Share

Dekat

Penulis: Senada
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-03 22:01:47

Akhir-akhir ini aku semakin sibuk dengan masalah skripsi, bimbingan dengan dosen yang menurutku sangat kiler dan di tambah dengan tingkah resek Adit yang membuat aku selalu naik darah.

Entah di sengaja atau tidak, laki-laki urakan itu selau saja nimbrung saat aku baik dalam kesusahan maupun sedang sendirian, seperti penguntit saja, atau dia benar-benar menguntitku.

Seperti waktu itu saat aku sedang kesal dengan guru bimbingan ku, tiba-tiba saja dia nongol di dekat kantin tempat biasa aku nongkrong jika Nara sedang sibuk.

"Ngapain Lo kesini," gerutu sewot saat dia datang menenteng dua mangkok dengan senyuman manisnya.

"Makan lah," jawab Adit santai dan duduk di sampingku.

"Jauh-jauh sana," gerutuku semakin kesal.

"Jangan jutek-jutek, makan dulu," ujarnya dan mengansurkan bakso kesukaan ku, tidak pake bihun dan tentu saja dengan sambal yang pedas.

"Tumben banget baik, biasanya nyebelin banget," ujarku tapi tak ayal tetap menyantap makanan didepan mata. Sayang kalau di buang kan.

"Nah gitu kan adem liatnya," gumam Adit yang aku abaikan.

Asik dengan bakso yang sangat menggugah selera itu.

Pernah juga waktu itu saat aku pulang kemalaman ke kosan, hari itu aku ada janji dengan teman satu kampung, mau mengajak Nara tapi gadis itu sibuk dengan Febri yang semakin memonopolinya, bikin sebal tapi juga bikin aku bahagia, karena menurutku Nara jauh lebih bahagia dengan Febri dari pada dengan Andi mantan pacarnya yang gila itu.

Malam itu aku datang menggunakan taxi dan sialnya karena keasikan ngobrol tidak sadar jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan yang membuat aku semakin sial lagi taxi yang sulit di daerah itu sedangkan temanku itu di jemput dengan motor oleh kekasihnya.

"Malang sekali nasip jones," gumamku.

Tidak lama menunggu tiba-tiba saja Adit datang dan menawarkan tumpangan, merasa aneh sih waktu itu tapi karena tidak ada pilihan lain jadilah aku mau diantarkan pulang oleh Adit.

Yah dengan terpaksa aku memberitahukan alamatku kepada laki-laki sialan itu.

"Seneng Lo," gerutuku saat sampai dikosan dia masih saja nyengir bagaikan kuda.

"Nanti aku apelin, ok," katanya lagi yang membuat aku terbelalak.

"Enak aja, pacar juga enggak mau ngapel aja Lo," sewotku.

"Kan pdkt dulu Aya baru, masa langsung jadian aja sih," ujarnya lagi.

"Siapa juga yang mau pdkt sama Lo," gerutuku lagi.

"Nah tadi minta dijadiin pacar," kayanya yang membuat aku benar-benar naik darah.

"Susah ngomong sama irnag gila," kata ku dan dengan menghentakkan kaki segera menuju kedalam kosanku. Lama-lama ngeladenin ornag gila gitu bisa buat aku gila juga.

Bukan hanya itu saja pertemuan yang kami alami, masih banyak lagi terutama saat dikampus, padahal setau aku dia bukanlah mahasiswa di kampus kami.

..........

Hari ini dengan malas-malasan aku menuju ke ruangan dosen pembimbing, memberikan refisi proposal yang kemarin kami bahas, sialnya aku berangkat sendiri tadi karena Nara tidak ada jadwal bimbingan hari ini.

"Kok ngenes banget gw," gerutuku sendirian.

"Biasanya ada Nara yang bisa gw recokin," ujarku lagi, lalu menarik nafas dengan berat.

"Teman banyak, tapi yang benar-benar perduli cuma sebiji," gerutuku lagi.

"Apa bayar orang aja yah?" Fikiran gilaku kembali melanglang buana.

"Tapi kan itu sama aja bohong," ujarku dan memukul pelan kepalaku.

"Sudahlah Tia jangan memikirkan hal tidak berguna seperti itu," gumamku dan segera mengetok pintu kayu yang terlihat sangat menakutkan di depan mataku.

