Baiklah, Sasha akui itu adalah kebodohannya karena berbuat hal seperti itu pada Mike dan membuatnya sangat marah hingga mengusirnya. Sungguh ia sangat menyesal.Tapi mengapa, hanya di depan Mike ia bisa berbuat hal yang bodoh seperti itu. Benar-benar seperti bukan Sasha saja.Apa Sasha benar-benar menyukai Mike? Jatuh cinta mungkin?"Jika benar, mengapa harus pada pria seperti itu?!!" Gumam Sasha kesal.Sasha hanya merutuki kebodohannya, udara sudah sangat dingin. Sasha menatap langit yang tidak cerah sama sekali."Sepertinya salju akan segera turun.." Sasha kembali bergumam.Lebih baik kini ia pergi dari Mike daripada semakin membuat pria itu marah. Sasha memutuskan akan kembali ke apartemennya sendiri untuk menghangatkan tubuhnya dan bersembunyi dari cuaca dingin.Jujur saja Sasha tidak suka dingin. Jika memasuki musim dingin seperti ini sangat menyiksa dirinya. Ah..bayangan masa lalu kembali.Menyebalkan, Sasha harus segera mengenyahkan dari pikirannya. Ya secepatnya.***"Apa masi
"Sasha Kovalevskaya, pembunuh bayaran wanita, anak kesayangan Yuri Lyonechka." Terdengar suara dari orang yang tidak di kenal oleh Sasha. Dan Sasha merasakan akan ada hal yang tidak beres.Sasha baru saja memarkirkan mobilnya di basement apartemennya, namun begitu keluar dari mobil tiba-tiba empat orang pria menghadangnya begitu saja."Siapa kalian?." Tanya Sasha tajam, ia langsung waspada. Sudah dapat di pastikan mereka adalah musuh yang mengincar dirinya."Kau sendirian rupanya saat ini. Dimana pria Black Nostra mu itu, heh?" Ujar pria itu dengan nada mengejek, membuat Sasha seketika mengeram.'Mike? Siapa mereka, hingga tahu ia bersama Mike beberapa hari ini.' Tanyanya dalam hati."Brengsek!! Apa mau kalian?!." Pekik Sasha.Tanpa peringatan keempat orang tersebut langsung menyerang Sasha dan berusaha melumpuhkannya.Namun bukan Sasha jika ia bertahan, menyerang dan menangkis semua serangan yang ditujukan padanya.Mereka sebenarnya mengincar Mike dari Black Nostra. Dan mereka sempat
Sasha membuka matanya perlahan, ia meringis saat merasakan sekujur tubuhnya merasa nyeri. Ingatan ketika ia disiksa terlintas dalam pikirannya begitu saja membuatnya terperanjat dan langsung duduk di atas tempat tidur memasang posisi waspada.Namun alangkah kagetnya yang ia lihat adalah kamar yang familiar baginya."Kamar Mike?" Gumamnya seraya mengucek matanya agar penglihatannya semakin jelas, dan berharap ini bukan mimpi.Karena seingatnya, terakhir kali sebelum pandangannya menggelap ia berada di suatu ruangan yang tidak ia ketahui dimana dan ia mendapatkan penyiksaan.Kesimpulan yang bisa ia simpulkan untuk sementara adalah Mike menolongnya dan membawanya kembali ke apartemen. Ya mungkin begitu.Sasha melihat semua luka di tubuhnya sudah mendapatkan pengobatan."Apa Mike?" Sasha kembali bergumam. Namun ia memutuskan untuk segera bangkit dari tempat tidur dan mencari keberadaan Mike dan menanyakan hal ini secara langsung padanya.Sasha perlahan melangkah keluar kamar dan mencari k
