Gadis itu berjalan gontai memasuki gang. Di tangannya terdapat sebuah rantang berisi makanan yang dibawakan oleh Rani saat hendak pulang tadi.Tak hanya itu, dia juga diberikan ongkos untuk pulang. Dara berpamitan dengan sopan kepada semua orang. Hanya Aksa yang bersikap tidak suka. Mungkin masih tersinggung dengan ucapannya waktu itu. Matanya menatap sekitaran dan berdoa dalam hati agar tak ada yang mencegatnya lagi. Makanan ini akan dibawa pulang untuk adik-adiknya di rumah. Bukan, lebih tepatnya gubuk tempat berlindung.Orang tua mereka meninggal karena diare yang sempat mewabah saat banjir besar. Untunglah adik-adiknya selamat walau sempat dirawat di rumah sakit. Sehingga setelah itu, mereka menjadi yatim piatu dan dia harus berhenti sekolah. Dara mulai mencari pekerjaan, dari menjadi penjaga konter ponsel, pelayan di rumah makan, hingga kini menjadi pengamen dari satu bus ke bus yang lain. "Darimana?" Sebuah suara mengagetkannya. Gadis itu menghentikan langkah dan menoleh.
Lelaki paruh baya itu berdiri di depan kamar operasi dengan hati gelisah. Ini kali kedua dia menunggu putranya yang masuk ke kamar operasi. Saat dibawa ke unit gawat darurat tadi Aksa sudah tak sadarkan diri sehingga semua menjadi panik. Tak hanya kepala, ketika Aksa mendapatkan pukulan itu dan terjatuh, kakinya terhantam aspal. Sehingga darah mengucur di dua tempat. Pelipis dan bekas luka di kakinya yang belum sepenuhnya sembuh. Karena itulah di pingsan.Preman yang memukulnya karena memperebutkan Dara, pergi begitu saja setelah melakukan aksinya. Setya mengangkat putranya dan langsung menuju rumah sakit terdekat. "Baiknya mama pulang sama Dara dan adik-adiknya," pinta Setya. Dalam keadaan seperti ini, dia tak tega melihat dua gadis kecil itu terbaring di kursi tunggu pasien. Niat yang tadinya ingin menolong, malah mereka yang terkena musibah. Setya berjanji setelah ini selesai, dia akan melaporkan semuanya kepada pihak yang berwajib. Dia akan meminta bantuan Danu untuk mengusut t
Satu minggu dirawat di rumah sakit, akhirnya kondisi lelaki itu membaik. Aksa memilih untuk pulang ke rumah orang tuanya. Sementara ini mereka berpisah, karena Hayu masih tinggal di rumah mamanya. Sarah keberatan jika Ammar dibawa kembali. Jadinya, Hayu setiap hari akan bolak-balik dari rumah orang tua ke rumah mertua. Kondisinya setelah melewati masa 40 hari bersalin juga sudah pulih seperti sediakala.Tapi, keadaan di rumah Rani sekarang semakin ramai dengan adanya Dara dan adik-adiknya. Setya sedang memikirkan jalan keluar untuk mencarikan pekerjaan Dara serta tempat tinggal agar mereka hidup mandiri. Danu sudah mengurus penangkapan preman itu dengan melaporkannya ke pihak yang berwajib. Namun, gubuk yang selama ini ditempati oleh mereka tak bisa digunakan lagi karena hanya menumpang di tanah orang lain. Dua adik Dara sementara izin sekolah karena kejadian ini. Gang mereka disidak oleh polisi dan beberapa warga dimintai keterangan."Harusnya mereka dititipkan ke panti asuhan, M
