Share

2. Kejam

Penulis: Reski Muchu Kissky
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Lisa tertawa mendengar kata-kata kakaknya.

"Aku nggak takut, lagian yang salah itu kamu karena melahirkan sesar sehingga membuat perutmu ada bekas keloidnya. Andaikan kamu membeli obat bekas luka pastinya suamimu nggak akan mencintai aku!" Lisa tertawa getir.

“Jangan jadikan itu alibi untuk membenarkan perselingkuhan kalian!” pungkas Ruby.

"Memang cape ngomong sama orang bodoh." Lisa yang kesal menoleh ke arah iparnya.

"Buang dia ke sumur mas, habis itu kita tutup besok baru kita buka lagi, kalau dia belum sadar sama kekurangannya berarti sumur itu akan jadi kuburannya," ucap Lisa.

"Sepertinya hukuman itu memang cocok buat perempuan tolol seperti dia." Aril yang bengis sigap menyeret kaki ruby menuju sumur.

"Lepaskan aku!” Ruby memberontak karena ingin melarikan diri.

 “Diam jalang!” Aril yang naik pitam memutar kaki kanan istrinya hingga terdengar bunyi kretek.

 “Aaaa! sakit!” Ruby menjerit karena kakinya di buat terkilir oleh suaminya.

 “Berisik!” Aril memukul kaki istrinya yang terkilir.

Sejurus dengan itu ketiga putri mereka yang baru bangun siang menyaksikan penyiksaan itu.

Alhasil tangisan ketiganya pecah hingga membuat kepala Aril sakit.

 “Nawa mereka pergi!” titah Aril.

 “I-iya tuan.” Siska mencoba membawa ketiganya masuk ke dalam rumah namun Jihan si anak kedua berlari kencang lalu memeluk ibunya.

“Lepaskan mama, pa.” Jihan menatap nanar sang ayah.

 “Sayang, ayo masuk ke dalam nanti mama akan menyusulmu,” ucap Ruby.

 “Kita harus pergi sama-sama! Ayo kita ke rumah sakit, biar mama di obati.” Jihan ingin ibunya segera di tangani oleh. dokter..

 “Kamu nggak dengar mamamu ngomong apa, Jihan?” pekik Aril.

“Nggak mau! Papa jahat!” Jihan menolak.

“Masih kecil tapi sudah berani melawan sama orang tua! Kamu harus patuh karena semua yang kalian nikmati hasil kerja keras papa! Jadi kalau harus hormat sama papa bukan sama mamamu karena dia cuma ibu rumah tangga yang nggak bisa menghasilkan uang!” Aril berteriak lalu menghempaskan tangan putrinya.

"Mas!!!" Ruby yang ingin melindungi menggigit kaki suaminya.

“Sakit!” Aril yang makin kesetanan menginjak kepala istrinya.

Setelah itu Aril menunjuk kasar wajah putrinya.

"Hei, Jihan papa akan membuangmu bersama mamamu ke sumur!" Aril ingin menghukum putrinya bersama istrinya.

"Cukup Aril!" suara Lasmini membuat jantung Aril berdebar kencang.

 "Mama," ucap Aril.

"Jangan panggil aku mama karena aku nggak sudi punya anak psikopat seperti kamu!" kemudian Lasmini mendekat lalu menampar pipi anaknya di hadapan semua orang.

  Plak!

Sikap tegas Lasmini sontak membuat putranya malu.

"Aku cuma memberi pelajaran pada mereka karena sudah membuat aku kesal dan malu," ucap Aril.

  Plak!

Lasmini kembali menampar pipi putranya dengan sangat keras.

"Nggak usah banyak alasan, kamu pikir aku akan percaya? Kamu kira aku akan membelamu karena kamu anakku?" kemudian Lasmini geleng-geleng kepala.

"Fernando, bawa Ruby dan Jihan ke rumah sakit." Lasmini memerintah ajudannya.

"Baik nyonya." kemudian Fernando membantu Ruby berdiri.

Sejurus dengan itu semua orang melihat darah segar mengalir dari kedua kaki Ruby.

"Astaghfirullahaladzim." semua orang mengucap istighfar karena mereka mengerti kalau Ruby tengah keguguran.

"Ya Tuhan!" Lasmini yang marah dengan sigap mendatangi Lisa yang berdiri tak jauh darinya.

