“Gimana kalau kita nggak berhasil? Kita bisa masuk penjara loh, mas!” Lisa memberitahu resiko yang akan mereka terima. “Pasti berhasil karena kalau papa mati otomatis aku yang akan menguasai semuanya,” ujar Aril. “Mas yakin? Bukannya semua harta atas nama ketiga anakmu?” ucap Lisa. “Aku bisa menunggu pengacara untuk mengubahnya.” Aril berencana menyebut pengacara keluarga mereka. “Baiklah, aku mau membantu asal mas berjanji nggak akan pernah meninggalkan aku.” Lisa meminta hal itu karena ia yakin suatu saat Aril akan berpaling darinya. “Oke.” Aril menyanggupi permintaan kekasihnya. Setelah itu keduanya memesan taksi dengan tujuan berobat ke rumah sakit. *** Ruby yang ada di kamar merasa senang saat melihat ketiga putrinya tertidur lelap. “Alhamdulillah akhirnya kami bisa berkumpul kembali.” Ruby mengecup satu Persatu kening putrinya. Lalu di saat ia ingin istirahat tiba-tiba ibu mertuanya membuka pintu kamar. “Pokoknya kamu harus membujuk ayah mertuamu agar mene
"Me-mereka sendiri yang mau pergi." Lasmini yang ketakutan tak berani jujur pada suaminya. "Mama benar pa, aku dan anak-anaklah yang mau pergi." Ruby tak ingin membongkar kebusukan mertuanya."Kamu boleh pergi tapi tidak dengan cucu-cucuku, kalau kamu sanggup berpisah dengan mereka silahkan angkat kaki dari rumah ini," ucap Rahman. "Saya nggak mungkin meninggalkan anak-anak saya disini, pa." Ruby tak ingin berpisah dengan ketiga putrinya. "Mungkin saja lagipula setelah pasangan suami istri bercerai yang paling bertanggung jawab mengurus anak-anaknya adalah dari pihak suami, berarti kamu nggak punya tanggung jawab atas ketiga putrimu lagi." Rahman yang tegas membuat menantunya tak berani melangkahkan kaki."Papa benar dan sebenarnya tadi mama juga sudah membujuk Ruby agar tetap disini sama kita walaupun sekarang dia bukan menantu kita lagi." Lasmini berpura-pura baik di hadapan suaminya."Nggak usah ngomong apa-apa karena aku tahu sama isi kepalamu."Rahman yang ketus membuat istrin
Ruby menganggukkan kepala lalu lanjut bertanya pada adiknya."Iya, apa yang kalian bicarakan?" Ruby ingin tahu topik obrolan keduanya. "Cuma soal kegiatan sekolahku, lagian waktu itu kami nggak sengaja bertemu di kolam, mas Aril datang saat aku lagi telponan sama temanku kak." Lisa menjelaskan segala pada kakaknya."Oh, gitu ya. Tapi sekali lagi kakak minta maaf karena udah nggak bisa tepat janji sama kamu," ucap Ruby."Maksud kamu apa, Ruby?" suara Aril mengejutkan keduanya."Kakak menyuruhku pergi mas, katanya aku nggak jadi pindah sekolah kesini." kemudian Lisa bangkit dari sofa lalu menggandeng lengan iparnya. "Apa alasannya? Kenapa kamu mengusir adikmu sendiri???" Aril yang terlihat kesal membuat istrinya bingung. "Aku pikir alasan mas cuek dan pasang muka masam padaku beberapa hari ini karena Lisa ada disini," ucap Ruby. "Omong kosong, mana mungkin aku nggak suka sama Lisa apalagi dia adalah adikmu, bilang saja kamu yang nggak nyaman dia ada disini." Aril yang manipulatif me
Sesampainya keduanya di pinggir kolam renang Ruby kembali menghajar adiknya.Plak!"Bodoh! kamu pikir yang kamu lakukan tadi normal?" Ruby geleng-geleng kepala. "Tidak! Perbuatanmu murahan, siapapun yang melihatnya pasti akan berpikir kalau kamu dan suamiku punya hubungan gelap, aku heran kenapa kamu bersikap tolol kayak begini, padahal kamu cantik dan masih kelas XI SMA tapi kelakuanmu mirip seperti perempuan panggilan!" Ruby memarahi adiknya habis-habisan. Sementara Aril yang mendengar teriakan adik iparnya buru-buru menyusul ke kolam renang. “Ngapain kamu terus menekan dan memarahi adikmu? Aku lihat dari tadi kamu makin keterlaluan, hanya karena dia duduk di pangkuanku kamu malah ingin membunuhnya?" Aril memarahi istrinya di depan adik iparnya“Mas!” “Ssst! Panggil aku Aril,” ucap Aril."Kok gitu?" Ruby tak mengerti dengan maksud suaminya. "Pokoknya mulai sekarang kita saling panggil nama karena wajahmu sudah terlihat lebih tua dariku, walaupun kita beda 5 tahun tapi aku kelih
