Home / Romansa / Adit dan Tia / Tia Ariska

Share

Tia Ariska

Author: Senada
last update Last Updated: 2021-05-17 22:47:22

Dua hari ini aku disibukkan dengan gadis yang bermulut tajam itu, gadis yang menuduhku sebagai pencopet dan mengata-ngataiki sesuka hatinya.

Tidak ada gadis seperti ini sebelumnya. Meskipun tidak setenar Febri tapi jangan salah aku juga digilai banyak cewek. Bahkan dengan mengedipkan mata saja semuanya akan bertekuk lutut di bawahku.

Tapi dia berbeda, tidak tertarik dengan cowok sepertiku, yang biasanya menjadi rebutan cewek-cewek dikampus.

"Woi lu ngapain bengong," kata teman laknatku saat aku masih asik memperhatikan gadis bermulut pedas itu dari kejauhan.

"Merusak," gumamku dan meninggalkan mereka semua.

"Sarap tuh anak," ujar mereka yang aku abaikan.

"Adit," panggil seorang wanita saat aku berniat untuk nyaperin cewek bermulut tajamku yang sepertinya sedang banyak tugas itu.

"Ada apa?" Tanyaku saat melihat Risa diujung koridor.

"Mau kemana?" Tanyanya dan mendekat.

"Ada apa?" Ulangku.

"Temenin aku nanti malam bisa?" Kata Risa lagi.

"Aku sibuk," jawabku cuek dan kembali melihat kearah dimana gadisku duduk.

"Liatin apasih?" Tanya Risa dan melihat kearah pandanganku.

"Bukan apa-apa," gumamku.

"Tia," gumamnya yang membuat aku menatap rusa dengan alis terangkat.

"Lo kenal?" Tanyaku.

"Kenal lah, dia Tia Ariska, cewek nyebelin yang sukanya bikin rusuh," kata Risa yang membuat aku hanya terpaku.

"Kamu jangan dekat-dekat sama dia, dia itu anti banget sama cowok tatoan dan urakan," ujar Risa yang aku baru paham kenapa Tia bisa bermulut setajam itu kepadaku.

"Bukan urusanmu," ujarku santai.

"Jadi kamu bisakan?" Kata Risa menatapku penuh harap.

"Aku sibuk," jawabku lagi.

"Yaahh, padahal aku pengen banget kamu datang, aku udah bilang sama teman-temanku," ujar Risa yang aku tidak perduli.

"Itu urursanmu," kataku dan meninggalkan Risa yang berniat berbicara lagi.

"Hay sayang," sapaku kepada Tia yang asik dengan kegiatannya.

"Sayang pala Lo peyan," sungut Tia yang membuat aku terkekeh.

"Kok lucu sih," kataku gemes dan mencubit pipinya.

"Resek," sungutnya dan memegang bekas cubitanku tadi.

"Sibuk banget," kataku dan mencuri pandang keleptop yang sedari tadi jadi pusat perhatiannya.

"Kepo," ujarnya semakin sewot.

"Jangan galak-galak nanti cinta," kataku lagi.

"Najis," jawabnya bersungut-sungut.

"Baiklah," ujarku dan segera memesan kopi untuk menemaniku menatap gadis galak ini.

"Pergi sana," usirnya saat aku masih asik memandangnya.

"Ini tempat umum tau," gumamku santai.

"Eh ini tuh sudah aku sewa yah dan kamu tidak berhak disini," katanya galak.

"Masa?" Kataku dengan tampang sok terkejut.

"Isszz, ngeselin banget Lo jadi cowok, urakan, tatoan dan bikin sepet mata pula," katanya yang bukanya membuat aku marah tapi malah tertawa.

"Mulai gila," dumelnya lagi.

"Ini mas kopinya," kata ibuk kantin.

"Terimakasih buk," kataku lagi.

"Waah kalian pacaran yah," ujar buk kantin kepada kami.

"Iya buk, cocok gak?" Kataku dengan senyuman merekah.

