Ditemani Stefani, Manthis berkunjung ke rumah Sofia kakaknya yang ternyata sangat mewah, Stefani langsung akrab dengan dua anak Sofia yang bule abis.
Tak bosan-bosannya Stefani menggendong si bungsu yang bak boneka barbie, lucunya dia malah bisa Bahasa Indonesia, walaupun agak cadel dan kadang nyampur Bahasa Belanda.
Melihat Kathy, anak Sofia ini, Stefani teringat adik kandung beda ibu, baby Cilla di Jakarta, saat liburan yang lalu, baby Cilla bahkan selalu bobok dengan Stefani saking lengketnya.
“Pacar kamu yaa...?” tanya Sofia pada Manthis, sambil menatap Stefani yang sedang bercanda dengan anaknya.
Manthis langsung menggeleng dan bilang kalau Stefani itu adik kandung Raymand, leader The Stollen’s.
“Ohh gituuu…kirainn…tapi anaknya baik…supel suka bercanda, suka anak kecil lagi…dekatin ajah, kayaknya cocok sama kamu!” bujuk Sofia. Gara-gara bujukan Sofia inilah, Manthis kini benar-benar memperhatikan kelakuan Stefani.
Sekian lama tak bergaul dengan wanita, melihat Stefani yang cantik dan suka anak-anak, membuat perhatian Manthis tercurah juga pada adik kandung Ray ini.
Stefani tak sadar, tingkah kini jadi perhatian Manthis dan Sofia, ketika dia menoleh, Sofia langsung mengangkat jempol, seakan bilang kalau Stefani sangat ke ibuan, karena suka dengan anak kecil.
Manthis sendiri hanya menatap Stefani sambil senyum-senyum.
Sofia ternyata juga mengabari kakak tertuanya Richard de Jong, sehingga hanya berselang 3 jam, datanglah pria bule ini. Stefani sampai kaget melihat wajah Richard yang sangat mirip Manthis, tapi dalam profil bule dan lebih tua dari Manthis.
Manthis pun sama, saat pertama kali berhadapan dengan kakak kandung tertuanya ia sempat tertegun beberapa saat, lalu merekapun berpelukan erat.
Tinggi Richard dan Manthis hampir sama, hanya badan Manthis lebih kekar, sedangkan badan Richar agak gemuk.
Setelah lama ngobrol dan tentu saja saling menceritakan masa lalu masing-masing, tiga bersaudara ini kemudian ziarah ke kuburan Alexander de Jong.
Sofia dan Richard berdoa dengan keyakinan mereka, sedangkan Manthis juga berdoa dengan keyakinanya.
Setelah ziarah, Manthis yang masih di temani Stefani, mendengarkan kisah Sofia yang mengaku tertarik dengan keyakinan Manthis.
“Ketika di Jakarta, kayak adem banget liat orang ke masjid atau ke mushala,” kata Sofia blak-blakan. Richard hanya tertawa, menurutnya di Amsterdam saat ini sangat mudah menemukan masjid.
Bagi Richard yang berpikiran terbuka, soal keyakinan itu hak individu masing-masing, dia tak mempermasalahkan.
Termasuk ketika ayahnya saat tugas di Jakarta malah jatuh cinta dengan ibunya Manthis.
“Ketika kami kecil dan papi bilang, aku dan Sofia punya adik di Indonesia, aku sudah bertekad akan ke Indonesia, lama sebetulnya aku ingin menjenguk kamu, cuman selalu tak ada waktu,” ungkap Richard yang kini berusia 33 tahunan menggunakan Bahasa Inggris, karena dia belum mahir berbahasa Indonesia.
Manthis pun juga minta maaf, dia juga selalu tak sempat ke Belanda, saking sibuknya dengan mantan bandnya The Stollen’s. Ketika Richard menyinggung soal kasus yang menderanya, Manthis pun menceritakan secara garis besarnya saja.
“Tentu kaka sudah tahu kisahnya melalui berita online bukan?” Richard langsung mengangguk, membenarkan ucapan Manthis.
Kini, baru Richard sadar ada wanita cantik yang selalu dekat Manthis. Ia menatap Stefani yang terus lengket sekali dengan Manthis, bak sepasang kekasih saja.
“Pacar kamu Manthis?” tanya Richard, Manthis dan Stefani saling bertatapan, keduanya kompak menggeleng.
“Dia Stefani, adiknya Raymand, leader The Stollen’s!” sahut Manthis, Richard tersenyum, sebagai laki-laki dewasa, dia menyakini keduanya masih menyimpan sesuatu dan agaknya malu-malu untuk mengungkapkannya.
