Home / Romansa / Adit dan Tia / Jadi Galau

Share

Jadi Galau

Author: Senada
last update Last Updated: 2021-06-16 23:10:34

Entah mengapa bisa ada Adit disini, aku benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki itu adalah temannya Febri, selama ini aku tidak pernah melihat mereka bersama dan hal ini malah membuat aku semakin marah.

"Apa yang Lo lakukan disini?" Geram ku tapi dengan suara yang masih rendah, takut membangunkan Nara yang masih tertidur dengan pulas. Melihat Febri yang sepertinya juga masih tertidur membuat aku sedikit legah.

"Kita harus bicara," kata Adit yang kembali melotot, pasalnya dia sama sekali tida mengecilkan volume suaranya.

Pelan-pelan sekali aku mengangkat kepala Nara dan menaruhnya diatas bantal sofa, memastikan gadis ini tetap tertidur.

"Keluar," gumamku dengan amarah yang sudah mulai berkobar.

"Kita harus membahas masalah ini," ujar Adit lagi.

"Keluar atau gw yang bakalan pergi," kataku dengan marah tidak perduli apakah suaraku mengganggu dua manusia yang masih tertidur itu.

"Aya," kata Adit yang membuat aku segera meninggalkan ruangan Febri.

"Tia," panggilnya yang kali ini disertai dengan tarikan ditanganku.

"Lepas berengsek," gumamku.

"Kita harus bicara dan aku gak mau kamu marah-marah gak jelas seperti sekarang," kata Adit dan menarik aku menuju ketaman belakang rumah sakit.

"Lepas sialan," kataku tapi tidak berhasil karena pegangan tangan Adit cukup erat.

"Coba jelaskan kenapa kamu marah kepada ku?" Kata Adit berubah lembut.

"Berengesek, tidak tau malu," kataku lagi.

"Jelaskan apa kesalahanku?" Kata Adit kembali menuntutku.

"Kesalahan Lo karena menyusahkan hidup gw," jawabku sarkatis.

"Haaaahh, gadis keras kepala," kata Adit dan melepaskan tanganku begitu saja.

"Laki-laki berengsek," kataku dan meninggalkan Adit begitu saja.

"Apa dia tidak ingat kejahatan apa yang sudah dia lakukan kepadaku," gumamku masih marah-marah karena pertemuanku dengan Adit tadi.

"Laki-laki mesum sialan tidak tau diri," makiku dan menghempaskan pantatku disalah satu kursi taman yang tidak jauh dari rumah sakit ini.

"Dengan tidak tau dirinya dia malah masih bertanya apa kesalahannya? Dasar sialan, dia jalan dengan cewek lain saja belum minta maaf dan ditambah dengan menciumiku seenaknya kemarin, sekarang tambah lagi dia ternyata juga kenal Febri, sudah banyak kesalahan yang dia lakukan dan sialnya dia masih berpura-pura saja," gerutuku tidak henti-hentinya.

"Dasar laki-laki urakan tidak tau diri," kataku dan akhirnya terdiam saat perutku berbunyi.

"Kok jadi lapar," gumamku dan mengusap perutku yang kembali berbunyi.

"Salahnya Adit ini, marah-marah butuh tenaga dan sekarang aku jadi lapar kan," kataku yang tetap menyalahkan Adit karena aku tidak mau disalahkan. Pokonya semua salah laki-laki sialan itu.

Tidak ingin mati kelaparan aku memutuskan untuk mencari rumah makan yang ada disekitar sini dan setelahnya akan mengirimkan pesan kepada Nara kalau aku pamit pulang duluan, yah aku tidak berminat lagi untuk menemani sahabat ku itu dirumah sakit. Selain malas bertemu Adit yang pasti akan menjaga Febri dirumah sakit aku juga malas duduk disana.

Setelah selesai mengirimkan pesan aku benar-benar kembali kekosan dan mengurung diri seharian didalam kamar. Tidak perduli anak-anak dibawah sibuk dengan drama Korea yang katanya sangat menarik itu. Biasanya aku suka nimbrung juga tapi kali ini aku benar-benar bad mood.

"Kok gw jadi mikirin Adit mulu sih," gerutuku dan bolak balik diatas tempat tidur ku.

Padahal tadi niatnya aku ingin tidur seharian tapi mata malah tidak mau terpejam dan fikiranku siliweran memikirkan kejadian tadi.