"Ogah," kata Tia cepat.

"Mbak Tia lagi ngambek," kekeh buk kantin lagi.

"Biasa buk, gak ditemenin tadi jariyah gitu," kataku menimpali dan Tia sudah melotot menatapku.

"Yasudah ibuk kebelakang lagi, yang langgeng yah. Mbak Tia jangan galak-galak sama cowoknya, nanti digondol cewek lain baru tau rasa," ujar buk kantin lalu pergi.

"Gondol aja sana," kata Tia sebel.

"Jangan galak-galak sayang, nanti cantiknya ilang," godaku lagi.

"Lo, pergi sana," ujarnya galak.

"Serem banget," kataku lagi dan yah Tia tidak menanggapinya, dia kembali sibuk dengan laptopnya sedangkan aku sibuk menatap ekspresinya yang suka berubah-ubah.

"Ada apa?" Kataku saat mendapatkan panggilan dari Febri.

"Gw kesana," jawabku lagi.

"Aku harus cabut sekarang, kalau butuh apa-apa hubungi aku saja," kataku yang sudah menyimpan nomorku di hp Tia.

"Ogah, pergi sana, jangan kesini lagi," gerutu Tia yang kali ini tidak aku tanggepin karena adahal yang jauh lebih penting.

Dengan ngebut aku menuju baskam dimana tempat aku dan Febri janjian.

"Kenapa?" Kataku setelah sampai.

"Kok bisa begini?" Ujarku saat melihat Febri terluka.

"Ada cowok gila mau nyelakain Febri," jawab temanku yang lain.

"Brengsek, berani banget dia," kataku emosi.

"Sudahlah," gumam Febri.

"Gakbisa dibiarin ini, kita habisi dia malam ini," gumamku.

"Ini urusan gw, Lo pada jangan ikut campur," kata Febri.

"Gakbisa gitu dong, kita ini sohib dan gw," ucapku terputus saat melihat Febri menatapku dengan tajam.

"Baiklah, tapi setidaknya gw harus tau ornagnya siapa," kataku mengalah.

"Ini gw ada videonya," ucap temanku yang tadi.

"Sial banget ini cowok, banci," gumamku tidak percaya.

"Udahlah, gw malas bahasanya, sekarang mending lopanggil dokter deh, kaki gw sakit banget ini," gumam Febri dan aku segera memanggil dokter keluargaku.

"Dia kenapa bisa begini?" Tanyaku kepada temanku yang lain.

"Karena cewek," ujarnya yang membuat aku segera paham.

"Cewek brengsek," gumamku.

"Bukan Dit, setau gw ini cewek buka kek cewek yang biasanya, ini yang lakuin cowoknya karena Febri ngedeketin ceweknya," ujar temanku panjang lebar.

"Maksud Lo Febri nikung gitu?" Kataku tidak habis fikir.

"Yah gitulah," jawab mereka lagi.

"Gila, tumben banget nih anak pengennya cewek orang, biasanya cewek yang ngejer-ngejer dia," kataku lagi.

"Gw juga heran, padahal kalau menurut gw ceweknya tuh biasa-biasa aja dan bahkan jauh lebih cantik mantan-mantannya," kata mereka lagi.

"Ada sesuatu pasti," gumamku dan membiarkan mereka menggosip tentang Febri.

"Mau kemana Lo," tanya mereka saat gw beranjak dari kursi.

"Liat Febri," kataku lagi.

Akhirnya setelah penasaran barulah aku mengetahui siapa wanita itu, wanita yang dikejar oleh sahabat baikku ini, seperti yang dikatakan oleh teman-temanku tadi, dia tidak secantik yang lainnya tapi aku yakin ada sesuatu padanya, seperti Tia Ariska yang juga berhasil mencuri perhatianku saat ini.