Richard kemudian mengajak Manthis dan Stefani ke rumannya dan berkenalan dengan istri serta dua anaknya, yang semuanya wanita.
Sama seperti Sofia dan Richard, Monik, istrinya Richard juga beranggapan Stefani pacarnya Manthis.
Stefani sampai malu-malu saat Monik meminta keduanya segera saja menikah.
“Jangan kelamaan kumpul kebo, resmikan ajah secepatnya, kalian ini kuliat cocok satu sama lain!” ceplos Monik.
Bagi Monik, di Belanda sini kumpul kebo sudah bukan hal yang tabu. Bahkan sampai ada yang punya anak sudah besar, barulah pasangan itu menikah resmi.
“Bukan, mereka belum pacaran apalagi kumpul kebo, baru sebatas dekat!” sela Richard tertawa, Monik hampir tak percaya.
“Wellll…okelah…moga someday kalian bisa dekat dan menikah yaahh!” sambung Monik lagi, Manthis dan Stefani hanya tertawa.
Setelah agak malam, barulah Manthis dan Stefani pulang, mereka menggunakan mobil Stefani, saat Stefani minta Manthis yang bawa, Manthis awalnya kagok juga, karena setiran mobil sport milik Stefani adanya di kiri, bukan di kanan seperti di Indonesia.
Tapi lama-lama Manthis mahir juga, setelah Stefani tak henti-hentinya memberi petunjuk padanya.
“Kamu udah ngantuk belum Stef?”
“Kenapa emank, abang mau jalan-jalan dulu?”
“Kita ke pub yuks!” ajak Manthis
“Oke…eh yang ada bandnya ajah, abang nanti nyanyi yahh, mau kan?” tanya Stefani sambil menatap wajah tampan Ray.
“Hahaha kamu ini, ya deh terserah!” Stefani pun memberi petunjuk pada Manthis sebuah pub eksklusive di kota Amsterdam ini.
Setelah masuk ke sebuah pub dan memesan minum sampanye dengan kadar alcohol yang tak terlalu tinggi, keduanya pun santai menikmati suasan pub yang tak terlalu padat, tapi cukup rame.
Keduanya santai menikmati minuman dan menyaksikan band lokal yang menyanyikan lagu-lagu pop popular.
Ketika si vocalis meminta para pengunjung dipersilahkan menyanyi ke atas panggung, Stefani langsung berdiri dan menunjuk Manthis.
“Oke…come here mister!” kata si vocalis itu, Manthis pun maju ke panggung, dia kemudian langsung menyanyikan lagu Ed Sheeren, Perpect. Lantunan lembut suara Manthis membuat semua pengunjung terdiam dan menatap Manthis, sang vocalis tadi sampai melongo mendengar suara Manthis yang sangat merdu dan intonasinya juga sangat pas dengan iringan music.
Stefani ikutan melongo, walaupun dia sudah tahu suara Manthis sangat bagus, tapi baru kali ini dia melihat Manthis tampil secara live.
Tiba-tiba beberapa orang langsung melantai, mengikuti alunan music dan alunan suara Manthis, ternyata bukan hanya dua atau tiga pasangan, tapi kini hampir separu pengunjung langsung melantai dengan pasangan masing-masing.
Begitu Manthis ingin turun, serempak semua pengunjung mendorong Manthis balik lagi ke panggung dan mereka merequest lagu lagi. Manthis menatap Stefani, dan gadis cantik menganggukan kepala, Manthis lalu menyanyikan lagu kedua, milik Lewis Capaldi berjudul Somebody Loved You.
Manthis lalu turun ke panggung sambil terus bernyanyi, dia menuju Stefani dan menarik tangan gadis ini agar naik ke panggung menemaninya, semua pengunjung langsung memberi applaus pada Manthis dan Stefani.
Belum puas lagu kedua, Manthis kembali di daulat menyanyikan lagu ke tiga, kali ini Manthis memilih lagu Beyonce, Manthis benar-benar ingin menunjukan skilnya, dia sengaja memilih lagu Beyonce yang notabene lagu wanita.
Manthis lalu berimprovisasi dengan lagu berjudul ‘Halo’ ini, sehingga semua pengunjung benar-benar melongo, sampai ada yang bilang Manthis ini penyanyi berbakat dan penyanyi professional yang kesasar ke pub ini.
Si Vocalis tadi tak henti-hentinya berdecak kagum dengan suara Manthis dan gaya menyanyinya yang benar-benar seperti seorang penyanyi professional. Tentu saja dia tak tahu kalau Manthis aslinya penyanyi sangat popular di Indonesia.