"Masuk," suara bas di dalam sana menginterupsi ku.

Dengan ogah-ogahan aku segera masuk dan tidak lupa memasang senyum senatural mungkin, meskipun hati masih ngomel tapi wajah harus terlihat tetap indah.

"Taruh saja diatas meja," ujarnya tanpa melihatku.

"Ini pak," kataku lagi.

"Eehh kamu," katanya menatapku saat aku sudah menaruh proposal yang kemarin sudah aku perbaiki.

"Iya oak," jawabku dengan senyuman manis.

Dia segera membalik-balik proposal ku dan setelahnya ucapan mematikan itu segera meluncur begitu saja.

"Aku sarankan dua pilihan untuk mu, mencari judul baru atau kebali memperbaiki latar belakang masalahnya," kata dosen sialan ini yang membuat petir bagaikan menyambar di gendnag telingaku.

"Ma ma maksud bapak apa?" Gumamku tidak paham.

"Begini, setelah saya lihat sepertinya latar belakang masalah yang kamu ambil tidak singkron dengan teori yang ada, sedangkan untuk menentukan proposal ini lolos adalah teori yang mendukung," ujar beliau lagi.

"Tapi kemarin bukannya bapak sudah terima," kataku menahan tangis.

"Iya, tapi setelah aku baca-baca kemarin sepertinya tidak nyambung, aku memberimu dua pilihan itu atau kamu bisa menemukan teori yang pas mengenai hal itu," ujarnya lagi dan aku benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi.

"Kalau begitu saya permisi," kataku dan segera meninggalkan tempat terkutuk itu.

Dengan sedikit berlari aku menuju ketaman belakang, menumpahkan tangisanku yah sudah mati-matian aku bendung.

"Sialan, brengsek, maunya apa ha," makiku dan air mata terus saja mengalir di pipiku.

"Mau nya ini dan itu, aku sudah mati-matian mengikutinya dan sekarang tinggal sedikit lagi dia malah minta aku mengubahnya, benar-benar tidak punya perasaan," kataku lagi dan tangisanku malah makin menjadi.

"Sialan, mati saja kau," ujarku yang langsung di sahuti oleh sebuah suara.

"Eehh gak boleh ngomong gitu," ujar suara berat di belakangku.

"Kamu?" Ujaraku saat menemukan Adit berdiri tidak tauh dari ku. Dengan segera aku menghapus air mata yang tadi menggenang dipipiku.

"Nangis boleh, kesal boleh, tapi jangan menyumpahi orang seperti itu," katanya santai dan mendekat.

"Lo gak tau apa-apa jangan ikut campur," ujarku marah.

"Mungkin gw emang gak tau, tapi gak gitu juga kali," ujarnya dan duduk di sebelahku.

"Ngapain Lo kesini, mau ngetawain gw," ujarku lagi.

"Siapa bilang? Memangnya ada maslah apa sama cewek cengeng," uajranya dan aku tatap dengan tajam.

"Gw gak cegeng," kataku tidak terima.

"Ok-ok, tapi kalau ada masalah dan mau nangis yah nangis aja, manusia itu kalau lagi sedih dan kesal wajar kok nangis buat meluapkan kemarahannya, apalagi cewek, itu hal biasa asal dia gak selalu cengeng di setiap ada Maslah aja," ujar Adit yang malah semakin membuat gw menangis.

"Cup-cup," kata Adit dan merengkuh tubuhku, membawanya kedalam pelukannya yang terasa hangat.

"Jangan resek yah Lo," kataku dan dengan gilanya gw malah ngelapin ingusku kelapanya Adit.

"Jangan mulai Aya," gumam Adit tapi tidak melepaskan pelukan kami.

"Bodo amat," gerutuku dan kembali melakukan hal yang menjijikkan itu.

"Gila," ujara Adit saat aku sudah melepaskan pelukannya.

"Rasain, siapa suruh peluk-peluk," gerutu ku.

"Haaah, serba salah deh," ujar Adit dan setelahnya aku malah terkekeh.

"Nah gitu kan cantik," ujar Adit yang membuat aku jadi salting.

"Apaan, gombalannya receh," gumamku lagi tali tak ayal rasanya pipiku dijalari aliran panas.

"Ayo makan," kata Adit yang membuat aku mengernyit.