Sejak malam itu, mereka berdua menjadi dekat. Apalagi Dara pernah mengalami hal yang sama denga Aksa. Jadi, dia yang selalu menguatkan dan memberikan tips bagaimana agar tetap kuat melewatinya. Kadang mereka berbincang jika rumah sepi. Apalagi semenjak rumah menjadi ramai, Rani yang pergi berbelanja dan mengatur menu. Jika tidak begitu, maka keuangan akan semakin sulit.Hayu sendiri kadang datang agak siang untuk mengunjungi suaminya. Jika Ammar rewel maka dia harus sabar menunggu hingga tertidur. Sehingga hari-hari Aksa ditemani oleh Dara dan adik-adiknya. Apalagi dia anak tunggal, jadi ketika rumah ramai hatinya semakin senang. Ditambah berpisah sementara dengan anak dan istrinya, membuatnya kesepian. Hadirnya mereka menjadi hiburan tersendiri baginya."Assalamualaikum."Hayu mengucap salam namun tak seorang pun menjawab. Mobil Aksa tidak ada. Apakah suaminya sedang pergi? Dia lupa bahwa ibu mertuanya yang selama ini memakai mobil anaknya jika berpergian.Tadi dia memang sengajan t
"Selamat datang di rumah baru kalian," ucap pengurus panti saat menyambut kedatangan mereka. Setelah Setya dan Danu berdiskusi dan mencari solusi, akhirnya ada sebuah panti asuhan yang akan menampung Dara dan adik-adiknya. Diputuskan juga kalau gadis itu akan dipekerjakan sebagai tenaga bantu di kantor Danu. Mengingat pendidikannya rendah, mungkin hanya menempati posisi sebagai cleaning service. Dara menerimanya dengan suka cita. Apalagi akan mendapat gaji bulanan walaupun tak seberapa."Terima kasih Om, Tante, Mbak Hayu dan ... Aksa." Dia menatap laki-laki itu lekat.Sempat terlintas dalam khayal, andai saja mereka dipertemukan sejak dulu. Ah, tapi tidak mungkin juga Aksa akan menyukainya. Hayu yang melihat pandangan itu membuang wajah. Dia tahu jika Dara menyimpan rasa kepada suaminya. Aksa bak pahlawan yang datang menyelamatkan gadis itu dari cengkeraman si penguasa. "Kamu baik-baik ya disini. Semoga betah. Adik-adik ada yang ngejagain, jadi kamu bisa tenang kerja," kata Rani s
"Bapak benar-benar mau kembalikan posisi saya yang dulu?" tanya Hayu saat atasannya memanggil untuk menghadap."Kalau kamu bersedia. So far saya lebih nyaman dengan adanya kamu sebagai sekretaris," jawab lelaki paruh baya itu dengan nada bahasa Indonesia yang janggal. Pemimpin perusahaan ini adalah seorang warga negara berdarah campuran, namun dibesarkan di luar negeri. Dia kembali ke negara ini karena jabatan yang ditawarkan.Usianya mungkin seumuran Danu, karena itulah sifatnya baik dan mengayomi semua karyawan."Apa nanti yang lain jadi gak terima, Pak? Soalnya selama ini kesannya saya seperti di anak emaskan," kata Hayu."Well, bukan buat saya tapi untuk manager yang baru. Kamu tau kalau disini manager tidak boleh dipimpin wanita? Jika boleh maka saya akan memilih kamu," jelasnya lagi.Hayu tersenyum pahit. Selama ini memang banyak yang memuji hasil kerjanya. Namun, untuk meraih posisi memegang sebuah jabatan mustahil didapatkan. Perusahaan ini memang memiliki aturan sendiri. Al
Hayu memasuki ruang barunya dengan santai. Hari ini dia datang lebih pagi karena harus memastikan bahwa dia datang lebih dulu dati atasan. Begitulah kebiasaannya selama ini saat bekerja dengan bos besar. Letak ruangan itu memang didesign berdekatan dengan general manager, ruangan Tama. Sehingga memudahkan jika ada keperluan satu dengan yang lain.Hayu menadapatkan kuncinya tadi saat berpamitan di ruang HRD. Dia berpelukan lama dengan Vita dan mengucapkan banyak terima kasih karena selama ini telah banyak membantunya.Vita juga sama, mengucapkan terima kasih karena insiden kontraksinya di kantor malah mendekatkan gadis itu dengan Bayu, sehingga kini mereka berpacaran.Hayu membuka kunci dan kaget saat seseorang menyapa. "Pagi, Na.""Pagi, Pak.""Panggi nama aja, Tama. Gak enak dipanggil bapak," kata lelaki itu santai dengan kedua tangan di saku celana. Matanya tak lepas menatap Hayu lekat dari ujung rambut hingga ke kaki. Dulu, wanita ini berpenampilan lugu dan polos. Mungkin lama