Lama tak tampil di panggung, membuat Manthis seakan melepaskan kekangenannya dengan bernyanyi seperti saat dia tampil di panggung terbuka, hampir 3,5 tahunan yang lalu.
Stefani kini duduk di kursi yang disediakan sang vocalis tadi di atas panggung.
Sedangkan Manthis benar-benar menunjukan skillnya yang sangat lama di rindukan para penggemarnya, tapi kali ini dia menunjukannya di Belanda, bukan di Indonesia.
Tak puas lagu ketiga, pengunjung meminta Manthis kembali menyanyi satu lagu, ia pun menutup dengan lagu Feel milik Robbie Wiliams.
Manthis akhirnya bak menemukan panggungnya, dia berjalan ke sana kemari mendatangi pengunjung dan menyapa bak sedang show tunggal saja. Manthis menuntaskan dahaga dan rasa kangennya karena sangat lama tak begini.
Ketika dia berjoget dengan ciri khasnya selama ini, semua pengunjung langsung heboh, Manthis tak menyadari sejak lagu kedua hingga kini, pub ini makin penuh dengan para pengunjung.
Walaupun para pengunjung berteriak agar Manthis kembali menyanyi, tapi dia mengangkat tangan tanda menyerah.
Dia kemudian menggandeng Stefani turun dari panggung dan duduk kembali ke kursi mereka, beberapa orang menepuk bahunya menyatakan kekagumannya pada peforma Manthis.
“Bang…kamu benar-benar bikin semua pengunjung terpesona!” puji Stefani sambil menatap wajah tampan Manthis yang agak berkeringat, Stefani lalu mengambil tisu dan mengelap wajah Manthis.
Ulah Stefani ini menimbulkan kesan mendalam di hati Manthis, dia sampai memejamkan mata menikmati ‘kemesraan’ Stefani.
“Permisi…!” Manthis yang saling pandang dengan Stefani, saat gadis ini mengelap keringat di wajah Manthis, sama-sama kaget dan menoleh, ternyata yang datang sang vokalis tadi dan seorang pria lainnya.
“Maaf menganggu, kenalkan saya Laodrik, dan ini Memphis pimpinan band kami, sekaligus pemilik pub ini” keduanya mengangguk hormat dengan Stefani sambil menyodorkan tangan bersalaman.
“Saya Manthis…ada apa yaa?” Manthis menerima uluran tangan keduanya, ia menyahut dalam Bahasa Inggris, untungnya Laodrik juga bisa bicara Bahasa Inggris.
“Kami sangat kagum dengan suara dan peforma anda di panggung tadi, kalau ada waktu, kami ingin mengajak anda ikut latihan band kami dan nanti tampil tetap di sini!” kata Laodrik.
Memphis pun terlihat mengangguk, keduanya kini sudah duduk di depan Manthis dan Stefani.
Manthis langsung tersenyum. “Terima kasih atas tawaran anda tuan Laodrik dan Tuan Memphis, sayang sekali saya ke sini dalam rangka liburan…saya bukan warga negara sini…saya dari Indonesia, jadi ga mungkin saya tinggal lama di Belanda!”
“Ohhh…sayang sekali…kami berharap Tuan Manthis sering-sering aja ke sini dan kami bebaskan menyanyi sepuasnya hibur pengunjung, buat tuan Manthis dan girlfriends free di sini!” sambung Memphis tersenyum.
Manthis dan Stefani langsung kaget dengan janji Laodrik ini. Setelah berbasa-basi, keduanya pun permisi dan menyilahkan Manthis serta Stefani melanjutkan minum-minum sambil menikmati cemilan.
“Apa kan ku bilang, abang langsung mau di tawarin tampil di sini, siapa tahu nanti ada produser yang liat, abang bisa di kontrak lohh!” ucap Stefani tertawa.
“Waahh abang belum siap jadi warga negara Belanda Stef!” cetus Manthis ikutan tertawa.
“Bang perpanjang ajah liburannya di sini dua bulan kek atau sampai Stef lulus kuliah sekalian, biar Stef ga kesepian lagi!”
“Waduhh…ini di luar planning abang, masa mau tinggal di sini sampai Stef lulus, berapa tahun itu?” kata Manthis sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Stefani tertawa melihat Manthis begitu.
“Gini ajahhh…ga usah sampai Stef lulus, hmm perpanjang 2 bulan lagi dehh, jadi abang tinggal di sini selama 3 bulan…mau yaahhh..pleaseeeee?”
“Abang pikirkan dulu yaah, lagian ini kan baru dua hari abang di sini, masih lama lagi!” Stefani mengangguk, keduanya akhirnya pulang kembali ke apartemen, setelah Stefani melihat waktu sudah hampir jam 2 dinihari.