"Kau sudah pulang rupanya." Seru Lily dengan lembut seraya menyambut kedatangan suaminya di dalam kamar.Beberapa menit yang lalu Lily baru saja bangun dari tidur siangnya. Dan sekarang masih sore, akhir-akhir ini memang Arsen lebih cepat pulang ke mansion, biasanya menjelang malam ia baru pulang. Tapi sekarang sore saja ia sudah berada di mansion.Lily senang dengan hal tersebut, karena saat ini ia sudah tidak takut lagi jika berdekatan dengan Arsen. Ya, walaupun kadang aura yang dikeluarkan oleh suaminya tersebut masih kadang membuatnya merinding dan takut."Apa yang ada di tanganmu?" Tanya Lily, karena ia melihat sebuah paper bag di tangan kanan Arsen."Pie apel coklat." Seru Arsen seraya menyerahkan paperbag tersebut pada Lily yang langsung diterima oleh Lily."Terima kasih.." Ujar Lily dengan lembut, ahh.., benar ini pertama kalinya Arsen membawakan sesuatu dari luar. Biasanya ia akan meminta Albert atau dirinya untuk membuat sesuatu."Aku tidak sengaja melewati toko kue dan meli
Arsen menatap Lily yang kini sedang duduk di sisi tempat tidur sambil meneguk susu yang sudah dibuatkan oleh dirinya.Lily mempunyai wajah yang cantik dan menawan, serta lembut yang akan meneduhkan siapa saja yang menatapnya. Kulit yang halus serta rambut coklat yang indah tergerai menyentuh bahu, sangat kontras dengan warna kulitnya.Setiap waktu dan setiap saat Arsen selalu ingin menyentuh rambut tersebut dan membelainya, merasakan betapa lembutnya diri Lily. Sementara ia menyerukkan wajahnya ke wajah istrinya tersebut.Arsen selalu ingin mencium aroma Lily yang lembut dari sana, sebelum pada bagian-bagian lain yang juga sangat menggoda.Lily hanya miliknya dan akan selalu menjadi miliknya untuk selama-lamanya. Begitu pula dirinya yang hanya akan menjadi milik Lily seorang.Saat Lily menerima dirinya. Arsen sangat bahagia dan sangat menghargai keputusan Lily. Dan Arsen akan memberikan apapun yang bisa membuat Lily bahagia dan nyaman hidup bersama dengannya.Jika Lily ingin menusuk j
Mengingat Marco adalah orang yang sangat sulit untuk ditemukan dan ditangkap, seperti membawanya secara hidup-hidup ke hadapan Arsen adalah hal yang mustahil.Arsen memutuskan untuk memerintahkan Mike mengeksekusinya di tempat, namun jika memungkinkan bawa Marco ke hadapannya masih dalam keadaan hidup.Semua tergantung pada situasi saat penangkapan Marco, dan semuanya Arsen serahkan sepenuhnya pada Mike.Bukan tanpa alasan Arsen merubah perintahnya, namun mengingat kecerdikan Marco lah yang membuat Arsen tidak ingin kehilangan anak buahnya yang sangat dipercaya, yaitu Mike.Bagaimana pun Mike sudah bersama dirinya sejak masih kecil, mereka tumbuh bersama di dalam keluarga Lazcano dan Black Nostra. Daripada nyawa Mike terancam lebih baik ia mengambil keputusan seperti itu.Saat melangsungkan rapat dan Mike bergabung dengan panggilan Video, Arsen melihat wanita yang Yuri kirimkan untuk membantu misi Mike selama di Moskow.Dan sepertinya wanita itu bisa dipercaya untuk mengetahui siapa k
Tumbuh bersama, dididik dengan cara yang sama, maka Arsen dan Mike memiliki kepribadian yang hampir sama. Sama-sama memiliki wajah yang datar dan dingin. Kesadisan dengan level yang hampir sama, mungkin Mike sedikit di bawah Arsen.Karena Mike tidak menyiksa korbannya terlalu lama. Ia lebih suka mengeksekusi mereka lebih cepat. Dibanding Arsen yang suka bermain-main terlebih dahulu.Kekejaman seorang Mike sudah sangat dikenal di dunia hitam sama seperti Arsen. Hanya saja Mike lah yang lebih dikenal, karena memang lebih banyak yang tahu jika dia lah ketua Black Nostra.Mike mengenyahkan pikiran akan masa lalu nya bersama Arsen. Kini ia dan Sasha akan kembali mengejar Marco Estebat.Mereka berdua akan memasuki sebuah bar yang merupakan tempat berkumpul dan bersantai beberapa anggota kelompok mafia yang lain.Mereka akan berbaur dan mencari informasi di sana. Info sedikit apapun akan berguna bagi mereka untuk mencari tahu keberadaan Marco.***Di usia kehamilan Lily yang sudah menginjak 2
