Beranda / CEO / Adikku Adalah Maut / 6. Rencana Pembun*han.

Share

6. Rencana Pembun*han.

Penulis: Reski Muchu Kissky
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Alhamdulillah.” Ruby merasa lega bisa lepas dari suaminya.

“Oke karena semua sudah beres kalian berdua bisa pergi sekarang juga, masalah cerai ke pengadilan papa bisa mengurusnya sendiri yang penting sekarang kalian bukan suami istri lagi.” Kemudian Rahman memanggil dua security yang berjaga di depan pintu utama.

“Pak Rudi dan pak Riko, tolong antar mereka berdua ke gerbang,” titah Rahman.

Kemudian dua security waktu besar berdiri di belakang Lisa dan Aril.

“Pak Rudi tolong ambil semua kartu debit dan kreditnya,” ucap Rahman.

“Laksanakan tuan.” Rudi mengambil dompet dari saku celana bagian depan Aril.

“Aku nggak akan memaafkan papa, aku pasti akan membahas kejahatan kalian semua.” ucap Aril dengan mata memerah menahan emosi.

“Memangnya orang miskin sepertimu bisa melakukan apa?” Rahman meremehkan putranya.

“Menghabisi nyawamu.” Aril mengungkapkan keinginannya.

“Ditunggu jangan sampai berubah pikiran ya.” Rahman sama sekali tidak takut pada ancaman putranya.

“Oke, lihat saja aku akan menghabisi nyawa papa dan mama.” kemudian Aril memutar badan dan menggenggam tangan Lisa.

Setelah itu keduanya berjalan keluar dari rumah itu.

“Mama apa papa akan datang lagi?” tanya Jihan.

“Nggak nak,” jawab Ruby.

“Kamu tenang saja karena kakek akan melindungi kalian semua.” Rahman menenangkan cucunya.

Sementara Lasmini merasa sedih karena kehilangan putranya.

“Bawa anakmu istirahat ke kamar,” titah Rahman.

“Iya pa. kemudian Ruby menggendong putrinya menuju kamar.

“Bu Santi saya minta maaf karena sudah gagal menyendiri putra saya.” ucap Rahman dengan penuh sesal dalam hati.

“Saya sudah memaafkannya Dan saya harap papa juga bisa berdamai dengan keadaan,” ujar bu Santi.

“Baik bu saya mengerti,” ucap Rahman.

“Kalau begitu saya titip anak-anak dan cucu-cucu saya pada ibu dan bapak saya harap kalian tetap mencintai mereka sepenuh hati meskipun sekarang Ruby bukan menentu kalian lagi.” Santi berharap kedua besannya tetap baik pada putrinya.

“Kalau dulu dia menantu sekarang posisinya berubah jadi anak kandung.” penuturan Rahman membuat Santi bahagia.

Namun tidak dengan Lasmini karena sampai kapanpun Aril tetaplah darah dagingnya.

“Kalau begitu saya permisi dulu pak,” ucap Santi.

“Iya bu, hati-hati di jalan semoga selamat sampai tujuan” ujar Rahman.

“Iya pak.” setelah itu Santi beranjak dari rumah mantan besannya.

“Papa benar-benar tega.” Lasmini kecewa dengan keputusan suaminya yang ia anggap sangat buru-buru.

"Kamu dan aku sudah kenal Aril sejak dia lahir ke dunia dan anak itu sudah 2 kali menghabisi nyawa manusia dan kita berdua sama-sama menutupinya, apa sekarang kamu mau mengulangi kesalahan yang sama?" tanya Rahman.

"Mama yakin dia akan berubah, Aril melakukan kdrt karena di hasut sama Lisa, pa." Lasmini tetap membela putranya.

"Kalau dia memang sudah berubah pasti dia nggak akan mengikuti keinginan perempuan setan itu tapi pada kenyataannya Aril hampir membunuh menantuku dan cucuku, menurutmu apa dia masih pantas buat di pelihara?" Rahman bertanya pada istrinya yang tak punya pendirian tetap.

