Jika Lily tidak dapat tidur dengan nyenyak tanpa adanya Arsen di sisinya. Begitu juga dengan Arsen. Ia tidak dapat memejamkan matanya, hingga ia memilih untuk duduk dan memandang kota Las Vegas yang masih terlihat ramai meskipun hari semakin gelap.Ini perasaan yang terasa aneh untuknya. Entahlah ia tidak bisa menggambarkannya dengan baik. Namun yang jelas yang ada di pikirannya saat ini adalah sosok istrinya.Pertemuan anggota Five Familia tadi berjalan dengan baik, meskipun ia harus langsung mengancam Giuseppe di awal obrolan mereka di depan semua anggota yang lain.Meskipun begitu, Arsen tidak mempercayai Giuseppe sepenuhnya. Ia harus mengamati Giuseppe lebih lanjut lagi.Secepatnya Arsen harus mencari tahu apa yang akan direncanakan pria itu. Arsen yakin pria itu tidak akan mudah menyerah begitu saja. Dan menerima dirinya sebagai pemimpin Five Familia, sedangkan ia lebih senior darinya.Ini yang Arsen khawatirkan jika keberadaan Lily diketahui. Posisinya sangat bisa terancam. Arse
Sasha terus berlari semakin jauh kedalam hutan, ia akan mencoba untuk menjauh terlebih dahulu dari Leonid untuk mempersiapkan semuanya.Ia berusaha melepaskan ikatan di tangannya. Hutan ini sungguh gelap, hanya disinari oleh cahaya rembulan yang menembus rimbunan dedaunan. Hingga pandangannya tidak begitu jelas, Sasha harus berhati-hati.Pohon-pohon yang tinggi membuat semuanya tampak menakutkan. Namun tidak bagi Sasha. Ia sudah terbiasa dengan hal ini. Pelatihan demi pelatihan Sasha lewati sejak usianya masih 13 tahun. Ya sejak 9 tahun yang lalu Sasha sudah di latih oleh Yuri.Menggunakan berbagai senjata, berkelahi tanpa senjata, membunuh tanpa senjata, dan ketahanan fisiknya. Hutan ketika malam bukanlah hal yang menakutkan, karena dalam pelatihannya Sasha pernah berada di dalam hutan selama sebulan penuh hanya untuk melatih ketahanan fisik dan kemampuan bertahan hidup di alam liar. Yuri memang melatihnya sangat keras.Sasha merupakan kesayangan Yuri, Yuri sudah menganggap Sasha seb
Napas Sasha mulai terengah-engah. Sudut bibirnya sudah robek dan mengeluarkan darah segar, sedangkan bajunya sudah dikotori oleh tanah. Karena pergulatannya dengan Leonid.Begitupun dengan Leonid. Terdapat beberapa luka di wajahnya, sama dengan Sasha. Ia meludahkan salivanya yang bercampur darah. Setiap pukulan dan tendangan gadis itu rupanya cukup kuat, dan gerakannya cukup gesit, membuat Leonid sedikit kewalahan melawannya."Kau tangguh juga jalang." Desisnya, ia mengakui kemampuan Sasha. "Tidak salah Arsen mengirimmu." Lanjutnya."Arsen? Siapa dia?" Tanya Sasha bingung namun tetap waspada."Ck! Ketua Black Nostra, kau bodoh rupanya tidak mengetahui seseorang yang menyewamu, Arsenio Orlando Lazcano."'Bukannya Mike ketua Black Nostra?' Tanyanya dalam hati, meskipun merasa heran namun ia tidak melepaskan pandangannya dari Leonid yang bisa menyerangnya sewaktu-waktu. Ia tidak boleh lengah sedikitpun.Leonid membuka jas yang membalut tubuhnya agar lebih leluasa, kemudian membuangnya se
Mike bersiap untuk pergi menuju tempat persembunyian Marco, ia terus mendapat info dari anak buah Yuri yang berjaga mengawasi gerak-gerik Marco. Ia harus bergegas dengan cepat, karena info kematian Leonid lambat laun pasti sampai di telinga Marco. Dan kemungkinan ia akan kabur.Maka tidak lama Sasha terlelap ia segera bersiap. Kali ini ia tidak akan membawa Sasha bersamanya, mengingat luka-luka yang di dapat Sasha. Lagipula beberapa anak buah Yuri sudah berjaga disana.Mike mengambil pistol beserta pelurunya di laci kamarnya. Ia bisa melihat Sasha yang sedang terbaring dengan wajah yang sudah di pasangi plester di beberapa tempat.Dengan perlahan Mike menarik laci tersebut, agar Sasha tidak terbangun.Kreek…Kemudian Mike mengambil beberapa pistol dan peluru, ia pasang pada holster senjata yang sudah terpasang di dadanya."Kau mau menangkap Marco sekarang?." Tanya Sasha yang tiba-tiba terbangun seraya duduk di tempat tidur.Sasha sedikit meringis karena lukanya. "Kau tidak usah ikut."