Hayu menatap suaminya yang baru saja keluar dari kamar mandi dan memilih pakaian. Entah mengapa wajahnya selalu merona jika melihat pemandangan itu. Aksa dengan cueknya hanya mengenakan boxer sambil mengelap rambut yang basah. Bibirnya bahkan melantunkan lagu suka-suka. Sejak kecelakaan tubuhnya jadi lebih berisi dan terdapat timbunan lemak di beberapa bagian. Kulitnya juga menjadi lebih putih karena jarang terkena sinar matahari. Tangan lelaki itu mencari sesuatu di dalam lemari dan memilih baju apa yang akan dikenakan hari ini. "Gimana, cocok gak?" Dia mengeluarkan sebuah kemeja putih dan celana kain berwarna hitam, lalu memakainya dengan pelan."Kamu mau kemana?" tanya Hayu saat melihat suaminya malah bersiap hendak pergi, padahal mereka tidak ada rencana kemana-mana. Ini weekend dan dia ingin istirahat di rumah. Semenjak menjadi sekretaris Tama, pekerjaan memang menumpuk. Lelaki itu cukup berambisi hendak mengubah beberapa kebijakan perusahaaan. Mungkin karena dia masih muda. B
Aula kampus penuh sesak dengan para wisudawan dan wisudawati berserta keluarga yang duduk rapi menunggu acara wisuda dimulai. Hari ini lengkap kebahagiaan mereka karena akhirnya Aksa resmi menyandar gelar seorang arsitek dengan nilai yang memuaskan walaupun bukan yang terbaik. Dengan penuh perjuangan dia menyelesaikan skripsi yang tertunda hampir setahun lamanya. Lagi-lagi suasana haru menyelimuti hati Hayu saat sang suami dipanggil maju ke depan dan menerima piagam pernghargaan dari kampus. Lelaki itu melambaikan tangan kepada keluarga setelah selesai di wisuda. Dia kembali duduk dan memeluk sang istri dengan haru. Juga mama dan papanya. Anak-anak tidak diizinkan masuk dan menunggu di luar ruangan bersama baby sitternya. Danu dan Sarah juga sama, berada di depan karena keluarga yang boleh masuk dibatasi dari pihak kampus. Sehingga mereka berdua mengalah dan membantu menjagak cucu-cucu. Danu sudah pensiun dari jabatannya beberapa bulan terakhi sehingga waktunya lebih banyak santai u
The Clariston, Nusa Dua Bali. Aksa memasuki ballroom hotel itu dengan langkah pasti. Di sampingnya ada Hayu yang menggandengan lengan lelaki itu dengan mesra.Dia belakangnya ada Ada Setya dan Rani yang menggandeng Ammar. Ada juga Danu dan Rani yang menggendong Adinda. Lengkap semua yang datang menghadiri opening hotel berbintang 5 dimana setahun yang lalu, Aksa mendapatkan tender untuk men-designya.Wajah-wajah berseri terlihat dimana-mana. Semua orang menikmati hidangan yabg disajikan. Para tamu benar-benar dijamu, bahkan beberapa orang mendapatkan fasilitas menginap gratis. Aksa termasuk salah satunya."Hai, Aksa. Apa kabar?" Salah satu rekannya sesama arsitek menyapa. Lalu mereka berjalan menuju yang lain. Lengkap 5 orang saling berkumpul dan bercerita. "Ini Hayu, ya?" tanya salah seorang di antara mereka. "Iya, saya istri Aksa.""Cantik banget. Pantas aja Aksa galau terus waktu pisah. Malamnya gak ada yang ngelonin."Gelak tawa menggema di ruangan itu. Hayu hanya bisa tersipu
