Share

Marah

Author: Senada
last update Last Updated: 2021-05-22 02:17:26

"Gw gak suka cara seperti ini," kataku saat sampai di ruangan laki-laki menyebalkan yang sukanya ngatur hidup gw.

"Yang sopan kalau bicara," katanya santai.

"Gw cabut," kataku malas meladeni dia yang pasti ada maunya.

"Duduk," katanya dingin.

Tetap saja aku tidak terpengaruh dan sialnya saat membuka pintu para begundal itu sudah berdiri dengan siaga.

"Mau Lo apasih?" Kata gw dan menghempaskan pintu sekuat yang gw bisa

"Semakin hari kamu semakin tidak sopan," gerutunya lagi.

"Gw malas bicara sopan santun sama orang yang bahkan juah lebih tidak sopan," kataku malas.

"Aku ini tetap palamu," jawabnya marah.

"Baru ngakuin gw sekarang?" Jawabku sarkatis.

"Sudahlah, percuma bicara basa basi dengan mu," jawabnya lagi yang membuatku memutuar bolamata dengan malas.

"Segera selesaikan kuliahmu," katanya memulai dan aku hanya mengangkat alis sebagai tanda tidak mengerti.

"Kau harus segera mengambil ahli perusahaan ini," sambungnya.

"Gw gak tertarik, bukanya anak Lo bukan cuma gw," jawabku malas.

"Adit," hardiknya.

"Gw gak tertarik sama harta Lo dan hmmmm, anak Lo yang satu lagi mungkin mengemis minta posisi ini," kataku remeh.

"Kau tau, aku tidak akan pernah menyerahkan jabatan ini kepadanya," gumam bapak tua itu lagi.

"Itu urusanmu," jawabku santai.

"Cepat atau lambat kau pasti akan menempati posisi ini," gumamnya yang aku jawab dengan kekehan.

"Dalam mimpimu mungkin," kataku remeh.

"Kami sudah tua dan kau seharusnya," ujarnya yang aku potong.

"Aku tidak perduli, seperti kau yang selama ini juga tidak perduli dengan hidup ku," kataku sarkas.

"Itu masalahku dan kau harus melupakannya," ujar laki-laki sialan ini.

"Kau fikir, bagaimana gw hidup bagaikan gelandangan dari kecil bisa dilupakan begitu saja? Bagaimana mama hidup dengan pekerjaan serabutan dan kau hidup mewah dengan wanita murahanmu itu," kataku murka.

"Haaah, kau masih dendam dengan masalalu," gumamnya yang membuat rahangku mengeras.

"Lagipula gw bukan mama yang dengan gampang memaafkan laki-laki brengsek sepertimu," kataku tajam.

"Fikirkan baik-baik, kau akan menyesal jika semua ini tidak jatuh ketanganku," gumamnya yang aku abaikan.

"Baikalh, sesekali pulang lah, mama merindukan mu," ujarnya yang membuat rahangku mengeras.

"Selagi dia disana maka hanya mimpi bagimu melihatku di tempat terkutuk itu," ujarku dan meninggalkan ruangan yang bagaikan neraka itu.

"Minggir berengsek," kataku saat melihat beberapa penjaga menghalangiku.

"Biarkan," ujar laki-laki yang berstatus sebagai papakuitu.

"Baik tuan," ujar si penjaga dan membiarkan aku berlalu begitu saja.

"Sialan," umpatku dan meninju lif beberapa kali.

"Kau Mapur," ujar sebuah suara yang terdengar seperti melodi dari neraka.

"Bukan urusanmu," geramku.

"Hmm, masih saja pemarah seperti biasanya," kata sialan yang sok baik itu.

"Jangan sering-sering, gw alergi melihat gelandangan seperti Lo," katanya yang membuat emosiku seketika memuncak.

"Lo bilang apa?" Kataku dan menarik kerah bajunya.

"Gembel," ujarnya yang membuat aku seketika menyarangkan tinju kerusuk laki-laki sialan ini.

"Hahaha, preman," ujarnya dan saat aku berniat menghajarnya lagi, aku dihalangi oleh security.

"Seret dia keluar," kata laki-laki sialan itu yang membuat gw semakin meradang.

"Lepas sialan," ucapku dan yah mereka segera melepaskan, mereka tau siapa yang sedang ditahannya ini.

"Kita lihat sejauh mana Lo bisa tertawa," gumamku dan meninggalkan perusahaan sialan ini.

Sepanjang perjalanan gw hanya bisa memaki tanpa henti, menyumpah serapahi laki-laki sialan yang egois itu, maunya menang sendiri, suka ngatur. Ditambah dengan anak laknatnya yang sok berkuasa, sok pintar dan sok kaya.

"Sial sial sial sial," makiku dan menendang jok mobil ini.

"Asuh mas, nanti mobil saya rusak," kata supir taxi yang aku tumpangi.

"Gw ganti," balasku sewot.

"Mau makan apa anak dan istri saya nanti mas," katanya lagi yang membuat aku menghembuskan nafas dengan malas.

"8ni uanganya," kataku setelah sampai ditempat tujuan.

"Terimakasih mas," ujar sisupir tersenyum manis saat melihat uang yang gw beri lebih dari Hargo.