"Ya Tuhan, aku benar-benar nggak terima anakku di buang, kalau sampai anakku kenapa-napa karena nggak punya uang papa harus bertanggung jawab!" pekik Lasmini.

"Kalau mama khawatir sama dia silahkan kejar dia, papa yakin mereka belum jauh." Rahman memberikan pilihan pada istrinya.

Lasmini yang tak bisa hidup susah tentu tak mau pergi dari rumah suaminya.

"Dasar suami kejam!" Lasmini yang sakit hati bergegas menuju kamar.

***

Saat sedang berjalan kaki Aril melirik sang kekasih yang ada di sebelahnya.

“Aku tahu kamu pasti punya uang di ATM-mu,” ucap Aril.

“Iya mas,” sahut Lisa.

“Oke, berarti kita bisa pergi ke rumah sakit sekarang.” Aril merasa lega karena mereka berdua bisa mendapat pertolongan pertama.

“Tapi mas kita harus gimana kalau uangku sudah habis?” Lisa ingin tahu rencana Aril selanjutnya.

“Tenang saja karena aku akan mendapatkan semuanya dalam satu Minggu,” ucap Aril.

“Caranya gimana, mas?” tanya Lisa dengan penasaran penuh.

“Aku akan membunuh papa, tentunya kamu harus membantuku.” rencana besar Aril membuat kekasihnya ketakutan.

Bab terkait

  • Adikku Adalah Maut   7. Diusir

    “Gimana kalau kita nggak berhasil? Kita bisa masuk penjara loh, mas!” Lisa memberitahu resiko yang akan mereka terima. “Pasti berhasil karena kalau papa mati otomatis aku yang akan menguasai semuanya,” ujar Aril. “Mas yakin? Bukannya semua harta atas nama ketiga anakmu?” ucap Lisa. “Aku bisa menunggu pengacara untuk mengubahnya.” Aril berencana menyebut pengacara keluarga mereka. “Baiklah, aku mau membantu asal mas berjanji nggak akan pernah meninggalkan aku.” Lisa meminta hal itu karena ia yakin suatu saat Aril akan berpaling darinya. “Oke.” Aril menyanggupi permintaan kekasihnya. Setelah itu keduanya memesan taksi dengan tujuan berobat ke rumah sakit. *** Ruby yang ada di kamar merasa senang saat melihat ketiga putrinya tertidur lelap. “Alhamdulillah akhirnya kami bisa berkumpul kembali.” Ruby mengecup satu Persatu kening putrinya. Lalu di saat ia ingin istirahat tiba-tiba ibu mertuanya membuka pintu kamar. “Pokoknya kamu harus membujuk ayah mertuamu agar mene

  • Adikku Adalah Maut   8. Awal Petaka

    "Me-mereka sendiri yang mau pergi." Lasmini yang ketakutan tak berani jujur pada suaminya. "Mama benar pa, aku dan anak-anaklah yang mau pergi." Ruby tak ingin membongkar kebusukan mertuanya."Kamu boleh pergi tapi tidak dengan cucu-cucuku, kalau kamu sanggup berpisah dengan mereka silahkan angkat kaki dari rumah ini," ucap Rahman. "Saya nggak mungkin meninggalkan anak-anak saya disini, pa." Ruby tak ingin berpisah dengan ketiga putrinya. "Mungkin saja lagipula setelah pasangan suami istri bercerai yang paling bertanggung jawab mengurus anak-anaknya adalah dari pihak suami, berarti kamu nggak punya tanggung jawab atas ketiga putrimu lagi." Rahman yang tegas membuat menantunya tak berani melangkahkan kaki."Papa benar dan sebenarnya tadi mama juga sudah membujuk Ruby agar tetap disini sama kita walaupun sekarang dia bukan menantu kita lagi." Lasmini berpura-pura baik di hadapan suaminya."Nggak usah ngomong apa-apa karena aku tahu sama isi kepalamu."Rahman yang ketus membuat istrin