"Biasanya kalau habis nangis itu perut suka keroncong," ujarnya yang benar adanya.

"Hmmm," jawabku dengan gumam dan hari itu aku habiskan bersama Adit, tertawa mendengarkan leluconnya yang garing tapi malah terus-menerus membuat aku tertawa tanpa henti.

Hari itu tidak terasa membuat kami semakin dekat dan aku sudah tidak memikirkan lagi apapun yang akan terjadi kedepannya, apakah akan baik-baik saja atau hal yang tidak aku inginkan akan terjadi lagi, seperti kisah di masa laluku.

Hay Hay Hay Hay Hay, ketemu lagi kita, maaf ya baru sempat up hari ini. Hehehehe

Semoga kalian gak bosen sama cerita ini, terimakasih buat yang sudah mampir dan kalau bisa bolehlah kasih kriti dan sarannya agar aku bisa semakin membuat tulisan lebih baik lagi. Daaaahh semuaaaaa.

Bab terkait

  • Adit dan Tia   Brengsek

    Sudah hampir satu bulan aku mengenal Adit, laki-laki urakan yang penuh dengan tato, salah pergaulan dan tentu saja tidak masuk kedalam kriteria ku tapi buktinya kami sudah dekat akhir-akhir ini.Meskipun dia menyebalkan tapi kadang suka bikin kangen saat aku ada masalah, dia selalu ada dan datang tiba-tiba seperti jailangkung, membuat aku jantungan setiap gombalannya, bukan karena terpesona tapi lebih kepada mau muntah saja.Seperti yang sudah aku bilang akhir-akhir ini dia selalu ada saat aku membutuhkan, entah dalam keadaan susah, senang, bahkan saat mood aku buruk luar biasa. Dengan sabar dia selalu mengikuti semua mau ku, bahkan sudah seperti babi saja, menemaniku berbelanja saat nada sibuk dengan kekasihnya, membelikan minum saat aku haus dan malas ke kantin, pokoknya masih banyak lagi.Tidak ada hubungan antara kami tali sialnya dia selalu melarang ku jalan dengan cowok siapapun kecuali dia, posesif yang tidak bisa di ganggu gugat, dia akan berbuat nekat k

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-05
  • Adit dan Tia   Salah Lagi

    Dari kemarin aku sama sekali tidak bisa menghubungi Tia, gadis bar-bar yang akhir-akhir ini benar-benar sudah mencuri perhatian ku. Melihat sikapnya yang jutek dan dingin tapi juga diselingi oleh sikap manjanya malah membuat aku semakin suka melihat apapun mimik wajah yang ditampilkan, seperti menonton sebuah film kartu lucu yang selalu bisa mengocok perut.Makanya malam ini aku menjadi uring-uringan, telfon tidak diangkat dan bahkan pesan juga tidak dibalasnya. Meskipun memang biasanya aku juga sering diabaikan tapi untuk beberapa waktu ini dia sudah banyak berubah, menjawab telfon dariku meskipun dengan ogah-ogahan, membalas chat ku sesingkat yang dibisanya.Kali ini aku merasa lain, merasa Tia sedang marah, meskipun aku yakin sama sekali tidak membuat masalah kepadanya untuk beberapa hari ini, bahkan aku lebih cenderung mengikuti semua maunya."Ada apa lagi dengan gadis ini," gumamku karena entah untuk keberapa kali aku menghubunginya tapi masih tidak kunjung

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • Adit dan Tia   Marah Hebat

    Tidak bisa menghubungi Tia aku malah berakhir di dalam klab malam, menghabiskan berbotol-botol minuman yang membuat aku sejenak melupakan gadis keras kepala itu.Menikmati hingar-bingar suasana malam dan menggunakan barang terlarang sebagai pelengkap kebahagiaan ku malam ini.Melayang, merasa tanpa beban dan semuanya terasa sangat indah membuat aku terhanyut dan tersesat dalam lingkaran setan, lingkaran yang entah kapan akan mengejek dan membunuh ku."Gila nikmat banget broooo," teriakku dan menganggukkan kepala sesuai irama musik. Meneguk lagi minuman langsung dari botolnya."Pesta sampai pagi," teriak teman-teman ku yang basipnya hampir tidak beda jauh. Dilupakan keluarga, ditinggalkan kekasih dan bahkan dikhianati oleh saudaranya sendiri.Kami kumpulkan anak-anak tidak berguna menurut segelintir orang yang melihat hanya dari luarnya saja. Padahal mereka tidak tau bagaimana kami melawan rasa sakit disaat bahkan kami belum tau dan mengerti betapa ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • Adit dan Tia   Jadi Galau