"Ini semua pasti gara-gara kamu!" kemudian Lasmini menampar berulang kali wajah kiri dan kanan Lisa.

Plak plak!

"Mama, hentikan!" Aril membentak ibunya lalu mendorongnya agar menjauh dari sang kekasih hati.

"Kamu berani menyentuhku demi perempuan hina ini?" Lasmini menunjuk kasar wajah Lisa.

Sialan! Mentang-mentang dari barisan mertua kelakuannya malah seperti Dajjal, batin Lisa.

"Aku membelanya karena cuma Lisa yang mengerti di dunia ini!" ucap Aril dengan Lantang hingga di dengar oleh istrinya.

"Fernando, Citra, cepat bawa mereka ke rumah sakit." Lasmini mengulangi perintahnya.

 "Siap nyonya." sahut Citra dan Fernando lalu beranjak pergi

“Ayo kita bicara di dalam." Lasmini masuk ke rumah dan menuju ruang tamu.

"Oke." kemudian Aril mengikuti langkah kaki ibunya.

Sesampainya di ruang tamu Aril dan ibunya duduk saling berhadapan di atas sofa.

"Mama perlu diskusi sama kamu," ujar Lasmini.

"Soal apa?" tanya Aril.

"Kasusnya sudah jelas tapi kamu masih bertanya sama mama." Lasmini yang kesal menatap marah pada putranya.

"Aku sudah dewasa dan apapun yang terjadi di rumah tanggaku itu adalah urusanku," ucap Aril.

"Kamu boleh mengatakan apapun asal kamu nggak bekerja di perusahaan papamu dan ini terakhir kali kamu menyakiti istri dan anak-anakmu, kalau sampai kamu mengulanginya lagi mama akan melaporkannya sama papa biar namamu di coret dari surat harta warisan?" ujar Lasmini.

"Baiklah." Aril yang bosan diancam lama-lama tidak takut dengan apapun yang dikatakan ibunya karena selama ini tak ada satupun yang terjadi jika ia membuat kesalahan.

"Mama anggap kamu paham dan satu lagi putuskan hubunganmu dengan l***e itu! Mama nggak suka kamu memakai dia karena kamu adalah suami kakaknya!" Lasmini berharap putranya mau mendengarkannya.

"Lebih baik aku nggak melihat wajah mama selamanya daripada harus kehilangan Lisa." respon Aril yang di luar dugaan membuat ibunya mengambil tindakan tegas.

"Oke, kalau kamu nggak mau menuruti apa yang mama katakan, berarti karirmu akan segera berakhir di Sanjaya Corp!" ucap Lasmini.

"Kalau mama berani mengganggu gugat posisiku aku nggak akan memaafkan mama dan papa." Aril mengancam balik ibunya.

"Fine, jangan menyesal kalau pada akhirnya kamu hancur gara-gara pel**ur itu!" ucap Lasmini.

"Iya! Sana pergi!" pekik Aril.

Sementara Lisa yang mendengarkan percakapan keduanya merasa senang karena sang kekasih lebih memilih dirinya ketimbang ibu kandung yang telah melahirkannya ke dunia.

Bagus! Aku makin cinta sama kamu, mas! Pokoknya kita harus menumpas siapapun yang ingin menghalangi pernikahan kita berdua, batin Lisa.

"Baik, kita lihat saja bagaimana nasibmu nanti, biasanya orang yang menentang orang tua hidupnya pasti akan sengsara!" setelah itu Lasmini beranjak dari rumah putranya.

"Syukurlah dia sudah pergi, aku benar-benar muak melihat wajahnya." Aril yang pusing meletakkan leher belakangnya ke punggung sofa.

"Mas." Lisa yang telah berpakaian rapi duduk di sebelah kekasihnya.

"Tadi aku mendengar percakapanmu dengan tante dan aku rasa mas sudah keterlaluan karena melawan sama orang tua, menurutku mas minta maaf sama tante karena bagaimanapun dia adalah orang yang telah membesarkan kamu mas." Lisa pura-pura baik agar sang kekasih makin menyayanginya.

 "Biarkan saja," ucap Aril.