  • Adikku Adalah Maut   9. Pangkuan Hangat

    Ruby menganggukkan kepala lalu lanjut bertanya pada adiknya."Iya, apa yang kalian bicarakan?" Ruby ingin tahu topik obrolan keduanya. "Cuma soal kegiatan sekolahku, lagian waktu itu kami nggak sengaja bertemu di kolam, mas Aril datang saat aku lagi telponan sama temanku kak." Lisa menjelaskan segala pada kakaknya."Oh, gitu ya. Tapi sekali lagi kakak minta maaf karena udah nggak bisa tepat janji sama kamu," ucap Ruby."Maksud kamu apa, Ruby?" suara Aril mengejutkan keduanya."Kakak menyuruhku pergi mas, katanya aku nggak jadi pindah sekolah kesini." kemudian Lisa bangkit dari sofa lalu menggandeng lengan iparnya. "Apa alasannya? Kenapa kamu mengusir adikmu sendiri???" Aril yang terlihat kesal membuat istrinya bingung. "Aku pikir alasan mas cuek dan pasang muka masam padaku beberapa hari ini karena Lisa ada disini," ucap Ruby. "Omong kosong, mana mungkin aku nggak suka sama Lisa apalagi dia adalah adikmu, bilang saja kamu yang nggak nyaman dia ada disini." Aril yang manipulatif me

  • Adikku Adalah Maut   10. Menampar Adik Kandung

    Sesampainya keduanya di pinggir kolam renang Ruby kembali menghajar adiknya.Plak!"Bodoh! kamu pikir yang kamu lakukan tadi normal?" Ruby geleng-geleng kepala. "Tidak! Perbuatanmu murahan, siapapun yang melihatnya pasti akan berpikir kalau kamu dan suamiku punya hubungan gelap, aku heran kenapa kamu bersikap tolol kayak begini, padahal kamu cantik dan masih kelas XI SMA tapi kelakuanmu mirip seperti perempuan panggilan!" Ruby memarahi adiknya habis-habisan. Sementara Aril yang mendengar teriakan adik iparnya buru-buru menyusul ke kolam renang. “Ngapain kamu terus menekan dan memarahi adikmu? Aku lihat dari tadi kamu makin keterlaluan, hanya karena dia duduk di pangkuanku kamu malah ingin membunuhnya?" Aril memarahi istrinya di depan adik iparnya“Mas!” “Ssst! Panggil aku Aril,” ucap Aril."Kok gitu?" Ruby tak mengerti dengan maksud suaminya. "Pokoknya mulai sekarang kita saling panggil nama karena wajahmu sudah terlihat lebih tua dariku, walaupun kita beda 5 tahun tapi aku kelih

  • Adikku Adalah Maut   11. Adik Jahanam

    "Pasti kakak akan marah kalau tahu aku datang kesini," ucap Lisa. "Biarkan saja lagipula kamu adiknya, saudaranya adalah keluargaku juga, sebenarnya aku ingin sekali kamu tinggal disini agar kakakmu punya teman biar ada juga yang menjaga keponakanmu jujur aku kasihan sekali melihat kakakmu yang begadang setiap malam tapi aku nggak bisa membantu karena besoknya aku harus kerja.” penuturan Aril membuat Ruby berpikir kalau selama ini ia sudah salah faham pada keduanya. Apa mungkin aku yang terlalu cemburu? Tapi menurutku tindakan mereka tetap nggak bisa di bilang wajar karena Lisa bukan anak kecil, Lisa juga sudah kelas XI SMA andaikan dia SD aku masih memakluminya, batin Ruby. Ruby yang termenung disapa oleh adiknya yang tanpa sengaja melihatnya berdiri di mulut pintu dapur. “Kakak ngapain disitu? Sini gabung sama kami.” kata-kata sang adik cukup janggal di telinga Ruby. Kok dia memperlakukan aku seperti orang lain? sebenarnya aku yang terlalu sensitif atau memang dia yang

