Share

Adikku Adalah Maut
Adikku Adalah Maut
Author: Reski Muchu Kissky

1. Main Api

"Ahh..lebih cepat lagi please, aku mencintaimu."

Ruby tersentak saat telinganya mendengar suara desahan dan erangan dari dalam kamarnya. Padahal baru lima menit, ia berangkat untuk ke supermarket, namun karena menyadari dompetnya ketinggalan, ia memutuskan untuk putar balik.

"Sayang..."

Suara itu kembali terdengar. Ruby kian menghampiri kamarnya dan membuka pintu. Sontak sekujur tubuhnya bergetar dan lututnya kian lemas ketika menyaksikan suami yang ia cintai sedang di tunggangi seorang wanita bertubuh seksi di atas bangku kayu panjang.

"A-Aril!" dalam sekejap jantung Ruby berdetak dengan sangat kencang.

 Wanita tersebut membelakangi Ruby hingga ia tak mengenali siapa yang sedang bermain api dengan suaminya.

 "Loh, kenapa kamu balik lagi?” tanya Aril, wajahnya bahkan tak menunjukan rasa bersalah dan terkejut saat mendapati dirinya ketahuan berselingkuh dari Ruby.

  "Tunggu sebentar Lisa." Aril berniat ingin menunda kegiatan bercinta mereka.

  "Li-Lisa?" Ruby hampir pingsan saat mengetahui jika yang menjadi lawan main suaminya adalah adik kandungnya sendiri.

  “Nggak mau,” Lisa merengek manja, wajah gadis itu juga sama seperti Aril. Tak menunjukan perasaan malu maupun bersalah, “Mas nggak boleh kemana-mana toh sudah ketahuan, klarifikasinya nanti saja setelah kita sampai puncak.” Lisa justru menatap ke arah kakaknya lalu tersenyum lebar.

Mata Ruby sudah memanas, namun ia enggan hanya terus berdiri dan menyaksikan dua insan itu melanjutkan aktifitas mereka. Sehingga Ruby kemudian berjalan dengan langkah cepat lalu mendekat pada keduanya, “Binata**!” Ruby menjambak rambut adiknya yang masih duduk di atas perut suaminya.

“Akh! Lepas!” Lisa yang kesakitan mencoba melepaskan tangan kakaknya.

Namun Ruby yang marah mencengkeram semakin kuat hingga adiknya jatuh dari tubuh suaminya.

Sedangkan suaminya, berusaha untuk melepaskan tangan Ruby dari rambut Lisa. Namun, Ruby tak peduli, ia justru membawa Lisa menuju dapur.

“Dasar nggak tahu diri! Tega-teganya kamu menusuk aku dari belakang, aku ini kakakmu Lisa!” Ruby yang histeris memukul kepala adiknya berulang kali.

“Sudah hentikan! Lagipula kami berdua saling mencintai jadi nggak ada salahnya kalau kami melakukan itu di sini karena bagaimanapun ini adalah rumah Mas Aril, bukan kamu!” Lisa berani melawan tanpa merasa bersalah pada kakaknya.

“Memang kurang ajar dan pantas dihajar ya kamu!” Ruby yang khilaf mencekik adiknya.

Aril yang melihat hal itu sontak menggenggam tangan Ruby dan menghempaskannya dengan kasar, “Berhenti! Jangan pukul Lisa lagi!”

Ruby mendengus kasar. Bisa-bisanya pasangan penzinah ini justru saling melindungi satu sama lain.

Aril bahkan tak memperdulikan Ruby yang terjatuh karena ia mendorong tubuh istrinya itu. Dan malah membantu Lisa berdiri, lalu ia memeluk tubuh polos adik iparnya.

“Tega ya kalian!” Ruby tersenyum getir lalu mengelus dadanya yang terasa sesak.

“Aku seperti ini karena mencintai adikmu, dia juga punya perasaan yang sama padaku, jadi apa salahnya berhubungan? Bukannya hal biasa seorang laki-laki menikahi kakak beradik?” ujar Aril.

“Iya itu benar, kalau kakak nggak terima ya sudah kakak pergi saja dari sini.” Lisa yang tak punya perasaan memeluk suami kakaknya yang masih bertelanjang dada dengan sangat erat.

Pemandangan memilukan itu semakin membuat emosi Ruby mendidih.

“Aril! Apa kamu tidak kasihan dengan anak perempuanmu?” ucap Ruby teringat pada tiga anak mereka. Bagaimana hal ini pasti akan menyakiti hati ketiga anaknya.

“Aku gak peduli! Aku mau punya anak hanya karena orang tuaku yang memintanya!” jawaban Aril sontak membuat Ruby yang hilang kesabaran menampar wajah suaminya.

Plak!

“Hati-hati kalau bicara, mereka adalah darah dagingmu!” seru Ruby dengan menahan rasa kesalnya.

 Tidak terima dirinya ditampar oleh istrinya sendiri, mata Aril kian menyala murka. Dia tidak akan membiarkan Ruby merendahkan dirinya di depan Lisa.

“Berani sekali kamu menamparku! Sudah jelek, kamu juga tidak sopan pada suami!” setelah mengeluarkan isi hatinya Aril mencengkeram leher belakang istrinya.

“Sakit, lepas mas!” teriak Ruby, berusaha untuk melepaskan cengkeraman itu dari lehernya. Namun, usahanya gagal karena tenaga Aril jauh lebih besar darinya.

“Mas, kakak sudah berani memukulmu, memang benar kamu perlu memberinya sedikit pelajaran. Biar dia mengerti yang kepala rumah tangga dan mencari nafkah itu kamu bukan dia!” Lisa justru semakin memprovokasi abang iparnya.

 Seperti api yang dituang minyak. Aril semakin merasa panas untuk menghajar Ruby. Matanya melihat sebatang kayu, dan kemudian mengambilnya.

“Kamu mau apa, mas? Jangan pukul aku!” ucap Ruby.

“Sayangnya kamu pantas menerimanya.” kemudian Aril memukul punggung Ruby hingga wanita beranak 3 itu tersungkur ke tanah.

“Aaaaaakkl!”

“Astaghfirullahaladzim! Apa yang Tuan lakukan?” Bi Retno bergidik ngeri melihat keganasan sang majikan yang sedang sibuk memukul sang Nyonya.

Dengan sigap, Bi Retno segera mengirimkan pesan pada Nyonya besar agar dapat memisahkan mereka.

Melihat Ruby yang masih dipukuli, Bi Retno kembali berusaha melerai dengan mata mengembun, “Tuan, tolong hentikan. Kasihan Nyonya..”

 "Tutup mulutmu! Kalau kamu berani ikut campur aku akan memukulmu juga!” Aril menodong wajah bi Retno dengan batang kayu yang ia pegang.

  Sontak bi Retno yang ketakutan menjadi diam seribu bahasa. Lalu sorot mata wanita tua itu menoleh ke arah Ruby yang menangis menahan sakit.

Ruby menatap Lisa yang nampak menikmati dirinya yang menderita, “ Padahal kamu adalah adik kandungku tapi kamu malah menjadi maut dalam rumah tanggaku! Seharusnya aku nggak mengizinkan kamu tinggal di rumah ini," suara Ruby bergetar.

Ia kemudian melanjutkan, “Lihat saja nanti, kalian akan menerima pembalasannya.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status