Home / Romansa / Adit dan Tia / Cowok Resek

Share

Cowok Resek

Author: Senada
last update Last Updated: 2021-06-01 12:06:28

"menyebalkan, dasar pengganggu," gerutuku saat Adit terus saja membuntuti.

"Ngapain sih," sewotku dan menatapnya tajam.

"Jangan marah-marah, nanti cantiknya ilang," ujar Adit yang tambah membuat aku sebal.

"Pergi sana," kataku dan menghentakkan kaki kembali berjalan.

"Gak boleh kasar sama pacar," katanya lagi dan kembali mengikutiku dari belakang.

"Lo makin lama kok makin nyebelin sih," gerutuku dan kembali menatapnya dengan tajam.

"Kamu kok makin lama makin lucu sih," balas Adit.

"Dasar gila," kata ku dan kembali berjalan.

"Jangan ikutin gw sialan," kataku saat mengetahui laki-laki menyebalkan ini kembali mengikutiku.

"Aku jagain dari belakang, takutnya nanti nyungsep," jawab Adit yang semakin membuat aku marah.

"Adiiiiitttt," kataku dan menghentakkan kaki.

"Aya, malu diliatin orang," kata Adit kepadaku.

"Aya pala Lo, nama gw Tia," ujarku sewot.

"Panggilan kesayangan," kayanya cengengesan.

"Awas kalau Lo ngikutin gw lagi," ujar Tia lagi.

"Ok, tapi ada syaratnya," ujar laki-laki sialan itu.

"Apa?" Sungutku.

"Kasih tau aku alamat rumah kamu," kata laki-laki itu.

"Ogah," jawabku jutek.

"Yaudah, gw ikutin aja," katanya santai.

"Nyebelin," gerutuku dan segera berlari saat melihat taxi menurunkan penumpang.

"Eehhh Aya berhenti," ujar Adit yang aku balas dengan juluran lidah saat taxi sudah kembali berjalan.

"Haaah, selamat," ujarku mengurut dada.

"Lagi berantam sama pacarnya yah neng," kata si supir taxi.

"Bukan pacar saya pak, orang gila itu," balasku sewot.

"Hahah, anak muda zaman sekarang ada-ada aja kalau berantam," ujar si supir taxi dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Terserah bapak lah," ujarku.

Sesampainya di kosan aku segera masuk dan sebelum kekamar aku mampir dulu ketempatnya Nara.

"Oii lagi ngapain?" Tayaku saat melihat sahabat baikku itu sedang bengong.

"Bukan apa-apa," katanya dan akan selalu begitu saat ditanya.

"Buset deh, wajah murung gitu," kataku.

"Lagi sebel aja sama orang yang cerewet," katanya dan aku segera berlalu.

"Yaudah sih," jawabku dan berlalu.

"Kok capek yah," gumamku dan segera merebahkan tubuhku di atas tempat tidur ternyamanku.

"Tapi kok gw heran yah, laki-laki itu terus-terusan mengganggu gw dan untunglah tadi gw bisa kabur," gumamku yang tidak habis fikir.

"Lagian cowok urakan gitu kenapa gak marah pas di hina dan di kata-katai. Biasanya cowok rusak gitu pasti bakalan marah dan menjauh, tapi ini malah bikin gw pusing," gerutuku lagi.

"Harus gimana caranya mengusir yang ginian, jangan sampai kek Nara terjerat cintanya si Febri yang juga cowok urakan, tapi dia lebih mending mau berubah demi Nara, tapi ini gw gak yakin sih," gumam ku lagi.

"Eeeehh tapi kok gw jadi kefikiran dia terus," kataku lagi dan segera memukul pelan jidatku.

"Lo gak boleh mikirin dia terus Tia," kata ku lagi dan segera memejamkan mata.

...........

"Sial, Tia kenapa bisa secepat itu," gerutu gw saat cewek itu naik taxi dan menghilang begitu saja.

"Baiklah kali ini kamu bisa lolos, tapi nanti pasti aku bakalan dapetin kamu," gumamku sambil tersenyum dan meninggalkan tempat ini.

Karena tidak ada kerjaan jadi aku putuskan untuk mampir ke basecamp saja, menghabiskan waktu dengan anak-anak lebih baik dari pada sendirian. Biasanya sih gw bakalan sama Febri tapi itu anak lagi sibuk ngebucin sama cewek barunya.