Sebelum kedatangan Arsen. Paman Albert sudah memberitahu Alicia untuk tidak menatap Tuan Lazcano lebih dari 1 detik, dan sisanya ia harus menunduk.Sangat mengecewakan bagi Alicia, tapi itu tidak masalah, 1 detik itu akan ia pergunakan sebaik mungkin.Yang ditunggu akhirnya datang, semua pelayan yang di pimpin oleh Paman Albert berderet menyambut kedatangan Arsen.Arsen segera keluar dari mobil kemudian mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam mansion dan melewati para pelayan.'Sebentar lagi, sebentar lagi pria tampan itu akan ada di hadapanmu Alicia, 2 meter di depanmu.' Gumam Alicia girang. 'Jangan sia-siakan kesempatanmu.'Begitu Arsen terlihat, jantung Alicia semakin meronta tak karuan. Tangannya bergetar hebat, begitupun tubuhnya. Sepertinya cupid sedang memanahkan ribuan anak panah pada punggungnya.Jelas, sangat jelas wajah sang pujaan hatinya terlihat dan benar-benar sangat tampan. Alicia tak bisa menahan semua letupan dalam hatinya yang semula kecil kini hampir meledak-leda
Charlotte kembali ke dalam kamar yang ditempati oleh Camilio dan anaknya Mario dengan membawa obat di tangan.Sedikit ragu namun Charlotte mengetuk pintu terlebih dahulu, rasanya tidak sopan jika harus masuk begitu saja. Meskipun ia tahu jika pintu dalam keadaan tak terkunci.Terdengar suara sahutan dari dalam yang mengizinkan ia boleh masuk. Dengan perlahan namun pasti Charlotte segera memutar kenop pintu tersebut dan mendorong pintu perlahan."Maafkan saya Tuan, sedikit lama," ujar Charlotte sedikit tak enak, karena ia memutuskan untuk menganti pakaiannya terlebih dahulu sebelum kembali memberi obat pada Mario, Charlotte sudah tak nyaman dengan pakaian yang sudah ia gunakan sejak pagi.Camilio sedikit menoleh pada Charlotte dan memperhatikan Charlotte yang sudah berganti pakaian. "Tidak apa-apa, itu bukan masalah," ucapnya pelan seraya kembali menolehkan perhatiannya pada anaknya yang terbaring di atas tempat tidur.Wajahnya yang terkesan dingin dan datar namun sebenarnya menyembuny
Di saat yang bersamaan Maria dan Alonzo sedang berbincang di tempat biasa. Tempat biasa mereka menghabiskan waktu bersama untuk bercengkrama. "Aku baru tahu Sasha sangat hebat," ujar Sasha pada Alonzo yang sedang menatapnya."Ya, dia memang hebat. Harus aku akui itu," jelas Alonzo.Maria mengangguk paham. "Saat baru saja tiba di New York, ia harus menyelamatkan Mike yang diculik oleh musuh. Ia bertarung sendirian dan menghabisi semua musuh di sana," Alonzo bercerita.Maria mendengarkan dengan baik dan terpukau saat Alonzo menceritakan tentang Sasha."Dia keren sekali," gumam Maria."Ya. Tapi karena hal itu, ia terkena tendangan di perut dan harus kehilangan calon bayi mereka," lanjut Alonzo.Ah, Maria hampir saja lupa, jika Sasha harus mengalami keguguran. Ia sempat mendengar cerita ini dari Alonzo sebelumnya. Tapi tidak tahu dengan jelas mengenai ceritanya.Alonzo menggenggam tangan Maria, "Kau tidak usah harus sehebat Sasha, yang penting bisa digunakan untuk menjaga dirimu sendiri.