Begitu sampai apartemen, Stefani terlihat agak ragu masuk kamarnya.
“Bang…kita tidur satu kamar yaa?” Manthis langsung menatap wajah Stefani seakan tak percaya dengan pendengarannya.
“Tapii…?”
“Hmmm…kita tak ngapa-ngapain hanya tidur bareng…abang jangan mikir aneh-aneh dehh, ingat aku Stefani, adik kamu…!” Stefani langsung menarik tangan Manthis ke kamarnya.
Akhirnya mereka pun benar-benar tidur satu kamar dan di ranjang yang sama, tapi peringatan Stefani tadi benar-benar di ingat Manthis. Mereka betul-betul hanya tidur bersama, bak dua kakak beradik.
Malam di Amsterdam ternyata lebih lama di bandingkan Jakarta, apalagi ini musim dingin, saat Manthis terbangun dan melihat tubuhnya di peluk Stefani, rambut Stefani yang berbau wangi sempat membuat Manthis yang lama tak berdekatan dengan wanita ini pusink sendiri.
Tapi dia menyakinkan hati, kalau Stefani adalah adik Ray, seorang sahabat yang sangat dia hormati, karena telah mengangkat ia dari seorang yang bukan siapa-siapa, hingga kini menjadi Manthis seperti sekarang ini.
Ketika Manthis melihat ke jendela, hari masih gelap, itu terlihat dari gorden yang terbuka sedikit.
Tapi Manthis ingat pesan Ustad Arman, agar selalu melakukan kewajiban 5 waktu, dimanapun berada.
Pelan-pelan Manthis melepaskan tangan Stefani dari tubuhnya, lalu dia kamar mandi wudhu dan berpakaian kemudian melaksanakan sholat subuh.
Stefani terbangun dan saat melihat Manthis sholat di lantai sisi ranjang gadis cantik ini hanya tersenyum, dia terus memperhatikan Manthis sholat hingga selesai dan berdoa sangat khusuk.
Stefani aslinya gadis manja, sebagai anak bungsu Alan Suhilin dan Rani, yang sama-sama sibuk jadi pengusaha, Stefani haus kasih sayang, dia sempat galau bukan main saat mengetahui kedua orang tuanya sempat berpisah.
Apalagi kedua kakanya sibuk dengan aktivitas masing-masing, Ray dengan bandnya, sedangkan Andre sibuk dengan kuliahnya, Andre memang sudah di dapuk Alan Suhilin sebagai pewaris kerajaan bisnisnya bersama Stefani kelak.
Sedangkan Ray sudah pasti tak berminat duduk di belakang meja, dia sudah menyatakan ingin jadi musisi saja, bukan pengusaha.
Manthis menatap Stefani, lalu membelai dahi gadis ini. “Kamu ga sholat Stefani?” kata Manthis yang masih duduk di atas sajadahnya.
Stefani langsung menggeleng. “Lagi absen dulu bang…hmmm…biasa bonus para wanita, bonus bulanan!” Stefani lalu mengeliat, memperliatkan ketiaknya yang putih bersih, karena dia mengenakan baju tidur tanpa lengan.
Manthis tersenyum maklum, dia kemudian bangkit dan membuka jendela, cuaca mulai berangsur terang, walaupun seperti mendung. Salju mulai terlihat turun, walaupun belum begitu banyak, cuaca sudah minus 5.
Manthis dan Stefani tak pernah menyangka, inilah awal kerumitan kisah asmara mereka.