"Hmmm," jawabku malas dan segera menuju kemobilku yang tadi gw tinggal.

"Berengsek," gumam gw dan menendang ban mobilku.

"Kenapa harus hari ini," gumamku dan sialnya hp gw malah berbunyi.

"Mama," gumamku dana egera mengangkat panggilan dari wanita yang sudah melahirkan ge itu.

"Ada apa ma?" Kataku tanpa basa basi.

"Halo dit, kata papa kamu tadi kekantor, kenapa tidak mampir sayang, mama merindukanmu," kata mama yang aku jawab dengan tarikan nafas.

"Kamu sehat kan nak?" Tanya mama selali.

"Aku baik-baik saja ma, tadi aku buru-buru," jawabku.

"Kamu terlalu sibuk, kapan bisa ketemu mama," ujar Mama lagi.

"Kalau ada waktu," jawabku.

"Selalu begitu," gumam mama yang membuatku merasa bersalah.

"Besok kita bertemu ditaman tempat biasa," putusku.

"Kenapa selalu disana, tidak bisa kerumah?" Kata mama lagi.

"Maa, Adit sibuk," kataku lagi.

"Baikalh, besok kita ketemu," ucap mama.

"Yasudah, Adi tutup dulu," kataku dan segera memutuskan sambungan telepon kami.

Tidak bukan gw marah kepada mama,gw cuma tidak mau mam semakin sedih, mengingat hubungan gw dengan laki-laki sialan itu tidak pernah akur, maka gw jamin mama akan semakin sedih saja saat melihat pertengkaran diantara kami. Sebisa mungkin gw harus menjauh agar mama tidak merasa sedih terus menerus.

"Kenapa selalu terasa sangat menyebalkan," gumam gw dan melakukan mobil tanpa arah dan tujuan.

"Gadis nakal," gumamku saat melihat Tia dari kejauhan bersama seorang laki-laki.

"Kita lihat saja," kataku dan segera memarkirkan mobilku.

Dengan santai aku segera menuju ketempat gadis bar-bar itu berada dan sepertinya dua tidak sadar dengan keberadaan ku dan itu menajdi hal yang sangat menguntungkan.

"Hay sayang," kataku dan merangkul Tia yang tampaknya sedang asik berbicara dengan laki-laki ini.

"Kamu," geramnya melotot.

"Dia siapa?" Tanya laki-laki itu kepada Tia.

"Dia bukan" ucap Tia yang langsung aku potong.

"Kenalkan gw pacarnya Tia," jawabku tajam.

"Pacar?" Katanya tergagap.

"Gak percaya," kataku dengan alis terangkat.

"Jangan asal," kata Tia yang kembali aku potong. Kali ini bukan dengan perkataan melainkan dengan kecupan singkat di pipinya.

"Adit....." Teriaknya marah dan aku hanya santai saja.

"Sialan, cowok mesum gak punya otak," maki Tia kepadaku.

"Sebaiknya Lo pergi, cewek gw lagi mode ngamuk, gw takut Lo jantungan nanti," kataku santai dan menatap cowok yang terlihat masih bingung itu.

"Nyebelin, jangan ngaku-ngaku Lo," teriak Tia dengan pukula dahsyatnya.

"Malu sayang diliatin banyak ornag," kataku dan menangkap tangannya.

"Bodo amat," jawab Tia dan kembali memukulku dengan membabi buta.

"Mau gw bungkam sama ciuman lagi?" Kataku saat menangkap kedua tangan gadis bar-bar ku ini.

"Mesum," jatanya dan menendang kakiku.

"Aaawws," kataku meringis saat Tia berhasil menendang tulang keningku.

"Rasain, siapa suru jadi cowok resek dan nyebelin," katanya dan sekarang tangannya lah yang melayang memukuli tubuhku.

"Ampun, ampun," kataku lagi.

"Rasain," kata Tia dan semakin semangat menghajarku.

"Cowok sialan, gembel gak tau diri" makinya tali untunglah kali ini tanpa pukulan.

"Capek," tanyaku.

"Sialan," sungut Tia.

"Sama pacar gak boelh galak-galak," kataku lagi.

"Ogah gw pacaran sama Lo, urakan gitu," ujar Tia.

"Kalau gw berubah emangnya Lo mau?" Tantangku.

"Ogah," katanya lagi.

"Gw serius," ucapku dan menangkap tangan Tia yang bermuatan kembali memukulku.

"Lepas," kata Tia saat terjadi adegan saling tatap-tatapan beberapa saat.

"Kenap, Takut jatuh cinta?" Godaku yang sukses mendapatkan geplakan dikepalai oleh gadis bar-bar dan pemarah ini.

"Sakit tau," kataku dan mengusap bagian yang tadi di geplak Tia.

"Rasain," gumamnya.

"Kalau aku geger otak, kamu hatus tanggung jawab," kataku lagi.

"Bego, mana ada geger otak cuma karena geplakan gitu," jawab Tia sewot.

"Pokoknya harus tanggung jawab," kataku lagi dan Tia dengan santainya meninggalkan aku.

"Eehh, tanggung jawab oii," kataku dan mengejar langkah kakinya.

"Sinting," kata Tia lagi dan pergi meninggalkanku.

Hay Hay Hay, gimana bab ini?