  • Adikku Adalah Maut   12. Racun

    "Ayo kita tidur, besok baru kita beli barangnya sama temanmu itu," ucap Aril."Iya mas," Lisa mengangguk setuju.Setelah itu keduanya tidur dengan posisi saling berpelukan.Pada keesokan harinya Lisa memesan racun Batrachotoxin pada temannya yang berprofesi sebagai apoteker."Bagaimana, barangnya bisa di pesan nggak?" tanya Aril."Iya mas, satu jam lagi mereka akan antar kesini," ucap Lisa."Bagus, aku juga sudah minta tolong sama orang rumah buat menaruh racun itu ke kopi papa," ujar Aril."Memangnya ada yang mau mas? Bukannya meraka semua berpihak sama om, Rahman?" Lisa kurang percaya dengan orang suruhan Aril."Tenang saja dia akan tepat janji dan nggak mungkin berkhianat padaku karena dia adalah art yang kukirim khusus buat memata-matai rumah orang tuaku," ucap Aril."Kapan mas mengirimnya kesana?" tanya Lisa lebih lanjut."Tadi pagi, aku minta dia dari yayasan art langgananku," ujar Aril."Baiklah, kalau gitu kita makan siang sekarang karena aku sudah lapar," ucap Lisa."Oke." ke

  • Adikku Adalah Maut   13. Di Usir

    "Tuan sudah nggak ada, nyonya." ucap Sumanto dengan suara bergetar"Ya, Tuhan! Nggak mungkin, kamu jangan bercanda sama saya ya!" Lasmini tidak percaya dengan apa yang di katakan Sumanto."Serius nyonya, sekarang kita harus bagaimana? Apa kita tetap bawa tuan ke rumah sakit?" tanya Sumanto."Nggak usah." Aril yang baru datang melarang rencana Sumanto."Kenapa tuan? Tuan besar meninggal tiba-tiba padahal tadi masih baik-baik saja," ucap Sumanto."Papa memang punya penyakit jantung, dari pada repot-repot ke rumah sakit lebih baik kalian siapkan kasur di depan biar aku hubungi pak RT buat memberi tahu kalau papa meninggal." kemudian Aril menghubungi RT setempat dan memberitahu kabar duka tersebut."Gimana nyonya?" Sumanto menanyakan pendapat Lasmini."Ya sudah ikuti apa kata Aril saja." Lasmini yang berduka tak dapat berpikir jernih.Ia juga mempasrahkan segalanya karena hanya Aril anaknya satu-satunya."Papa angkat ke depan pak Sumanto, terus yang lain siapkan kasur karena sebentar lagi

  • Adikku Adalah Maut   1. Main Api

    "Ahh..lebih cepat lagi please, aku mencintaimu." Ruby tersentak saat telinganya mendengar suara desahan dan erangan dari dalam kamarnya. Padahal baru lima menit, ia berangkat untuk ke supermarket, namun karena menyadari dompetnya ketinggalan, ia memutuskan untuk putar balik. "Sayang..." Suara itu kembali terdengar. Ruby kian menghampiri kamarnya dan membuka pintu. Sontak sekujur tubuhnya bergetar dan lututnya kian lemas ketika menyaksikan suami yang ia cintai sedang di tunggangi seorang wanita bertubuh seksi di atas bangku kayu panjang. "A-Aril!" dalam sekejap jantung Ruby berdetak dengan sangat kencang.  Wanita tersebut membelakangi Ruby hingga ia tak mengenali siapa yang sedang bermain api dengan suaminya.  "Loh, kenapa kamu balik lagi?” tanya Aril, wajahnya bahkan tak menunjukan rasa bersalah dan terkejut saat mendapati dirinya ketahuan berselingkuh dari Ruby.   "Tunggu sebentar Lisa." Aril berniat ingin menunda kegiatan bercinta mereka.   "Li-Lisa?" Ruby hampir pingsan s