Sesampainya di bascam anak-anak sudah pada ngumpul dan yah seperti biasa, ada yang asik bercerita-ceeita di teras depan dan ada juga yang rebahan di ruang tamu dan aku lebih memilih untuk gangguin yang di taman belakang.

"Oi Dit dari mana aja Lo," ujar teman gw saat gw baru saja sampai di taman belakang.

"Biasalah dia kan lagi sibuk ngejar-ngejar cewek galak itu," sambung yang lain.

"Gilak, Lo beneren suka sama tuh cewek?" Tanyanya lagi.

"Gila aja, udah disemprot gitu masih aja ngejar-ngejar," kata mereka lagi tidak habis fikir.

"Eeehh ngedapatin sesuatu yang kita mau itu harus ada perjuangannya," kataku santai dan duduk di dekat kursi yang kosong.

"Iya sih, tapi gak gitu juga, lagian yang ngejar-ngejar Lo tuh banyak, terus kenapa maunya sama yang galak abis gitu?" Kata mereka lagi.

"Yang ngejar gak ada yang bener, mepet terus dan gw ogah," jawabku dan di sambut gelah tawa oleh mereka.

"Sama gilaknya kek Febri," ujar mereka yang gw abaikan.

"Ngomong-ngomong tu anak kemana?" Tanya gw, pasalnya sedari tadi gw gak liat dia.

"Gak tau, belum nongol dari tadi," jawab mereka yang aku angguki saja dan setelahnya kami kembali berbicara tentang apa saja yang sedang terjadi di arena pertandingan semalam.

...........

Puas tertidur aku segera bergegas menuju kekamarnya Nara, mengajak gadis itu untuk keluar sepertinya asik juga.

"Na keluar yok," ajak ku saat aku lihat Nara asik didepan laptopnya.

"Gw lagi sibuk revisi," jawabnya santai.

"Lah Lo gikif gw," kataku dengan alis terangkat.

"Gw harus bimbingan besok dodol," ujarnya lagi.

"Eleh, bosen bet gw," kataku dan meninggalkan Nara yang sedang dalam mode tidak bisa diganggu itu.

Karena malas ngedekam di kosan terus akhirnya aku memutuskan untuk keluar sendirian saja, cuci mata dan tentu saja menjelajah kuliner yang enak-enak.

"Gw cabut ye, Lo selamat ber juang deh," kataku kepada Nara yang tampaknya sedang fokus.

"Oii mau kemana Lo?" Tanya teman satu kosan gw.

"Keluar lah, ngapain di kosan, jamuran," kata gw yang di sambut gelak tawa sama mereka.

"Bangke," ujarnya dan gw langsung cus tanpa pikir panjang.

"Enaknya kemana yah?" Gumamku bingung saat sampai di pagar luar.

"Anjay kok gw jadi bingung gini," gumamku lagi.

"Taman depan ajalah," kataku dan segera menyetop taxi yang lewat.

Sesampainya di taman depan aku langsung turun dan seperti yang aku harapkan, berbagai jajanan menggugah selerah berjejer di sana.

"Asik nih," gumamku dan segera menuju taman yang di kunjungi lumayan banyak orang di sore hari seperti ini.

Tapi entah apa yang sedang terjadi aku malah kembali bertemu dengan cowok resek yang bernama Adit itu.

"Ketemu lagi kita," ujarnya yang gw tatap dengan horor.

"Lo ngikutin gw?" Kataku tajam.

"Enak aja, ini tuh kebetulan dan biasanya kalau sering kebetulan gini kita tub jodoh," ujarnya sambil tertawa.

"Jodoh palalo," gumamku dongkol.

"Gemes banget sumpah," ujarnya dan mencubit kedua pipiku.

"Sakit dodol," kataku dan menabok tangan Adit.

"Gemesin," katanya lagi.

"Sana jauh-jauh," usirku dan mengibaskan tangan.

"Mendingan ada gw lagi dari pada sendirian gitu," ujarnya lagi.

"Mendingan sendiri," jawabku ketus.

Aku fikir dia akan pergi tapi ternyata malah duduk di sebelahku.

"Sana aahh, jauh-jauh," kata ku lagi.

"Diem deh," katanya yang membuat aku seketika terdiam.

"Resek," jawabku dan kembali asik dengan makananku dan tidak perduli lagi dengan laki-laki resek yang entah sedang apa itu.