    Entah mengapa bisa ada Adit disini, aku benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki itu adalah temannya Febri, selama ini aku tidak pernah melihat mereka bersama dan hal ini malah membuat aku semakin marah."Apa yang Lo lakukan disini?" Geram ku tapi dengan suara yang masih rendah, takut membangunkan Nara yang masih tertidur dengan pulas. Melihat Febri yang sepertinya juga masih tertidur membuat aku sedikit legah."Kita harus bicara," kata Adit yang kembali melotot, pasalnya dia sama sekali tida mengecilkan volume suaranya.Pelan-pelan sekali aku mengangkat kepala Nara dan menaruhnya diatas bantal sofa, memastikan gadis ini tetap tertidur."Keluar," gumamku dengan amarah yang sudah mulai berkobar."Kita harus membahas masalah ini," ujar Adit lagi."Keluar atau gw yang bakalan pergi," kataku dengan marah tidak perduli apakah suaraku mengganggu dua manusia yang masih tertidur itu."Aya," kata Adit yang membuat aku segera meninggalkan ru

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-16
  • Adit dan Tia   Kabar Gila

    Setelah bertengkar dengan Tia aku memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit, menenangkan diri terlebih dahulu sebelum kembali menjenguk Febri yang aku tau sekarang pasti hanya dijaga oleh Nara, hadis baik-baik yang dikejar-kejar oleh sahabat baikku itu. Aku tau dia cinta mati kepada gadis itu, karena dulu sekali sebelum kami sedekat sekarang dia pernah menolak cewek tercantik disekolah dengan alasan sudah punya cewek yang dia sukai, awalnya aku kira itu hanyalah omong kosong Febri untuk menjauhi cewek itu tapi saat dia diam-diam menatap seorang gadis biasa dari kejauhan setiap saat aku jadi mengerti kalau gadis itu adalah ornagnya. Sayangnya Febri saat itu tidak berani mendekat dan lebih memilih bersembunyi dengan segala perasaan yang dia miliki tapi entah apa yang merasuki laki-laki itu sehingga dengan gilanya membuat sang wanita putus dengan pacarnya yang ternyata sangat berengsek itu, lebih gila dari Febri tapi dia berkedok menjadi laki-laki baik didepan Nara.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-22
  • Adit dan Tia   Tuduhan

    Memang benar-benar gila aku tidur sampai sore, yah senyenyak itu lah aku tertidur, entah karena semalam bergadang atau efek wangi Tia yang masih melekat erat di kasurku. Entahlah aku tidak tau yang mana, tapi yang pasti aku terbangun karena perutku sudah minta diisi. "Perut yang malang," gumamku dan bergegas membersihkan diri sebelum keluar untuk mencari makan. Entah makan apa namanya ini, yang pasti aku hanya butuh mengisi perut saja. "Kak Adit," panggil seorang wanita saat aku masih asik makan di salah satu restoran mewah langgananku. "Kamu?" Gumamku bingung melihat gadis itu masih tersenyum cantik. "Aku Tiara masa kak Adit lupa?" Katanya dan mengambil tempat. "Tiara?" Gumamku bingung. Benar-benar tidak ingat siapa wanita yang ada didepanku ini. "Itu loh kak, yang waktu ketemu di bar yang kakak peluk!" Ingatkannya kepadaku. "Oohhh, maaf yah aku memang suka lupa," kataku padahal sebenarnya aku juga tidak ingat. Bukannya apa-ap

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-03
  • Adit dan Tia   Papa Adit

