Share

Marah Hebat

Penulis: Senada
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-11 00:34:20

Tidak bisa menghubungi Tia aku malah berakhir di dalam klab malam, menghabiskan berbotol-botol minuman yang membuat aku sejenak melupakan gadis keras kepala itu.

Menikmati hingar-bingar suasana malam dan menggunakan barang terlarang sebagai pelengkap kebahagiaan ku malam ini.

Melayang, merasa tanpa beban dan semuanya terasa sangat indah membuat aku terhanyut dan tersesat dalam lingkaran setan, lingkaran yang entah kapan akan mengejek dan membunuh ku.

"Gila nikmat banget broooo," teriakku dan menganggukkan kepala sesuai irama musik. Meneguk lagi minuman langsung dari botolnya.

"Pesta sampai pagi," teriak teman-teman ku yang basipnya hampir tidak beda jauh. Dilupakan keluarga, ditinggalkan kekasih dan bahkan dikhianati oleh saudaranya sendiri.

Kami kumpulkan anak-anak tidak berguna menurut segelintir orang yang melihat hanya dari luarnya saja. Padahal mereka tidak tau bagaimana kami melawan rasa sakit disaat bahkan kami belum tau dan mengerti betapa kejamnya dunia ini.

"Minum lagi," teriakku dan di sambut dengan gelak tawa para teman-temanku. Seperti inilah kehidupan kami, berantakan dan hancur karena kebusukan orang-orang sekitar. Orang-orang egois yang hanya memikirkan diri mereka sendiri.

"Gila, cantik banget itu cewek," gumam teman sebelahku.

Aku tidak suka berbaur dengan orang-orang yang asik berlenggak-lenggok di depan sana. Mengekspresikan diri mereka dan mengeluarkan semua kegilaan yang terpendam. Tidak aku lebih suka bergoyang di dekat meja yang khusus kami pesan. Meneguk habis minuman tanpa henti.

Bukanya aku tidak mau bergabung dengan kumpulan orang-orang itu, aku hanya terlalu malas dengan cewek-cewek centil yang kadang mencari kesempatan dalam kesempatan. Meskipun aku seluar ini tali aku bukanlah penganut sex bebas. Kami hanya suka merusak diri kami dengan obat-obatan terlarang dan minuman keras. Menantang nyawa di jalanan yang pasti mendapatkan sumpah serapah dari setiap orang yang kami selip.

Makanya sebisa mungkin aku selalu menghindar semua jalang yang coba untuk mendekati ku. Tapi kali ini wanita yang di tunjuk oleh temanku membuat darahku mendidih, amarah segera menyelimuti diriku.

Dengan sempoyongan aku menuju kerumunan manusia yang asik bergoyang itu, merenggut sebuah tangan yang membuat siempunya memekik kesakitan.

"Apa yang sedang kau lakukan disini?" Geramku dengan urat-urat menonjol di mana-mana.

"Adit," cicitnya yang masih bisa aku dengar karena jarak kami yang sangat dekat.

"Beraninya kau ketempat terkutuk ini," murkaku dan menarik tangan itu untuk keluar dari tempat sialan ini.

"Masuk," teriakku saat Tia masih berontak dan mencoba untuk lepas.

"Aku tidak punya batas kesabaran lebih banyak lagi," gumamku yang membuat Tia segera mengikuti kemauan ku.

"Kau mabuk, biar aku saja yang menyetir," kata gadis itu saat aku sudah duduk didalam mobil ku.

"Tidak, aku akan membuat kita mati berdua," kataku gila.

"Kau gila?" Teriak Tia menatapku dengan mata melotot.

"Kau yang gila," kataku dengan teriakan keras.

"Apa yang kau lakukan disini, haaaah," kembali aku berteriak saat Tia tidak berkata apapun.

"Tidak bisa menjawab," delik ku marah.

"A aa aku hanya sedang bersenang-senang," gugupnya yang membuat amarahku kembali tersulut.

