Hayu mengusap lembut bibirnya dengan jari sebelum mengoleskan lipstik, teringat akan sentuhan Aksa kemarin malam. Suaminya begitu berhasrat. Sementara dia sendiri tak bisa menolak walaupun rasanya itu sedikit ... aneh. Setelah makan malam, dia meminta menginap di kamar mama dengan alasan kangen. Kebetulan juga papa belum pulang, jadi mama tidur sendirian.Pagi-pagi dia bangun dan kembali ke kamarnya karena harus bersiap-siap berangkat bekerja. Untungnya Aksa tidak mengunci pintu. Ketika dia masuk, lelaki itu tidak tampak di dalam. Saat terdengar bunyi gemericik air, Hayu tahu kalau suaminya sedang berada di kamar mandi. Cepat-cepat dia mengganti pakaian karena tadi sudah menumpang mandi di kamar mama. Ceklek!Pintu kamar mandi terbuka. Tampak Aska keluar dengan menggenakan boxer sambil mengeringkan rambut yang masih basah. Dengan santai dia berjalan melewati istrinya dan membuka lemari mengambil pakaian.Hayu yang melihat suaminya shirtless begitu, berpura-pura sibuk berdandan dan m
Bunyi hak sepatu 7 cm milik Hayu bergema di sepanjang lorong. Beberapa pasang mata menatapnya dengan intens saat berjalan memasuki kantor. Cantik, pintar, mempunyai posisi yang bagus di kantor. Putri seorang pejabat, juga lulusan dari luar negeri. Ada yang kagum ada juga yang diam-diam menyimpan iri. Hayu membuka pintu ruangan, meletakkan tas di meja, menekan remote AC juga menghidupkan PC. Sebentar lagi pasti ada telepon berdering dari bos besar dan dia diminta menghadap. Lalu berbagai macam berkas yang harus dikerjakan akan menumpuk hingga jam kantor usai. "Hai!"Sebuah sapaan membuatnya menolehkan kepala. Ini masih pagi dan Bayu sudah berada di ruangannya. Apa lelaki itu tidak bekerja? Sikap seperti ini bukan contoh yang baik. Jika bos besar tahu, mereka bisa mendapat teguran. Apalagi posisi Bayu sebagai kepala divisi, harusnya dia meneladani bawahannya. "Ya?" tanya Hayu cuek. Setelah insiden makan malam itu, dia menghindari Bayu secara terang-terangan. Tak peduli dengan bisik
Hayu memasukkan beberapa bajunya ke dalam koper. Ini jumat malam dan mereka akan menginap di rumah mama Rani selama dua hari. Minggu sore akan kembali lagi, karena senin sudah masuk kerja. Tak bisa dibantah karena mama Sarah malah menyuruh dia pergi. Katanya biar adil, mama Rani juga pasti kangen anaknya. Papa juga sudah pulang, jadi mama tidak sendirian lagi.Dia sudah mengutarakan keberatan kepada suaminya, namun tak digubris sama sekali. Jadi dengan terpaksa akhirnya Hayu menurut. Aksa sejak tadi hanya memperhatikan apa yang dilakukan istri cantiknya. Dia tak membawa apa pun. Pakaiannya semua ada disana, yang disimpan disini hanya seberapa. "Mau ke rumah mertua kok cemberut gitu," sindir Aksa lagi. Entah mengapa dia senang sekali memojokkan istrinya. Mungkin karena harus menahan diri berhari-hari sehingga kepala terasa sakit. Ditambah dengan materi kuliah yang semakin banyak, juga pekerjaan di kantor papa. Ah, andai saja bisa bermanja-manja dengan Hayu, jadi bisa melepas penat
"Bobok sini. Deket babang," ucap Aksa menirukan bahasa kekinian anak-anak zaman sekarang, saat Hayu masuk ke kamarnya dan terlihat kebingungan hendak melakukan apa. Di kampus, para mahasiswa rata-rata menggunakan bahasa kekinian dalam pergaulan. Aksa sendiri termasuk yang suka mengikuti karena selain usianya masih muda, ternyata itu cukup asyik buat seru-seruan. Tapi jika berhadapan dengan Hayu, orang tua dan rekannya di kantor papa, lelaki itu tetap menggunakan bahasa yang sopan. Hayu menatap suaminya dengan ilfeel. Dua hari ini dia harus menahan diri untuk tak bersikap aneh. Ini di rumah mertua. Sekalipun tidak bisa berakting mesra, paling tidak terlihat akur di depan mereka itu lebih baik. "Geser. Aku ngantuk," ucapnya singkat saat melihat Aksa tak bergerak sejak tadi. Lelaki itu malah tetap duduk di ujung ranjang sementara dia masih berdiri di depannya. Ingin melompati, tapi rasanya tidak sopan."Sini aja pangku sama aku, biar enak." kata Aksa lagi, sengaja menggoda istrinya.