Akhirnya saat jam menunjukkan pukul 7 lewat aku berniatan untuk membeli makanan yang mengenyangkan.

"Kemana?" Ujar Adit saat aku berdiri.

"Mau makan," jawabku ketus.

"Ok," katanya yang membuat aku menatapnya dengan heran.

"Katanya mau makan, ayok," ujar Adit dan menarik tanganku.

"Iihh jangan di tarik," kataku lagi.

"Mau makan apa?" Tanyanya lagi.

"Bakso," kataku lagi.

"Makan nasi lah," ujarnya.

"Maunya bakso," gerutuku.

"Ok," jawab Adit pasrah dan akhirnya kami makan bakso di dekat warung kaki lima yang tidak jauh dari taman ini.

Hay Hay Hay Hay Hay, maaf yah rada lama nongolnya. Gimana sama bab ini? Apakah Tia sudah mulai luluh? Tungguin kelanjutannya yah teman-teman dan terimakasih sudah mampir ke cerita abal-abal ini, mohon kritik dan sarannya juga teman-teman biar aku semakin semangat buat up nya. Daaah semuaaaa.

Related chapters

  • Adit dan Tia   Dekat

    Akhir-akhir ini aku semakin sibuk dengan masalah skripsi, bimbingan dengan dosen yang menurutku sangat kiler dan di tambah dengan tingkah resek Adit yang membuat aku selalu naik darah.Entah di sengaja atau tidak, laki-laki urakan itu selau saja nimbrung saat aku baik dalam kesusahan maupun sedang sendirian, seperti penguntit saja, atau dia benar-benar menguntitku.Seperti waktu itu saat aku sedang kesal dengan guru bimbingan ku, tiba-tiba saja dia nongol di dekat kantin tempat biasa aku nongkrong jika Nara sedang sibuk."Ngapain Lo kesini," gerutu sewot saat dia datang menenteng dua mangkok dengan senyuman manisnya."Makan lah," jawab Adit santai dan duduk di sampingku."Jauh-jauh sana," gerutuku semakin kesal."Jangan jutek-jutek, makan dulu," ujarnya dan mengansurkan bakso kesukaan ku, tidak pake bihun dan tentu saja dengan sambal yang pedas."Tumben banget baik, biasanya nyebelin banget," ujarku tapi tak ayal tetap menyantap makan

    Last Updated : 2021-06-03
  • Adit dan Tia   Brengsek

    Sudah hampir satu bulan aku mengenal Adit, laki-laki urakan yang penuh dengan tato, salah pergaulan dan tentu saja tidak masuk kedalam kriteria ku tapi buktinya kami sudah dekat akhir-akhir ini.Meskipun dia menyebalkan tapi kadang suka bikin kangen saat aku ada masalah, dia selalu ada dan datang tiba-tiba seperti jailangkung, membuat aku jantungan setiap gombalannya, bukan karena terpesona tapi lebih kepada mau muntah saja.Seperti yang sudah aku bilang akhir-akhir ini dia selalu ada saat aku membutuhkan, entah dalam keadaan susah, senang, bahkan saat mood aku buruk luar biasa. Dengan sabar dia selalu mengikuti semua mau ku, bahkan sudah seperti babi saja, menemaniku berbelanja saat nada sibuk dengan kekasihnya, membelikan minum saat aku haus dan malas ke kantin, pokoknya masih banyak lagi.Tidak ada hubungan antara kami tali sialnya dia selalu melarang ku jalan dengan cowok siapapun kecuali dia, posesif yang tidak bisa di ganggu gugat, dia akan berbuat nekat k

    Last Updated : 2021-06-05
  • Adit dan Tia   Salah Lagi

    Dari kemarin aku sama sekali tidak bisa menghubungi Tia, gadis bar-bar yang akhir-akhir ini benar-benar sudah mencuri perhatian ku. Melihat sikapnya yang jutek dan dingin tapi juga diselingi oleh sikap manjanya malah membuat aku semakin suka melihat apapun mimik wajah yang ditampilkan, seperti menonton sebuah film kartu lucu yang selalu bisa mengocok perut.Makanya malam ini aku menjadi uring-uringan, telfon tidak diangkat dan bahkan pesan juga tidak dibalasnya. Meskipun memang biasanya aku juga sering diabaikan tapi untuk beberapa waktu ini dia sudah banyak berubah, menjawab telfon dariku meskipun dengan ogah-ogahan, membalas chat ku sesingkat yang dibisanya.Kali ini aku merasa lain, merasa Tia sedang marah, meskipun aku yakin sama sekali tidak membuat masalah kepadanya untuk beberapa hari ini, bahkan aku lebih cenderung mengikuti semua maunya."Ada apa lagi dengan gadis ini," gumamku karena entah untuk keberapa kali aku menghubunginya tapi masih tidak kunjung