Mike sudah datang di tempat di mana Marco bersembunyi dan ia sudah menemui anak buah Yuri yang sedang berjaga di sana.Mike memberi perintah pada mereka, menempatkan mereka pada posisi untuk penyergapan Marco. Sebagian Mike perintahkan untuk berjaga di bagian belakang rumah Leonid, agar Marco tidak dapat kabur.Bagaimanapun perencanaan harus benar-benar matang, karena Marco yang sangat licin. Ditambah beberapa anak buah Leonid berjaga di rumah tersebut.Anak buah Yuri segera masuk perlahan ke dalam pekarang rumah Leonid di pimpin oleh Mike. Mereka melumpuhkan penjaga yang berjaga di gerbang kemudian masuk perlahan semakin dalam ke pekarangan. Hingga akhirnya mereka berada di depan pintu.Dengan sekali tendangan pintu tersebut terbuka, mereka langsung masuk berhamburan dan menembaki siapa saja yang berusaha melawan.Suara tembakan menggema di dalam rumah besar tersebut. Sudah di pastikan Marco mendengarnya dan kini bersembunyi di salah satu ruangan di dalam rumah tersebut. Mike sedikit
Mereka berlima menyusuri tangga yang terus menurun yang entah akan membawa mereka kemana. Mereka tetap dalam posisi waspada. Karena mereka yakin jalur rahasia ini yang di gunakan Marco untuk melarikan diri dari penyergapan mereka.Ini hanya sebuah lorong dengan tangga yang menurun. Kedua sisinya hanya ada tembok semen dengan beberapa sarang laba-laba yang menghiasi lorong tersebut.Lebarnya hanya sekitar 1 meter saja, hingga muat dua orang jika berjalan bersampingan.Tidak terlalu terang, karena pencahayaan yang sedikit minim dengan lampu yang temaram. Mereka terus berjalan menyusuri lorong ini. Mereka menuruni tangga ini seperti menuruni 6 atau 7 lantai.Karena kini mereka menyusuri lorong yang sudah datar, tidak ada tangga lagi.Mereka terus menyusuri lorong datar itu entah sudah berapa lama, sepertinya sudah sangat jauh mereka berjalan dan belum menemukan ujung dari lorong ini.Sudah di pastikan Leonid mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk membuat jalur pelarian seperti ini.U
Setelah sekitar 10 menit merangkak Mike, Sergei beserta anak buahnya akhirnya sampai di ujung lorong.Begitu keluar mereka melihat terowongan batu, dengan air mengalir. Mike masih tidak mengerti ini sungai bawah tanah atau sebuah pembuangan air bawah tanah."Ini sungai." Ujar Sergei yang melihat raut wajah Mike.Karena ia melihat air yang tidak kotor. Dan tidak berbau tentunya."Kemana kita sekarang?" Tanya Mike."Mengikuti arus sungai, sepertinya akan membawa kita ke Sungai Moskow." Seru Sergei. Mike mengangguk, kemudian mereka mulai berjalan mengikuti arus sungai tersebut.Tempat seperti ini memang banyak terdapat di Moskow, hingga Sergei sudah tidak kaget lagi. Sekitar lima menit mereka berjalan akhirnya mereka sampai di ujung terowongan sungai, dan benar saja begitu mereka keluar mereka melihat sebuah sungai besar. Sungai Moskow.Mereka mencari keberadaan Marco, namun tidak ada tanda-tanda. Sergei segera menghubungi anak buahnya yang masih berada di rumah Leonid untuk menjemput me
Lily sedikit meringis dan mengelus perutnya perlahan, ia terbangun di tengah malam. Bukan karena keinginannya namun ia di bangunkan oleh rasa sakit di perutnya yang kembali datang dengan tiba-tiba.Selain terkadang merasa sakit diperutnya, kini Lily juga sering merasa cepat lelah, dan nyeri punggung. Kadang hanya membaca novel yang berada di perpustakaan saja bisa membuatnya menangis dan tertawa bersamaan.Namun menurut Bella itu adalah hal yang wajar, biasa dialami oleh ibu hamil. Hingga Lily tidak terlalu merasa khawatir. Lagipula Bella selalu mengecek kandungan Lily setiap harinya di pagi hari, setelah Lily melakukan senam kehamilan."Kau kenapa?" Tanya Arsen yang tiba-tiba terbangun mendengar ringisan Lily. Sedikit sakit." Ucap Lily sambil menyentuh perutnya.Arsen langsung bangkit dari tidurnya. "Mau aku panggilkan Bella?" tawar Arsen.Lily menggeleng, "Tidak usah, ini sebentar kok sakitnya."Arsen penasaran dengan sakit yang di rasakan Lily di perutnya, secara reflek ia menyent