"Pasti kakak akan marah kalau tahu aku datang kesini," ucap Lisa. "Biarkan saja lagipula kamu adiknya, saudaranya adalah keluargaku juga, sebenarnya aku ingin sekali kamu tinggal disini agar kakakmu punya teman biar ada juga yang menjaga keponakanmu jujur aku kasihan sekali melihat kakakmu yang begadang setiap malam tapi aku nggak bisa membantu karena besoknya aku harus kerja.” penuturan Aril membuat Ruby berpikir kalau selama ini ia sudah salah faham pada keduanya. Apa mungkin aku yang terlalu cemburu? Tapi menurutku tindakan mereka tetap nggak bisa di bilang wajar karena Lisa bukan anak kecil, Lisa juga sudah kelas XI SMA andaikan dia SD aku masih memakluminya, batin Ruby. Ruby yang termenung disapa oleh adiknya yang tanpa sengaja melihatnya berdiri di mulut pintu dapur. “Kakak ngapain disitu? Sini gabung sama kami.” kata-kata sang adik cukup janggal di telinga Ruby. Kok dia memperlakukan aku seperti orang lain? sebenarnya aku yang terlalu sensitif atau memang dia yang
"Ahh..lebih cepat lagi please, aku mencintaimu." Ruby tersentak saat telinganya mendengar suara desahan dan erangan dari dalam kamarnya. Padahal baru lima menit, ia berangkat untuk ke supermarket, namun karena menyadari dompetnya ketinggalan, ia memutuskan untuk putar balik. "Sayang..." Suara itu kembali terdengar. Ruby kian menghampiri kamarnya dan membuka pintu. Sontak sekujur tubuhnya bergetar dan lututnya kian lemas ketika menyaksikan suami yang ia cintai sedang di tunggangi seorang wanita bertubuh seksi di atas bangku kayu panjang. "A-Aril!" dalam sekejap jantung Ruby berdetak dengan sangat kencang. Wanita tersebut membelakangi Ruby hingga ia tak mengenali siapa yang sedang bermain api dengan suaminya. "Loh, kenapa kamu balik lagi?” tanya Aril, wajahnya bahkan tak menunjukan rasa bersalah dan terkejut saat mendapati dirinya ketahuan berselingkuh dari Ruby. "Tunggu sebentar Lisa." Aril berniat ingin menunda kegiatan bercinta mereka. "Li-Lisa?" Ruby hampir pingsan s
Lisa tertawa mendengar kata-kata kakaknya. "Aku nggak takut, lagian yang salah itu kamu karena melahirkan sesar sehingga membuat perutmu ada bekas keloidnya. Andaikan kamu membeli obat bekas luka pastinya suamimu nggak akan mencintai aku!" Lisa tertawa getir. “Jangan jadikan itu alibi untuk membenarkan perselingkuhan kalian!” pungkas Ruby. "Memang cape ngomong sama orang bodoh." Lisa yang kesal menoleh ke arah iparnya. "Buang dia ke sumur mas, habis itu kita tutup besok baru kita buka lagi, kalau dia belum sadar sama kekurangannya berarti sumur itu akan jadi kuburannya," ucap Lisa. "Sepertinya hukuman itu memang cocok buat perempuan tolol seperti dia." Aril yang bengis sigap menyeret kaki ruby menuju sumur. "Lepaskan aku!” Ruby memberontak karena ingin melarikan diri. “Diam jalang!” Aril yang naik pitam memutar kaki kanan istrinya hingga terdengar bunyi kretek. “Aaaa! sakit!” Ruby menjerit karena kakinya di buat terkilir oleh suaminya. “Berisik!” Aril memukul kaki istrinya
Lisa menarik nafas panjang lalu memegang bahu kekasihnya. "Aku tahu kamu nggak akur sama mereka tapi kalau mas terus arogan takutnya mas nggak bakal dapat warisan!" Lisa mencoba menasehati kekasihnya karena ia tak ingin sang kekasih kehilangan segalanya. "Kamu nggak usah khawatir karena aku pasti bisa mengendalikan kedua orang tuaku." Aril yang percaya diri membuat Lisa tenang. "Kalau begitu kapan kita menikah? Aku nggak mau jadi pacarmu terus, dulu alasanmu karena ingin menjaga perasaan kakakku tapi sekarang semua orang sudah tahu hubungan kita." Lisa menuntut janji manis yang pernah dikatakan Aril padanya. "Secepatnya tapi nggak sekarang karena aku masih banyak urusan di kantor." Aril kembali mengumbar janji manis. "Oke tapi jangan lupa buang kakakku jauh-jauh dan aku juga nggak mau mengurus anak-anakmu." Lisa mengutarakan keinginannya. "Kamu tenang saja karena aku juga nggak suka sama anak-anak." Aril menyanggupi permintaan kekasihnya. "Terimakasih banyak ya sayang." Lisa yan