"Dengan datang ketempat terkutuk seperti ini?" Teriakku lagi.

"Yah dan apa hak kau marah-marah," ujar Tia yang habis kesabaran.

"Kauuu," kataku dan mencengkram pergelangan tangannya sekuat yang aku bisa. Bahkan aku rasanya bisa meremukkan tangan sialan yang terasa sangat hangat ini.

"Sampai aku melihatmu datang ketempat seperti ini lagi maka kau akan me dapatkan hukuman dariku," ujarku dengan suara rendah.

"Kau bukan siapa-siapa dan apa hak mu mengancam ku," teriak Tia yang membuat aku melakukan hal nekat.

Menarik kepalanya dan menciumnya dengan takut, menelan semua sumpah serapah yang pasti sudah diperuntukkan gadis ini untukku. Mengabaikan pukulan tangannya di seluruh tubuhku, dimanapun gadis ini bisa.

Tidak perduli dengan pasokan oksigen yang sudah menipis aku masih saja melumat habis bibir ranum yang terasa sangat manis ini, bagaikan candu yang jauh lebih memabukkan dari barang haram sekalipun.

"Berengsek," maki Tia dengan nafas tersengal saat aku melepaskan tautan bibir kami.

"Manis," gumamku dengan tanpa bersalah. Sementara wajah Tia sudah merah padam menahan amarah.

"Itu belum seberapa, jika kau berani menginjakkan kaki ketempat seperti ini lagi maka akan aku pastikan hukuman yang kau dapatkan jauh lebih parah lagi," gumamku tanpa perduli Tia yang seperti sudah mau meledak itu.

"Bajingan," geramnya dan kembali berniat untuk menyerang ku.

"Jangan coba-coba memukulku lagi," kataku dan menangkap kedua tangan Tia.

"Lepas sialan, berengsek, bajingan, aku membencimu," teriak Tia histeris.

"Terserah apa katamu," gumamku dan melepaskan tangannya lalu mengendarai mobilku dengan laju sedang.

Tidak ada perkataan apapun dari gadis itu semenjak kami meninggalkan parkiran klab dan aku juga tidak berniatan untuk mengajaknya berbicara.

Seperti yang aku duga saat gadis itu sampai didepan kosannya dia langsung turun dan membanting pintu mobilku sekuat yang dia bisa, meninggalkan aku dan melangkah kekosan dengan kaki yang dibentangkan pertanda amarahnya masih belum berakhir.

"Gadis nakal," geramku mengingat kembali bagaimana dia menari dan pandangan lapar pria hidung belang menatapnya. Membuat amarahku kembali berkobar saja. Andaikan bisa aku akan mencongkel semua mata yang sudah menatap gadisku dengan penuh minat seperti tadi.

Aku akui pakaian yang dikenakan Tia bukanlah seperti gadis kebanyakan saat mau datang ke kalap dia mengenakan celana jeans ketat dan baju kaos seperti sehari-hari dia gunakan, hanya saja saat dia melenggak-lenggok mengikuti irama musik yang membuat mata-mata sialan itu menatapnya dengan penuh minat membuat aku ingin menghabisinya.

"Oooii Lo kemana?" Tanya teman-temanku saat aku mengangkat panggilan telponya.

"Pulang," jawabku yah pasalnya aku sudah tidak berminat lagi untuk kembali kesana dan melanjutkan bersenang-senang.

Memutuskan sambungan telepon aku segera melakukan mobilku menuju ke apartemen. Menenangkan diri dan mencoba untuk tidur adalah hal yang aku lakukan. Tidak ingin mengingat bagaimana wajah marahnya Tia setelah aku melepaskan ciuman tadi.

Aku yakin sekali kali ini dia akan marah hebat kepadaku dan pasti akan semakin sulit untuk mendekatinya setelah ini. Tapi aku tidak akan tinggal diam, aku akan tetap membuatnya menjadi milikku, hanya milikku seorang.