Bab terbaru

  • Adikku Adalah Maut   13. Di Usir

    "Tuan sudah nggak ada, nyonya." ucap Sumanto dengan suara bergetar"Ya, Tuhan! Nggak mungkin, kamu jangan bercanda sama saya ya!" Lasmini tidak percaya dengan apa yang di katakan Sumanto."Serius nyonya, sekarang kita harus bagaimana? Apa kita tetap bawa tuan ke rumah sakit?" tanya Sumanto."Nggak usah." Aril yang baru datang melarang rencana Sumanto."Kenapa tuan? Tuan besar meninggal tiba-tiba padahal tadi masih baik-baik saja," ucap Sumanto."Papa memang punya penyakit jantung, dari pada repot-repot ke rumah sakit lebih baik kalian siapkan kasur di depan biar aku hubungi pak RT buat memberi tahu kalau papa meninggal." kemudian Aril menghubungi RT setempat dan memberitahu kabar duka tersebut."Gimana nyonya?" Sumanto menanyakan pendapat Lasmini."Ya sudah ikuti apa kata Aril saja." Lasmini yang berduka tak dapat berpikir jernih.Ia juga mempasrahkan segalanya karena hanya Aril anaknya satu-satunya."Papa angkat ke depan pak Sumanto, terus yang lain siapkan kasur karena sebentar lagi

  • Adikku Adalah Maut   12. Racun

    "Ayo kita tidur, besok baru kita beli barangnya sama temanmu itu," ucap Aril."Iya mas," Lisa mengangguk setuju.Setelah itu keduanya tidur dengan posisi saling berpelukan.Pada keesokan harinya Lisa memesan racun Batrachotoxin pada temannya yang berprofesi sebagai apoteker."Bagaimana, barangnya bisa di pesan nggak?" tanya Aril."Iya mas, satu jam lagi mereka akan antar kesini," ucap Lisa."Bagus, aku juga sudah minta tolong sama orang rumah buat menaruh racun itu ke kopi papa," ujar Aril."Memangnya ada yang mau mas? Bukannya meraka semua berpihak sama om, Rahman?" Lisa kurang percaya dengan orang suruhan Aril."Tenang saja dia akan tepat janji dan nggak mungkin berkhianat padaku karena dia adalah art yang kukirim khusus buat memata-matai rumah orang tuaku," ucap Aril."Kapan mas mengirimnya kesana?" tanya Lisa lebih lanjut."Tadi pagi, aku minta dia dari yayasan art langgananku," ujar Aril."Baiklah, kalau gitu kita makan siang sekarang karena aku sudah lapar," ucap Lisa."Oke." ke

  • Adikku Adalah Maut   11. Adik Jahanam

    "Pasti kakak akan marah kalau tahu aku datang kesini," ucap Lisa. "Biarkan saja lagipula kamu adiknya, saudaranya adalah keluargaku juga, sebenarnya aku ingin sekali kamu tinggal disini agar kakakmu punya teman biar ada juga yang menjaga keponakanmu jujur aku kasihan sekali melihat kakakmu yang begadang setiap malam tapi aku nggak bisa membantu karena besoknya aku harus kerja.” penuturan Aril membuat Ruby berpikir kalau selama ini ia sudah salah faham pada keduanya. Apa mungkin aku yang terlalu cemburu? Tapi menurutku tindakan mereka tetap nggak bisa di bilang wajar karena Lisa bukan anak kecil, Lisa juga sudah kelas XI SMA andaikan dia SD aku masih memakluminya, batin Ruby. Ruby yang termenung disapa oleh adiknya yang tanpa sengaja melihatnya berdiri di mulut pintu dapur. “Kakak ngapain disitu? Sini gabung sama kami.” kata-kata sang adik cukup janggal di telinga Ruby. Kok dia memperlakukan aku seperti orang lain? sebenarnya aku yang terlalu sensitif atau memang dia yang