Saat Adit melepaskan tanganku begitu saja berasa ada yang salah padahal tadi aku biasa aja dan kenapa malah sekarang kevikirannya.

"Tia kau tidak boleh seperti ini," kataku dan memukul kepalaku beberapa kali agar berhenti memikirkan laki-laki berengsek itu.

"Sial," kataku dan membuka selimut dari dan berdiri.

"Sepertinya gw butuh keluar agar kepala gw kembali benar," gumamku dan segera menuju kelantai bawah.

"Lagi ngapain sih?" Kataku heran melihat anak-anak ngumpul dan entah mengelilingi apa.

"Gila ganteng maksimal," kata salah satu dari mereka.

"Siapa?" Kataku mulai kepo dan mendekat.

"Anjirt yang beginian Lo gak ngajak-ngajak," kataku dan ikut nimbrung bersama mereka melihat cowok Korea yang sangat menggoda iman itu.

Akhirnya sejenak aku bisa melupakan dan mengeluarkan Adit dari dalam otakku, tapi sayangnya saat aku kembali kedalam kamar si sialan itu malah kembali merasuki fikiranku.

"Sial, kok malah masuk lagi nih cowok brengsek," gumamku dan kembali memukul kepalaku.

"Jengkel banget gw," kataku dan merebahkan tubuhku diatas kasur.

"Apa gw hubungin aja yah?" Kataku menimang-nimang.

"Eehhh enak aja, nanti malah gr tuh cowok," kataku dan kembali melemparkan hp ku.

"Tapi kok gw merasa bersalah banget yah tadi, gak enak hati," gumamku lagi.

"Aaahh Tia kok Lo jadi galau gini?" Kataku dan mengacak rambutku.

"Nelfon Nara aja deh," kataku akhirnya.

"Halo Ti," sapa Nara diseberang sana.

"Halo Ra, Lo gak pulang?" Tanyaku dan melihat jam didinding.

"Keknya enggak deh Ti," jawabnya.

"Oohhh, ok deh," kataku dan sebenarnya mau berniatan memutuskan sambungan telepon tapi perkataan Nara malah membuat aku mengurungkan niatku.

Dia sedang berbicara dengan Adit, yah aku tau saat nama Adit tadi sempat disebut dan tidak lama kemudian suasana menjadi rame dan akhirnya aku memutuskan sambungan telepon ini, aku benci mendengarkan suara tawa Adit. Laki-laki itu masih bisa tertawa padahal sedari tadi aku selalu memikirkannya, merasa tidak enak hati dan takut dia benar-benar marah, tapi ada dia malah sedang senang-senang sekarang.

"Sialan, laki-laki berengsek tidak tau diri," makiku.

"Lihat saja gw gak akan membiarkan Lo mempermainkan gw sesuka Lo," kataku marah.

Yah aku tidak akan membiarkan seorang laki-laki pun menggoyahkan aku, apalagi laki-laki yang modelannya seperti Adit, laki-laki rusak, sama seperti dulu yang akan menyisakan sakit saja. Seharusnya dari pertama aku menegaskan kepada hatiku, bahwa tidak akan ada laki-laki seperti itu yang benar-benar baik.

Dengan rasa marah yang masih menggunung akhirnya aku memutuskan untuk keluar saja, meskipun sudah cukup larut malam tapi aku tidak perduli, aku akan bersenang-senang dan melupakan laki-laki seperti Adit itu, yah aku akan menggemaskan dia dari fikiranku.

Akhirnya tidak mengindahkan larangan Adit untuk tidak menginjakkan kaki di bar lagi, aku memasuki salah ati bar ternama yang membuat aku seketika merasa luar biasa sekali, bergoyang  sesuka hati dan gilanya lagi aku mencoba untuk meminum minuman keras, padahal tidak akan ada yang membawaku pulang nantinya.

Yah aku cukup takut pulang dalam keadaan mabuk, tidak seperti waktu itu aku datang dengan Nara ketempat seperti ini, aku berani minum karena tau Nara tidak mungkin mabuk juga tapi kali ini aku sendirian dan tidak memikirkan kejadian apa yang akan terjadi nantinya. Aku butuh mabuk untuk melupakan sialan itu.

Meneguknya dengan senyuman merekah membuat aku merasa luar biasa gembira.