    Entah kenapa aku merasa agak aneh dengan laki-laki yang bernama Adit itu, merasa sedikit marah saat melihat dia dengan wanita lain, padahal kami tidak memiliki hubungan apapun dan aku juga membangun dinding tebal untuk melarang laki-laki seperti dia masuk kembali kedalam kehidupanku. Rasa sakit itu masih terlalu membekas erat didalam hatiku, tidak ingin kembali kecewa karena laki-laki yang berjenis yang sama, laki-laki rusak dan tidak jelas melakukannya, tidak bisa dipercaya kesetiaannya. Hari ini seperti biasanya aku berangkat kekampus dengan tumpukan kertas didalam gendongan tanganku, sudah seberat seperti menggendong seorang bayi saja saking banyaknya kertas yang harus aku bawa. Skirpiku tidak lah sesedikit yang lainnya, saat mereka mungkin hanya memiliki sekitar 60 dari ban satu sampai bab tiga, sedangkan aku untuk bab tiga saja sudah ada 80 lembar dan itu semuanya adalah teori, yah beginilah nasipku dalam membuat skripsi. Yang lain akan tuntas de

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • Adit dan Tia   Kemarahan Adit

    Aku fikir semalam semuanya sudah baik-baik saja, bisa tenang dan tidak ada gangguan lagi tapi ternyata aku salah, Adit tubuh menyerah dan tinggal diam, dia menghubungiku berkali-kali sampai aku memutuskan untuk mematikan hp ku saja, bahkan mengirimkan bertubi-tubi SMS yang kembali aku abaikan. Pahitnya aku bertemu lagi dengan laki-laki itu, dia tidak menyerah dan hal itu yang membuat aku malas luar biasa. "Kau bisa tidak, tidak usah menggangguku," gerutuku saat melihat Adit didepan pintu rumahku. "Jelaskan," pintanya lagi. "Sudah aku bilang kami tidak membicarakan apapun," kataku yang tidak habis fikir. "Jangan bohong," katanya yang membuat aku marah. "Kalau kamu tidak percaya itu urusanmu, jangan ganggu aku lagi," kataku dan segera meninggalkan Adit begitu saja. "Tia," katanya dengan nada tinggi dan aku tetap mengabaikan laki-laki itu. "Apa-apaan sih," gerutu dan menaiki angkot untuk menuju kekampus. Kali ini u

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-17

Bab terbaru

  • Adit dan Tia   Semakin Gencar

    Sudah hampir satu bulan ini aku menjauhi Tia dan berharap aku bisa melupakannya tapi ternyata aku salah, setiap saat aku malah semakin merindukan gadis itu, merindukan kemarahannya yang kadang kala membuat aku gemas dan sebal, sebal saat dia sangat keras kepala sekali. Tia merupakan wanita yang keras dan tidak gampang dan hal ini membuat aku merasa tertantang, tertantang untuk menaklukkan dan mendapatkan gadis itu, urusan Papa itu bisa berlakangan sekarang yang aku lakukan adalah urusan hatiku yang selalu merindukan gadis itu dan hal ini tidak bisa aku remehkan. Sebenarnya aku benar-benar ingin menjauhinya, tapi melihat bagaimana perjuangannya Febri untuk mendapatkan wanita yang dia cintai membuat aku termotivasi dan sekarang aku tidak akan melepaskannya lagi dan akan semakin gencar untuk melakukan pendekatan. "Kemana Lo?" Tanya Febri saat aku baru saja berdiri dari tempat dudukku. "Keluar." Kataku dan mengabaikan pertanyaan lainnya yang datang dari teman-temanku. Saat ini tujuank

  • Adit dan Tia   Kemarahan Adit

    Aku fikir semalam semuanya sudah baik-baik saja, bisa tenang dan tidak ada gangguan lagi tapi ternyata aku salah, Adit tubuh menyerah dan tinggal diam, dia menghubungiku berkali-kali sampai aku memutuskan untuk mematikan hp ku saja, bahkan mengirimkan bertubi-tubi SMS yang kembali aku abaikan. Pahitnya aku bertemu lagi dengan laki-laki itu, dia tidak menyerah dan hal itu yang membuat aku malas luar biasa. "Kau bisa tidak, tidak usah menggangguku," gerutuku saat melihat Adit didepan pintu rumahku. "Jelaskan," pintanya lagi. "Sudah aku bilang kami tidak membicarakan apapun," kataku yang tidak habis fikir. "Jangan bohong," katanya yang membuat aku marah. "Kalau kamu tidak percaya itu urusanmu, jangan ganggu aku lagi," kataku dan segera meninggalkan Adit begitu saja. "Tia," katanya dengan nada tinggi dan aku tetap mengabaikan laki-laki itu. "Apa-apaan sih," gerutu dan menaiki angkot untuk menuju kekampus. Kali ini u