Tulis pendapatnya yah, ditunggu.

Terimakasih buat yang sudah mampir.

Jangan bosan-bosan buat selalu kasih kritik dan sarannya buat aku, biar cerita ini bisa lebih baik kedepannya. Daaahhhhh.

"Gw gak suka cara seperti ini," kataku saat sampai di ruangan laki-laki menyebalkan yang sukanya ngatur hidup gw.

"Yang sopan kalau bicara," katanya santai.

"Gw cabut," kataku malas meladeni dia yang pasti ada maunya.

"Duduk," katanya dingin.

Tetap saja aku tidak terpengaruh dan sialnya saat membuka pintu para begundal itu sudah berdiri dengan siaga.

"Mau Lo apasih?" Kata gw dan menghempaskan pintu sekuat yang gw bisa

"Semakin hari kamu semakin tidak sopan," gerutunya lagi.

"Gw malas bicara sopan santun sama orang yang bahkan juah lebih tidak sopan," kataku malas.

"Aku ini tetap papamu," jawabnya marah.

"Baru ngakuin gw sekarang?" Jawabku sarkatis.

"Sudahlah, percuma bicara basa basi dengan mu," jawabnya lagi yang membuatku memutuar bolamata dengan malas.

"Segera selesaikan kuliahmu," katanya memulai dan aku hanya mengangkat alis sebagai tanda tidak mengerti.

"Kau harus segera mengambil ahli perusahaan ini," sambungnya.

"Gw gak tertarik, bukanya anak Lo bukan cuma gw," jawabku malas.

"Adit," hardiknya.

"Gw gak tertarik sama harta Lo dan hmmmm, anak Lo yang satu lagi mungkin mengemis minta posisi ini," kataku remeh.

"Kau tau, aku tidak akan pernah menyerahkan jabatan ini kepadanya," gumam bapak tua itu lagi.

"Itu urusanmu," jawabku santai.

"Cepat atau lambat kau pasti akan menempati posisi ini," gumamnya yang aku jawab dengan kekehan.

"Dalam mimpimu mungkin," kataku remeh.

"Kami sudah tua dan kau seharusnya," ujarnya yang aku potong.

"Aku tidak perduli, seperti kau yang selama ini juga tidak perduli dengan hidup ku," kataku sarkas.

"Itu masalaluku dan kau harus melupakannya," ujar laki-laki sialan ini.

"Kau fikir, bagaimana gw hidup bagaikan gelandangan dari kecil bisa dilupakan begitu saja? Bagaimana mama hidup dengan pekerjaan serabutan dan kau hidup mewah dengan wanita murahanmu itu," kataku murka.

"Haaah, kau masih dendam dengan masalalu," gumamnya yang membuat rahangku mengeras.

"Lagipula gw bukan mama yang dengan gampang memaafkan laki-laki brengsek sepertimu," kataku tajam.

"Fikirkan baik-baik, kau akan menyesal jika semua ini tidak jatuh ketanganmu," gumamnya yang aku abaikan.

"Baik lah, sesekali pulang lah, mama merindukan mu," ujarnya yang membuat rahangku mengeras.

"Selagi dia disana maka hanya mimpi bagimu melihatku di tempat terkutuk itu," ujarku dan meninggalkan ruangan yang bagaikan neraka itu.

"Minggir berengsek," kataku saat melihat beberapa penjaga menghalangiku.

"Biarkan," ujar laki-laki yang berstatus sebagai papaku itu.

"Baik tuan," ujar si penjaga dan membiarkan aku berlalu begitu saja.

"Sialan," umpatku dan meninju lif beberapa kali.

"Kau mampir," ujar sebuah suara yang terdengar seperti melodi dari neraka.

"Bukan urusanmu," geramku.

"Hmm, masih saja pemarah seperti biasanya," kata sialan yang sok baik itu.

"Jangan sering-sering, gw alergi melihat gelandangan seperti Lo," katanya yang membuat emosiku seketika memuncak.

"Lo bilang apa?" Kataku dan menarik kerah bajunya.

"Gembel," ujarnya yang membuat aku seketika menyarangkan tinju kerusuk laki-laki sialan ini.

"Hahaha, preman," ujarnya dan saat aku berniat menghajarnya lagi, aku dihalangi oleh security.

"Seret dia keluar," kata laki-laki sialan itu yang membuat gw semakin meradang.

"Lepas sialan," ucapku dan yah mereka segera melepaskan, mereka tau siapa yang sedang ditahannya ini.

"Kita lihat sejauh mana Lo bisa tertawa," gumamku dan meninggalkan perusahaan sialan ini.

Sepanjang perjalanan gw hanya bisa memaki tanpa henti, menyumpah serapahi laki-laki sialan yang egois itu, maunya menang sendiri, suka ngatur. Ditambah dengan anak laknatnya yang sok berkuasa, sok pintar dan sok kaya.

"Sial sial sial sial," makiku dan menendang jok mobil ini.

"Aduh mas, nanti mobil saya rusak," kata supir taxi yang aku tumpangi.

"Gw ganti," balasku sewot.

"Mau makan apa anak dan istri saya nanti mas," katanya lagi yang membuat aku menghembuskan nafas dengan malas.