Bab terkait

  • Adikku Adalah Maut   3. Anak Durhaka

    Lisa menarik nafas panjang lalu memegang bahu kekasihnya. "Aku tahu kamu nggak akur sama mereka tapi kalau mas terus arogan takutnya mas nggak bakal dapat warisan!" Lisa mencoba menasehati kekasihnya karena ia tak ingin sang kekasih kehilangan segalanya. "Kamu nggak usah khawatir karena aku pasti bisa mengendalikan kedua orang tuaku." Aril yang percaya diri membuat Lisa tenang. "Kalau begitu kapan kita menikah? Aku nggak mau jadi pacarmu terus, dulu alasanmu karena ingin menjaga perasaan kakakku tapi sekarang semua orang sudah tahu hubungan kita." Lisa menuntut janji manis yang pernah dikatakan Aril padanya. "Secepatnya tapi nggak sekarang karena aku masih banyak urusan di kantor." Aril kembali mengumbar janji manis. "Oke tapi jangan lupa buang kakakku jauh-jauh dan aku juga nggak mau mengurus anak-anakmu." Lisa mengutarakan keinginannya. "Kamu tenang saja karena aku juga nggak suka sama anak-anak." Aril menyanggupi permintaan kekasihnya. "Terimakasih banyak ya sayang." Lisa yan

  • Adikku Adalah Maut   4. Balas Dendam

    "Masa sih ma?" Ruby tidak percaya pada mertuanya. "Itu benar dan kami melakukannya karena ayah mertuamu tahu Aril nggak akan pernah berubah." kemudian Lasmini menceritakan perangai putranya yang suka berfoya-foya dan mencuri uang. "Sejak awal aku ingin memberitahumu kalau putraku bukan orang baik tapi aku mengurungkan niatku karena aku pikir kamu bisa membuatnya berubah tapi nyatanya kamu gagal, aku benar-benar kecewa sama kamu," ucap Lasmini. "Hanya Allah yang bisa melakukannya jadi ibu jangan menyalahkan putriku, ibu saja nggak bisa membawanya ke jalan yang benar apalagi putriku yang hanya orang luar." Santi membela putrinya. "Aku faham dan kita nggak perlu menyalakan satu sama karena kuncinya sekarang Ruby harus merebut rumah dan juga mobil itu karena bagaimanapun itu hak Ruby dan cucu-cucuku," ucap Lasmini. "Aku nggak butuh semua itu karena aku cuma mau cerai dan memenjarakan mereka berdua." Ruby mengutarakan niatnya. "Kalau soal itu aku nggak setuju karena kalau ada ya

  • Adikku Adalah Maut   5. Talak 3

    Namun Ruby yang terlanjur sakit hati karena putrinya disakiti tak mau mengasihani adiknya sendiri. "Sudah Ruby, jangan pukuli adikmu lagi!" Lasmini menarik mundur menantunya karena ia tak tega melihat penganiayaan itu berlangsung lebih lama. "Lepaskan aku!" Ruby memberontak. "Cukup! Apa kamu belum puas membuat kepala anakku bocor? Lihat, sekarang dia sempoyongan!" Lasmini memarahi Ruby. "Kalau mama nggak bisa menghentikan kejahatan mereka berarti yang harus turun tangan itu aku, kalau mama sakit hati melihat anak mama terluka begitu pula denganku!" Ruby membentak mertuanya. "Kurang ajar ya kamu! Aku nggak akan pernah memaafkanmu!" Aril mencoba menyerang istrinya dengan tinjunya yang besar. Beruntungnya Ruby bisa menghindar lalu ibu 3 anak itu memukul punggung suaminya hingga tubuh pria kejam itu tumbang ke lantai. "Dengar ya laki-laki paling hina di muka bumi ini, mulai sekarang aku bukan istrimu lagi aku harap kamu mau memberikan aku talak tiga sekarang juga karena aku betul-be

  • Adikku Adalah Maut   6. Rencana Pembun*han.

    “Alhamdulillah.” Ruby merasa lega bisa lepas dari suaminya. “Oke karena semua sudah beres kalian berdua bisa pergi sekarang juga, masalah cerai ke pengadilan papa bisa mengurusnya sendiri yang penting sekarang kalian bukan suami istri lagi.” Kemudian Rahman memanggil dua security yang berjaga di depan pintu utama. “Pak Rudi dan pak Riko, tolong antar mereka berdua ke gerbang,” titah Rahman. Kemudian dua security waktu besar berdiri di belakang Lisa dan Aril. “Pak Rudi tolong ambil semua kartu debit dan kreditnya,” ucap Rahman. “Laksanakan tuan.” Rudi mengambil dompet dari saku celana bagian depan Aril. “Aku nggak akan memaafkan papa, aku pasti akan membahas kejahatan kalian semua.” ucap Aril dengan mata memerah menahan emosi. “Memangnya orang miskin sepertimu bisa melakukan apa?” Rahman meremehkan putranya. “Menghabisi nyawamu.” Aril mengungkapkan keinginannya. “Ditunggu jangan sampai berubah pikiran ya.” Rahman sama sekali tidak takut pada ancaman putranya. “Oke, lihat sa