  • Adit dan Tia   Papa Adit

    Entah kenapa aku merasa agak aneh dengan laki-laki yang bernama Adit itu, merasa sedikit marah saat melihat dia dengan wanita lain, padahal kami tidak memiliki hubungan apapun dan aku juga membangun dinding tebal untuk melarang laki-laki seperti dia masuk kembali kedalam kehidupanku. Rasa sakit itu masih terlalu membekas erat didalam hatiku, tidak ingin kembali kecewa karena laki-laki yang berjenis yang sama, laki-laki rusak dan tidak jelas melakukannya, tidak bisa dipercaya kesetiaannya. Hari ini seperti biasanya aku berangkat kekampus dengan tumpukan kertas didalam gendongan tanganku, sudah seberat seperti menggendong seorang bayi saja saking banyaknya kertas yang harus aku bawa. Skirpiku tidak lah sesedikit yang lainnya, saat mereka mungkin hanya memiliki sekitar 60 dari ban satu sampai bab tiga, sedangkan aku untuk bab tiga saja sudah ada 80 lembar dan itu semuanya adalah teori, yah beginilah nasipku dalam membuat skripsi. Yang lain akan tuntas de

  • Adit dan Tia   Tuduhan

    Memang benar-benar gila aku tidur sampai sore, yah senyenyak itu lah aku tertidur, entah karena semalam bergadang atau efek wangi Tia yang masih melekat erat di kasurku. Entahlah aku tidak tau yang mana, tapi yang pasti aku terbangun karena perutku sudah minta diisi. "Perut yang malang," gumamku dan bergegas membersihkan diri sebelum keluar untuk mencari makan. Entah makan apa namanya ini, yang pasti aku hanya butuh mengisi perut saja. "Kak Adit," panggil seorang wanita saat aku masih asik makan di salah satu restoran mewah langgananku. "Kamu?" Gumamku bingung melihat gadis itu masih tersenyum cantik. "Aku Tiara masa kak Adit lupa?" Katanya dan mengambil tempat. "Tiara?" Gumamku bingung. Benar-benar tidak ingat siapa wanita yang ada didepanku ini. "Itu loh kak, yang waktu ketemu di bar yang kakak peluk!" Ingatkannya kepadaku. "Oohhh, maaf yah aku memang suka lupa," kataku padahal sebenarnya aku juga tidak ingat. Bukannya apa-ap

  • Adit dan Tia   Kabar Gila

    Setelah bertengkar dengan Tia aku memutuskan untuk meninggalkan rumah sakit, menenangkan diri terlebih dahulu sebelum kembali menjenguk Febri yang aku tau sekarang pasti hanya dijaga oleh Nara, hadis baik-baik yang dikejar-kejar oleh sahabat baikku itu. Aku tau dia cinta mati kepada gadis itu, karena dulu sekali sebelum kami sedekat sekarang dia pernah menolak cewek tercantik disekolah dengan alasan sudah punya cewek yang dia sukai, awalnya aku kira itu hanyalah omong kosong Febri untuk menjauhi cewek itu tapi saat dia diam-diam menatap seorang gadis biasa dari kejauhan setiap saat aku jadi mengerti kalau gadis itu adalah ornagnya. Sayangnya Febri saat itu tidak berani mendekat dan lebih memilih bersembunyi dengan segala perasaan yang dia miliki tapi entah apa yang merasuki laki-laki itu sehingga dengan gilanya membuat sang wanita putus dengan pacarnya yang ternyata sangat berengsek itu, lebih gila dari Febri tapi dia berkedok menjadi laki-laki baik didepan Nara.