Setelah menyantap makan malam mereka, Arsen dan Lily kembali ke kamar. Kemudian bersiap untuk tidur, setelah sebelumnya membersihkan diri dan berganti pakaian terlebih dahulu.Lily lebih dulu berbaring di tempat tidur. Tidak perlu untuk meminum susu lagi, karena ia sudah meminumnya tadi saat makan malam. Dan sediakan oleh Maria.Semakin hari perutnya kian bertambah besar, membuat pergerakannya sedikit terhalang. Setelah menemukan posisi yang nyaman ia mulai mencoba untuk memejamkan matanya. Kini Arsen sudah berada di samping dan bergabung ke dalam selimut.Mengetahui Arsen yang sudah di dekatnya Lily mendekatkan tubuhnya pada Arsen dan memeluknya. Pelukan Arsen memang membuat tidurnya semakin nyenyak. Jika tak memeluk Arsen Lily susah untuk terpejam.Kini posisi mereka saling berhadapan. Arsen sedikit menyibakkan rambut Lily yang menutupi wajahnya ke belakang, agar ia bisa menatap wajah istri cantiknya itu dengan jelas."Bagaimana latihanmu tadi?" tanya Arsen. Arsen akan bersikap pura
5 buah senjata api jenis pistol dan revolver berjejer rapi di atas meja, serta satu set pisau survival di tambah pisau kesayangan Sasha yang sudah menjadi sahabatnya sejak lama.Lily, Maria dan Charlotte berkumpul mengelilingi meja dan memperhatikan Sasha dengan seksama. Hingga akhirnya Sasha mulai menjelaskan satu persatu mengenai senjata tersebut pada mereka bertiga.Sebelumnya Sasha sudah mengeceknya terlebih dahulu satu persatu dan mengeluarkan peluru dari dalamnya. Agar tak berbahaya, mengingat kedua orang tersebut awam terhadap senjata, dan takut jika mereka salah memegang, dan menekan pelatuk senjata berpeluru, maka akan berbahaya.Penggunaan pistol tentunya harus digunakan dengan hati-hati karena berkaitan dengan nyawa seseorang.Pertama Sasha mengambil sebuah senjata api berwarna hitam, dengan moncong yang cukup pendek. Keningnya sedikit berkerut, mengingat asal dan dan jenisnya, karena ia jarang sekali menggunakan tipe senjata api ini."Pistol G2 Combat Kal. 9 mm, menggunaka
Arsen sudah memerintahkan Mike untuk meminta Riobarf menyiapkan beberapa senjata yang dibutuhkan oleh Sasha untuk melatih Lily dan yang lainnya.Riobard mengambil senjata dari gudang senjata yang berada di mansion. Selain di markas, di mansion pun terdapat gudang senjata, namun tak sebesar yang berada di markas.Letaknya ada di ruang bawah tanah mansion. Setelah mendapatkan perintah langsung dari Mike. Riobard segera menyiapkan senjata tersebut dan kemudiam menyerahkannya pada Mike.Ada sekitar 5 senjata api berjenis pistol, laras pendek dan laras panjang, serta beberapa jenis pisau survival yang kecil dan ringan, cocok di gunakan oleh wanita.Mike membawanya pagi ini, kemudian memberikannya pada Sasha setelah sarapan pagi."Mari kubantu bawa ke lantai 5," tawar Mike"Tidak usah, handsome. Ini tidak berat kok," seru Sasha."Ck! Kau tidak mau kuperhatikan? Nanti protes lagi!" Mike berdecak, seraya memutar bola matanya jengah, karena Sasha selalu mengatakan bahwa dirinya tak perhatian.