*****
BERSAMBUNG
Selama semingguan Stefani dan Manthis memanfaatkan waktu untuk jalan-jalan menyusuri Kota Amsterdam. Salju yang turun tipis membuat keduanya selalu mengenakan jas tebal dan topi serta sarung tangan plus sepatu boot, agar tidak terlalu dingin.Kadang Stefani keluar manjanya, namun Manthis tetap menganggap Stefani bak adik yang harus di jaga dan di sayang. Tanpa di sadari keduanya, api asmara sudah mulai menerpa, setelah satu bulan penuh bersama.Manthis pun memperpanjang liburannya hingga dua bulan ke depan, kini mereka selalu memanfaatkan waktu untuk jalan-jalan ke kota-kota lainnya seperti Rotterdam, Leiden, Utrecht, Maastricht, hingga ke ibukota Belanda, Den Haag.Walaupun mereka selalu tidur di kamar dan ranjang yang sama, namun selama itu pula Manthis dan Stefani tak pernah lebih dari sekedar berpelukan ataupun hanya sekedar ciuman di dahi, tanda sayang kakak pada adiknya.Stefani pun kembali aktif kuliah, Manthis memanfaatkan waktu untuk mencipta lag
Rakyat kita punya kebiasaan, gampang menghujat, tapi gampang pula melupakan, begitu juga yang menimpa Manthis de Jong.3,5 tahun yang lalu dia luar biasa di hujat dan di bully, Manthis di sebut penjahat wanita dan ‘Don Juan cap biawak’.Kini hujatan dan bullyan itu menghilang berganti dengan pujian dan juga sanjungan, ketika Manthis kembali merilis single kedua dan ketiganya sekaligus yakni, “Ketika Cinta Harus Bersabar’ dan ‘Akankah Berakhir Bahagia’ semua lagu itu bersumber dari inspirasi hubungannya dengann Stefani.Uniknya, dua lagu itu di bantu dua sohibnya, Ben dan John, single ini sekaligus menandakan Manthis makin mantap bersolo karir.Dua bulan sejak pulang dari Belanda, tawaran show berdatangan ke Manthis, dan dia pun sibuk membagi jadwal, endorse-endorse yang 4 tahunan lalu menjauh, kini kembali antri meminta tanda tangan Manthis.Bahkan lagunya Love and Dear telah di jadikan sountrack sekaligus judul
Tiga hari sebelum Stefani balik ke Belanda, Manthis kembali bertemu dengan kekasihnya ini, kembali di kafe milik Ben. Makin tenarnya Manthis di jagat hiburan tanah air, atas saran Ben dan John, keduanya sementara di minta menghindar dulu bertemu di tempat yang bisa membuat heboh, terutama keluarga Stefani. Manthis dengan blak-blakan ingin melamar Stefani, namun saat Manthis bercerita tentang masa lalunya, Stefani ikutan terdiam. “Iya…Stef juga ga berani ngomong Bang…takutnya papah dan mama tak setuju, di tambah lagi Ka Ray marah-marah gitu!” kata Stefani lirih. “Terus apa langkah kita sekarang Stef…?” Manthis menatap wajah Stefani yang terlihat bingung dan galau. “Kita ga usah buru-buru dulu bang…apa boleh buat, lagian hubungan kita juga masih baru, terus abang sekarang sedang sibuk-sibuknya menata karir lagi. Di tambah kuliah Stef juga masih 2 tahunan lagi baru kelar!” Manthis mengangguk dan akhirnya keduanya berpelukan di kafe itu. K
“Tapi aku sengaja tak memberitahu dia, sudahlah, kita pulang yuks, sudah hampir malam ini!” Sanjoto langsung menggendong Bryan. Dia sangat menyayangi anak sambungnya ini dan sejak menikahi Anita, dia sudah akrab dengan Bryan. Sanjoto tidak cemburu, karena sejak awal Anita sudah terbuka, kalau dia dan Manthis sudah lama berpisah dan anak itu walaupun anak biologis Manthis. Tapi Anita bilang kelak kalau Bryan sudah dewasa, dia baru akan memberi tahu anaknya, siapa ayah biologisnya. Anita sendiri saat ini sedang mengandung 1,5 bulan, sehingga perutnya belum begitu keliatan besar. Diam-diam Manthis sangat penasaran dengan Bryan, anak Anita dan Sanjoto itu. “Apakah dia sebelumnya pernah menikah sebelum dengan Sanjoto, karena wajah Bryan tak ada mirip-miripnya dengan Sanjoto?” batin Manthis. Manthis lalu membuka smartphone dan menatap wajah Bryan yang ada di I* Anita, semakin lama dia menatap Manthis makin mengerutkan dahinya, karena
Hingga beberapa bulan kemudian rencana itu tak juga terlaksana, selain jadwal Manthis yang makin padat, dia juga dapat kabar Ray pun memiliki kesibukan yang juga sangat padat. Tapi satu hal yang sering membuat Manthis termenung, apalagi kalau bukan selalu teringat Stefani, dia sudah mencoba melalui Nadu mengontak kekasihnya ini. Tapi Stefani malah hanya titip salam dan bilang ke Nadu agar Manthis lebih baik konsen ke karirnya saja, karena Stefani pun lagi sibuk-sibuknya menyelesaikan kuliahnya di Amsterdam, Belanda. “Bilang ke Bang Manthis…kalau dia memang cinta…tunggu sampai hati Stefani bisa memaafkan kelakuan masa lalunya, tapi kalau dia tak mau bersabar…silahkan cari wanita lain yang lebih baik!” kata Stefani pada Nadu. Manthis hanya bisa menghela nafas mendengar ungkapan Stefani melalui Nadu itu... Sanjoto akhirnya tahu kalau Manthis kini sering ke rumah dan menjemput Bryan, ternyata laki-laki berumur 37 tahun ini sangat dewasa, dia tak k