"Ini uanganya," kataku setelah sampai ditempat tujuan.

"Terimakasih mas," ujar sisupir tersenyum manis saat melihat uang yang gw beri lebih dari Hargo.

"Hmmm," jawabku malas dan segera menuju kemobilku yang tadi gw tinggal.

"Berengsek," gumam gw dan menendang ban mobilku.

"Kenapa harus hari ini," gumamku dan sialnya hp gw malah berbunyi.

"Mama," gumamku dengan enggan mengangkat panggilan dari wanita yang sudah melahirkan gw itu.

"Ada apa ma?" Kataku tanpa basa basi.

"Halo dit, kata papa kamu tadi kekantor, kenapa tidak mampir sayang, mama merindukanmu," kata mama yang aku jawab dengan tarikan nafas.

"Kamu sehat kan nak?" Tanya mama selalu.

"Aku baik-baik saja ma, tadi aku buru-buru," jawabku.

"Kamu terlalu sibuk, kapan bisa ketemu mama," ujar Mama lagi.

"Kalau ada waktu," jawabku.

"Selalu begitu," gumam Mama yang membuatku merasa bersalah.

"Besok kita bertemu ditaman tempat biasa," putusku.

"Kenapa selalu disana, tidak bisa kerumah?" Kata Mama lagi.

"Maa, Adit sibuk," kataku lagi.

"Baikalh, besok kita ketemu," ucap Mama.

"Yasudah, Adi tutup dulu," kataku dan segera memutuskan sambungan telepon kami.

Tidak bukan gw marah kepada Mama, gw cuma tidak mau Mama semakin sedih, mengingat hubungan gw dengan laki-laki sialan itu tidak pernah akur, maka gw jamin mama akan semakin sedih saja saat melihat pertengkaran diantara kami. Sebisa mungkin gw harus menjauh agar Mama tidak merasa sedih terus menerus.

"Kenapa selalu terasa sangat menyebalkan," gumam gw dan melajukan mobil tanpa arah dan tujuan.

"Gadis nakal," gumamku saat melihat Tia dari kejauhan bersama seorang laki-laki.

"Kita lihat saja," kataku dan segera memarkirkan mobilku.

Dengan santai aku segera menuju ketempat gadis bar-bar itu berada dan sepertinya dia tidak sadar dengan keberadaan ku dan itu menajdi hal yang sangat menguntungkan.

"Hay sayang," kataku dan merangkul Tia yang tampaknya sedang asik berbicara dengan laki-laki ini.

"Kamu," geramnya melotot.

"Dia siapa?" Tanya laki-laki itu kepada Tia.

"Dia bukan" ucap Tia yang langsung aku potong.

"Kenalkan gw pacarnya Tia," jawabku tajam.

"Pacar?" Katanya tergagap.

"Gak percaya," kataku dengan alis terangkat.

"Jangan asal," kata Tia yang kembali aku potong. Kali ini bukan dengan perkataan melainkan dengan kecupan singkat di pipinya.

"Adit....." Teriaknya marah dan aku hanya santai saja.

"Sialan, cowok mesum gak punya otak," maki Tia kepadaku.

"Sebaiknya Lo pergi, cewek gw lagi mode ngamuk, gw takut Lo jantungan nanti," kataku santai dan menatap cowok yang terlihat masih bingung itu.

"Nyebelin, jangan ngaku-ngaku Lo," teriak Tia dengan pukula dahsyatnya.

"Malu sayang diliatin banyak ornag," kataku dan menangkap tangannya.

"Bodo amat," jawab Tia dan kembali memukulku dengan membabi buta.

"Mau gw bungkam sama ciuman lagi?" Kataku saat menangkap kedua tangan gadis bar-bar ku ini.

"Mesum," jatanya dan menendang kakiku.

"Aaawws," kataku meringis saat Tia berhasil menendang tulang keringku.

"Rasain, siapa suru jadi cowok resek dan nyebelin," katanya dan sekarang tangannya lah yang melayang memukuli tubuhku.

"Ampun, ampun," kataku lagi.

"Rasain," kata Tia dan semakin semangat menghajarku.

"Cowok sialan, gembel gak tau diri" makinya tapi untunglah kali ini tanpa pukulan.

"Capek," tanyaku.

"Sialan," sungut Tia.

"Sama pacar gak boelh galak-galak," kataku lagi.

"Ogah gw pacaran sama Lo, urakan gitu," ujar Tia.

"Kalau gw berubah emangnya Lo mau?" Tantangku.

"Ogah," katanya lagi.

"Gw serius," ucapku dan menangkap tangan Tia yang berniatan kembali memukulku.

"Lepas," kata Tia saat terjadi adegan saling tatap-tatapan beberapa saat.

"Kenap, Takut jatuh cinta?" Godaku yang sukses mendapatkan geplakan dikepala oleh gadis bar-bar dan pemarah ini.

"Sakit tau," kataku dan mengusap bagian yang tadi di geplak Tia.

"Rasain," gumamnya.

"Kalau aku geger otak, kamu hatus tanggung jawab," kataku lagi.

"Bego, mana ada geger otak cuma karena geplakan gitu," jawab Tia sewot.

"Pokoknya harus tanggung jawab," kataku lagi dan Tia dengan santainya meninggalkan aku.