Aksa dan Hayu melangkah masuk ke dalam gedung itu dengan bergandenga tangan. Dua minggu setelah kedatangan Vita dan Bayu, hari ini mereka berada disini untuk menyaksikan momen sakral itu.Vita meminta Hayu untuk mendampingi saat akad nikah berlangsung karena sahabatnya itu tidak bisa menjadi pengiring pengantin. "Di sebelah mana?" tanya Aksa kepada salah satu kerabat mempelai yang berdiri menyambut tamu di depan. "Lurus, belok ke kanan, Pak."Aksa mengucapkan terima kasih dan akhirnya menemukan sebuah pintu di ujung. Begitu terbuka, tampaklah ratusan orang memenuhinya. Untunglah acara belum dimulai dan masih bersiap-siap.Kemarin, mereka memboyong anak-anak untu dititipkan ke rumah Mama Sarah dan menginap disana. Sehingga hari ini, biaa tepat waktu datang menghadiri pesta pernikahan."Silakan duduk. Mbak Hayu, ya?" tanya salah seorang kepada mereka."Benar.""Saya adiknya Kak Vita. Pesannya kalau Mbak Hayu datang, kursi di sebelah depan sudah disiapkan.""Terima kasih, ya."Mereka d
Hujan deras membasahi pemakaman hari ini. Eyang, sosok yang menjadi panutan dalam keluarga mereka berpulang. Semua orang berduka, begitu juga Hayu dan Aksa. Setelah 40 hari masa nifas dan mengadakan syukuran aqiqah, Eyang pun mengembuskan napas yang terakhir.Dia tutup usia dan meninggalkan banyak kenangan bersama anak cucu. Saat mereka mendatanginya, eyang hanya tersenyum dan mengusap wajah Hayu. Mungkin sudah lupa, bahkan berkata juga tidak ada, seperti lupa kepada orang-orang disekitarnya."Ayo kita pulang." Aksa merengkuh tubuh istrinya dan mengajak Hayu masuk ke mobil. Hujan semakin deras, seperti ikut menangisi kepergian eyang.Ada yang datang, ada yang pergi meninggalkan dunia ini. Seperti saling berganti dan mengisi. Kelahiran dan kematian merupakan awal dan akhir kehidupan manusia. Bagiamana kita menjalani masa di antara keduanya, semoga pilihan yang terbaik yang diambil.***Butik ramai hari ini. Hayu sampai kewalahan melayani pembeli. Sementara itu Ammar dan Adinda justru m
Rumah sakit ini. Rasanya sudah tak asing bagi mereka karena sejak awal Kasa kecelaakan juga Hayu melahirkan mereka berada di sini."Duduk, Nak," ucap Sarah saat melihat menantunya mondar-mandir sejak tadi. Sekalipun dulu pernah mengalami hal yang sama saat kelahiran Ammar, tetap saja Aksa merasakan gelisah itu."Hayu gak mau operasi padahal kata dokter kandungan yang ini lemah.""Doakan. Dia sedang berjuang. Kamu jangan panik. Kita sama-sama berdoa." Akhirnya Aksa duduk di kursi tunggu dan mengucapakan doa dalam hati agar anak dan istrinya tetap sehat. Satu jam menunggu akhirnya suara tangisan bayi terdengar dari ruang bersalin. Alhamdulillah semua mengucap syukur. Saat ini hanya mereka berdua yang menunggu karena Danu sedang tugas keluar kota, Setya masih berkerja dan Rani sedang bersiap-siap menuju ke rumah sakit. Kondisi eyang semakin memburuk sehingga Rani semakin intens bolak-balik ke rumah mertuanya. Untunglah Hayu tetap berada di rumah Sarah sekalipun Aksa sudah pulang, s
Aksa memasangkan sebuah penutup mata kepada istrinya ketika mereka sudah masuk ke dalam mobil."Ini apaan, sih?""Diem aja. Ntar kalau udah sampai kamu lihat sendiri." Aksa mengulum senyum sambil memandang wajah cantik Hayu lalu menyalakan mesin. Hari ini mereka akan pergi berdua saja ke suatu tempat yang sudah lama direncanakan. Setelah beberapa bulan yang lalu Hayu memutuskan untuk resign dari kantor dan hanya mengurus Ammar, Aksa menjadi lebih fokus menyelesaikan kuliah juga mulai mengambil job gambar. Kandungan istinya juga semakin membesar dan cukup membuat Hayu kelelahan setiap hatinya. Jadi keputusan untuk mundur bekerja sudah tepat. Lelaki itu mengandalkan surat keterangan kontraknya saat mengerjakan proyek sebuah hotel ternama di Bali sehingga dalam waktu cepat permintaan design mulai berdatangan.Sedikit demi sedikit dia mulai mengumpulkan tabungan untuk merenovasi rumah yang diberikan oleh papanya.Begitu bonus dari job design hotel cair, Aksa langsung membangun sebuah