Setelah Sasha berlatih mereka berbincang sejenak. Maria mengingat obrolannya bersama Alonzo tempo hari, agar Maria setidaknya bisa menguasai salah satu bela diri atau senjata.Namun hingga kini Alonzo belum sempat mengajarinya sama sekali."Sasha, apa kau bisa mengajariku?" tanya Maria."Mengajari? " tanya Sasha sedikit tidak paham seraya mengernyitkan dahinya. Namun kemudian ia sadar pada arah pembicaraan Maria, "Bela diri? Atau senjata? Itu maksudmu?" tanya Sasha.Maria mengangguk pelan, dan menatap Sasha dengan penuh harapan.Sasha memberikan cengiran lebarannya, "Tentu saja aku bisa mengajarimu, serahkan padaku," ujar Sasha dengan penuh semangat.Lily yang mendengarnya ikut tertarik, karena ia pun harus bisa menguasai senjata, namun keadaannya yang kini tengah hamil menghalanginya."Aku juga mau, karena Arsen meminta ku untuk bisa menjaga diriku," timpal Lily.Sasha, Maria dan Charlotte menolehkan pandangannya pada Lily. Dan menatapnya tak percaya."Hmm..., maksudku tidak sekarang
Tak terasa kini pagi sudah menjelang. Lily masih terlelap dalam pelukan Arsen yang hangat dan nyaman. Seolah ia mengetahui jika suhu di luar sana masih terasa dingin menusuk kulit.Arsen yang sudah terbangun menatap wajah polos istrinya yang masih terlelap itu.Ia ingin bangkit, namun ia enggan untuk membuat Lily terbangun. Wajah damai istrinya membuat Arsen menghangat.Arsen mengurungkan niatnya untuk segera bangkit, dan membasuh diri dan bersiap untuk pergi ke kantor. Dalam beberapa hari ke depan, acara amal yang di adakan oleh perusahaannya akan segera digelar. Ia harus mengecek semua kesiapannya.Laporan final dari Ivanov dan Anna sudah masuk ke dalam emailnya tadi malam.Arsen membelai lembut pipi Lily. Kemudian tersenyum kecil. Hatinya selalu menghangat tatkala menatap wajah istrinya yang begitu cantik dan lembut.Namun, rupanya sentuhan lembut di pipi sang istri malah membuatnya mengeliat dan perlahan membuka matanya."Arsen..." seru Lily pelan seraya menatap Arsen yang sedang
Salju kembali turun di luar sana, namun tak begitu lebat. Para pelayan yang bertugas untuk membereskan peralatan pesta Mike masih mengerjakan tugasnya meski suhu dingin mulai menusuk kulit mereka.Arsen dan Lily sudah bergelut di balik selimut yang hangat di kamar mereka. Saling berpelukan dan menyelami mimpi indahnya, menanti pagi menjelang.Dante sedang memadu kasih dengan kekasih barunya Laura di apartemen milik Laura. Hingga tak peduli pada salju yang turun dan suhu yang semakin dingin, karena kamar mereka begitu panas membara."Kau mau gaya apa lagi sayang? Aku masih kuat sampai pagi," seru Dante pada Laura yang kini ada di bawahnya.'Haha, bukan Mike saja yang bisa first night,' pekik Dante dalam hati.Kemudian mulai memasuki Laura kembali."Uhgg, babyyyy..." lengguh Laura begitu Dante memasuki dirinya."Feel it, sayang..." bisik Dante dengan lembut di telinga Laura."Oh..., Damn!!" racau Laura begitu Dante memasukinya lebih dalam.Dante sangat bangga pada dirinya sendiri saat m
"Hmm.., .tapi..." ujar Sasha terhenti."Apa lagi? Hemm..""Itu..., itu..." ucapan Sasha masih tertahan di mulutnya, padahal hatinya lancar mengucapkannya."Katakan," ujar Mike tak sabar lagi.Sasha kembali menelan salivanya susah payah. "Dua hari yang lalu, aku menemani Nyonya untuk mengecek kandungannya, dan..." Sasha menelan salivanya lagi. Sedangkan Mike mengangkat kedua alis matanya untuk meminta Sasha melanjutkan ucapannya."Hmm..., Hehe..., hanya itu saja," Sasha menyengir lebar."Hanya itu?""Ya, hanya itu yang ingin ku katakan," jelas Sasha."Hmmm..., bagaimana kalau kita mandi bersama saja, menghemat waktu juga. Jadi setelah ini kita bisa langsung tidur," Sasha memberikan tawaran, kemudian ia menarik lengan Mike.Mike hanya mendengus, "Baiklah..., baiklah..." ucapnya seraya melepaskan pegangan tangan Sasha, kemudian Mike melepaskan pakaiannya satu persatu. Sedangkan Sasha hanya memperhatikan Mike yang mulai melepaskan pakaiannya.Lagi-lagi ia menelan salivanya, Mike begitu t