"Eehh, tanggung jawab oii," kataku dan mengejar langkah kakinya.

"Sinting," kata Tia lagi dan pergi meninggalkanku.

Hay Hay Hay, gimana bab ini?

Tulis pendapatnya yah, ditunggu.

Terimakasih buat yang sudah mampir.

Jangan bosan-bosan buat selalu kasih kritik dan sarannya buat aku, biar cerita ini bisa lebih baik kedepannya. Daaahhhhh.

Related chapters

  • Adit dan Tia   Cowok Resek

    "menyebalkan, dasar pengganggu," gerutuku saat Adit terus saja membuntuti."Ngapain sih," sewotku dan menatapnya tajam."Jangan marah-marah, nanti cantiknya ilang," ujar Adit yang tambah membuat aku sebal."Pergi sana," kataku dan menghentakkan kaki kembali berjalan."Gak boleh kasar sama pacar," katanya lagi dan kembali mengikutiku dari belakang."Lo makin lama kok makin nyebelin sih," gerutuku dan kembali menatapnya dengan tajam."Kamu kok makin lama makin lucu sih," balas Adit."Dasar gila," kata ku dan kembali berjalan."Jangan ikutin gw sialan," kataku saat mengetahui laki-laki menyebalkan ini kembali mengikutiku."Aku jagain dari belakang, takutnya nanti nyungsep," jawab Adit yang semakin membuat aku marah."Adiiiiitttt," kataku dan menghentakkan kaki."Aya, malu diliatin orang," kata Adit kepadaku."Aya pala Lo, nama gw Tia," ujarku sewot."Panggilan kesayangan," kayanya cengengesan."Awas kal

    Last Updated : 2021-06-01
  • Adit dan Tia   Dekat

    Akhir-akhir ini aku semakin sibuk dengan masalah skripsi, bimbingan dengan dosen yang menurutku sangat kiler dan di tambah dengan tingkah resek Adit yang membuat aku selalu naik darah.Entah di sengaja atau tidak, laki-laki urakan itu selau saja nimbrung saat aku baik dalam kesusahan maupun sedang sendirian, seperti penguntit saja, atau dia benar-benar menguntitku.Seperti waktu itu saat aku sedang kesal dengan guru bimbingan ku, tiba-tiba saja dia nongol di dekat kantin tempat biasa aku nongkrong jika Nara sedang sibuk."Ngapain Lo kesini," gerutu sewot saat dia datang menenteng dua mangkok dengan senyuman manisnya."Makan lah," jawab Adit santai dan duduk di sampingku."Jauh-jauh sana," gerutuku semakin kesal."Jangan jutek-jutek, makan dulu," ujarnya dan mengansurkan bakso kesukaan ku, tidak pake bihun dan tentu saja dengan sambal yang pedas."Tumben banget baik, biasanya nyebelin banget," ujarku tapi tak ayal tetap menyantap makan

    Last Updated : 2021-06-03
  • Adit dan Tia   Brengsek

    Sudah hampir satu bulan aku mengenal Adit, laki-laki urakan yang penuh dengan tato, salah pergaulan dan tentu saja tidak masuk kedalam kriteria ku tapi buktinya kami sudah dekat akhir-akhir ini.Meskipun dia menyebalkan tapi kadang suka bikin kangen saat aku ada masalah, dia selalu ada dan datang tiba-tiba seperti jailangkung, membuat aku jantungan setiap gombalannya, bukan karena terpesona tapi lebih kepada mau muntah saja.Seperti yang sudah aku bilang akhir-akhir ini dia selalu ada saat aku membutuhkan, entah dalam keadaan susah, senang, bahkan saat mood aku buruk luar biasa. Dengan sabar dia selalu mengikuti semua mau ku, bahkan sudah seperti babi saja, menemaniku berbelanja saat nada sibuk dengan kekasihnya, membelikan minum saat aku haus dan malas ke kantin, pokoknya masih banyak lagi.Tidak ada hubungan antara kami tali sialnya dia selalu melarang ku jalan dengan cowok siapapun kecuali dia, posesif yang tidak bisa di ganggu gugat, dia akan berbuat nekat k

    Last Updated : 2021-06-05
  • Adit dan Tia   Salah Lagi

    Dari kemarin aku sama sekali tidak bisa menghubungi Tia, gadis bar-bar yang akhir-akhir ini benar-benar sudah mencuri perhatian ku. Melihat sikapnya yang jutek dan dingin tapi juga diselingi oleh sikap manjanya malah membuat aku semakin suka melihat apapun mimik wajah yang ditampilkan, seperti menonton sebuah film kartu lucu yang selalu bisa mengocok perut.Makanya malam ini aku menjadi uring-uringan, telfon tidak diangkat dan bahkan pesan juga tidak dibalasnya. Meskipun memang biasanya aku juga sering diabaikan tapi untuk beberapa waktu ini dia sudah banyak berubah, menjawab telfon dariku meskipun dengan ogah-ogahan, membalas chat ku sesingkat yang dibisanya.Kali ini aku merasa lain, merasa Tia sedang marah, meskipun aku yakin sama sekali tidak membuat masalah kepadanya untuk beberapa hari ini, bahkan aku lebih cenderung mengikuti semua maunya."Ada apa lagi dengan gadis ini," gumamku karena entah untuk keberapa kali aku menghubunginya tapi masih tidak kunjung