    Last Updated : 2021-06-07
  • Adit dan Tia   Marah Hebat

    Tidak bisa menghubungi Tia aku malah berakhir di dalam klab malam, menghabiskan berbotol-botol minuman yang membuat aku sejenak melupakan gadis keras kepala itu.Menikmati hingar-bingar suasana malam dan menggunakan barang terlarang sebagai pelengkap kebahagiaan ku malam ini.Melayang, merasa tanpa beban dan semuanya terasa sangat indah membuat aku terhanyut dan tersesat dalam lingkaran setan, lingkaran yang entah kapan akan mengejek dan membunuh ku."Gila nikmat banget broooo," teriakku dan menganggukkan kepala sesuai irama musik. Meneguk lagi minuman langsung dari botolnya."Pesta sampai pagi," teriak teman-teman ku yang basipnya hampir tidak beda jauh. Dilupakan keluarga, ditinggalkan kekasih dan bahkan dikhianati oleh saudaranya sendiri.Kami kumpulkan anak-anak tidak berguna menurut segelintir orang yang melihat hanya dari luarnya saja. Padahal mereka tidak tau bagaimana kami melawan rasa sakit disaat bahkan kami belum tau dan mengerti betapa ke

    Last Updated : 2021-06-11
  • Adit dan Tia   Jadi Galau

    Entah mengapa bisa ada Adit disini, aku benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki itu adalah temannya Febri, selama ini aku tidak pernah melihat mereka bersama dan hal ini malah membuat aku semakin marah."Apa yang Lo lakukan disini?" Geram ku tapi dengan suara yang masih rendah, takut membangunkan Nara yang masih tertidur dengan pulas. Melihat Febri yang sepertinya juga masih tertidur membuat aku sedikit legah."Kita harus bicara," kata Adit yang kembali melotot, pasalnya dia sama sekali tida mengecilkan volume suaranya.Pelan-pelan sekali aku mengangkat kepala Nara dan menaruhnya diatas bantal sofa, memastikan gadis ini tetap tertidur."Keluar," gumamku dengan amarah yang sudah mulai berkobar."Kita harus membahas masalah ini," ujar Adit lagi."Keluar atau gw yang bakalan pergi," kataku dengan marah tidak perduli apakah suaraku mengganggu dua manusia yang masih tertidur itu."Aya," kata Adit yang membuat aku segera meninggalkan ru

    Last Updated : 2021-06-16
  • Adit dan Tia   Kabar Gila

    Setelah bertengkar dengan Tia aku memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit, menenangkan diri terlebih dahulu sebelum kembali menjenguk Febri yang aku tau sekarang pasti hanya dijaga oleh Nara, hadis baik-baik yang dikejar-kejar oleh sahabat baikku itu. Aku tau dia cinta mati kepada gadis itu, karena dulu sekali sebelum kami sedekat sekarang dia pernah menolak cewek tercantik disekolah dengan alasan sudah punya cewek yang dia sukai, awalnya aku kira itu hanyalah omong kosong Febri untuk menjauhi cewek itu tapi saat dia diam-diam menatap seorang gadis biasa dari kejauhan setiap saat aku jadi mengerti kalau gadis itu adalah ornagnya. Sayangnya Febri saat itu tidak berani mendekat dan lebih memilih bersembunyi dengan segala perasaan yang dia miliki tapi entah apa yang merasuki laki-laki itu sehingga dengan gilanya membuat sang wanita putus dengan pacarnya yang ternyata sangat berengsek itu, lebih gila dari Febri tapi dia berkedok menjadi laki-laki baik didepan Nara.