Hayu memelankan langkah saat berada di dalam kamar. Takut suaminya terbangun. Aksa terlihat sangat lelah. Sepertinya belum berganti pakaian dan hanya melepas sepatu. Dia duduk di pinggir ranjang dan menatap wajah sang suami drngan penuh cinta. Lelaki ini, yang dulu dia tolak mentah-mentah, kini malah mencintai dan takut kehilangan. Aksa yang masih muda namun bertanggung jawab sekalipun mereka belum memiliki apa-apa dari hasil usaha sendiri, namun lelaki itu telah berusaha menafkahi bahkan dalam kondisi berat sekalipun."Sayang," bisik Hayu lalu menyentuhkan bibir di pipi itu. Aroma khas tubuh Aksa yang selalu dia suka langsung menguar ke inderanya.Lelaki itu menggeliat dan berbalik posisi membelakangi lalu melanjutkan tidur. Dengkurnya terdengar keras, itu menandakan jika Aksa benar-benar kelelahan."Kapan Aksa datang, Ma?" Hayu bertanya saat keluar kamar.Dia menarik kursi makam dan duduk. Tangannya mengambil lauk di meja dan mencicipinya sedikit. "Tadi siang. Mama juga kaget. Ka
Aksa dengan gagahnya mempresentasikan semua hasil kerja keras selama ini di depan semua petinggi hotel. Tiga jam mereka berkutat dan berdiskusi untuk memperbaiki beberapa bagian yang miss. "Setelah melihat semua yang Bapak Aksa paparkan mengenai konsep design sebagian ruangan, kami menyetujuinya dengan syarat perbaikan di beberapa tempat yang sudah kita bahas tadi."Alhamdulillah. Akhirnya selesai dan final. Lelaki itu mengucap syukur karena hasil yang dikerjakan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga dia tidak perlu berlama-lama disini dan bisa segera pulang berkumpul dengan keluarga. Dia teringat hari itu saat mengantar Hayu dan Ammar di bandara. Istrinya menangis saat perpisahan. Aksa membujuk Hayu dengan mengucapkan kata-kata yang menenangkan. Sabar, hanya itulah perilaku yang harus selalu mereka tanamkan dalam hidup karena semua hal di dunia ini berproses. Hayu yang manja, yang sejak kecil dicukupi semua kebutuhannya, harus rela berbesar hati dengan semua ujian berat yang m
Hayu dan Aksa melambaikan tangan saat mengantar kepulangan orang tua mereka di bandara. Sarah berlinangan air mata saat memeluk Ammar. "Mama ini. Kami cuma 3 hari disini. Nanti juga kan pulang," bujuk Hayu."Jangan lama-lama. Ingat cuti kamu tinggal beberapa hari," pesan Sarah."Jaga diri baik-baik. Nanti papa jemput pas pulang, ya." Danu memeluk anak menantunya. Dua orang tua itu melambaikan tangan saat masuk ke dalam. Aksa dan Hayu menunggu hingga mereka hilang dari pandangan. Lalu mereka duduk sambil menunggu pesanan taksi datang."Kita mau langsung balik ke kos?" tanya Hayu."Kayaknya mampir dulu beli kasur. Aku gak tau kalian mau datang. Jadi gak ada persiapan.""Barang-barang kita?""Tinggal di taksi bentar. Nanti kita minta supirnya jadi pemandu ke toko buat cari kasurnya. Aku juga gak tau kalau disini dimana," jelas Aksa.Sebuah mobil berhenti di depan dan mereka bergegas memasukinya. "Jalan kemana, Bli?""Ke toko kasur, Pak?""Maksudnya gimana, ya?""Bapak antar kami ke t