Yah ini bukan kali pertama atau kedua aku minum. Dulu sekali jatuh cinta kepada laki-laki urakan dan rusak seperti Adit membuat aku jadi nekat. Mengikuti keinginannya dan gaya pergaulannya yang membuat aku juga ikut rusak.

Tapi apa dia sama sekali tidak menghargai perjuangan ku, dengan tega menyakiti aku, mempermainkan perasaanku dan patahannya lagi hanya menjadikan aku sebagai bahan taruhan mereka padahal saat itu aku berani menentang ornag tuaku, membuat mereka malu memiliki anak seperti ku padahal mereka itu sangat dihargai ditempat tinggal ku.

Semenjak saat itu aku membenci laki-laki seperti itu, menjauhkan diriku dari orang-orang rusak seperti mereka dan sela ini hidupku kembali tertata, berkenalan dengan Nara yang anak lugu dan baik membuat aku sangat bersyukur. Sekarang aku kembali gila saat bertemu dengan Adit laki-laki yang akan aku usir dari hidupku dengan cara apapun.

Baiklah, sekarang kalian mulai taukan kenapa Tia benci banget sama cowok kayak Adit, nah ini adalah alasannya tapi kenapa membiarkan Nara sama Febri yang padahal juga urakan? Nanti aku jelasin di part-part selanjutnya. Selamat membaca dan maaf agak lama up nya. Hehehe.

Related chapters

  • Adit dan Tia   Kabar Gila

    Setelah bertengkar dengan Tia aku memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit, menenangkan diri terlebih dahulu sebelum kembali menjenguk Febri yang aku tau sekarang pasti hanya dijaga oleh Nara, hadis baik-baik yang dikejar-kejar oleh sahabat baikku itu. Aku tau dia cinta mati kepada gadis itu, karena dulu sekali sebelum kami sedekat sekarang dia pernah menolak cewek tercantik disekolah dengan alasan sudah punya cewek yang dia sukai, awalnya aku kira itu hanyalah omong kosong Febri untuk menjauhi cewek itu tapi saat dia diam-diam menatap seorang gadis biasa dari kejauhan setiap saat aku jadi mengerti kalau gadis itu adalah ornagnya. Sayangnya Febri saat itu tidak berani mendekat dan lebih memilih bersembunyi dengan segala perasaan yang dia miliki tapi entah apa yang merasuki laki-laki itu sehingga dengan gilanya membuat sang wanita putus dengan pacarnya yang ternyata sangat berengsek itu, lebih gila dari Febri tapi dia berkedok menjadi laki-laki baik didepan Nara.

    Last Updated : 2021-06-22
  • Adit dan Tia   Tuduhan

    Memang benar-benar gila aku tidur sampai sore, yah senyenyak itu lah aku tertidur, entah karena semalam bergadang atau efek wangi Tia yang masih melekat erat di kasurku. Entahlah aku tidak tau yang mana, tapi yang pasti aku terbangun karena perutku sudah minta diisi. "Perut yang malang," gumamku dan bergegas membersihkan diri sebelum keluar untuk mencari makan. Entah makan apa namanya ini, yang pasti aku hanya butuh mengisi perut saja. "Kak Adit," panggil seorang wanita saat aku masih asik makan di salah satu restoran mewah langgananku. "Kamu?" Gumamku bingung melihat gadis itu masih tersenyum cantik. "Aku Tiara masa kak Adit lupa?" Katanya dan mengambil tempat. "Tiara?" Gumamku bingung. Benar-benar tidak ingat siapa wanita yang ada didepanku ini. "Itu loh kak, yang waktu ketemu di bar yang kakak peluk!" Ingatkannya kepadaku. "Oohhh, maaf yah aku memang suka lupa," kataku padahal sebenarnya aku juga tidak ingat. Bukannya apa-ap

    Last Updated : 2021-07-03
  • Adit dan Tia   Papa Adit

    Entah kenapa aku merasa agak aneh dengan laki-laki yang bernama Adit itu, merasa sedikit marah saat melihat dia dengan wanita lain, padahal kami tidak memiliki hubungan apapun dan aku juga membangun dinding tebal untuk melarang laki-laki seperti dia masuk kembali kedalam kehidupanku. Rasa sakit itu masih terlalu membekas erat didalam hatiku, tidak ingin kembali kecewa karena laki-laki yang berjenis yang sama, laki-laki rusak dan tidak jelas melakukannya, tidak bisa dipercaya kesetiaannya. Hari ini seperti biasanya aku berangkat kekampus dengan tumpukan kertas didalam gendongan tanganku, sudah seberat seperti menggendong seorang bayi saja saking banyaknya kertas yang harus aku bawa. Skirpiku tidak lah sesedikit yang lainnya, saat mereka mungkin hanya memiliki sekitar 60 dari ban satu sampai bab tiga, sedangkan aku untuk bab tiga saja sudah ada 80 lembar dan itu semuanya adalah teori, yah beginilah nasipku dalam membuat skripsi. Yang lain akan tuntas de