  • Adikku Adalah Maut   10. Menampar Adik Kandung

    Sesampainya keduanya di pinggir kolam renang Ruby kembali menghajar adiknya.Plak!"Bodoh! kamu pikir yang kamu lakukan tadi normal?" Ruby geleng-geleng kepala. "Tidak! Perbuatanmu murahan, siapapun yang melihatnya pasti akan berpikir kalau kamu dan suamiku punya hubungan gelap, aku heran kenapa kamu bersikap tolol kayak begini, padahal kamu cantik dan masih kelas XI SMA tapi kelakuanmu mirip seperti perempuan panggilan!" Ruby memarahi adiknya habis-habisan. Sementara Aril yang mendengar teriakan adik iparnya buru-buru menyusul ke kolam renang. “Ngapain kamu terus menekan dan memarahi adikmu? Aku lihat dari tadi kamu makin keterlaluan, hanya karena dia duduk di pangkuanku kamu malah ingin membunuhnya?" Aril memarahi istrinya di depan adik iparnya“Mas!” “Ssst! Panggil aku Aril,” ucap Aril."Kok gitu?" Ruby tak mengerti dengan maksud suaminya. "Pokoknya mulai sekarang kita saling panggil nama karena wajahmu sudah terlihat lebih tua dariku, walaupun kita beda 5 tahun tapi aku kelih

  • Adikku Adalah Maut   9. Pangkuan Hangat

    Ruby menganggukkan kepala lalu lanjut bertanya pada adiknya."Iya, apa yang kalian bicarakan?" Ruby ingin tahu topik obrolan keduanya. "Cuma soal kegiatan sekolahku, lagian waktu itu kami nggak sengaja bertemu di kolam, mas Aril datang saat aku lagi telponan sama temanku kak." Lisa menjelaskan segala pada kakaknya."Oh, gitu ya. Tapi sekali lagi kakak minta maaf karena udah nggak bisa tepat janji sama kamu," ucap Ruby."Maksud kamu apa, Ruby?" suara Aril mengejutkan keduanya."Kakak menyuruhku pergi mas, katanya aku nggak jadi pindah sekolah kesini." kemudian Lisa bangkit dari sofa lalu menggandeng lengan iparnya. "Apa alasannya? Kenapa kamu mengusir adikmu sendiri???" Aril yang terlihat kesal membuat istrinya bingung. "Aku pikir alasan mas cuek dan pasang muka masam padaku beberapa hari ini karena Lisa ada disini," ucap Ruby. "Omong kosong, mana mungkin aku nggak suka sama Lisa apalagi dia adalah adikmu, bilang saja kamu yang nggak nyaman dia ada disini." Aril yang manipulatif me

  • Adikku Adalah Maut   8. Awal Petaka

    "Me-mereka sendiri yang mau pergi." Lasmini yang ketakutan tak berani jujur pada suaminya. "Mama benar pa, aku dan anak-anaklah yang mau pergi." Ruby tak ingin membongkar kebusukan mertuanya."Kamu boleh pergi tapi tidak dengan cucu-cucuku, kalau kamu sanggup berpisah dengan mereka silahkan angkat kaki dari rumah ini," ucap Rahman. "Saya nggak mungkin meninggalkan anak-anak saya disini, pa." Ruby tak ingin berpisah dengan ketiga putrinya. "Mungkin saja lagipula setelah pasangan suami istri bercerai yang paling bertanggung jawab mengurus anak-anaknya adalah dari pihak suami, berarti kamu nggak punya tanggung jawab atas ketiga putrimu lagi." Rahman yang tegas membuat menantunya tak berani melangkahkan kaki."Papa benar dan sebenarnya tadi mama juga sudah membujuk Ruby agar tetap disini sama kita walaupun sekarang dia bukan menantu kita lagi." Lasmini berpura-pura baik di hadapan suaminya."Nggak usah ngomong apa-apa karena aku tahu sama isi kepalamu."Rahman yang ketus membuat istrin