Tadi saat aku masih berbicara dengan Febri dikamar tiba-tiba seorang cewek masuk dengan gaya bar-barnya yang membuat aku dan Febri langsung melihat kesumber kerusuhan dan aku paham kalau ini adalah Nara yang menjadi sumber dari kecelakaan Febri hari ini.

"Keluarlah," gumam Febri yang langsung aku patuhi.

Sebelum itu aku melihat apa yang digilai oleh Febri kepada wanita itu.

"Wanita yang menarik," gumamku tapi tetap jauh lebih menarik Tia dimataku.

"Dia ceweknya," ucap yang lain kepo.

"Mana gw tau," jawabku santai.

"Eleh, gw kepo tau," kata yang lain dan gw langsung cabut dari sana.

Mendingan merecoki Tia yang menggemaskan dari pada mengetahui urusan orang, aahh aku sangat merindukan gadis bermulut pedas itu.

"Mau kemana?" Tanya teman-temanku.

"Cabut lah, ngapain gw kepo sama urusan orang pacaran," kataku lagi.

"Eleh, sok punya gebetan Lo," ucapnya mereka.

"Emangnya gw kek Lo, dasar jomblo," kataku dan berlalu.

"Sialan," maki mereka dan aku tidak perduli.

Aku mencoba untuk menghubungi gadis itu tapi sayang dia tidak mengangkatnya.

"Gadis ini kemana lagi," gumamku.

Kembali aku menghubungi Tia sampai suara garang diseberang sana memenuhi indera pendengaranku.

"Ini siap?" Jawab jutek Tia.

"Jangan galak-galak atuh sayang," kataku dengan senyuman merekah.

"Lo, dari mana Lo dapat nomor gw," ujar Tia semakin sewot.

"Kamu yang kasih, kok lupa!" Ucapku pura-pura kaget.

"Palo Lo, mana namanya alay banget lagi," gerutu Tia yang membuat tawaku menyembur.

"Bagus gitu, kesayangan," kataku mengulang nama yang gw tulis tadi di hp Tia.

"Lo gila," katanya dan memutuskan sambungan telepon kami.

"Lah diputus," kataku dan kembali terkekeh saat ingat tadi aku mengambil hp Tia secara diam-diam. Untunglah tidak dikunci jadi memudahkan aku untuk mengotak atiknya.

"Lah tapikan gw niatnya mau tanya dia dimana!" Gumamku sambil menepuk jidat.

"Tuan Adit," ucap sebuah suara yang sangat familiar ditelingaku.

"Brengsek," kataku memaki saat melihat siapa orangnya.

"Tuan besar ingin bercerita," katanya lagi yang aku abaikan.

"Kalau tuan tidak ingin pergi secara baik-baik kami terpaksa menyeretnya," umum laki-laki sialan yang aku tau semua yang dikatakan akan terjadi.

"Bilang sama tua Bangka itu, gw gak mau bicara dengannya," kataku berapi-api.

"Kami tidak bisa menolak permintaan tuan besar," ucap mereka dan sialnya aku tidak bisa melakukan apapun lagi.

"Berengsek."

Nah kan Adit belum tau siapa itu Nara?

Ntar kalau tau sahabatnya Tia pasti minta di pdkt in ini. Hehehehe

Tungguin kelanjutannya yah teman-teman, mohon kritik dan sarannya. Terimakasih buat yang sudah baca.

Related chapters

  • Adit dan Tia   Marah

    "Gw gak suka cara seperti ini," kataku saat sampai di ruangan laki-laki menyebalkan yang sukanya ngatur hidup gw."Yang sopan kalau bicara," katanya santai."Gw cabut," kataku malas meladeni dia yang pasti ada maunya."Duduk," katanya dingin.Tetap saja aku tidak terpengaruh dan sialnya saat membuka pintu para begundal itu sudah berdiri dengan siaga."Mau Lo apasih?" Kata gw dan menghempaskan pintu sekuat yang gw bisa"Semakin hari kamu semakin tidak sopan," gerutunya lagi."Gw malas bicara sopan santun sama orang yang bahkan juah lebih tidak sopan," kataku malas."Aku ini tetap palamu," jawabnya marah."Baru ngakuin gw sekarang?" Jawabku sarkatis."Sudahlah, percuma bicara basa basi dengan mu," jawabnya lagi yang membuatku memutuar bolamata dengan malas."Segera selesaikan kuliahmu," katanya memula