    Last Updated : 2021-07-08
  • Adit dan Tia   Kemarahan Adit

    Aku fikir semalam semuanya sudah baik-baik saja, bisa tenang dan tidak ada gangguan lagi tapi ternyata aku salah, Adit tubuh menyerah dan tinggal diam, dia menghubungiku berkali-kali sampai aku memutuskan untuk mematikan hp ku saja, bahkan mengirimkan bertubi-tubi SMS yang kembali aku abaikan. Pahitnya aku bertemu lagi dengan laki-laki itu, dia tidak menyerah dan hal itu yang membuat aku malas luar biasa. "Kau bisa tidak, tidak usah menggangguku," gerutuku saat melihat Adit didepan pintu rumahku. "Jelaskan," pintanya lagi. "Sudah aku bilang kami tidak membicarakan apapun," kataku yang tidak habis fikir. "Jangan bohong," katanya yang membuat aku marah. "Kalau kamu tidak percaya itu urusanmu, jangan ganggu aku lagi," kataku dan segera meninggalkan Adit begitu saja. "Tia," katanya dengan nada tinggi dan aku tetap mengabaikan laki-laki itu. "Apa-apaan sih," gerutu dan menaiki angkot untuk menuju kekampus. Kali ini u

    Last Updated : 2021-07-17
  • Adit dan Tia   Semakin Gencar

    Sudah hampir satu bulan ini aku menjauhi Tia dan berharap aku bisa melupakannya tapi ternyata aku salah, setiap saat aku malah semakin merindukan gadis itu, merindukan kemarahannya yang kadang kala membuat aku gemas dan sebal, sebal saat dia sangat keras kepala sekali. Tia merupakan wanita yang keras dan tidak gampang dan hal ini membuat aku merasa tertantang, tertantang untuk menaklukkan dan mendapatkan gadis itu, urusan Papa itu bisa berlakangan sekarang yang aku lakukan adalah urusan hatiku yang selalu merindukan gadis itu dan hal ini tidak bisa aku remehkan. Sebenarnya aku benar-benar ingin menjauhinya, tapi melihat bagaimana perjuangannya Febri untuk mendapatkan wanita yang dia cintai membuat aku termotivasi dan sekarang aku tidak akan melepaskannya lagi dan akan semakin gencar untuk melakukan pendekatan. "Kemana Lo?" Tanya Febri saat aku baru saja berdiri dari tempat dudukku. "Keluar." Kataku dan mengabaikan pertanyaan lainnya yang datang dari teman-temanku. Saat ini tujuank

    Last Updated : 2022-12-28
  • Adit dan Tia   Pertemuan

    "Lo mau maling yah," kataku dan memegang tangan laki-laki urakan yang sedang memegang dompetku."Maling-maling," teriakku dan sialnya dia segera menutup mulutku dengan tangannya."Jangan asal nuduh," katanya lagi."Lepas berengsek," gerakku dan berusaha melepaskan tangannya yang menutup mulutku."Gw cuma mau ngembaliin dompet Lo yang jatuh," katanya dan melepaskan bekapan mulutku."Alasan aja," geramku dan merampas dompetku yang ada ditangan laki-laki itu."Terserah mbak kalau gak percaya," jawabnya cuek."Anak jalanan dan rusak seperti kalian kalau bukan maling yah pasti preman," gumamku lagi."Sembarangan," katanya lagi."Lihat tato satu badan, rambut gak keurus, meskipun tampang tidak terlalu menyeramkan saya sudah bisa tebak," gumamku sewot."Mbak ditolongin bukanya terimakasih," gumamnya."Ngapain terimakasih, kalau gak ketahuan sama saya sudah hilang ini dompet," jawabku sewot."Susah ngomong sama embak,"