  • Adikku Adalah Maut   7. Diusir

    “Gimana kalau kita nggak berhasil? Kita bisa masuk penjara loh, mas!” Lisa memberitahu resiko yang akan mereka terima. “Pasti berhasil karena kalau papa mati otomatis aku yang akan menguasai semuanya,” ujar Aril. “Mas yakin? Bukannya semua harta atas nama ketiga anakmu?” ucap Lisa. “Aku bisa menunggu pengacara untuk mengubahnya.” Aril berencana menyebut pengacara keluarga mereka. “Baiklah, aku mau membantu asal mas berjanji nggak akan pernah meninggalkan aku.” Lisa meminta hal itu karena ia yakin suatu saat Aril akan berpaling darinya. “Oke.” Aril menyanggupi permintaan kekasihnya. Setelah itu keduanya memesan taksi dengan tujuan berobat ke rumah sakit. *** Ruby yang ada di kamar merasa senang saat melihat ketiga putrinya tertidur lelap. “Alhamdulillah akhirnya kami bisa berkumpul kembali.” Ruby mengecup satu Persatu kening putrinya. Lalu di saat ia ingin istirahat tiba-tiba ibu mertuanya membuka pintu kamar. “Pokoknya kamu harus membujuk ayah mertuamu agar mene

  • Adikku Adalah Maut   8. Awal Petaka

    "Me-mereka sendiri yang mau pergi." Lasmini yang ketakutan tak berani jujur pada suaminya. "Mama benar pa, aku dan anak-anaklah yang mau pergi." Ruby tak ingin membongkar kebusukan mertuanya."Kamu boleh pergi tapi tidak dengan cucu-cucuku, kalau kamu sanggup berpisah dengan mereka silahkan angkat kaki dari rumah ini," ucap Rahman. "Saya nggak mungkin meninggalkan anak-anak saya disini, pa." Ruby tak ingin berpisah dengan ketiga putrinya. "Mungkin saja lagipula setelah pasangan suami istri bercerai yang paling bertanggung jawab mengurus anak-anaknya adalah dari pihak suami, berarti kamu nggak punya tanggung jawab atas ketiga putrimu lagi." Rahman yang tegas membuat menantunya tak berani melangkahkan kaki."Papa benar dan sebenarnya tadi mama juga sudah membujuk Ruby agar tetap disini sama kita walaupun sekarang dia bukan menantu kita lagi." Lasmini berpura-pura baik di hadapan suaminya."Nggak usah ngomong apa-apa karena aku tahu sama isi kepalamu."Rahman yang ketus membuat istrin

  • Adikku Adalah Maut   9. Pangkuan Hangat

    Ruby menganggukkan kepala lalu lanjut bertanya pada adiknya."Iya, apa yang kalian bicarakan?" Ruby ingin tahu topik obrolan keduanya. "Cuma soal kegiatan sekolahku, lagian waktu itu kami nggak sengaja bertemu di kolam, mas Aril datang saat aku lagi telponan sama temanku kak." Lisa menjelaskan segala pada kakaknya."Oh, gitu ya. Tapi sekali lagi kakak minta maaf karena udah nggak bisa tepat janji sama kamu," ucap Ruby."Maksud kamu apa, Ruby?" suara Aril mengejutkan keduanya."Kakak menyuruhku pergi mas, katanya aku nggak jadi pindah sekolah kesini." kemudian Lisa bangkit dari sofa lalu menggandeng lengan iparnya. "Apa alasannya? Kenapa kamu mengusir adikmu sendiri???" Aril yang terlihat kesal membuat istrinya bingung. "Aku pikir alasan mas cuek dan pasang muka masam padaku beberapa hari ini karena Lisa ada disini," ucap Ruby. "Omong kosong, mana mungkin aku nggak suka sama Lisa apalagi dia adalah adikmu, bilang saja kamu yang nggak nyaman dia ada disini." Aril yang manipulatif me