    Last Updated : 2021-06-07
  • Adit dan Tia   Marah Hebat

    Tidak bisa menghubungi Tia aku malah berakhir di dalam klab malam, menghabiskan berbotol-botol minuman yang membuat aku sejenak melupakan gadis keras kepala itu.Menikmati hingar-bingar suasana malam dan menggunakan barang terlarang sebagai pelengkap kebahagiaan ku malam ini.Melayang, merasa tanpa beban dan semuanya terasa sangat indah membuat aku terhanyut dan tersesat dalam lingkaran setan, lingkaran yang entah kapan akan mengejek dan membunuh ku."Gila nikmat banget broooo," teriakku dan menganggukkan kepala sesuai irama musik. Meneguk lagi minuman langsung dari botolnya."Pesta sampai pagi," teriak teman-teman ku yang basipnya hampir tidak beda jauh. Dilupakan keluarga, ditinggalkan kekasih dan bahkan dikhianati oleh saudaranya sendiri.Kami kumpulkan anak-anak tidak berguna menurut segelintir orang yang melihat hanya dari luarnya saja. Padahal mereka tidak tau bagaimana kami melawan rasa sakit disaat bahkan kami belum tau dan mengerti betapa ke

    Last Updated : 2021-06-11
  • Adit dan Tia   Jadi Galau

    Entah mengapa bisa ada Adit disini, aku benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki itu adalah temannya Febri, selama ini aku tidak pernah melihat mereka bersama dan hal ini malah membuat aku semakin marah."Apa yang Lo lakukan disini?" Geram ku tapi dengan suara yang masih rendah, takut membangunkan Nara yang masih tertidur dengan pulas. Melihat Febri yang sepertinya juga masih tertidur membuat aku sedikit legah."Kita harus bicara," kata Adit yang kembali melotot, pasalnya dia sama sekali tida mengecilkan volume suaranya.Pelan-pelan sekali aku mengangkat kepala Nara dan menaruhnya diatas bantal sofa, memastikan gadis ini tetap tertidur."Keluar," gumamku dengan amarah yang sudah mulai berkobar."Kita harus membahas masalah ini," ujar Adit lagi."Keluar atau gw yang bakalan pergi," kataku dengan marah tidak perduli apakah suaraku mengganggu dua manusia yang masih tertidur itu."Aya," kata Adit yang membuat aku segera meninggalkan ru

    Last Updated : 2021-06-16
  • Adit dan Tia   Kabar Gila

    Setelah bertengkar dengan Tia aku memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit, menenangkan diri terlebih dahulu sebelum kembali menjenguk Febri yang aku tau sekarang pasti hanya dijaga oleh Nara, hadis baik-baik yang dikejar-kejar oleh sahabat baikku itu. Aku tau dia cinta mati kepada gadis itu, karena dulu sekali sebelum kami sedekat sekarang dia pernah menolak cewek tercantik disekolah dengan alasan sudah punya cewek yang dia sukai, awalnya aku kira itu hanyalah omong kosong Febri untuk menjauhi cewek itu tapi saat dia diam-diam menatap seorang gadis biasa dari kejauhan setiap saat aku jadi mengerti kalau gadis itu adalah ornagnya. Sayangnya Febri saat itu tidak berani mendekat dan lebih memilih bersembunyi dengan segala perasaan yang dia miliki tapi entah apa yang merasuki laki-laki itu sehingga dengan gilanya membuat sang wanita putus dengan pacarnya yang ternyata sangat berengsek itu, lebih gila dari Febri tapi dia berkedok menjadi laki-laki baik didepan Nara.

    Last Updated : 2021-06-22
  • Adit dan Tia   Tuduhan

    Memang benar-benar gila aku tidur sampai sore, yah senyenyak itu lah aku tertidur, entah karena semalam bergadang atau efek wangi Tia yang masih melekat erat di kasurku. Entahlah aku tidak tau yang mana, tapi yang pasti aku terbangun karena perutku sudah minta diisi. "Perut yang malang," gumamku dan bergegas membersihkan diri sebelum keluar untuk mencari makan. Entah makan apa namanya ini, yang pasti aku hanya butuh mengisi perut saja. "Kak Adit," panggil seorang wanita saat aku masih asik makan di salah satu restoran mewah langgananku. "Kamu?" Gumamku bingung melihat gadis itu masih tersenyum cantik. "Aku Tiara masa kak Adit lupa?" Katanya dan mengambil tempat. "Tiara?" Gumamku bingung. Benar-benar tidak ingat siapa wanita yang ada didepanku ini. "Itu loh kak, yang waktu ketemu di bar yang kakak peluk!" Ingatkannya kepadaku. "Oohhh, maaf yah aku memang suka lupa," kataku padahal sebenarnya aku juga tidak ingat. Bukannya apa-ap