  • Adit dan Tia   Jadi Galau

    Entah mengapa bisa ada Adit disini, aku benar-benar tidak menyangka kalau laki-laki itu adalah temannya Febri, selama ini aku tidak pernah melihat mereka bersama dan hal ini malah membuat aku semakin marah."Apa yang Lo lakukan disini?" Geram ku tapi dengan suara yang masih rendah, takut membangunkan Nara yang masih tertidur dengan pulas. Melihat Febri yang sepertinya juga masih tertidur membuat aku sedikit legah."Kita harus bicara," kata Adit yang kembali melotot, pasalnya dia sama sekali tida mengecilkan volume suaranya.Pelan-pelan sekali aku mengangkat kepala Nara dan menaruhnya diatas bantal sofa, memastikan gadis ini tetap tertidur."Keluar," gumamku dengan amarah yang sudah mulai berkobar."Kita harus membahas masalah ini," ujar Adit lagi."Keluar atau gw yang bakalan pergi," kataku dengan marah tidak perduli apakah suaraku mengganggu dua manusia yang masih tertidur itu."Aya," kata Adit yang membuat aku segera meninggalkan ru

  • Adit dan Tia   Marah Hebat

    Tidak bisa menghubungi Tia aku malah berakhir di dalam klab malam, menghabiskan berbotol-botol minuman yang membuat aku sejenak melupakan gadis keras kepala itu.Menikmati hingar-bingar suasana malam dan menggunakan barang terlarang sebagai pelengkap kebahagiaan ku malam ini.Melayang, merasa tanpa beban dan semuanya terasa sangat indah membuat aku terhanyut dan tersesat dalam lingkaran setan, lingkaran yang entah kapan akan mengejek dan membunuh ku."Gila nikmat banget broooo," teriakku dan menganggukkan kepala sesuai irama musik. Meneguk lagi minuman langsung dari botolnya."Pesta sampai pagi," teriak teman-teman ku yang basipnya hampir tidak beda jauh. Dilupakan keluarga, ditinggalkan kekasih dan bahkan dikhianati oleh saudaranya sendiri.Kami kumpulkan anak-anak tidak berguna menurut segelintir orang yang melihat hanya dari luarnya saja. Padahal mereka tidak tau bagaimana kami melawan rasa sakit disaat bahkan kami belum tau dan mengerti betapa ke

  • Adit dan Tia   Salah Lagi

    Dari kemarin aku sama sekali tidak bisa menghubungi Tia, gadis bar-bar yang akhir-akhir ini benar-benar sudah mencuri perhatian ku. Melihat sikapnya yang jutek dan dingin tapi juga diselingi oleh sikap manjanya malah membuat aku semakin suka melihat apapun mimik wajah yang ditampilkan, seperti menonton sebuah film kartu lucu yang selalu bisa mengocok perut.Makanya malam ini aku menjadi uring-uringan, telfon tidak diangkat dan bahkan pesan juga tidak dibalasnya. Meskipun memang biasanya aku juga sering diabaikan tapi untuk beberapa waktu ini dia sudah banyak berubah, menjawab telfon dariku meskipun dengan ogah-ogahan, membalas chat ku sesingkat yang dibisanya.Kali ini aku merasa lain, merasa Tia sedang marah, meskipun aku yakin sama sekali tidak membuat masalah kepadanya untuk beberapa hari ini, bahkan aku lebih cenderung mengikuti semua maunya."Ada apa lagi dengan gadis ini," gumamku karena entah untuk keberapa kali aku menghubunginya tapi masih tidak kunjung

  • Adit dan Tia   Brengsek

    Sudah hampir satu bulan aku mengenal Adit, laki-laki urakan yang penuh dengan tato, salah pergaulan dan tentu saja tidak masuk kedalam kriteria ku tapi buktinya kami sudah dekat akhir-akhir ini.Meskipun dia menyebalkan tapi kadang suka bikin kangen saat aku ada masalah, dia selalu ada dan datang tiba-tiba seperti jailangkung, membuat aku jantungan setiap gombalannya, bukan karena terpesona tapi lebih kepada mau muntah saja.Seperti yang sudah aku bilang akhir-akhir ini dia selalu ada saat aku membutuhkan, entah dalam keadaan susah, senang, bahkan saat mood aku buruk luar biasa. Dengan sabar dia selalu mengikuti semua mau ku, bahkan sudah seperti babi saja, menemaniku berbelanja saat nada sibuk dengan kekasihnya, membelikan minum saat aku haus dan malas ke kantin, pokoknya masih banyak lagi.Tidak ada hubungan antara kami tali sialnya dia selalu melarang ku jalan dengan cowok siapapun kecuali dia, posesif yang tidak bisa di ganggu gugat, dia akan berbuat nekat k

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status