    Last Updated : 2021-05-16
  • Adit dan Tia   Dia Lagi

    "malas banget sama Nara yang sekarang hobinya pacaran Mulu," gerutuku memilih belanjaan.Bagaimana tidak menggerutu kalau biasanya akan ada Nara menemani aku berbelanja kebutuhan dan kaki ini aku terpaksa jalan sendiri karena gadis satu itu sedang disandera oleh cowok modelan oppa-oppa yang bikin meleleh kalau gak tau gimana kelakuannya yang urakan."Mana belanjanya banyak lagi," kembali aku mendumel."Mbak hati-hati dong," kata ibu-ibu yang trolinya gak sengaja ketabrak sama troliku."Maaf buk," kataku sungkan."Anak gadis zaman sekarang," ujarnya mendumel dan aku hanya bisa meringis saja."Malangsekalih nasipmu mainmunah," gumamku didalam hati."Udah ah, malas gw," kataku dan ngantri ditempat kasir."Ini lama banget deh," gerutuku tidak henti-hentinya."Mbak jangan dorong-dorong dong," kataku melotot kebelakang dan melihat seorang remaja asik bercanda ria dengan kekasihnya."Sirik," gumamnya dan aku kembali melo

    Last Updated : 2021-05-16
  • Adit dan Tia   Tia Ariska

    Dua hari ini aku disibukkan dengan gadis yang bermulut tajam itu, gadis yang menuduhku sebagai pencopet dan mengata-ngataiki sesuka hatinya.Tidak ada gadis seperti ini sebelumnya. Meskipun tidak setenar Febri tapi jangan salah aku juga digilai banyak cewek. Bahkan dengan mengedipkan mata saja semuanya akan bertekuk lutut di bawahku.Tapi dia berbeda, tidak tertarik dengan cowok sepertiku, yang biasanya menjadi rebutan cewek-cewek dikampus."Woi lu ngapain bengong," kata teman laknatku saat aku masih asik memperhatikan gadis bermulut pedas itu dari kejauhan."Merusak," gumamku dan meninggalkan mereka semua."Sarap tuh anak," ujar mereka yang aku abaikan."Adit," panggil seorang wanita saat aku berniat untuk nyaperin cewek bermulut tajamku yang sepertinya sedang banyak tugas itu."Ada apa?" Tanyaku saat melihat Risa diujung koridor."Mau kemana?" Tanyanya dan mendekat."Ada apa?" Ulangku."Temenin aku nanti malam bisa?" Kata

    Last Updated : 2021-05-17

Latest chapter

  • Adit dan Tia   Semakin Gencar

    Sudah hampir satu bulan ini aku menjauhi Tia dan berharap aku bisa melupakannya tapi ternyata aku salah, setiap saat aku malah semakin merindukan gadis itu, merindukan kemarahannya yang kadang kala membuat aku gemas dan sebal, sebal saat dia sangat keras kepala sekali. Tia merupakan wanita yang keras dan tidak gampang dan hal ini membuat aku merasa tertantang, tertantang untuk menaklukkan dan mendapatkan gadis itu, urusan Papa itu bisa berlakangan sekarang yang aku lakukan adalah urusan hatiku yang selalu merindukan gadis itu dan hal ini tidak bisa aku remehkan. Sebenarnya aku benar-benar ingin menjauhinya, tapi melihat bagaimana perjuangannya Febri untuk mendapatkan wanita yang dia cintai membuat aku termotivasi dan sekarang aku tidak akan melepaskannya lagi dan akan semakin gencar untuk melakukan pendekatan. "Kemana Lo?" Tanya Febri saat aku baru saja berdiri dari tempat dudukku. "Keluar." Kataku dan mengabaikan pertanyaan lainnya yang datang dari teman-temanku. Saat ini tujuank

  • Adit dan Tia   Kemarahan Adit

    Aku fikir semalam semuanya sudah baik-baik saja, bisa tenang dan tidak ada gangguan lagi tapi ternyata aku salah, Adit tubuh menyerah dan tinggal diam, dia menghubungiku berkali-kali sampai aku memutuskan untuk mematikan hp ku saja, bahkan mengirimkan bertubi-tubi SMS yang kembali aku abaikan. Pahitnya aku bertemu lagi dengan laki-laki itu, dia tidak menyerah dan hal itu yang membuat aku malas luar biasa. "Kau bisa tidak, tidak usah menggangguku," gerutuku saat melihat Adit didepan pintu rumahku. "Jelaskan," pintanya lagi. "Sudah aku bilang kami tidak membicarakan apapun," kataku yang tidak habis fikir. "Jangan bohong," katanya yang membuat aku marah. "Kalau kamu tidak percaya itu urusanmu, jangan ganggu aku lagi," kataku dan segera meninggalkan Adit begitu saja. "Tia," katanya dengan nada tinggi dan aku tetap mengabaikan laki-laki itu. "Apa-apaan sih," gerutu dan menaiki angkot untuk menuju kekampus. Kali ini u