    Last Updated : 2021-05-22
  • Adit dan Tia   Cowok Resek

    "menyebalkan, dasar pengganggu," gerutuku saat Adit terus saja membuntuti."Ngapain sih," sewotku dan menatapnya tajam."Jangan marah-marah, nanti cantiknya ilang," ujar Adit yang tambah membuat aku sebal."Pergi sana," kataku dan menghentakkan kaki kembali berjalan."Gak boleh kasar sama pacar," katanya lagi dan kembali mengikutiku dari belakang."Lo makin lama kok makin nyebelin sih," gerutuku dan kembali menatapnya dengan tajam."Kamu kok makin lama makin lucu sih," balas Adit."Dasar gila," kata ku dan kembali berjalan."Jangan ikutin gw sialan," kataku saat mengetahui laki-laki menyebalkan ini kembali mengikutiku."Aku jagain dari belakang, takutnya nanti nyungsep," jawab Adit yang semakin membuat aku marah."Adiiiiitttt," kataku dan menghentakkan kaki."Aya, malu diliatin orang," kata Adit kepadaku."Aya pala Lo, nama gw Tia," ujarku sewot."Panggilan kesayangan," kayanya cengengesan."Awas kal

    Last Updated : 2021-06-01
  • Adit dan Tia   Dekat

    Akhir-akhir ini aku semakin sibuk dengan masalah skripsi, bimbingan dengan dosen yang menurutku sangat kiler dan di tambah dengan tingkah resek Adit yang membuat aku selalu naik darah.Entah di sengaja atau tidak, laki-laki urakan itu selau saja nimbrung saat aku baik dalam kesusahan maupun sedang sendirian, seperti penguntit saja, atau dia benar-benar menguntitku.Seperti waktu itu saat aku sedang kesal dengan guru bimbingan ku, tiba-tiba saja dia nongol di dekat kantin tempat biasa aku nongkrong jika Nara sedang sibuk."Ngapain Lo kesini," gerutu sewot saat dia datang menenteng dua mangkok dengan senyuman manisnya."Makan lah," jawab Adit santai dan duduk di sampingku."Jauh-jauh sana," gerutuku semakin kesal."Jangan jutek-jutek, makan dulu," ujarnya dan mengansurkan bakso kesukaan ku, tidak pake bihun dan tentu saja dengan sambal yang pedas."Tumben banget baik, biasanya nyebelin banget," ujarku tapi tak ayal tetap menyantap makan

    Last Updated : 2021-06-03
  • Adit dan Tia   Brengsek

    Sudah hampir satu bulan aku mengenal Adit, laki-laki urakan yang penuh dengan tato, salah pergaulan dan tentu saja tidak masuk kedalam kriteria ku tapi buktinya kami sudah dekat akhir-akhir ini.Meskipun dia menyebalkan tapi kadang suka bikin kangen saat aku ada masalah, dia selalu ada dan datang tiba-tiba seperti jailangkung, membuat aku jantungan setiap gombalannya, bukan karena terpesona tapi lebih kepada mau muntah saja.Seperti yang sudah aku bilang akhir-akhir ini dia selalu ada saat aku membutuhkan, entah dalam keadaan susah, senang, bahkan saat mood aku buruk luar biasa. Dengan sabar dia selalu mengikuti semua mau ku, bahkan sudah seperti babi saja, menemaniku berbelanja saat nada sibuk dengan kekasihnya, membelikan minum saat aku haus dan malas ke kantin, pokoknya masih banyak lagi.Tidak ada hubungan antara kami tali sialnya dia selalu melarang ku jalan dengan cowok siapapun kecuali dia, posesif yang tidak bisa di ganggu gugat, dia akan berbuat nekat k