  • Adikku Adalah Maut   10. Menampar Adik Kandung

    Sesampainya keduanya di pinggir kolam renang Ruby kembali menghajar adiknya.Plak!"Bodoh! kamu pikir yang kamu lakukan tadi normal?" Ruby geleng-geleng kepala. "Tidak! Perbuatanmu murahan, siapapun yang melihatnya pasti akan berpikir kalau kamu dan suamiku punya hubungan gelap, aku heran kenapa kamu bersikap tolol kayak begini, padahal kamu cantik dan masih kelas XI SMA tapi kelakuanmu mirip seperti perempuan panggilan!" Ruby memarahi adiknya habis-habisan. Sementara Aril yang mendengar teriakan adik iparnya buru-buru menyusul ke kolam renang. “Ngapain kamu terus menekan dan memarahi adikmu? Aku lihat dari tadi kamu makin keterlaluan, hanya karena dia duduk di pangkuanku kamu malah ingin membunuhnya?" Aril memarahi istrinya di depan adik iparnya“Mas!” “Ssst! Panggil aku Aril,” ucap Aril."Kok gitu?" Ruby tak mengerti dengan maksud suaminya. "Pokoknya mulai sekarang kita saling panggil nama karena wajahmu sudah terlihat lebih tua dariku, walaupun kita beda 5 tahun tapi aku kelih

Bab terbaru

  • Adikku Adalah Maut   13. Di Usir

    "Tuan sudah nggak ada, nyonya." ucap Sumanto dengan suara bergetar"Ya, Tuhan! Nggak mungkin, kamu jangan bercanda sama saya ya!" Lasmini tidak percaya dengan apa yang di katakan Sumanto."Serius nyonya, sekarang kita harus bagaimana? Apa kita tetap bawa tuan ke rumah sakit?" tanya Sumanto."Nggak usah." Aril yang baru datang melarang rencana Sumanto."Kenapa tuan? Tuan besar meninggal tiba-tiba padahal tadi masih baik-baik saja," ucap Sumanto."Papa memang punya penyakit jantung, dari pada repot-repot ke rumah sakit lebih baik kalian siapkan kasur di depan biar aku hubungi pak RT buat memberi tahu kalau papa meninggal." kemudian Aril menghubungi RT setempat dan memberitahu kabar duka tersebut."Gimana nyonya?" Sumanto menanyakan pendapat Lasmini."Ya sudah ikuti apa kata Aril saja." Lasmini yang berduka tak dapat berpikir jernih.Ia juga mempasrahkan segalanya karena hanya Aril anaknya satu-satunya."Papa angkat ke depan pak Sumanto, terus yang lain siapkan kasur karena sebentar lagi

  • Adikku Adalah Maut   12. Racun

    "Ayo kita tidur, besok baru kita beli barangnya sama temanmu itu," ucap Aril."Iya mas," Lisa mengangguk setuju.Setelah itu keduanya tidur dengan posisi saling berpelukan.Pada keesokan harinya Lisa memesan racun Batrachotoxin pada temannya yang berprofesi sebagai apoteker."Bagaimana, barangnya bisa di pesan nggak?" tanya Aril."Iya mas, satu jam lagi mereka akan antar kesini," ucap Lisa."Bagus, aku juga sudah minta tolong sama orang rumah buat menaruh racun itu ke kopi papa," ujar Aril."Memangnya ada yang mau mas? Bukannya meraka semua berpihak sama om, Rahman?" Lisa kurang percaya dengan orang suruhan Aril."Tenang saja dia akan tepat janji dan nggak mungkin berkhianat padaku karena dia adalah art yang kukirim khusus buat memata-matai rumah orang tuaku," ucap Aril."Kapan mas mengirimnya kesana?" tanya Lisa lebih lanjut."Tadi pagi, aku minta dia dari yayasan art langgananku," ujar Aril."Baiklah, kalau gitu kita makan siang sekarang karena aku sudah lapar," ucap Lisa."Oke." ke