  • Adit dan Tia   Papa Adit

    Entah kenapa aku merasa agak aneh dengan laki-laki yang bernama Adit itu, merasa sedikit marah saat melihat dia dengan wanita lain, padahal kami tidak memiliki hubungan apapun dan aku juga membangun dinding tebal untuk melarang laki-laki seperti dia masuk kembali kedalam kehidupanku. Rasa sakit itu masih terlalu membekas erat didalam hatiku, tidak ingin kembali kecewa karena laki-laki yang berjenis yang sama, laki-laki rusak dan tidak jelas melakukannya, tidak bisa dipercaya kesetiaannya. Hari ini seperti biasanya aku berangkat kekampus dengan tumpukan kertas didalam gendongan tanganku, sudah seberat seperti menggendong seorang bayi saja saking banyaknya kertas yang harus aku bawa. Skirpiku tidak lah sesedikit yang lainnya, saat mereka mungkin hanya memiliki sekitar 60 dari ban satu sampai bab tiga, sedangkan aku untuk bab tiga saja sudah ada 80 lembar dan itu semuanya adalah teori, yah beginilah nasipku dalam membuat skripsi. Yang lain akan tuntas de

  • Adit dan Tia   Tuduhan

    Memang benar-benar gila aku tidur sampai sore, yah senyenyak itu lah aku tertidur, entah karena semalam bergadang atau efek wangi Tia yang masih melekat erat di kasurku. Entahlah aku tidak tau yang mana, tapi yang pasti aku terbangun karena perutku sudah minta diisi. "Perut yang malang," gumamku dan bergegas membersihkan diri sebelum keluar untuk mencari makan. Entah makan apa namanya ini, yang pasti aku hanya butuh mengisi perut saja. "Kak Adit," panggil seorang wanita saat aku masih asik makan di salah satu restoran mewah langgananku. "Kamu?" Gumamku bingung melihat gadis itu masih tersenyum cantik. "Aku Tiara masa kak Adit lupa?" Katanya dan mengambil tempat. "Tiara?" Gumamku bingung. Benar-benar tidak ingat siapa wanita yang ada didepanku ini. "Itu loh kak, yang waktu ketemu di bar yang kakak peluk!" Ingatkannya kepadaku. "Oohhh, maaf yah aku memang suka lupa," kataku padahal sebenarnya aku juga tidak ingat. Bukannya apa-ap

  • Adit dan Tia   Kabar Gila

    Setelah bertengkar dengan Tia aku memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit, menenangkan diri terlebih dahulu sebelum kembali menjenguk Febri yang aku tau sekarang pasti hanya dijaga oleh Nara, hadis baik-baik yang dikejar-kejar oleh sahabat baikku itu. Aku tau dia cinta mati kepada gadis itu, karena dulu sekali sebelum kami sedekat sekarang dia pernah menolak cewek tercantik disekolah dengan alasan sudah punya cewek yang dia sukai, awalnya aku kira itu hanyalah omong kosong Febri untuk menjauhi cewek itu tapi saat dia diam-diam menatap seorang gadis biasa dari kejauhan setiap saat aku jadi mengerti kalau gadis itu adalah ornagnya. Sayangnya Febri saat itu tidak berani mendekat dan lebih memilih bersembunyi dengan segala perasaan yang dia miliki tapi entah apa yang merasuki laki-laki itu sehingga dengan gilanya membuat sang wanita putus dengan pacarnya yang ternyata sangat berengsek itu, lebih gila dari Febri tapi dia berkedok menjadi laki-laki baik didepan Nara.