    Last Updated : 2021-06-05
  • Adit dan Tia   Salah Lagi

    Dari kemarin aku sama sekali tidak bisa menghubungi Tia, gadis bar-bar yang akhir-akhir ini benar-benar sudah mencuri perhatian ku. Melihat sikapnya yang jutek dan dingin tapi juga diselingi oleh sikap manjanya malah membuat aku semakin suka melihat apapun mimik wajah yang ditampilkan, seperti menonton sebuah film kartu lucu yang selalu bisa mengocok perut.Makanya malam ini aku menjadi uring-uringan, telfon tidak diangkat dan bahkan pesan juga tidak dibalasnya. Meskipun memang biasanya aku juga sering diabaikan tapi untuk beberapa waktu ini dia sudah banyak berubah, menjawab telfon dariku meskipun dengan ogah-ogahan, membalas chat ku sesingkat yang dibisanya.Kali ini aku merasa lain, merasa Tia sedang marah, meskipun aku yakin sama sekali tidak membuat masalah kepadanya untuk beberapa hari ini, bahkan aku lebih cenderung mengikuti semua maunya."Ada apa lagi dengan gadis ini," gumamku karena entah untuk keberapa kali aku menghubunginya tapi masih tidak kunjung

    Last Updated : 2021-06-07
  • Adit dan Tia   Marah Hebat

    Tidak bisa menghubungi Tia aku malah berakhir di dalam klab malam, menghabiskan berbotol-botol minuman yang membuat aku sejenak melupakan gadis keras kepala itu.Menikmati hingar-bingar suasana malam dan menggunakan barang terlarang sebagai pelengkap kebahagiaan ku malam ini.Melayang, merasa tanpa beban dan semuanya terasa sangat indah membuat aku terhanyut dan tersesat dalam lingkaran setan, lingkaran yang entah kapan akan mengejek dan membunuh ku."Gila nikmat banget broooo," teriakku dan menganggukkan kepala sesuai irama musik. Meneguk lagi minuman langsung dari botolnya."Pesta sampai pagi," teriak teman-teman ku yang basipnya hampir tidak beda jauh. Dilupakan keluarga, ditinggalkan kekasih dan bahkan dikhianati oleh saudaranya sendiri.Kami kumpulkan anak-anak tidak berguna menurut segelintir orang yang melihat hanya dari luarnya saja. Padahal mereka tidak tau bagaimana kami melawan rasa sakit disaat bahkan kami belum tau dan mengerti betapa ke

    Last Updated : 2021-06-11
  • Adit dan Tia   Jadi Galau

    Entah mengapa bisa ada Adit disini, aku benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki itu adalah temannya Febri, selama ini aku tidak pernah melihat mereka bersama dan hal ini malah membuat aku semakin marah."Apa yang Lo lakukan disini?" Geram ku tapi dengan suara yang masih rendah, takut membangunkan Nara yang masih tertidur dengan pulas. Melihat Febri yang sepertinya juga masih tertidur membuat aku sedikit legah."Kita harus bicara," kata Adit yang kembali melotot, pasalnya dia sama sekali tida mengecilkan volume suaranya.Pelan-pelan sekali aku mengangkat kepala Nara dan menaruhnya diatas bantal sofa, memastikan gadis ini tetap tertidur."Keluar," gumamku dengan amarah yang sudah mulai berkobar."Kita harus membahas masalah ini," ujar Adit lagi."Keluar atau gw yang bakalan pergi," kataku dengan marah tidak perduli apakah suaraku mengganggu dua manusia yang masih tertidur itu."Aya," kata Adit yang membuat aku segera meninggalkan ru