............

"Brengsek, sialan, aku akan membunuhnya aku pasti akan membunuhnya," jerit Tia didalam kamar mandi di kosannya. Membasuh wajahnya berkali-kali dan menggosok bibirnya dengan kasar. Bibir yang mana baru saja dilecehkan oleh laki-laki sialan nan berengsek itu.

"Lihat saja aku akan menghabisi mu setelah ini," geramku dan menatap pantulan diriku didalam cermin.

"Tidak ada yang boleh meremehkan aku, aku Tia Anastasia, bukan gadis lemah seperti gadis lainnya yang bisa dipermainkan oleh laki-laki sejenis itu, laki-laki gila, cabul dan rusak," geramku dengan amarah yang masih memuncak.

"Aku akan menghabisi mu," geramku dan kembali membasuh mulutku yang terasa menjijikkan itu.

Puas memaki-makinya aku memutuskan untuk istirahat saja, bagaimanapun aku butuh tidur untuk menangkan diriku sebelum besok menghabisi laki-laki sialan itu.

Paginya aku terbangun dengan suasana hati yang tidak menentu, marah dan sedih bercampur aduk, tapi meskipun begitu aku harus tetap terlihat ceria agar Nara dan yang lainnya tidak curiga, aku tidak terlalu suka jika orang-orang terlalu ikut campur dalam urusan ku.

"Mau kemana Lo?" Tanya Nara saat aku melewati meja makan begitu saja.

"Kampus," jawabku santai.

"Sarapan dulu oneng," gerutu Nara yang sudah menyiapkan sarapan pagi untuk kami.

"Nanti aja, gw buru-buru," kataku dan pergi begitu saja. Selain aku benar-benar buru-buru aku hanya takut Adit muncul dan membuat hatiku semakin buruk saja.

Untunglah sampai waktunya jam makan siang aku tidak bertemu dengan laki-laki berengsek itu dan aku sangat bersyukur luar biasa.

Sesampainya dikosan aku dikejutkan dengan Nara yang sepertinya sangat buru-buru.

"Ada apa?" Tanyaku mencegah sahabat baikku untuk pergi.

"Febri masuk rumah sakit," katanya yang membuat aku juga ikutan panik.

"Gw ikut," kataku saat Nara kembali melangkah.

"Ok," jawabnya dan sesampainya disana aku melihat kekasih sahabatku itu sedang terbaring lemah diatas brangkar rumah sakit.

Tapi untunglah dokter bilang semuanya baik-baik saja dan hal itu membuat aku juga ikut lega. Akhirnya aku memutuskan untuk tetap tinggal dan menemani Nara yang sepertinya cukup lelah sampai-sampai dia tertidur begitu saja dan karena merasa kasihan aku memintanya untuk rebahan diatas pangkuanku tapi hal yang tidak aku duga malah terjadi Adit datang yang membuat aku merasa marah luar biasa.

Hayo loh, apakah Tia bakalan tau kalau Adit adalah sahabat baiknya Febri? Tungguin yah kelanjutannya disini, terimakasih atas kunjungannya dan mohon kritik dan sarannya juga teman-teman biar aku semakin semangat buat nextnya. Daaahhh semuaaa.

Bab terkait

  • Adit dan Tia   Jadi Galau

    Entah mengapa bisa ada Adit disini, aku benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki itu adalah temannya Febri, selama ini aku tidak pernah melihat mereka bersama dan hal ini malah membuat aku semakin marah."Apa yang Lo lakukan disini?" Geram ku tapi dengan suara yang masih rendah, takut membangunkan Nara yang masih tertidur dengan pulas. Melihat Febri yang sepertinya juga masih tertidur membuat aku sedikit legah."Kita harus bicara," kata Adit yang kembali melotot, pasalnya dia sama sekali tida mengecilkan volume suaranya.Pelan-pelan sekali aku mengangkat kepala Nara dan menaruhnya diatas bantal sofa, memastikan gadis ini tetap tertidur."Keluar," gumamku dengan amarah yang sudah mulai berkobar."Kita harus membahas masalah ini," ujar Adit lagi."Keluar atau gw yang bakalan pergi," kataku dengan marah tidak perduli apakah suaraku mengganggu dua manusia yang masih tertidur itu."Aya," kata Adit yang membuat aku segera meninggalkan ru