    Last Updated : 2021-06-22
  • Adit dan Tia   Tuduhan

    Memang benar-benar gila aku tidur sampai sore, yah senyenyak itu lah aku tertidur, entah karena semalam bergadang atau efek wangi Tia yang masih melekat erat di kasurku. Entahlah aku tidak tau yang mana, tapi yang pasti aku terbangun karena perutku sudah minta diisi. "Perut yang malang," gumamku dan bergegas membersihkan diri sebelum keluar untuk mencari makan. Entah makan apa namanya ini, yang pasti aku hanya butuh mengisi perut saja. "Kak Adit," panggil seorang wanita saat aku masih asik makan di salah satu restoran mewah langgananku. "Kamu?" Gumamku bingung melihat gadis itu masih tersenyum cantik. "Aku Tiara masa kak Adit lupa?" Katanya dan mengambil tempat. "Tiara?" Gumamku bingung. Benar-benar tidak ingat siapa wanita yang ada didepanku ini. "Itu loh kak, yang waktu ketemu di bar yang kakak peluk!" Ingatkannya kepadaku. "Oohhh, maaf yah aku memang suka lupa," kataku padahal sebenarnya aku juga tidak ingat. Bukannya apa-ap

    Last Updated : 2021-07-03
  • Adit dan Tia   Papa Adit

    Entah kenapa aku merasa agak aneh dengan laki-laki yang bernama Adit itu, merasa sedikit marah saat melihat dia dengan wanita lain, padahal kami tidak memiliki hubungan apapun dan aku juga membangun dinding tebal untuk melarang laki-laki seperti dia masuk kembali kedalam kehidupanku. Rasa sakit itu masih terlalu membekas erat didalam hatiku, tidak ingin kembali kecewa karena laki-laki yang berjenis yang sama, laki-laki rusak dan tidak jelas melakukannya, tidak bisa dipercaya kesetiaannya. Hari ini seperti biasanya aku berangkat kekampus dengan tumpukan kertas didalam gendongan tanganku, sudah seberat seperti menggendong seorang bayi saja saking banyaknya kertas yang harus aku bawa. Skirpiku tidak lah sesedikit yang lainnya, saat mereka mungkin hanya memiliki sekitar 60 dari ban satu sampai bab tiga, sedangkan aku untuk bab tiga saja sudah ada 80 lembar dan itu semuanya adalah teori, yah beginilah nasipku dalam membuat skripsi. Yang lain akan tuntas de

    Last Updated : 2021-07-08

Latest chapter

  • Adit dan Tia   Semakin Gencar

    Sudah hampir satu bulan ini aku menjauhi Tia dan berharap aku bisa melupakannya tapi ternyata aku salah, setiap saat aku malah semakin merindukan gadis itu, merindukan kemarahannya yang kadang kala membuat aku gemas dan sebal, sebal saat dia sangat keras kepala sekali. Tia merupakan wanita yang keras dan tidak gampang dan hal ini membuat aku merasa tertantang, tertantang untuk menaklukkan dan mendapatkan gadis itu, urusan Papa itu bisa berlakangan sekarang yang aku lakukan adalah urusan hatiku yang selalu merindukan gadis itu dan hal ini tidak bisa aku remehkan. Sebenarnya aku benar-benar ingin menjauhinya, tapi melihat bagaimana perjuangannya Febri untuk mendapatkan wanita yang dia cintai membuat aku termotivasi dan sekarang aku tidak akan melepaskannya lagi dan akan semakin gencar untuk melakukan pendekatan. "Kemana Lo?" Tanya Febri saat aku baru saja berdiri dari tempat dudukku. "Keluar." Kataku dan mengabaikan pertanyaan lainnya yang datang dari teman-temanku. Saat ini tujuank

  • Adit dan Tia   Kemarahan Adit

    Aku fikir semalam semuanya sudah baik-baik saja, bisa tenang dan tidak ada gangguan lagi tapi ternyata aku salah, Adit tubuh menyerah dan tinggal diam, dia menghubungiku berkali-kali sampai aku memutuskan untuk mematikan hp ku saja, bahkan mengirimkan bertubi-tubi SMS yang kembali aku abaikan. Pahitnya aku bertemu lagi dengan laki-laki itu, dia tidak menyerah dan hal itu yang membuat aku malas luar biasa. "Kau bisa tidak, tidak usah menggangguku," gerutuku saat melihat Adit didepan pintu rumahku. "Jelaskan," pintanya lagi. "Sudah aku bilang kami tidak membicarakan apapun," kataku yang tidak habis fikir. "Jangan bohong," katanya yang membuat aku marah. "Kalau kamu tidak percaya itu urusanmu, jangan ganggu aku lagi," kataku dan segera meninggalkan Adit begitu saja. "Tia," katanya dengan nada tinggi dan aku tetap mengabaikan laki-laki itu. "Apa-apaan sih," gerutu dan menaiki angkot untuk menuju kekampus. Kali ini u