    Last Updated : 2021-06-16
  • Adit dan Tia   Kabar Gila

    Setelah bertengkar dengan Tia aku memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit, menenangkan diri terlebih dahulu sebelum kembali menjenguk Febri yang aku tau sekarang pasti hanya dijaga oleh Nara, hadis baik-baik yang dikejar-kejar oleh sahabat baikku itu. Aku tau dia cinta mati kepada gadis itu, karena dulu sekali sebelum kami sedekat sekarang dia pernah menolak cewek tercantik disekolah dengan alasan sudah punya cewek yang dia sukai, awalnya aku kira itu hanyalah omong kosong Febri untuk menjauhi cewek itu tapi saat dia diam-diam menatap seorang gadis biasa dari kejauhan setiap saat aku jadi mengerti kalau gadis itu adalah ornagnya. Sayangnya Febri saat itu tidak berani mendekat dan lebih memilih bersembunyi dengan segala perasaan yang dia miliki tapi entah apa yang merasuki laki-laki itu sehingga dengan gilanya membuat sang wanita putus dengan pacarnya yang ternyata sangat berengsek itu, lebih gila dari Febri tapi dia berkedok menjadi laki-laki baik didepan Nara.

    Last Updated : 2021-06-22

Latest chapter

  • Adit dan Tia   Semakin Gencar

    Sudah hampir satu bulan ini aku menjauhi Tia dan berharap aku bisa melupakannya tapi ternyata aku salah, setiap saat aku malah semakin merindukan gadis itu, merindukan kemarahannya yang kadang kala membuat aku gemas dan sebal, sebal saat dia sangat keras kepala sekali. Tia merupakan wanita yang keras dan tidak gampang dan hal ini membuat aku merasa tertantang, tertantang untuk menaklukkan dan mendapatkan gadis itu, urusan Papa itu bisa berlakangan sekarang yang aku lakukan adalah urusan hatiku yang selalu merindukan gadis itu dan hal ini tidak bisa aku remehkan. Sebenarnya aku benar-benar ingin menjauhinya, tapi melihat bagaimana perjuangannya Febri untuk mendapatkan wanita yang dia cintai membuat aku termotivasi dan sekarang aku tidak akan melepaskannya lagi dan akan semakin gencar untuk melakukan pendekatan. "Kemana Lo?" Tanya Febri saat aku baru saja berdiri dari tempat dudukku. "Keluar." Kataku dan mengabaikan pertanyaan lainnya yang datang dari teman-temanku. Saat ini tujuank

  • Adit dan Tia   Kemarahan Adit

    Aku fikir semalam semuanya sudah baik-baik saja, bisa tenang dan tidak ada gangguan lagi tapi ternyata aku salah, Adit tubuh menyerah dan tinggal diam, dia menghubungiku berkali-kali sampai aku memutuskan untuk mematikan hp ku saja, bahkan mengirimkan bertubi-tubi SMS yang kembali aku abaikan. Pahitnya aku bertemu lagi dengan laki-laki itu, dia tidak menyerah dan hal itu yang membuat aku malas luar biasa. "Kau bisa tidak, tidak usah menggangguku," gerutuku saat melihat Adit didepan pintu rumahku. "Jelaskan," pintanya lagi. "Sudah aku bilang kami tidak membicarakan apapun," kataku yang tidak habis fikir. "Jangan bohong," katanya yang membuat aku marah. "Kalau kamu tidak percaya itu urusanmu, jangan ganggu aku lagi," kataku dan segera meninggalkan Adit begitu saja. "Tia," katanya dengan nada tinggi dan aku tetap mengabaikan laki-laki itu. "Apa-apaan sih," gerutu dan menaiki angkot untuk menuju kekampus. Kali ini u