Satu tahun setengah sudah Stefani dan Manthis tidak berhubungan lagi, gadis cantik yang sangat mirip artis Raline Shah ini kembali pulang liburan ke tanah air, kuliahnya kini tinggal 6 bulanan lagi selesai. Dia berkunjung ke rumah kakaknya, Ray dan Sonia, karena sangat kangen berat dengan tiga keponakannya itu. Saat bercanda dengan Adam, Celina dan yang paling bungsu Rika, Sonia sama sekali tidak bertanya soal Manthis. Begitupun juga Stefani tidak pernah menceritakan soal Manthis pada Sonia, gadis cantik ini terliat fine-fine saja. Ray saat itu tidak berada di rumah, dia sedang sibuk di studionya. Tiba-tiba smartphone Stefani bunyi, saat dia mengangkat ternyata yang menelpon adalah Dewi, teman akrabnya saat SMU dulu, mereka janjian akan bertemu dengan dua kawannya lagi, yakni Vita dan Novi di Mall Plaza Indonesia dan akan nongki di sana. Stefani pun permisi dengan kakak iparnya, setelah dari pagi berada di sana, dia langsung menggeber mobil sp
Setelah menelpon Nadu, kini Manthis duduk kembali di dekat ranjang Stefani, dahi dan lengan kanan gadis ini di plester. Ketika dilihatnya Stefani membuka mata pelan-pelan, Manthis tersenyum menatap wajah kekasihnya ini. “Stef…syukurlah kamu tak kenapa-kenapa!” “Siapa yang bawa aku ke sini…!” Stefani menatap tajam wajah Manthis. Manthis pun pelan-pelan menjelaskan kenapa Stefani sampai terbaring di rumah sakit ini. “Hmmm…ya sudah salah Stef juga, lari ga liat-liat, abang sekarang segera pulang, kasian si Anita istri abang nanti marah kalau masih di sini!” ceplos Stefani sambil memalingkan wajah ke kiri. “Stef…sayangg…apa yang kamu…lii!” suara Manthis terhenti ketika tiba-tiba masuk tiga orang ke kamar perawatan ini, yakni Dewi, Vita dan Novi. Rupanya mereka lebih duluan datang dibandingkan Tante Rani dan Om Alan. “Stefaniiii…oh my goooddd, kenapa kamu bisa gini!” seru Dewi dan langsung mendekati Stefani sambil memegang k
Stefani pun sudah keluar dari rumah sakit setelah makan siang, di jemput Ray dan Sonia, sepanjang jalan Sonia dan Stef terus bercanda, tentu saja topiknya Manthis. Sonia dan Stef kadang berbisik, sehingga Ray yang duduk di depan di samping sopir pribadinya menoleh dengan dahi berkerut. “Ngapain sih bisik-bisik mulu dari tadi, apalagi kalau topiknya sudah si Manthis,” sungut Ray. “Ihh papi ini, namanya orang lama ga ketemuan, wajar donk dikit curhat!” ceplos Sonia. Ray langsung diam, dia paling malas kalau sudah berdebat dengan istrinya ini. Diam-diam Ray sendiri sudah tak mempermasalahkan Stefani kini dekat dengan Manthis, dia juga sudah tahu kalau hubungan Anita dan Manthis kini bak kakak adik. Setelah dia tak sengaja bertemu Manthis dan anaknya Bryan di sebuah Mall di Bandung beberapa yang lalu. Namun tentu saja dia gengsi untuk mengakui itu, saat Sonia bilang tak perlu lagi mengekang Stefani untuk berhubungan dengan Manthis.
James tertawa sambil mengangguk, sambil jalan menuju mushalla yang ada di cottage itu, James bercerita kalau dia sudah tertarik mualaf sejak 10 tahunan yang lalu, tapi mantap mualaf 3 tahunan yang lalu setelah melihat orang rame sholat Idul Fitri dan COVID-19 merebak, di mana harus cuci tangan dan kaki yang bersih, sehingga James pun memantapkan hatinya. Ternyata Sheila, ibunya sangat mendukung, termasuk Andrew, ayah sambungnya, apalagi James sudah dewasa dan tentu sudah matang berpikir. James kini setiap hari melihat Kania syuting dan setelah syuting keduanya sering jalan berdua, hingga tak terasa syuting 5 harian kelar dan Kania harus bersiap pulang kembali ke Jakarta. James yang bersikap dewasa kaget saat Kania mengatakan kini banyak menerima job film, sehingga sering meninggalkan rumah. James pun memberi nasehat ke wanita jelita yang makin matang ini, agar jangan lagi ambil semua job film atau iklan. “Kasian Aji, dia butuh kamu Kania, apalagi ini masa-masa perkembangan dia!”