  • Adikku Adalah Maut   11. Adik Jahanam

    "Pasti kakak akan marah kalau tahu aku datang kesini," ucap Lisa. "Biarkan saja lagipula kamu adiknya, saudaranya adalah keluargaku juga, sebenarnya aku ingin sekali kamu tinggal disini agar kakakmu punya teman biar ada juga yang menjaga keponakanmu jujur aku kasihan sekali melihat kakakmu yang begadang setiap malam tapi aku nggak bisa membantu karena besoknya aku harus kerja.” penuturan Aril membuat Ruby berpikir kalau selama ini ia sudah salah faham pada keduanya. Apa mungkin aku yang terlalu cemburu? Tapi menurutku tindakan mereka tetap nggak bisa di bilang wajar karena Lisa bukan anak kecil, Lisa juga sudah kelas XI SMA andaikan dia SD aku masih memakluminya, batin Ruby. Ruby yang termenung disapa oleh adiknya yang tanpa sengaja melihatnya berdiri di mulut pintu dapur. “Kakak ngapain disitu? Sini gabung sama kami.” kata-kata sang adik cukup janggal di telinga Ruby. Kok dia memperlakukan aku seperti orang lain? sebenarnya aku yang terlalu sensitif atau memang dia yang

  • Adikku Adalah Maut   10. Menampar Adik Kandung

    Sesampainya keduanya di pinggir kolam renang Ruby kembali menghajar adiknya.Plak!"Bodoh! kamu pikir yang kamu lakukan tadi normal?" Ruby geleng-geleng kepala. "Tidak! Perbuatanmu murahan, siapapun yang melihatnya pasti akan berpikir kalau kamu dan suamiku punya hubungan gelap, aku heran kenapa kamu bersikap tolol kayak begini, padahal kamu cantik dan masih kelas XI SMA tapi kelakuanmu mirip seperti perempuan panggilan!" Ruby memarahi adiknya habis-habisan. Sementara Aril yang mendengar teriakan adik iparnya buru-buru menyusul ke kolam renang. “Ngapain kamu terus menekan dan memarahi adikmu? Aku lihat dari tadi kamu makin keterlaluan, hanya karena dia duduk di pangkuanku kamu malah ingin membunuhnya?" Aril memarahi istrinya di depan adik iparnya“Mas!” “Ssst! Panggil aku Aril,” ucap Aril."Kok gitu?" Ruby tak mengerti dengan maksud suaminya. "Pokoknya mulai sekarang kita saling panggil nama karena wajahmu sudah terlihat lebih tua dariku, walaupun kita beda 5 tahun tapi aku kelih

  • Adikku Adalah Maut   9. Pangkuan Hangat

    Ruby menganggukkan kepala lalu lanjut bertanya pada adiknya."Iya, apa yang kalian bicarakan?" Ruby ingin tahu topik obrolan keduanya. "Cuma soal kegiatan sekolahku, lagian waktu itu kami nggak sengaja bertemu di kolam, mas Aril datang saat aku lagi telponan sama temanku kak." Lisa menjelaskan segala pada kakaknya."Oh, gitu ya. Tapi sekali lagi kakak minta maaf karena udah nggak bisa tepat janji sama kamu," ucap Ruby."Maksud kamu apa, Ruby?" suara Aril mengejutkan keduanya."Kakak menyuruhku pergi mas, katanya aku nggak jadi pindah sekolah kesini." kemudian Lisa bangkit dari sofa lalu menggandeng lengan iparnya. "Apa alasannya? Kenapa kamu mengusir adikmu sendiri???" Aril yang terlihat kesal membuat istrinya bingung. "Aku pikir alasan mas cuek dan pasang muka masam padaku beberapa hari ini karena Lisa ada disini," ucap Ruby. "Omong kosong, mana mungkin aku nggak suka sama Lisa apalagi dia adalah adikmu, bilang saja kamu yang nggak nyaman dia ada disini." Aril yang manipulatif me

  • Adikku Adalah Maut   8. Awal Petaka

    "Me-mereka sendiri yang mau pergi." Lasmini yang ketakutan tak berani jujur pada suaminya. "Mama benar pa, aku dan anak-anaklah yang mau pergi." Ruby tak ingin membongkar kebusukan mertuanya."Kamu boleh pergi tapi tidak dengan cucu-cucuku, kalau kamu sanggup berpisah dengan mereka silahkan angkat kaki dari rumah ini," ucap Rahman. "Saya nggak mungkin meninggalkan anak-anak saya disini, pa." Ruby tak ingin berpisah dengan ketiga putrinya. "Mungkin saja lagipula setelah pasangan suami istri bercerai yang paling bertanggung jawab mengurus anak-anaknya adalah dari pihak suami, berarti kamu nggak punya tanggung jawab atas ketiga putrimu lagi." Rahman yang tegas membuat menantunya tak berani melangkahkan kaki."Papa benar dan sebenarnya tadi mama juga sudah membujuk Ruby agar tetap disini sama kita walaupun sekarang dia bukan menantu kita lagi." Lasmini berpura-pura baik di hadapan suaminya."Nggak usah ngomong apa-apa karena aku tahu sama isi kepalamu."Rahman yang ketus membuat istrin