Aksa sejak tadi mengutak-atik laptop di kamar. Sementara Hayu ada di bawah, membantu Rani memanggang kue setelah sarapan. Mama yang satu itu sangat bersemangat saat mendengar puteranya akan datang, walaupun hanya bisa menginap beberapa hari. "Aksa suka banget sama bolu tape. Kalau mama bikin ini, satu loyang bisa habis sekejap sama dia sendiri," kata Rani sambil bercerita. Tangannya sibuk memecah telur dan memasukkan ke dalam mangkok. Sementara Hayu membantu menimbang terigu agar takarannya pas. "Hayu juga suka, Ma. Enak buat cemilan," jawabnya. Ternyata mama mertuanya ini sangat baik. Selama menginap, dia malah dijamu dengan berbagai makanan yang lezat. Di rumah ini ada seorang bibik yang membantu. Namun, untuk urusan memasak, Rani turun tangan langsung. Lalu suara bising mixer terdengar. Tangan Rani lincah mengaduk semua bahan sehingga tercampur menjadi rata. Hayu hanya bisa melihat karena dia tak bisa melakukannya sama sekali. Selama ini, mama Sarah juga jarang membuat kue. Bia
Aksa terpana saat melihat Hayu turun dari tangga dengan mini dress selutut berwarna biru. Istrinya terlihat anggun dengan rambut yang digelung ke atas. Sehingga leher jenjangnya yang mulus sangat menggoda iman.Ini malam minggu dan mereka akan dinner di suatu tempat. Sejak tadi Aksa menunggu di ruang tamu karena Hayu masih berdandan. Sementara itu, Papa Setya dan Mama Rani sedang asyik menonton televisi di ruang keluarga. Mereka tidak mau mengganggu kencan pengantin baru ini. "Mau kemana?" tanya Hayu. Tangan Hayu gemetaran sejak tadi, karna itu genggaman di tas semakin kuat. Entah mengapa jantungnya berdebar kencang saat harus turun dan menemui Aksa di bawah. Dia bahkan berkali-kali bercermin untuk memastikan penampilan. Setelah menyelesaikan gambar hingga sore, tiba-tiba saja Aksa meminta untuk bersiap-siap tanpa mengatakan akan pergi kemana. Ini pertama kalinya mereka nge-date setelah menjadi suami istri. "Liat nanti. Kita jalan aja dulu sekarang." Kali ini Aksa sudah berani m
"Boleh?" bisik Aksa penuh harap saat melihat respons istrinya yang membalas.Rasanya ini momen yang tepat, sekalipun dilakukan di kamarnya. Bukan di hotel mewah dalam rangka bulan madu. Hayu menangkup kedua pipi Aksa, menatap dalam mata suaminya. Tanpa mengucap kata Aksa memulainya, pelan tapi pasti.Hayu tersentak dengan sentuhan yang suaminya berikan. Dia memejamkan mata, mencoba menerima saat tangan besar sang suami mulai bekerja. Kewajiban. Kewajiban. Kewajiban.Kata itulah yang bergaung di benak. Sekalipun belum bisa menerima sepenuhnya, Hayu memilih untuk mencoba. Namun tiba-tiba saja ....Tok tok tok!Bunyi pintu digedor dengan keras membuat mereka tersentak. Aksa yang sudah shirtless mengumpat kesal karena misinya malam ini gagal lagi. Hayu segera mengancingkan kembali baju yang sudah terbuka sebagian.Tadi Aksa sempat menikmati bagian itu sebelum ketukan pintu mengacaukan semua. "Aksa! Hayu! Buka!" Terdengar suara teriakan Mama Rani yang memanggil. Suara wanita itu terde
Selama tiga hari eyang dirawat di rumah sakit, Hayu hanya sekali membesuk. Itupun di hari minggu pagi sebelum mereka pulang ke rumah Mama Sarah. Dia kembali beraktivitas seperti biasa.Sementara itu Aksa masih bolak balik mengantar mama Rani untuk mengurus eyang. Dia bahkan hanya pulang ke rumah untuk berganti pakaian kemudian pergi lagi. Malam pertama mereka lagi-lagi tertunda karena kejadian ini. Aksa bahkan sangat sibuk dengan kuliah, bekerja, juga membantu mengurus eyang. Belum lagi job gambar yang harus diselesaikan tepat waktu karena klien sudah menunggu hasilnya. Aksa menjadi abai dengan sang istri. Biasanya dia akan menanyakan kabar Hayu setiap pulang bekerja. Namun kali ini, hanya menyapa lalu melanjutkan gambar yang belum selesai.Entah mengapa Hayu menjadi kesal dengan sikap suaminya. Tapi bukankah memang ini yang dia inginkan? Mereka hidup masing-masing dan tak saling menyinggung.Apakah hati Hayu mulai melunak? Perhatian-perhatian kecil yang Aksa berikan selama ini, ter