“Tak apa Mas Rafsa…nama saya Tikno, saya malah tak mengira malam ini bisa melihat langsung acara hebat ini, tak bakal saya lupakan seumur hidup, selamat yaa buat Mas Rafsa dan Mba Stella, moga secepatnya menikah dan punya anak-anak yang tak kalah ganteng dan cantik seperti papa dan ibunya ini!”Rafsa lalu memanggil Tarot sopir pribadinya, dan minta diambilkan tas kecil, tak sampai 10 menitan Tarot balik lagi, Rafsa lalu mengambil selembar cek, yang sudah bertuliskan angka uangnya di sana.“Pa Tikno, saya tak bawa uang cash, ini selembar cek sebesar 50 juta, bisa bapak uangkan kapan saja, bawa saja ke bank yaang tertera di cek itu…!” Tikno hampir terlonjak kaget, tak mengira akan dapat cek senilai fantastis bagi ukurannya. Tapi bagi Rafsa itu angka yang sangat kecil.Setelah menyalami Rafsa sampai tangannya dan juga tangan Stella di cium, lalu Rafsa mengenalkan ke ayah bundanya, Tikno sampai minta foto selfie, karena dia meng
Setelah adegan romantis itu selesai di putar, di mana Rafsa terlihat mencium dahi Stella, Mami Stefani tersenyum dan terlihat puas.Dia tak memperdulikan bagaimana dua sejoli itu saling lirik dengan wajah bak udang rebus, malu tak terkira, kenapa sampai di putar adegan itu dan di tonton ratusan orang, suara suit-suit terdengar, hingga kedua sejoli ini makin malu.Rafsa dan Stella tak menyangka kalau ada yang diam-diam merekam dan saat ini di tatap ratusan undangan.Kini semuanya butuh jawaban, apa maksud di putarnya adegan romantis itu, di acara ultah sang crazy tampan ini.“Nahh para undangan semua…malam ini saya ingin mengumumkan, di ultah Rafsa De Jong yang ke 27 tahun, dia akan kami tunangkan dengan kekasihnya yang ada di sampingnya ini dan pernikahan pun akan segera di gelar secepatnya!”Maka riuhlah semuanya, tak mengira kalau dua sejoli itu malam ini akan bertunangan. Banyak yang kaget, terutama keluarga Manthis de Jong, k
Di tata dengan sangat mewah, membuat semua tamu undangan yang terlihat berjalan menyingkir kaget, tak mengira ada motor nyelonong masuk ke rumah ini.Bagaimana tak kaget, kenapa ada motor ojek daring bisa nyelonong masuk ke rumah mewah dan eksklusife ini, ini sama dengan cari penyakit.Tapi saat melihat Rafsa di boncengan motor online itu semua tertawa, mereka kini mulai bercanda, kalau di crazy rich tampan itu sedang bikin sebuah pesta kejutan.“Dasarrrr, si crazy rich ternyata yang bikin ulah, ada-ada saja kejutan di ultahnya kali ini, tapi aseek juga nih, jadi penasaran, apalagi kejutan yang akan dia buat!” ungkap tamu-tamu berpakaian perlente dan juga para ART yang terlihat sibuk hilir mudik melayani tamu-tamu undangan.Motor ojek online berhenti tepat di tengah-tengah taman dan tak jauh dari panggung kecil yang di tata sedemikian rupa, sehingga Rafsa sukses menjadi pusat perhatian, semua kaget hingga terdiam, termasuk pemain musik, tak me
Desy pun melayani dengan baik Stella dan Rafsa, Stella tanpa sungkan kembali mengajak Desy bercakap-cakap dan bilang jodoh banget ketemu lagi dengan pramugari cantik ini.Rafsa hanya tersenyum melihat calon istrinya ini bercakap akrab dengan Desy. Keramah tamahan Stella membuat Desy kagum dan makin hormat pada Stella yang dianggapnya wanita berkelas yang sangat ramah.Sebagai pramugari, Stella bisa menilai penumpang-penumpang nya yang tajir melintir, ataupun pura-pura tajir.Desy hapal semuanya, sehingga rasa hormatnya langsung tinggi pada Stella, termasuk Rafsa yang terlihat cool serta tak genit dan tetap bersikap wajar.Sesampainya di bandara, keduanya berpisah, Rafsa langsung pulang ke rumah, saat Rafsa ingin mengantarnya pulang, Stella langsung tertawa dan bilang mending Rafsa segera menemui ke tiga orang tuanya untuk melamarnya segera.“Ingat jangan kelamaan atau calon ibu anak-anakmu ini akan di lamar orang lain!” kelakar Stella d