    Last Updated : 2021-07-03

Latest chapter

  • Adit dan Tia   Semakin Gencar

    Sudah hampir satu bulan ini aku menjauhi Tia dan berharap aku bisa melupakannya tapi ternyata aku salah, setiap saat aku malah semakin merindukan gadis itu, merindukan kemarahannya yang kadang kala membuat aku gemas dan sebal, sebal saat dia sangat keras kepala sekali. Tia merupakan wanita yang keras dan tidak gampang dan hal ini membuat aku merasa tertantang, tertantang untuk menaklukkan dan mendapatkan gadis itu, urusan Papa itu bisa berlakangan sekarang yang aku lakukan adalah urusan hatiku yang selalu merindukan gadis itu dan hal ini tidak bisa aku remehkan. Sebenarnya aku benar-benar ingin menjauhinya, tapi melihat bagaimana perjuangannya Febri untuk mendapatkan wanita yang dia cintai membuat aku termotivasi dan sekarang aku tidak akan melepaskannya lagi dan akan semakin gencar untuk melakukan pendekatan. "Kemana Lo?" Tanya Febri saat aku baru saja berdiri dari tempat dudukku. "Keluar." Kataku dan mengabaikan pertanyaan lainnya yang datang dari teman-temanku. Saat ini tujuank

  • Adit dan Tia   Kemarahan Adit

    Aku fikir semalam semuanya sudah baik-baik saja, bisa tenang dan tidak ada gangguan lagi tapi ternyata aku salah, Adit tubuh menyerah dan tinggal diam, dia menghubungiku berkali-kali sampai aku memutuskan untuk mematikan hp ku saja, bahkan mengirimkan bertubi-tubi SMS yang kembali aku abaikan. Pahitnya aku bertemu lagi dengan laki-laki itu, dia tidak menyerah dan hal itu yang membuat aku malas luar biasa. "Kau bisa tidak, tidak usah menggangguku," gerutuku saat melihat Adit didepan pintu rumahku. "Jelaskan," pintanya lagi. "Sudah aku bilang kami tidak membicarakan apapun," kataku yang tidak habis fikir. "Jangan bohong," katanya yang membuat aku marah. "Kalau kamu tidak percaya itu urusanmu, jangan ganggu aku lagi," kataku dan segera meninggalkan Adit begitu saja. "Tia," katanya dengan nada tinggi dan aku tetap mengabaikan laki-laki itu. "Apa-apaan sih," gerutu dan menaiki angkot untuk menuju kekampus. Kali ini u

  • Adit dan Tia   Papa Adit

    Entah kenapa aku merasa agak aneh dengan laki-laki yang bernama Adit itu, merasa sedikit marah saat melihat dia dengan wanita lain, padahal kami tidak memiliki hubungan apapun dan aku juga membangun dinding tebal untuk melarang laki-laki seperti dia masuk kembali kedalam kehidupanku. Rasa sakit itu masih terlalu membekas erat didalam hatiku, tidak ingin kembali kecewa karena laki-laki yang berjenis yang sama, laki-laki rusak dan tidak jelas melakukannya, tidak bisa dipercaya kesetiaannya. Hari ini seperti biasanya aku berangkat kekampus dengan tumpukan kertas didalam gendongan tanganku, sudah seberat seperti menggendong seorang bayi saja saking banyaknya kertas yang harus aku bawa. Skirpiku tidak lah sesedikit yang lainnya, saat mereka mungkin hanya memiliki sekitar 60 dari ban satu sampai bab tiga, sedangkan aku untuk bab tiga saja sudah ada 80 lembar dan itu semuanya adalah teori, yah beginilah nasipku dalam membuat skripsi. Yang lain akan tuntas de

  • Adit dan Tia   Tuduhan

    Memang benar-benar gila aku tidur sampai sore, yah senyenyak itu lah aku tertidur, entah karena semalam bergadang atau efek wangi Tia yang masih melekat erat di kasurku. Entahlah aku tidak tau yang mana, tapi yang pasti aku terbangun karena perutku sudah minta diisi. "Perut yang malang," gumamku dan bergegas membersihkan diri sebelum keluar untuk mencari makan. Entah makan apa namanya ini, yang pasti aku hanya butuh mengisi perut saja. "Kak Adit," panggil seorang wanita saat aku masih asik makan di salah satu restoran mewah langgananku. "Kamu?" Gumamku bingung melihat gadis itu masih tersenyum cantik. "Aku Tiara masa kak Adit lupa?" Katanya dan mengambil tempat. "Tiara?" Gumamku bingung. Benar-benar tidak ingat siapa wanita yang ada didepanku ini. "Itu loh kak, yang waktu ketemu di bar yang kakak peluk!" Ingatkannya kepadaku. "Oohhh, maaf yah aku memang suka lupa," kataku padahal sebenarnya aku juga tidak ingat. Bukannya apa-ap

  • Adit dan Tia   Kabar Gila

    Setelah bertengkar dengan Tia aku memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit, menenangkan diri terlebih dahulu sebelum kembali menjenguk Febri yang aku tau sekarang pasti hanya dijaga oleh Nara, hadis baik-baik yang dikejar-kejar oleh sahabat baikku itu. Aku tau dia cinta mati kepada gadis itu, karena dulu sekali sebelum kami sedekat sekarang dia pernah menolak cewek tercantik disekolah dengan alasan sudah punya cewek yang dia sukai, awalnya aku kira itu hanyalah omong kosong Febri untuk menjauhi cewek itu tapi saat dia diam-diam menatap seorang gadis biasa dari kejauhan setiap saat aku jadi mengerti kalau gadis itu adalah ornagnya. Sayangnya Febri saat itu tidak berani mendekat dan lebih memilih bersembunyi dengan segala perasaan yang dia miliki tapi entah apa yang merasuki laki-laki itu sehingga dengan gilanya membuat sang wanita putus dengan pacarnya yang ternyata sangat berengsek itu, lebih gila dari Febri tapi dia berkedok menjadi laki-laki baik didepan Nara.