  • Adikku Adalah Maut   7. Diusir

    “Gimana kalau kita nggak berhasil? Kita bisa masuk penjara loh, mas!” Lisa memberitahu resiko yang akan mereka terima. “Pasti berhasil karena kalau papa mati otomatis aku yang akan menguasai semuanya,” ujar Aril. “Mas yakin? Bukannya semua harta atas nama ketiga anakmu?” ucap Lisa. “Aku bisa menunggu pengacara untuk mengubahnya.” Aril berencana menyebut pengacara keluarga mereka. “Baiklah, aku mau membantu asal mas berjanji nggak akan pernah meninggalkan aku.” Lisa meminta hal itu karena ia yakin suatu saat Aril akan berpaling darinya. “Oke.” Aril menyanggupi permintaan kekasihnya. Setelah itu keduanya memesan taksi dengan tujuan berobat ke rumah sakit. *** Ruby yang ada di kamar merasa senang saat melihat ketiga putrinya tertidur lelap. “Alhamdulillah akhirnya kami bisa berkumpul kembali.” Ruby mengecup satu Persatu kening putrinya. Lalu di saat ia ingin istirahat tiba-tiba ibu mertuanya membuka pintu kamar. “Pokoknya kamu harus membujuk ayah mertuamu agar mene

  • Adikku Adalah Maut   6. Rencana Pembun*han.

    “Alhamdulillah.” Ruby merasa lega bisa lepas dari suaminya. “Oke karena semua sudah beres kalian berdua bisa pergi sekarang juga, masalah cerai ke pengadilan papa bisa mengurusnya sendiri yang penting sekarang kalian bukan suami istri lagi.” Kemudian Rahman memanggil dua security yang berjaga di depan pintu utama. “Pak Rudi dan pak Riko, tolong antar mereka berdua ke gerbang,” titah Rahman. Kemudian dua security waktu besar berdiri di belakang Lisa dan Aril. “Pak Rudi tolong ambil semua kartu debit dan kreditnya,” ucap Rahman. “Laksanakan tuan.” Rudi mengambil dompet dari saku celana bagian depan Aril. “Aku nggak akan memaafkan papa, aku pasti akan membahas kejahatan kalian semua.” ucap Aril dengan mata memerah menahan emosi. “Memangnya orang miskin sepertimu bisa melakukan apa?” Rahman meremehkan putranya. “Menghabisi nyawamu.” Aril mengungkapkan keinginannya. “Ditunggu jangan sampai berubah pikiran ya.” Rahman sama sekali tidak takut pada ancaman putranya. “Oke, lihat sa

  • Adikku Adalah Maut   5. Talak 3

    Namun Ruby yang terlanjur sakit hati karena putrinya disakiti tak mau mengasihani adiknya sendiri. "Sudah Ruby, jangan pukuli adikmu lagi!" Lasmini menarik mundur menantunya karena ia tak tega melihat penganiayaan itu berlangsung lebih lama. "Lepaskan aku!" Ruby memberontak. "Cukup! Apa kamu belum puas membuat kepala anakku bocor? Lihat, sekarang dia sempoyongan!" Lasmini memarahi Ruby. "Kalau mama nggak bisa menghentikan kejahatan mereka berarti yang harus turun tangan itu aku, kalau mama sakit hati melihat anak mama terluka begitu pula denganku!" Ruby membentak mertuanya. "Kurang ajar ya kamu! Aku nggak akan pernah memaafkanmu!" Aril mencoba menyerang istrinya dengan tinjunya yang besar. Beruntungnya Ruby bisa menghindar lalu ibu 3 anak itu memukul punggung suaminya hingga tubuh pria kejam itu tumbang ke lantai. "Dengar ya laki-laki paling hina di muka bumi ini, mulai sekarang aku bukan istrimu lagi aku harap kamu mau memberikan aku talak tiga sekarang juga karena aku betul-be

DMCA.com Protection Status