jalan berdua, hingga tak terasa syuting 5 harian kelar dan Kania harus bersiap pulang kembali ke Jakarta. James yang bersikap dewasa kaget saat Kania mengatakan kini banyak menerima job film, sehingga sering meninggalkan rumah. James pun memberi nasehat ke wanita jelita yang makin matang ini, agar jangan lagi ambil semua job film atau iklan. “Kasian Aji, dia butuh kamu Kania, apalagi ini masa-masa perkembangan dia!”
“Tak apa Mas Rafsa…nama saya Tikno, saya malah tak mengira malam ini bisa melihat langsung acara hebat ini, tak bakal saya lupakan seumur hidup, selamat yaa buat Mas Rafsa dan Mba Stella, moga secepatnya menikah dan punya anak-anak yang tak kalah ganteng dan cantik seperti papa dan ibunya ini!”Rafsa lalu memanggil Tarot sopir pribadinya, dan minta diambilkan tas kecil, tak sampai 10 menitan Tarot balik lagi, Rafsa lalu mengambil selembar cek, yang sudah bertuliskan angka uangnya di sana.“Pa Tikno, saya tak bawa uang cash, ini selembar cek sebesar 50 juta, bisa bapak uangkan kapan saja, bawa saja ke bank yaang tertera di cek itu…!” Tikno hampir terlonjak kaget, tak mengira akan dapat cek senilai fantastis bagi ukurannya. Tapi bagi Rafsa itu angka yang sangat kecil.Setelah menyalami Rafsa sampai tangannya dan juga tangan Stella di cium, lalu Rafsa mengenalkan ke ayah bundanya, Tikno sampai minta foto selfie, karena dia meng
Setelah adegan romantis itu selesai di putar, di mana Rafsa terlihat mencium dahi Stella, Mami Stefani tersenyum dan terlihat puas.Dia tak memperdulikan bagaimana dua sejoli itu saling lirik dengan wajah bak udang rebus, malu tak terkira, kenapa sampai di putar adegan itu dan di tonton ratusan orang, suara suit-suit terdengar, hingga kedua sejoli ini makin malu.Rafsa dan Stella tak menyangka kalau ada yang diam-diam merekam dan saat ini di tatap ratusan undangan.Kini semuanya butuh jawaban, apa maksud di putarnya adegan romantis itu, di acara ultah sang crazy tampan ini.“Nahh para undangan semua…malam ini saya ingin mengumumkan, di ultah Rafsa De Jong yang ke 27 tahun, dia akan kami tunangkan dengan kekasihnya yang ada di sampingnya ini dan pernikahan pun akan segera di gelar secepatnya!”Maka riuhlah semuanya, tak mengira kalau dua sejoli itu malam ini akan bertunangan. Banyak yang kaget, terutama keluarga Manthis de Jong, k
Di tata dengan sangat mewah, membuat semua tamu undangan yang terlihat berjalan menyingkir kaget, tak mengira ada motor nyelonong masuk ke rumah ini.Bagaimana tak kaget, kenapa ada motor ojek daring bisa nyelonong masuk ke rumah mewah dan eksklusife ini, ini sama dengan cari penyakit.Tapi saat melihat Rafsa di boncengan motor online itu semua tertawa, mereka kini mulai bercanda, kalau di crazy rich tampan itu sedang bikin sebuah pesta kejutan.“Dasarrrr, si crazy rich ternyata yang bikin ulah, ada-ada saja kejutan di ultahnya kali ini, tapi aseek juga nih, jadi penasaran, apalagi kejutan yang akan dia buat!” ungkap tamu-tamu berpakaian perlente dan juga para ART yang terlihat sibuk hilir mudik melayani tamu-tamu undangan.Motor ojek online berhenti tepat di tengah-tengah taman dan tak jauh dari panggung kecil yang di tata sedemikian rupa, sehingga Rafsa sukses menjadi pusat perhatian, semua kaget hingga terdiam, termasuk pemain musik, tak me
Desy pun melayani dengan baik Stella dan Rafsa, Stella tanpa sungkan kembali mengajak Desy bercakap-cakap dan bilang jodoh banget ketemu lagi dengan pramugari cantik ini.Rafsa hanya tersenyum melihat calon istrinya ini bercakap akrab dengan Desy. Keramah tamahan Stella membuat Desy kagum dan makin hormat pada Stella yang dianggapnya wanita berkelas yang sangat ramah.Sebagai pramugari, Stella bisa menilai penumpang-penumpang nya yang tajir melintir, ataupun pura-pura tajir.Desy hapal semuanya, sehingga rasa hormatnya langsung tinggi pada Stella, termasuk Rafsa yang terlihat cool serta tak genit dan tetap bersikap wajar.Sesampainya di bandara, keduanya berpisah, Rafsa langsung pulang ke rumah, saat Rafsa ingin mengantarnya pulang, Stella langsung tertawa dan bilang mending Rafsa segera menemui ke tiga orang tuanya untuk melamarnya segera.“Ingat jangan kelamaan atau calon ibu anak-anakmu ini akan di lamar orang lain!” kelakar Stella d