  • Adit dan Tia   Jadi Galau

    Entah mengapa bisa ada Adit disini, aku benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki itu adalah temannya Febri, selama ini aku tidak pernah melihat mereka bersama dan hal ini malah membuat aku semakin marah."Apa yang Lo lakukan disini?" Geram ku tapi dengan suara yang masih rendah, takut membangunkan Nara yang masih tertidur dengan pulas. Melihat Febri yang sepertinya juga masih tertidur membuat aku sedikit legah."Kita harus bicara," kata Adit yang kembali melotot, pasalnya dia sama sekali tida mengecilkan volume suaranya.Pelan-pelan sekali aku mengangkat kepala Nara dan menaruhnya diatas bantal sofa, memastikan gadis ini tetap tertidur."Keluar," gumamku dengan amarah yang sudah mulai berkobar."Kita harus membahas masalah ini," ujar Adit lagi."Keluar atau gw yang bakalan pergi," kataku dengan marah tidak perduli apakah suaraku mengganggu dua manusia yang masih tertidur itu."Aya," kata Adit yang membuat aku segera meninggalkan ru

  • Adit dan Tia   Marah Hebat

    Tidak bisa menghubungi Tia aku malah berakhir di dalam klab malam, menghabiskan berbotol-botol minuman yang membuat aku sejenak melupakan gadis keras kepala itu.Menikmati hingar-bingar suasana malam dan menggunakan barang terlarang sebagai pelengkap kebahagiaan ku malam ini.Melayang, merasa tanpa beban dan semuanya terasa sangat indah membuat aku terhanyut dan tersesat dalam lingkaran setan, lingkaran yang entah kapan akan mengejek dan membunuh ku."Gila nikmat banget broooo," teriakku dan menganggukkan kepala sesuai irama musik. Meneguk lagi minuman langsung dari botolnya."Pesta sampai pagi," teriak teman-teman ku yang basipnya hampir tidak beda jauh. Dilupakan keluarga, ditinggalkan kekasih dan bahkan dikhianati oleh saudaranya sendiri.Kami kumpulkan anak-anak tidak berguna menurut segelintir orang yang melihat hanya dari luarnya saja. Padahal mereka tidak tau bagaimana kami melawan rasa sakit disaat bahkan kami belum tau dan mengerti betapa ke

  • Adit dan Tia   Salah Lagi

    Dari kemarin aku sama sekali tidak bisa menghubungi Tia, gadis bar-bar yang akhir-akhir ini benar-benar sudah mencuri perhatian ku. Melihat sikapnya yang jutek dan dingin tapi juga diselingi oleh sikap manjanya malah membuat aku semakin suka melihat apapun mimik wajah yang ditampilkan, seperti menonton sebuah film kartu lucu yang selalu bisa mengocok perut.Makanya malam ini aku menjadi uring-uringan, telfon tidak diangkat dan bahkan pesan juga tidak dibalasnya. Meskipun memang biasanya aku juga sering diabaikan tapi untuk beberapa waktu ini dia sudah banyak berubah, menjawab telfon dariku meskipun dengan ogah-ogahan, membalas chat ku sesingkat yang dibisanya.Kali ini aku merasa lain, merasa Tia sedang marah, meskipun aku yakin sama sekali tidak membuat masalah kepadanya untuk beberapa hari ini, bahkan aku lebih cenderung mengikuti semua maunya."Ada apa lagi dengan gadis ini," gumamku karena entah untuk keberapa kali aku menghubunginya tapi masih tidak kunjung

  • Adit dan Tia   Brengsek

    Sudah hampir satu bulan aku mengenal Adit, laki-laki urakan yang penuh dengan tato, salah pergaulan dan tentu saja tidak masuk kedalam kriteria ku tapi buktinya kami sudah dekat akhir-akhir ini.Meskipun dia menyebalkan tapi kadang suka bikin kangen saat aku ada masalah, dia selalu ada dan datang tiba-tiba seperti jailangkung, membuat aku jantungan setiap gombalannya, bukan karena terpesona tapi lebih kepada mau muntah saja.Seperti yang sudah aku bilang akhir-akhir ini dia selalu ada saat aku membutuhkan, entah dalam keadaan susah, senang, bahkan saat mood aku buruk luar biasa. Dengan sabar dia selalu mengikuti semua mau ku, bahkan sudah seperti babi saja, menemaniku berbelanja saat nada sibuk dengan kekasihnya, membelikan minum saat aku haus dan malas ke kantin, pokoknya masih banyak lagi.Tidak ada hubungan antara kami tali sialnya dia selalu melarang ku jalan dengan cowok siapapun kecuali dia, posesif yang tidak bisa di ganggu gugat, dia akan berbuat nekat k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status