  • Adit dan Tia   Papa Adit

    Entah kenapa aku merasa agak aneh dengan laki-laki yang bernama Adit itu, merasa sedikit marah saat melihat dia dengan wanita lain, padahal kami tidak memiliki hubungan apapun dan aku juga membangun dinding tebal untuk melarang laki-laki seperti dia masuk kembali kedalam kehidupanku. Rasa sakit itu masih terlalu membekas erat didalam hatiku, tidak ingin kembali kecewa karena laki-laki yang berjenis yang sama, laki-laki rusak dan tidak jelas melakukannya, tidak bisa dipercaya kesetiaannya. Hari ini seperti biasanya aku berangkat kekampus dengan tumpukan kertas didalam gendongan tanganku, sudah seberat seperti menggendong seorang bayi saja saking banyaknya kertas yang harus aku bawa. Skirpiku tidak lah sesedikit yang lainnya, saat mereka mungkin hanya memiliki sekitar 60 dari ban satu sampai bab tiga, sedangkan aku untuk bab tiga saja sudah ada 80 lembar dan itu semuanya adalah teori, yah beginilah nasipku dalam membuat skripsi. Yang lain akan tuntas de

  • Adit dan Tia   Tuduhan

    Memang benar-benar gila aku tidur sampai sore, yah senyenyak itu lah aku tertidur, entah karena semalam bergadang atau efek wangi Tia yang masih melekat erat di kasurku. Entahlah aku tidak tau yang mana, tapi yang pasti aku terbangun karena perutku sudah minta diisi. "Perut yang malang," gumamku dan bergegas membersihkan diri sebelum keluar untuk mencari makan. Entah makan apa namanya ini, yang pasti aku hanya butuh mengisi perut saja. "Kak Adit," panggil seorang wanita saat aku masih asik makan di salah satu restoran mewah langgananku. "Kamu?" Gumamku bingung melihat gadis itu masih tersenyum cantik. "Aku Tiara masa kak Adit lupa?" Katanya dan mengambil tempat. "Tiara?" Gumamku bingung. Benar-benar tidak ingat siapa wanita yang ada didepanku ini. "Itu loh kak, yang waktu ketemu di bar yang kakak peluk!" Ingatkannya kepadaku. "Oohhh, maaf yah aku memang suka lupa," kataku padahal sebenarnya aku juga tidak ingat. Bukannya apa-ap

  • Adit dan Tia   Kabar Gila

    Setelah bertengkar dengan Tia aku memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit, menenangkan diri terlebih dahulu sebelum kembali menjenguk Febri yang aku tau sekarang pasti hanya dijaga oleh Nara, hadis baik-baik yang dikejar-kejar oleh sahabat baikku itu. Aku tau dia cinta mati kepada gadis itu, karena dulu sekali sebelum kami sedekat sekarang dia pernah menolak cewek tercantik disekolah dengan alasan sudah punya cewek yang dia sukai, awalnya aku kira itu hanyalah omong kosong Febri untuk menjauhi cewek itu tapi saat dia diam-diam menatap seorang gadis biasa dari kejauhan setiap saat aku jadi mengerti kalau gadis itu adalah ornagnya. Sayangnya Febri saat itu tidak berani mendekat dan lebih memilih bersembunyi dengan segala perasaan yang dia miliki tapi entah apa yang merasuki laki-laki itu sehingga dengan gilanya membuat sang wanita putus dengan pacarnya yang ternyata sangat berengsek itu, lebih gila dari Febri tapi dia berkedok menjadi laki-laki baik didepan Nara.