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-16
  • Adit dan Tia   Kabar Gila

    Setelah bertengkar dengan Tia aku memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit, menenangkan diri terlebih dahulu sebelum kembali menjenguk Febri yang aku tau sekarang pasti hanya dijaga oleh Nara, hadis baik-baik yang dikejar-kejar oleh sahabat baikku itu. Aku tau dia cinta mati kepada gadis itu, karena dulu sekali sebelum kami sedekat sekarang dia pernah menolak cewek tercantik disekolah dengan alasan sudah punya cewek yang dia sukai, awalnya aku kira itu hanyalah omong kosong Febri untuk menjauhi cewek itu tapi saat dia diam-diam menatap seorang gadis biasa dari kejauhan setiap saat aku jadi mengerti kalau gadis itu adalah ornagnya. Sayangnya Febri saat itu tidak berani mendekat dan lebih memilih bersembunyi dengan segala perasaan yang dia miliki tapi entah apa yang merasuki laki-laki itu sehingga dengan gilanya membuat sang wanita putus dengan pacarnya yang ternyata sangat berengsek itu, lebih gila dari Febri tapi dia berkedok menjadi laki-laki baik didepan Nara.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-22
  • Adit dan Tia   Tuduhan

    Memang benar-benar gila aku tidur sampai sore, yah senyenyak itu lah aku tertidur, entah karena semalam bergadang atau efek wangi Tia yang masih melekat erat di kasurku. Entahlah aku tidak tau yang mana, tapi yang pasti aku terbangun karena perutku sudah minta diisi. "Perut yang malang," gumamku dan bergegas membersihkan diri sebelum keluar untuk mencari makan. Entah makan apa namanya ini, yang pasti aku hanya butuh mengisi perut saja. "Kak Adit," panggil seorang wanita saat aku masih asik makan di salah satu restoran mewah langgananku. "Kamu?" Gumamku bingung melihat gadis itu masih tersenyum cantik. "Aku Tiara masa kak Adit lupa?" Katanya dan mengambil tempat. "Tiara?" Gumamku bingung. Benar-benar tidak ingat siapa wanita yang ada didepanku ini. "Itu loh kak, yang waktu ketemu di bar yang kakak peluk!" Ingatkannya kepadaku. "Oohhh, maaf yah aku memang suka lupa," kataku padahal sebenarnya aku juga tidak ingat. Bukannya apa-ap

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-03
  • Adit dan Tia   Papa Adit

    Entah kenapa aku merasa agak aneh dengan laki-laki yang bernama Adit itu, merasa sedikit marah saat melihat dia dengan wanita lain, padahal kami tidak memiliki hubungan apapun dan aku juga membangun dinding tebal untuk melarang laki-laki seperti dia masuk kembali kedalam kehidupanku. Rasa sakit itu masih terlalu membekas erat didalam hatiku, tidak ingin kembali kecewa karena laki-laki yang berjenis yang sama, laki-laki rusak dan tidak jelas melakukannya, tidak bisa dipercaya kesetiaannya. Hari ini seperti biasanya aku berangkat kekampus dengan tumpukan kertas didalam gendongan tanganku, sudah seberat seperti menggendong seorang bayi saja saking banyaknya kertas yang harus aku bawa. Skirpiku tidak lah sesedikit yang lainnya, saat mereka mungkin hanya memiliki sekitar 60 dari ban satu sampai bab tiga, sedangkan aku untuk bab tiga saja sudah ada 80 lembar dan itu semuanya adalah teori, yah beginilah nasipku dalam membuat skripsi. Yang lain akan tuntas de