  • Adit dan Tia   Jadi Galau

    Entah mengapa bisa ada Adit disini, aku benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki itu adalah temannya Febri, selama ini aku tidak pernah melihat mereka bersama dan hal ini malah membuat aku semakin marah."Apa yang Lo lakukan disini?" Geram ku tapi dengan suara yang masih rendah, takut membangunkan Nara yang masih tertidur dengan pulas. Melihat Febri yang sepertinya juga masih tertidur membuat aku sedikit legah."Kita harus bicara," kata Adit yang kembali melotot, pasalnya dia sama sekali tida mengecilkan volume suaranya.Pelan-pelan sekali aku mengangkat kepala Nara dan menaruhnya diatas bantal sofa, memastikan gadis ini tetap tertidur."Keluar," gumamku dengan amarah yang sudah mulai berkobar."Kita harus membahas masalah ini," ujar Adit lagi."Keluar atau gw yang bakalan pergi," kataku dengan marah tidak perduli apakah suaraku mengganggu dua manusia yang masih tertidur itu."Aya," kata Adit yang membuat aku segera meninggalkan ru

  • Adit dan Tia   Marah Hebat

    Tidak bisa menghubungi Tia aku malah berakhir di dalam klab malam, menghabiskan berbotol-botol minuman yang membuat aku sejenak melupakan gadis keras kepala itu.Menikmati hingar-bingar suasana malam dan menggunakan barang terlarang sebagai pelengkap kebahagiaan ku malam ini.Melayang, merasa tanpa beban dan semuanya terasa sangat indah membuat aku terhanyut dan tersesat dalam lingkaran setan, lingkaran yang entah kapan akan mengejek dan membunuh ku."Gila nikmat banget broooo," teriakku dan menganggukkan kepala sesuai irama musik. Meneguk lagi minuman langsung dari botolnya."Pesta sampai pagi," teriak teman-teman ku yang basipnya hampir tidak beda jauh. Dilupakan keluarga, ditinggalkan kekasih dan bahkan dikhianati oleh saudaranya sendiri.Kami kumpulkan anak-anak tidak berguna menurut segelintir orang yang melihat hanya dari luarnya saja. Padahal mereka tidak tau bagaimana kami melawan rasa sakit disaat bahkan kami belum tau dan mengerti betapa ke

  • Adit dan Tia   Salah Lagi

    Dari kemarin aku sama sekali tidak bisa menghubungi Tia, gadis bar-bar yang akhir-akhir ini benar-benar sudah mencuri perhatian ku. Melihat sikapnya yang jutek dan dingin tapi juga diselingi oleh sikap manjanya malah membuat aku semakin suka melihat apapun mimik wajah yang ditampilkan, seperti menonton sebuah film kartu lucu yang selalu bisa mengocok perut.Makanya malam ini aku menjadi uring-uringan, telfon tidak diangkat dan bahkan pesan juga tidak dibalasnya. Meskipun memang biasanya aku juga sering diabaikan tapi untuk beberapa waktu ini dia sudah banyak berubah, menjawab telfon dariku meskipun dengan ogah-ogahan, membalas chat ku sesingkat yang dibisanya.Kali ini aku merasa lain, merasa Tia sedang marah, meskipun aku yakin sama sekali tidak membuat masalah kepadanya untuk beberapa hari ini, bahkan aku lebih cenderung mengikuti semua maunya."Ada apa lagi dengan gadis ini," gumamku karena entah untuk keberapa kali aku menghubunginya tapi masih tidak kunjung

  • Adit dan Tia   Brengsek

    Sudah hampir satu bulan aku mengenal Adit, laki-laki urakan yang penuh dengan tato, salah pergaulan dan tentu saja tidak masuk kedalam kriteria ku tapi buktinya kami sudah dekat akhir-akhir ini.Meskipun dia menyebalkan tapi kadang suka bikin kangen saat aku ada masalah, dia selalu ada dan datang tiba-tiba seperti jailangkung, membuat aku jantungan setiap gombalannya, bukan karena terpesona tapi lebih kepada mau muntah saja.Seperti yang sudah aku bilang akhir-akhir ini dia selalu ada saat aku membutuhkan, entah dalam keadaan susah, senang, bahkan saat mood aku buruk luar biasa. Dengan sabar dia selalu mengikuti semua mau ku, bahkan sudah seperti babi saja, menemaniku berbelanja saat nada sibuk dengan kekasihnya, membelikan minum saat aku haus dan malas ke kantin, pokoknya masih banyak lagi.Tidak ada hubungan antara kami tali sialnya dia selalu melarang ku jalan dengan cowok siapapun kecuali dia, posesif yang tidak bisa di ganggu gugat, dia akan berbuat nekat k

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status