Share

3. Anak Durhaka

Lisa menarik nafas panjang lalu memegang bahu kekasihnya.

"Aku tahu kamu nggak akur sama mereka tapi kalau mas terus arogan takutnya mas nggak bakal dapat warisan!" Lisa mencoba menasehati kekasihnya karena ia tak ingin sang kekasih kehilangan segalanya.

"Kamu nggak usah khawatir karena aku pasti bisa mengendalikan kedua orang tuaku." Aril yang percaya diri membuat Lisa tenang.

"Kalau begitu kapan kita menikah? Aku nggak mau jadi pacarmu terus, dulu alasanmu karena ingin menjaga perasaan kakakku tapi sekarang semua orang sudah tahu hubungan kita." Lisa menuntut janji manis yang pernah dikatakan Aril padanya.

"Secepatnya tapi nggak sekarang karena aku masih banyak urusan di kantor." Aril kembali mengumbar janji manis.

"Oke tapi jangan lupa buang kakakku jauh-jauh dan aku juga nggak mau mengurus anak-anakmu." Lisa mengutarakan keinginannya.

"Kamu tenang saja karena aku juga nggak suka sama anak-anak." Aril menyanggupi permintaan kekasihnya.

"Terimakasih banyak ya sayang." Lisa yang senang mengecup setiap inci wajah kekasihnya.

"Sudah hentikan nanti kalau aku kepengen kamu nggak sanggup menghadapi kegagahanku," ucap Aril.

"Marathon sampai 10 jam lagi juga oke mas." Lisa yang nakal menyentuh alat iparnya.

"Kamu memang pintar membangkitkan suasana." kemudian Aril yang terbawa suasana menunggangi sang adik ipar.

Lalu di tengah-tengah pergulatan mereka di ruang tamu tiba-tiba ada yang mengetuk pintu utama.

 Tok tok tok!

"Ssst! Sialan!" Aril kesal pada orang yang mengganggu mereka.

"Sudah mas biarkan saja, kalau orangnya nggak sabar pasti dia bakalan pulang," ujar Lisa.

"Kamu benar juga." kemudian Aril kembali mengaduk terowongan semut iparnya.

 Tok tok tok!

"Assalamualaikum, nak Aril tolong buka pintunya." ucap Sinta ibu sambung Lisa dan Ruby.

"Astag, tunggu sebentar mas." Lisa yang kesal meminta jeda pada sang kekasih.

"Tanggung dikit lagi!" Aril menolak karena masih ketagihan.

Sementara sang mertua yang tak sabar menunggu di luar akhirnya memutar handle pintu yang tidak terkunci.

Ketika pintu telah terbuka lebar sang mertua berteriak histeris.

"Astaghfirullahaladzim!!" Santi syok melihat perbuatan senonoh keduanya.

"Kalau pintu nggak dibuka artinya kamu nggak boleh masuk goblok!" Lisa yang marah menyudahi aktivitas bergairah mereka.

Kemudian Lisa memakai bajunya lalu mendekat ke ibu sambungnya.

"Aril adalah suami kakakmu tapi kamu malah berzina sama dia?" Santi yang marah menampar wajah putrinya.

 Plak!

"Kenapa ibu menampar, Lisa!" Aril membentak ibu mertuanya.

"Itu karena dia sudah berzina sama kamu!" pekik Santi.

"Itu urusan kami berdua!" Aril membentak ibu mertuanya.

"Betul, lagian kamu bukan siapa-siapa jadi aku minta sekarang juga kamu pergi dari sini!" Lisa yang geram mengusir ibu sambungnya.

"Istigfar nak! Ibu tahu ibu hanya orang lain tapi ibu kembalilah ke jalan yang benar," ucap Santi.

"Diam karena nafasmu lebih bau dari ta*!" Lisa yang arogan membuat ibu sambungnya pusing.

"Baiklah tapi sekarang dimana kakakmu dan apa dia sudah tahu semua ini?" tanya Santi.

"Dia sudah tahu dan sekarang posisinya ada di rumah sakit jadi buruan jenguk anak kesayanganmu itu jangan pernah datang ke sini lagi!” ucap Lisa.

"Baik, ibu akan pergi tapi ibu akan datang lagi membawa RT RW biar kalian diadili," ucap Sinta.

"Tolol! Buat apa kamu ngadu-ngadu sama orang lain?" Lisa yang kesal memukul kepala ibu sambungnya.

Lalu Aril yang ikut emosi mencekik leher mertuanya hingga matanya membulat sempurna.

"Kalau sampai ada yang datang kesini gara-gara kamu, aku bakal menghabisimu!" setelah menggertak Aril melepaskan tangannya yang menjerat leher mertuanya.

 "Kalian pasti menyesal karena sudah menzolimi semua orang." Setelah itu Santi pergi karena tak ingin berurusan lebih lama dengan keduanya.

"Ibumu benar-benar menyebalkan dan selalu bikin aku naik darah," ucap Aril.

"Dia bukan ibuku," ujar Lisa.

"Kalau aku jadi kamu aku juga nggak bakal menganggap dia ibu," ucap Aril.

"Tapi mas saat ini semua orang sudah tahu hubungan kita, aku harap cintamu nggak berubah dan kamu nggak boleh meninggalkan aku,” pinta Lisa.

"Kenapa kamu ngomong begitu?" tanya Aril.

"Karena aku takut kamu pergi aku yakin semua orang akan menasehatimu agar mempertahankan rumah tanggamu karena kalian sudah punya anak." Lisa mengutarakan kekhawatirannya.

"Aku nggak akan pernah mendengarkan kata-kata siapapun kecuali kamu." penjelasan Aril membuat Lisa tersipu malu.

"Kalau itu benar cepat ceraikan kakakku, setelah kalian resmi berpisah kita berdua harus menjadi suami istri yang sah di mata negara dan agama." Lisa terus mendesak Aril untuk segera berpisah dengan kakaknya.

"Beres tapi kamu harus selalu cantik, berat badanmu nggak boleh lebih dari 50 kilo, terus kulitmu wajib putih mulus serta aset-asetmu harus ketat dan kenyal." Aril berharap Lisa dapat memenuhi keinginannya.

"Siap, semua akan aku lakukan asal mas mampu kasih modal," ucap Lisa.

"Soal uang kamu nggak perlu khawatir karena aku pasti memberikan berapapun yang kamu minta," ujar Aril.

"Oke mas!"Lisa mengangguk setuju meski hatinya berontak dan marah.

Kalau mas Aril selalu menuntut aku buat awet muda berarti cintanya nggak akan bertahan lama dan kalau sampai firasatku benar mulai sekarang aku harus menguras uangnya biar aku punya modal hidup sampai tua, batin Lisa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status