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • Adit dan Tia   Kemarahan Adit

    Aku fikir semalam semuanya sudah baik-baik saja, bisa tenang dan tidak ada gangguan lagi tapi ternyata aku salah, Adit tubuh menyerah dan tinggal diam, dia menghubungiku berkali-kali sampai aku memutuskan untuk mematikan hp ku saja, bahkan mengirimkan bertubi-tubi SMS yang kembali aku abaikan. Pahitnya aku bertemu lagi dengan laki-laki itu, dia tidak menyerah dan hal itu yang membuat aku malas luar biasa. "Kau bisa tidak, tidak usah menggangguku," gerutuku saat melihat Adit didepan pintu rumahku. "Jelaskan," pintanya lagi. "Sudah aku bilang kami tidak membicarakan apapun," kataku yang tidak habis fikir. "Jangan bohong," katanya yang membuat aku marah. "Kalau kamu tidak percaya itu urusanmu, jangan ganggu aku lagi," kataku dan segera meninggalkan Adit begitu saja. "Tia," katanya dengan nada tinggi dan aku tetap mengabaikan laki-laki itu. "Apa-apaan sih," gerutu dan menaiki angkot untuk menuju kekampus. Kali ini u

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-17
  • Adit dan Tia   Semakin Gencar

    Sudah hampir satu bulan ini aku menjauhi Tia dan berharap aku bisa melupakannya tapi ternyata aku salah, setiap saat aku malah semakin merindukan gadis itu, merindukan kemarahannya yang kadang kala membuat aku gemas dan sebal, sebal saat dia sangat keras kepala sekali. Tia merupakan wanita yang keras dan tidak gampang dan hal ini membuat aku merasa tertantang, tertantang untuk menaklukkan dan mendapatkan gadis itu, urusan Papa itu bisa berlakangan sekarang yang aku lakukan adalah urusan hatiku yang selalu merindukan gadis itu dan hal ini tidak bisa aku remehkan. Sebenarnya aku benar-benar ingin menjauhinya, tapi melihat bagaimana perjuangannya Febri untuk mendapatkan wanita yang dia cintai membuat aku termotivasi dan sekarang aku tidak akan melepaskannya lagi dan akan semakin gencar untuk melakukan pendekatan. "Kemana Lo?" Tanya Febri saat aku baru saja berdiri dari tempat dudukku. "Keluar." Kataku dan mengabaikan pertanyaan lainnya yang datang dari teman-temanku. Saat ini tujuank

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-28
  • Adit dan Tia   Pertemuan

    "Lo mau maling yah," kataku dan memegang tangan laki-laki urakan yang sedang memegang dompetku."Maling-maling," teriakku dan sialnya dia segera menutup mulutku dengan tangannya."Jangan asal nuduh," katanya lagi."Lepas berengsek," gerakku dan berusaha melepaskan tangannya yang menutup mulutku."Gw cuma mau ngembaliin dompet Lo yang jatuh," katanya dan melepaskan bekapan mulutku."Alasan aja," geramku dan merampas dompetku yang ada ditangan laki-laki itu."Terserah mbak kalau gak percaya," jawabnya cuek."Anak jalanan dan rusak seperti kalian kalau bukan maling yah pasti preman," gumamku lagi."Sembarangan," katanya lagi."Lihat tato satu badan, rambut gak keurus, meskipun tampang tidak terlalu menyeramkan saya sudah bisa tebak," gumamku sewot."Mbak ditolongin bukanya terimakasih," gumamnya."Ngapain terimakasih, kalau gak ketahuan sama saya sudah hilang ini dompet," jawabku sewot."Susah ngomong sama embak,"

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-16
  • Adit dan Tia   Dia Lagi