Stella lalu turun dari panggung kecil dan berjalan perlahan menuju Rafsa yang sedang berdiri dan merentangkan tangan bersiap memeluk gadis yang sudah meruntuhkan hatinya ini.Stella lalu memeluk pemuda ini, tepuk tangan makin membahana, saat tubuh bak model ini tenggelam dalam pelukan pemuda tampan bertubuh atletis ini.“I Love so much…!” bisik Rafsa.“Love youu to…!” bisik Stella.Stella merenggangkan pelukan dan menatap wajah Rafsa yang tersenyum kecil dan terlihat mata pemuda itu agak berkaca-kaca, terharu cintanya tak lagi bertepuk sebelah tangan.Mereka tak sadar kelakuan mereka masih disaksikan puluhan pengunjung yang terus bertepuk tangan dan diam-diam ada yang merekam adegan romantis ini dan hanay hitungan menit tersebar di media sosial dan tentu saja ada yang kaget melihat adegan romantis ini, siapa lagi kalau bukan Mami Stefani dan Mami Gerald, yang mengirimkan rekaman itu ternyata Kiki, kakakny
“Heiii tomboy, dengarin yaa, tiga bulan lagi aku dan Rina akan menikah!” sahut Sohai.“Apaa…kapan kalian jadian, setahuku kamu kan suka gonta ganti pacar ngikutin gaya sahabat elo si Rafsa, kok bisa-bisanya akan menikah dengan sahabatku, jangan-jangan kamu pelet yaa?” ceplos Stella yang tentu saja kaget, tak menyangka dua sahabatnya ini malah akan menikah, padahal tak terdengar pacaran.“Sembarangan mana ada pake pelet, namanya juga jodoh tomboiiii, pokoknya pas resepsi kamu wajib hadir yaa, awas kalau nggak datang, gua coret lo jadi sahabat bini gua ini!” sahut Sohai cengengesan, bahkan dia langsung mencium pipi Rina.“Ehhh sahabat elo si Rafsa dah tahu belum..?”“Tau donkk, dia sama kayak kamu, kaget, tapi setelahnya janji akan datang ke pernikahan dan resepsi kami, dia malah mau ngasih kado rumah lohh, nggak rugi gua punya sahabat he-he-he!” ceplos Sohai lagi, Rina hanya tertawa saja me
Rafsa masih terdiam dan menatap pintu itu dengan nanar, tanpa Rafsa sadari, Stella bersandar pada dinding pintu tersebut, dia tersenyum sendiri.Ia lalu berlari ke kasur dan langsung memvidcal sahabatnya Rina yang berada di Jakarta.“Benarann….kalian se hotel yaa di Singapura, jangan-jangan udah belah duren nihh!” sahut Rina sambil tertawa berderai di vidcal itu.“Enakk ajee, gue bukan elo kalee, gue masih ingat lah, ga bakalan mau gue pecah sebelum menikah!”“So…kapan nihh kalian nikah, kan tadi kamu bilang barusan di lamar!”“Ntar ajahh, biarkan dia makin cinta!”“Eitttsss….hati-hati ntar nangis bombaiiii lagi kalau Rafsa dengan yang lain, udah kalian cepat-cepat pulang dan segera menikah, bereskan!”“Tenang ajahh, biarkan Rafsa terus mengejarku…aku hanya ingin menyakinkan hati, anggap tes buat dia!”“Lhaaa pakeee tes seg
“Hmmm…kalau nggak enak pesananku ini, ya udah sono kamu pesan sendiri, biar pelan-pelan aku makan ini, songong amat sihh, makanan enak gini dibilang tak enak!” sungut Stella sambil mengaut sayuran, Stella memang agak vegetarian, sehingga badannya tetap langsing bak model dan mengeluarkan aroma yang harum, dan tadi sempat membuat pemuda di depannya ini makin senewen di buatnya.“Pemarah banget sihh…tau nggak kenapa tak enak!”Stella langsung mengangkat wajahnya. “Iya kenapa tak enak?”“Karena kemanisan wajah kamu hilang, hingga makanan ini hambar…senyum donk, dan ceria, masa kita makan diam-diaman ajee?”“Anjriittt…gue di gombalinnn, basiiii tauuu!” kini Stella terbahak. Rafsa kini tertawa kecil.Stella langsung mengambil ampal daging bulat dan melemparkan ke wajah Rafsa, tapi luput, karena Rafsa mampu menghindar.“Kamu memang buaya cap biawak, hampi