  • Adikku Adalah Maut   7. Diusir

    “Gimana kalau kita nggak berhasil? Kita bisa masuk penjara loh, mas!” Lisa memberitahu resiko yang akan mereka terima. “Pasti berhasil karena kalau papa mati otomatis aku yang akan menguasai semuanya,” ujar Aril. “Mas yakin? Bukannya semua harta atas nama ketiga anakmu?” ucap Lisa. “Aku bisa menunggu pengacara untuk mengubahnya.” Aril berencana menyebut pengacara keluarga mereka. “Baiklah, aku mau membantu asal mas berjanji nggak akan pernah meninggalkan aku.” Lisa meminta hal itu karena ia yakin suatu saat Aril akan berpaling darinya. “Oke.” Aril menyanggupi permintaan kekasihnya. Setelah itu keduanya memesan taksi dengan tujuan berobat ke rumah sakit. *** Ruby yang ada di kamar merasa senang saat melihat ketiga putrinya tertidur lelap. “Alhamdulillah akhirnya kami bisa berkumpul kembali.” Ruby mengecup satu Persatu kening putrinya. Lalu di saat ia ingin istirahat tiba-tiba ibu mertuanya membuka pintu kamar. “Pokoknya kamu harus membujuk ayah mertuamu agar mene

  • Adikku Adalah Maut   6. Rencana Pembun*han.

    “Alhamdulillah.” Ruby merasa lega bisa lepas dari suaminya. “Oke karena semua sudah beres kalian berdua bisa pergi sekarang juga, masalah cerai ke pengadilan papa bisa mengurusnya sendiri yang penting sekarang kalian bukan suami istri lagi.” Kemudian Rahman memanggil dua security yang berjaga di depan pintu utama. “Pak Rudi dan pak Riko, tolong antar mereka berdua ke gerbang,” titah Rahman. Kemudian dua security waktu besar berdiri di belakang Lisa dan Aril. “Pak Rudi tolong ambil semua kartu debit dan kreditnya,” ucap Rahman. “Laksanakan tuan.” Rudi mengambil dompet dari saku celana bagian depan Aril. “Aku nggak akan memaafkan papa, aku pasti akan membahas kejahatan kalian semua.” ucap Aril dengan mata memerah menahan emosi. “Memangnya orang miskin sepertimu bisa melakukan apa?” Rahman meremehkan putranya. “Menghabisi nyawamu.” Aril mengungkapkan keinginannya. “Ditunggu jangan sampai berubah pikiran ya.” Rahman sama sekali tidak takut pada ancaman putranya. “Oke, lihat sa

  • Adikku Adalah Maut   5. Talak 3

    Namun Ruby yang terlanjur sakit hati karena putrinya disakiti tak mau mengasihani adiknya sendiri. "Sudah Ruby, jangan pukuli adikmu lagi!" Lasmini menarik mundur menantunya karena ia tak tega melihat penganiayaan itu berlangsung lebih lama. "Lepaskan aku!" Ruby memberontak. "Cukup! Apa kamu belum puas membuat kepala anakku bocor? Lihat, sekarang dia sempoyongan!" Lasmini memarahi Ruby. "Kalau mama nggak bisa menghentikan kejahatan mereka berarti yang harus turun tangan itu aku, kalau mama sakit hati melihat anak mama terluka begitu pula denganku!" Ruby membentak mertuanya. "Kurang ajar ya kamu! Aku nggak akan pernah memaafkanmu!" Aril mencoba menyerang istrinya dengan tinjunya yang besar. Beruntungnya Ruby bisa menghindar lalu ibu 3 anak itu memukul punggung suaminya hingga tubuh pria kejam itu tumbang ke lantai. "Dengar ya laki-laki paling hina di muka bumi ini, mulai sekarang aku bukan istrimu lagi aku harap kamu mau memberikan aku talak tiga sekarang juga karena aku betul-be

DMCA.com Protection Status