    "malas banget sama Nara yang sekarang hobinya pacaran Mulu," gerutuku memilih belanjaan.Bagaimana tidak menggerutu kalau biasanya akan ada Nara menemani aku berbelanja kebutuhan dan kaki ini aku terpaksa jalan sendiri karena gadis satu itu sedang disandera oleh cowok modelan oppa-oppa yang bikin meleleh kalau gak tau gimana kelakuannya yang urakan."Mana belanjanya banyak lagi," kembali aku mendumel."Mbak hati-hati dong," kata ibu-ibu yang trolinya gak sengaja ketabrak sama troliku."Maaf buk," kataku sungkan."Anak gadis zaman sekarang," ujarnya mendumel dan aku hanya bisa meringis saja."Malangsekalih nasipmu mainmunah," gumamku didalam hati."Udah ah, malas gw," kataku dan ngantri ditempat kasir."Ini lama banget deh," gerutuku tidak henti-hentinya."Mbak jangan dorong-dorong dong," kataku melotot kebelakang dan melihat seorang remaja asik bercanda ria dengan kekasihnya."Sirik," gumamnya dan aku kembali melo

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-16

Bab terbaru

  • Adit dan Tia   Semakin Gencar

    Sudah hampir satu bulan ini aku menjauhi Tia dan berharap aku bisa melupakannya tapi ternyata aku salah, setiap saat aku malah semakin merindukan gadis itu, merindukan kemarahannya yang kadang kala membuat aku gemas dan sebal, sebal saat dia sangat keras kepala sekali. Tia merupakan wanita yang keras dan tidak gampang dan hal ini membuat aku merasa tertantang, tertantang untuk menaklukkan dan mendapatkan gadis itu, urusan Papa itu bisa berlakangan sekarang yang aku lakukan adalah urusan hatiku yang selalu merindukan gadis itu dan hal ini tidak bisa aku remehkan. Sebenarnya aku benar-benar ingin menjauhinya, tapi melihat bagaimana perjuangannya Febri untuk mendapatkan wanita yang dia cintai membuat aku termotivasi dan sekarang aku tidak akan melepaskannya lagi dan akan semakin gencar untuk melakukan pendekatan. "Kemana Lo?" Tanya Febri saat aku baru saja berdiri dari tempat dudukku. "Keluar." Kataku dan mengabaikan pertanyaan lainnya yang datang dari teman-temanku. Saat ini tujuank

  • Adit dan Tia   Kemarahan Adit

    Aku fikir semalam semuanya sudah baik-baik saja, bisa tenang dan tidak ada gangguan lagi tapi ternyata aku salah, Adit tubuh menyerah dan tinggal diam, dia menghubungiku berkali-kali sampai aku memutuskan untuk mematikan hp ku saja, bahkan mengirimkan bertubi-tubi SMS yang kembali aku abaikan. Pahitnya aku bertemu lagi dengan laki-laki itu, dia tidak menyerah dan hal itu yang membuat aku malas luar biasa. "Kau bisa tidak, tidak usah menggangguku," gerutuku saat melihat Adit didepan pintu rumahku. "Jelaskan," pintanya lagi. "Sudah aku bilang kami tidak membicarakan apapun," kataku yang tidak habis fikir. "Jangan bohong," katanya yang membuat aku marah. "Kalau kamu tidak percaya itu urusanmu, jangan ganggu aku lagi," kataku dan segera meninggalkan Adit begitu saja. "Tia," katanya dengan nada tinggi dan aku tetap mengabaikan laki-laki itu. "Apa-apaan sih," gerutu dan menaiki angkot untuk menuju kekampus. Kali ini u