  • Adit dan Tia   Jadi Galau

    Entah mengapa bisa ada Adit disini, aku benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki itu adalah temannya Febri, selama ini aku tidak pernah melihat mereka bersama dan hal ini malah membuat aku semakin marah."Apa yang Lo lakukan disini?" Geram ku tapi dengan suara yang masih rendah, takut membangunkan Nara yang masih tertidur dengan pulas. Melihat Febri yang sepertinya juga masih tertidur membuat aku sedikit legah."Kita harus bicara," kata Adit yang kembali melotot, pasalnya dia sama sekali tida mengecilkan volume suaranya.Pelan-pelan sekali aku mengangkat kepala Nara dan menaruhnya diatas bantal sofa, memastikan gadis ini tetap tertidur."Keluar," gumamku dengan amarah yang sudah mulai berkobar."Kita harus membahas masalah ini," ujar Adit lagi."Keluar atau gw yang bakalan pergi," kataku dengan marah tidak perduli apakah suaraku mengganggu dua manusia yang masih tertidur itu."Aya," kata Adit yang membuat aku segera meninggalkan ru

  • Adit dan Tia   Marah Hebat

    Tidak bisa menghubungi Tia aku malah berakhir di dalam klab malam, menghabiskan berbotol-botol minuman yang membuat aku sejenak melupakan gadis keras kepala itu.Menikmati hingar-bingar suasana malam dan menggunakan barang terlarang sebagai pelengkap kebahagiaan ku malam ini.Melayang, merasa tanpa beban dan semuanya terasa sangat indah membuat aku terhanyut dan tersesat dalam lingkaran setan, lingkaran yang entah kapan akan mengejek dan membunuh ku."Gila nikmat banget broooo," teriakku dan menganggukkan kepala sesuai irama musik. Meneguk lagi minuman langsung dari botolnya."Pesta sampai pagi," teriak teman-teman ku yang basipnya hampir tidak beda jauh. Dilupakan keluarga, ditinggalkan kekasih dan bahkan dikhianati oleh saudaranya sendiri.Kami kumpulkan anak-anak tidak berguna menurut segelintir orang yang melihat hanya dari luarnya saja. Padahal mereka tidak tau bagaimana kami melawan rasa sakit disaat bahkan kami belum tau dan mengerti betapa ke

  • Adit dan Tia   Salah Lagi

    Dari kemarin aku sama sekali tidak bisa menghubungi Tia, gadis bar-bar yang akhir-akhir ini benar-benar sudah mencuri perhatian ku. Melihat sikapnya yang jutek dan dingin tapi juga diselingi oleh sikap manjanya malah membuat aku semakin suka melihat apapun mimik wajah yang ditampilkan, seperti menonton sebuah film kartu lucu yang selalu bisa mengocok perut.Makanya malam ini aku menjadi uring-uringan, telfon tidak diangkat dan bahkan pesan juga tidak dibalasnya. Meskipun memang biasanya aku juga sering diabaikan tapi untuk beberapa waktu ini dia sudah banyak berubah, menjawab telfon dariku meskipun dengan ogah-ogahan, membalas chat ku sesingkat yang dibisanya.Kali ini aku merasa lain, merasa Tia sedang marah, meskipun aku yakin sama sekali tidak membuat masalah kepadanya untuk beberapa hari ini, bahkan aku lebih cenderung mengikuti semua maunya."Ada apa lagi dengan gadis ini," gumamku karena entah untuk keberapa kali aku menghubunginya tapi masih tidak kunjung

  • Adit dan Tia   Brengsek

    Sudah hampir satu bulan aku mengenal Adit, laki-laki urakan yang penuh dengan tato, salah pergaulan dan tentu saja tidak masuk kedalam kriteria ku tapi buktinya kami sudah dekat akhir-akhir ini.Meskipun dia menyebalkan tapi kadang suka bikin kangen saat aku ada masalah, dia selalu ada dan datang tiba-tiba seperti jailangkung, membuat aku jantungan setiap gombalannya, bukan karena terpesona tapi lebih kepada mau muntah saja.Seperti yang sudah aku bilang akhir-akhir ini dia selalu ada saat aku membutuhkan, entah dalam keadaan susah, senang, bahkan saat mood aku buruk luar biasa. Dengan sabar dia selalu mengikuti semua mau ku, bahkan sudah seperti babi saja, menemaniku berbelanja saat nada sibuk dengan kekasihnya, membelikan minum saat aku haus dan malas ke kantin, pokoknya masih banyak lagi.Tidak ada hubungan antara kami tali sialnya dia selalu melarang ku jalan dengan cowok siapapun kecuali dia, posesif yang tidak bisa di ganggu gugat, dia akan berbuat nekat k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status