  • Adit dan Tia   Papa Adit

    Entah kenapa aku merasa agak aneh dengan laki-laki yang bernama Adit itu, merasa sedikit marah saat melihat dia dengan wanita lain, padahal kami tidak memiliki hubungan apapun dan aku juga membangun dinding tebal untuk melarang laki-laki seperti dia masuk kembali kedalam kehidupanku. Rasa sakit itu masih terlalu membekas erat didalam hatiku, tidak ingin kembali kecewa karena laki-laki yang berjenis yang sama, laki-laki rusak dan tidak jelas melakukannya, tidak bisa dipercaya kesetiaannya. Hari ini seperti biasanya aku berangkat kekampus dengan tumpukan kertas didalam gendongan tanganku, sudah seberat seperti menggendong seorang bayi saja saking banyaknya kertas yang harus aku bawa. Skirpiku tidak lah sesedikit yang lainnya, saat mereka mungkin hanya memiliki sekitar 60 dari ban satu sampai bab tiga, sedangkan aku untuk bab tiga saja sudah ada 80 lembar dan itu semuanya adalah teori, yah beginilah nasipku dalam membuat skripsi. Yang lain akan tuntas de

  • Adit dan Tia   Tuduhan

    Memang benar-benar gila aku tidur sampai sore, yah senyenyak itu lah aku tertidur, entah karena semalam bergadang atau efek wangi Tia yang masih melekat erat di kasurku. Entahlah aku tidak tau yang mana, tapi yang pasti aku terbangun karena perutku sudah minta diisi. "Perut yang malang," gumamku dan bergegas membersihkan diri sebelum keluar untuk mencari makan. Entah makan apa namanya ini, yang pasti aku hanya butuh mengisi perut saja. "Kak Adit," panggil seorang wanita saat aku masih asik makan di salah satu restoran mewah langgananku. "Kamu?" Gumamku bingung melihat gadis itu masih tersenyum cantik. "Aku Tiara masa kak Adit lupa?" Katanya dan mengambil tempat. "Tiara?" Gumamku bingung. Benar-benar tidak ingat siapa wanita yang ada didepanku ini. "Itu loh kak, yang waktu ketemu di bar yang kakak peluk!" Ingatkannya kepadaku. "Oohhh, maaf yah aku memang suka lupa," kataku padahal sebenarnya aku juga tidak ingat. Bukannya apa-ap

  • Adit dan Tia   Kabar Gila

    Setelah bertengkar dengan Tia aku memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit, menenangkan diri terlebih dahulu sebelum kembali menjenguk Febri yang aku tau sekarang pasti hanya dijaga oleh Nara, hadis baik-baik yang dikejar-kejar oleh sahabat baikku itu. Aku tau dia cinta mati kepada gadis itu, karena dulu sekali sebelum kami sedekat sekarang dia pernah menolak cewek tercantik disekolah dengan alasan sudah punya cewek yang dia sukai, awalnya aku kira itu hanyalah omong kosong Febri untuk menjauhi cewek itu tapi saat dia diam-diam menatap seorang gadis biasa dari kejauhan setiap saat aku jadi mengerti kalau gadis itu adalah ornagnya. Sayangnya Febri saat itu tidak berani mendekat dan lebih memilih bersembunyi dengan segala perasaan yang dia miliki tapi entah apa yang merasuki laki-laki itu sehingga dengan gilanya membuat sang wanita putus dengan pacarnya yang ternyata sangat berengsek itu, lebih gila dari Febri tapi dia berkedok menjadi laki-laki baik didepan Nara.

  • Adit dan Tia   Jadi Galau

    Entah mengapa bisa ada Adit disini, aku benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki itu adalah temannya Febri, selama ini aku tidak pernah melihat mereka bersama dan hal ini malah membuat aku semakin marah."Apa yang Lo lakukan disini?" Geram ku tapi dengan suara yang masih rendah, takut membangunkan Nara yang masih tertidur dengan pulas. Melihat Febri yang sepertinya juga masih tertidur membuat aku sedikit legah."Kita harus bicara," kata Adit yang kembali melotot, pasalnya dia sama sekali tida mengecilkan volume suaranya.Pelan-pelan sekali aku mengangkat kepala Nara dan menaruhnya diatas bantal sofa, memastikan gadis ini tetap tertidur."Keluar," gumamku dengan amarah yang sudah mulai berkobar."Kita harus membahas masalah ini," ujar Adit lagi."Keluar atau gw yang bakalan pergi," kataku dengan marah tidak perduli apakah suaraku mengganggu dua manusia yang masih tertidur itu."Aya," kata Adit yang membuat aku segera meninggalkan ru