  • Adit dan Tia   Papa Adit

    Entah kenapa aku merasa agak aneh dengan laki-laki yang bernama Adit itu, merasa sedikit marah saat melihat dia dengan wanita lain, padahal kami tidak memiliki hubungan apapun dan aku juga membangun dinding tebal untuk melarang laki-laki seperti dia masuk kembali kedalam kehidupanku. Rasa sakit itu masih terlalu membekas erat didalam hatiku, tidak ingin kembali kecewa karena laki-laki yang berjenis yang sama, laki-laki rusak dan tidak jelas melakukannya, tidak bisa dipercaya kesetiaannya. Hari ini seperti biasanya aku berangkat kekampus dengan tumpukan kertas didalam gendongan tanganku, sudah seberat seperti menggendong seorang bayi saja saking banyaknya kertas yang harus aku bawa. Skirpiku tidak lah sesedikit yang lainnya, saat mereka mungkin hanya memiliki sekitar 60 dari ban satu sampai bab tiga, sedangkan aku untuk bab tiga saja sudah ada 80 lembar dan itu semuanya adalah teori, yah beginilah nasipku dalam membuat skripsi. Yang lain akan tuntas de

  • Adit dan Tia   Tuduhan

    Memang benar-benar gila aku tidur sampai sore, yah senyenyak itu lah aku tertidur, entah karena semalam bergadang atau efek wangi Tia yang masih melekat erat di kasurku. Entahlah aku tidak tau yang mana, tapi yang pasti aku terbangun karena perutku sudah minta diisi. "Perut yang malang," gumamku dan bergegas membersihkan diri sebelum keluar untuk mencari makan. Entah makan apa namanya ini, yang pasti aku hanya butuh mengisi perut saja. "Kak Adit," panggil seorang wanita saat aku masih asik makan di salah satu restoran mewah langgananku. "Kamu?" Gumamku bingung melihat gadis itu masih tersenyum cantik. "Aku Tiara masa kak Adit lupa?" Katanya dan mengambil tempat. "Tiara?" Gumamku bingung. Benar-benar tidak ingat siapa wanita yang ada didepanku ini. "Itu loh kak, yang waktu ketemu di bar yang kakak peluk!" Ingatkannya kepadaku. "Oohhh, maaf yah aku memang suka lupa," kataku padahal sebenarnya aku juga tidak ingat. Bukannya apa-ap

  • Adit dan Tia   Kabar Gila

    Setelah bertengkar dengan Tia aku memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit, menenangkan diri terlebih dahulu sebelum kembali menjenguk Febri yang aku tau sekarang pasti hanya dijaga oleh Nara, hadis baik-baik yang dikejar-kejar oleh sahabat baikku itu. Aku tau dia cinta mati kepada gadis itu, karena dulu sekali sebelum kami sedekat sekarang dia pernah menolak cewek tercantik disekolah dengan alasan sudah punya cewek yang dia sukai, awalnya aku kira itu hanyalah omong kosong Febri untuk menjauhi cewek itu tapi saat dia diam-diam menatap seorang gadis biasa dari kejauhan setiap saat aku jadi mengerti kalau gadis itu adalah ornagnya. Sayangnya Febri saat itu tidak berani mendekat dan lebih memilih bersembunyi dengan segala perasaan yang dia miliki tapi entah apa yang merasuki laki-laki itu sehingga dengan gilanya membuat sang wanita putus dengan pacarnya yang ternyata sangat berengsek itu, lebih gila dari Febri tapi dia berkedok menjadi laki-laki baik didepan Nara.

  • Adit dan Tia   Jadi Galau

    Entah mengapa bisa ada Adit disini, aku benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki itu adalah temannya Febri, selama ini aku tidak pernah melihat mereka bersama dan hal ini malah membuat aku semakin marah."Apa yang Lo lakukan disini?" Geram ku tapi dengan suara yang masih rendah, takut membangunkan Nara yang masih tertidur dengan pulas. Melihat Febri yang sepertinya juga masih tertidur membuat aku sedikit legah."Kita harus bicara," kata Adit yang kembali melotot, pasalnya dia sama sekali tida mengecilkan volume suaranya.Pelan-pelan sekali aku mengangkat kepala Nara dan menaruhnya diatas bantal sofa, memastikan gadis ini tetap tertidur."Keluar," gumamku dengan amarah yang sudah mulai berkobar."Kita harus membahas masalah ini," ujar Adit lagi."Keluar atau gw yang bakalan pergi," kataku dengan marah tidak perduli apakah suaraku mengganggu dua manusia yang masih tertidur itu."Aya," kata Adit yang membuat aku segera meninggalkan ru