Stella lalu turun dari panggung kecil dan berjalan perlahan menuju Rafsa yang sedang berdiri dan merentangkan tangan bersiap memeluk gadis yang sudah meruntuhkan hatinya ini.Stella lalu memeluk pemuda ini, tepuk tangan makin membahana, saat tubuh bak model ini tenggelam dalam pelukan pemuda tampan bertubuh atletis ini.“I Love so much…!” bisik Rafsa.“Love youu to…!” bisik Stella.Stella merenggangkan pelukan dan menatap wajah Rafsa yang tersenyum kecil dan terlihat mata pemuda itu agak berkaca-kaca, terharu cintanya tak lagi bertepuk sebelah tangan.Mereka tak sadar kelakuan mereka masih disaksikan puluhan pengunjung yang terus bertepuk tangan dan diam-diam ada yang merekam adegan romantis ini dan hanay hitungan menit tersebar di media sosial dan tentu saja ada yang kaget melihat adegan romantis ini, siapa lagi kalau bukan Mami Stefani dan Mami Gerald, yang mengirimkan rekaman itu ternyata Kiki, kakakny
“Heiii tomboy, dengarin yaa, tiga bulan lagi aku dan Rina akan menikah!” sahut Sohai.“Apaa…kapan kalian jadian, setahuku kamu kan suka gonta ganti pacar ngikutin gaya sahabat elo si Rafsa, kok bisa-bisanya akan menikah dengan sahabatku, jangan-jangan kamu pelet yaa?” ceplos Stella yang tentu saja kaget, tak menyangka dua sahabatnya ini malah akan menikah, padahal tak terdengar pacaran.“Sembarangan mana ada pake pelet, namanya juga jodoh tomboiiii, pokoknya pas resepsi kamu wajib hadir yaa, awas kalau nggak datang, gua coret lo jadi sahabat bini gua ini!” sahut Sohai cengengesan, bahkan dia langsung mencium pipi Rina.“Ehhh sahabat elo si Rafsa dah tahu belum..?”“Tau donkk, dia sama kayak kamu, kaget, tapi setelahnya janji akan datang ke pernikahan dan resepsi kami, dia malah mau ngasih kado rumah lohh, nggak rugi gua punya sahabat he-he-he!” ceplos Sohai lagi, Rina hanya tertawa saja me
Rafsa masih terdiam dan menatap pintu itu dengan nanar, tanpa Rafsa sadari, Stella bersandar pada dinding pintu tersebut, dia tersenyum sendiri.Ia lalu berlari ke kasur dan langsung memvidcal sahabatnya Rina yang berada di Jakarta.“Benarann….kalian se hotel yaa di Singapura, jangan-jangan udah belah duren nihh!” sahut Rina sambil tertawa berderai di vidcal itu.“Enakk ajee, gue bukan elo kalee, gue masih ingat lah, ga bakalan mau gue pecah sebelum menikah!”“So…kapan nihh kalian nikah, kan tadi kamu bilang barusan di lamar!”“Ntar ajahh, biarkan dia makin cinta!”“Eitttsss….hati-hati ntar nangis bombaiiii lagi kalau Rafsa dengan yang lain, udah kalian cepat-cepat pulang dan segera menikah, bereskan!”“Tenang ajahh, biarkan Rafsa terus mengejarku…aku hanya ingin menyakinkan hati, anggap tes buat dia!”“Lhaaa pakeee tes seg
“Hmmm…kalau nggak enak pesananku ini, ya udah sono kamu pesan sendiri, biar pelan-pelan aku makan ini, songong amat sihh, makanan enak gini dibilang tak enak!” sungut Stella sambil mengaut sayuran, Stella memang agak vegetarian, sehingga badannya tetap langsing bak model dan mengeluarkan aroma yang harum, dan tadi sempat membuat pemuda di depannya ini makin senewen di buatnya.“Pemarah banget sihh…tau nggak kenapa tak enak!”Stella langsung mengangkat wajahnya. “Iya kenapa tak enak?”“Karena kemanisan wajah kamu hilang, hingga makanan ini hambar…senyum donk, dan ceria, masa kita makan diam-diaman ajee?”“Anjriittt…gue di gombalinnn, basiiii tauuu!” kini Stella terbahak. Rafsa kini tertawa kecil.Stella langsung mengambil ampal daging bulat dan melemparkan ke wajah Rafsa, tapi luput, karena Rafsa mampu menghindar.“Kamu memang buaya cap biawak, hampi