  • Adit dan Tia   Marah Hebat

    Tidak bisa menghubungi Tia aku malah berakhir di dalam klab malam, menghabiskan berbotol-botol minuman yang membuat aku sejenak melupakan gadis keras kepala itu.Menikmati hingar-bingar suasana malam dan menggunakan barang terlarang sebagai pelengkap kebahagiaan ku malam ini.Melayang, merasa tanpa beban dan semuanya terasa sangat indah membuat aku terhanyut dan tersesat dalam lingkaran setan, lingkaran yang entah kapan akan mengejek dan membunuh ku."Gila nikmat banget broooo," teriakku dan menganggukkan kepala sesuai irama musik. Meneguk lagi minuman langsung dari botolnya."Pesta sampai pagi," teriak teman-teman ku yang basipnya hampir tidak beda jauh. Dilupakan keluarga, ditinggalkan kekasih dan bahkan dikhianati oleh saudaranya sendiri.Kami kumpulkan anak-anak tidak berguna menurut segelintir orang yang melihat hanya dari luarnya saja. Padahal mereka tidak tau bagaimana kami melawan rasa sakit disaat bahkan kami belum tau dan mengerti betapa ke

  • Adit dan Tia   Salah Lagi

    Dari kemarin aku sama sekali tidak bisa menghubungi Tia, gadis bar-bar yang akhir-akhir ini benar-benar sudah mencuri perhatian ku. Melihat sikapnya yang jutek dan dingin tapi juga diselingi oleh sikap manjanya malah membuat aku semakin suka melihat apapun mimik wajah yang ditampilkan, seperti menonton sebuah film kartu lucu yang selalu bisa mengocok perut.Makanya malam ini aku menjadi uring-uringan, telfon tidak diangkat dan bahkan pesan juga tidak dibalasnya. Meskipun memang biasanya aku juga sering diabaikan tapi untuk beberapa waktu ini dia sudah banyak berubah, menjawab telfon dariku meskipun dengan ogah-ogahan, membalas chat ku sesingkat yang dibisanya.Kali ini aku merasa lain, merasa Tia sedang marah, meskipun aku yakin sama sekali tidak membuat masalah kepadanya untuk beberapa hari ini, bahkan aku lebih cenderung mengikuti semua maunya."Ada apa lagi dengan gadis ini," gumamku karena entah untuk keberapa kali aku menghubunginya tapi masih tidak kunjung

  • Adit dan Tia   Brengsek

    Sudah hampir satu bulan aku mengenal Adit, laki-laki urakan yang penuh dengan tato, salah pergaulan dan tentu saja tidak masuk kedalam kriteria ku tapi buktinya kami sudah dekat akhir-akhir ini.Meskipun dia menyebalkan tapi kadang suka bikin kangen saat aku ada masalah, dia selalu ada dan datang tiba-tiba seperti jailangkung, membuat aku jantungan setiap gombalannya, bukan karena terpesona tapi lebih kepada mau muntah saja.Seperti yang sudah aku bilang akhir-akhir ini dia selalu ada saat aku membutuhkan, entah dalam keadaan susah, senang, bahkan saat mood aku buruk luar biasa. Dengan sabar dia selalu mengikuti semua mau ku, bahkan sudah seperti babi saja, menemaniku berbelanja saat nada sibuk dengan kekasihnya, membelikan minum saat aku haus dan malas ke kantin, pokoknya masih banyak lagi.Tidak ada hubungan antara kami tali sialnya dia selalu melarang ku jalan dengan cowok siapapun kecuali dia, posesif yang tidak bisa di ganggu gugat, dia akan berbuat nekat k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status