  • Adit dan Tia   Marah Hebat

    Tidak bisa menghubungi Tia aku malah berakhir di dalam klab malam, menghabiskan berbotol-botol minuman yang membuat aku sejenak melupakan gadis keras kepala itu.Menikmati hingar-bingar suasana malam dan menggunakan barang terlarang sebagai pelengkap kebahagiaan ku malam ini.Melayang, merasa tanpa beban dan semuanya terasa sangat indah membuat aku terhanyut dan tersesat dalam lingkaran setan, lingkaran yang entah kapan akan mengejek dan membunuh ku."Gila nikmat banget broooo," teriakku dan menganggukkan kepala sesuai irama musik. Meneguk lagi minuman langsung dari botolnya."Pesta sampai pagi," teriak teman-teman ku yang basipnya hampir tidak beda jauh. Dilupakan keluarga, ditinggalkan kekasih dan bahkan dikhianati oleh saudaranya sendiri.Kami kumpulkan anak-anak tidak berguna menurut segelintir orang yang melihat hanya dari luarnya saja. Padahal mereka tidak tau bagaimana kami melawan rasa sakit disaat bahkan kami belum tau dan mengerti betapa ke

  • Adit dan Tia   Salah Lagi

    Dari kemarin aku sama sekali tidak bisa menghubungi Tia, gadis bar-bar yang akhir-akhir ini benar-benar sudah mencuri perhatian ku. Melihat sikapnya yang jutek dan dingin tapi juga diselingi oleh sikap manjanya malah membuat aku semakin suka melihat apapun mimik wajah yang ditampilkan, seperti menonton sebuah film kartu lucu yang selalu bisa mengocok perut.Makanya malam ini aku menjadi uring-uringan, telfon tidak diangkat dan bahkan pesan juga tidak dibalasnya. Meskipun memang biasanya aku juga sering diabaikan tapi untuk beberapa waktu ini dia sudah banyak berubah, menjawab telfon dariku meskipun dengan ogah-ogahan, membalas chat ku sesingkat yang dibisanya.Kali ini aku merasa lain, merasa Tia sedang marah, meskipun aku yakin sama sekali tidak membuat masalah kepadanya untuk beberapa hari ini, bahkan aku lebih cenderung mengikuti semua maunya."Ada apa lagi dengan gadis ini," gumamku karena entah untuk keberapa kali aku menghubunginya tapi masih tidak kunjung

  • Adit dan Tia   Brengsek

    Sudah hampir satu bulan aku mengenal Adit, laki-laki urakan yang penuh dengan tato, salah pergaulan dan tentu saja tidak masuk kedalam kriteria ku tapi buktinya kami sudah dekat akhir-akhir ini.Meskipun dia menyebalkan tapi kadang suka bikin kangen saat aku ada masalah, dia selalu ada dan datang tiba-tiba seperti jailangkung, membuat aku jantungan setiap gombalannya, bukan karena terpesona tapi lebih kepada mau muntah saja.Seperti yang sudah aku bilang akhir-akhir ini dia selalu ada saat aku membutuhkan, entah dalam keadaan susah, senang, bahkan saat mood aku buruk luar biasa. Dengan sabar dia selalu mengikuti semua mau ku, bahkan sudah seperti babi saja, menemaniku berbelanja saat nada sibuk dengan kekasihnya, membelikan minum saat aku haus dan malas ke kantin, pokoknya masih banyak lagi.Tidak ada hubungan antara kami tali sialnya dia selalu melarang ku jalan dengan cowok siapapun kecuali dia, posesif yang tidak bisa di ganggu gugat, dia akan berbuat nekat k

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status