Charlotte kembali ke dalam kamar yang ditempati oleh Camilio dan anaknya Mario dengan membawa obat di tangan.Sedikit ragu namun Charlotte mengetuk pintu terlebih dahulu, rasanya tidak sopan jika harus masuk begitu saja. Meskipun ia tahu jika pintu dalam keadaan tak terkunci.Terdengar suara sahutan dari dalam yang mengizinkan ia boleh masuk. Dengan perlahan namun pasti Charlotte segera memutar kenop pintu tersebut dan mendorong pintu perlahan."Maafkan saya Tuan, sedikit lama," ujar Charlotte sedikit tak enak, karena ia memutuskan untuk menganti pakaiannya terlebih dahulu sebelum kembali memberi obat pada Mario, Charlotte sudah tak nyaman dengan pakaian yang sudah ia gunakan sejak pagi.Camilio sedikit menoleh pada Charlotte dan memperhatikan Charlotte yang sudah berganti pakaian. "Tidak apa-apa, itu bukan masalah," ucapnya pelan seraya kembali menolehkan perhatiannya pada anaknya yang terbaring di atas tempat tidur.Wajahnya yang terkesan dingin dan datar namun sebenarnya menyembuny
Di saat yang bersamaan Maria dan Alonzo sedang berbincang di tempat biasa. Tempat biasa mereka menghabiskan waktu bersama untuk bercengkrama. "Aku baru tahu Sasha sangat hebat," ujar Sasha pada Alonzo yang sedang menatapnya."Ya, dia memang hebat. Harus aku akui itu," jelas Alonzo.Maria mengangguk paham. "Saat baru saja tiba di New York, ia harus menyelamatkan Mike yang diculik oleh musuh. Ia bertarung sendirian dan menghabisi semua musuh di sana," Alonzo bercerita.Maria mendengarkan dengan baik dan terpukau saat Alonzo menceritakan tentang Sasha."Dia keren sekali," gumam Maria."Ya. Tapi karena hal itu, ia terkena tendangan di perut dan harus kehilangan calon bayi mereka," lanjut Alonzo.Ah, Maria hampir saja lupa, jika Sasha harus mengalami keguguran. Ia sempat mendengar cerita ini dari Alonzo sebelumnya. Tapi tidak tahu dengan jelas mengenai ceritanya.Alonzo menggenggam tangan Maria, "Kau tidak usah harus sehebat Sasha, yang penting bisa digunakan untuk menjaga dirimu sendiri.
Setelah menyantap makan malam mereka, Arsen dan Lily kembali ke kamar. Kemudian bersiap untuk tidur, setelah sebelumnya membersihkan diri dan berganti pakaian terlebih dahulu.Lily lebih dulu berbaring di tempat tidur. Tidak perlu untuk meminum susu lagi, karena ia sudah meminumnya tadi saat makan malam. Dan sediakan oleh Maria.Semakin hari perutnya kian bertambah besar, membuat pergerakannya sedikit terhalang. Setelah menemukan posisi yang nyaman ia mulai mencoba untuk memejamkan matanya. Kini Arsen sudah berada di samping dan bergabung ke dalam selimut.Mengetahui Arsen yang sudah di dekatnya Lily mendekatkan tubuhnya pada Arsen dan memeluknya. Pelukan Arsen memang membuat tidurnya semakin nyenyak. Jika tak memeluk Arsen Lily susah untuk terpejam.Kini posisi mereka saling berhadapan. Arsen sedikit menyibakkan rambut Lily yang menutupi wajahnya ke belakang, agar ia bisa menatap wajah istri cantiknya itu dengan jelas."Bagaimana latihanmu tadi?" tanya Arsen. Arsen akan bersikap pura
5 buah senjata api jenis pistol dan revolver berjejer rapi di atas meja, serta satu set pisau survival di tambah pisau kesayangan Sasha yang sudah menjadi sahabatnya sejak lama.Lily, Maria dan Charlotte berkumpul mengelilingi meja dan memperhatikan Sasha dengan seksama. Hingga akhirnya Sasha mulai menjelaskan satu persatu mengenai senjata tersebut pada mereka bertiga.Sebelumnya Sasha sudah mengeceknya terlebih dahulu satu persatu dan mengeluarkan peluru dari dalamnya. Agar tak berbahaya, mengingat kedua orang tersebut awam terhadap senjata, dan takut jika mereka salah memegang, dan menekan pelatuk senjata berpeluru, maka akan berbahaya.Penggunaan pistol tentunya harus digunakan dengan hati-hati karena berkaitan dengan nyawa seseorang.Pertama Sasha mengambil sebuah senjata api berwarna hitam, dengan moncong yang cukup pendek. Keningnya sedikit berkerut, mengingat asal dan dan jenisnya, karena ia jarang sekali menggunakan tipe senjata api ini."Pistol G2 Combat Kal. 9 mm, menggunaka
Arsen sudah memerintahkan Mike untuk meminta Riobarf menyiapkan beberapa senjata yang dibutuhkan oleh Sasha untuk melatih Lily dan yang lainnya.Riobard mengambil senjata dari gudang senjata yang berada di mansion. Selain di markas, di mansion pun terdapat gudang senjata, namun tak sebesar yang berada di markas.Letaknya ada di ruang bawah tanah mansion. Setelah mendapatkan perintah langsung dari Mike. Riobard segera menyiapkan senjata tersebut dan kemudiam menyerahkannya pada Mike.Ada sekitar 5 senjata api berjenis pistol, laras pendek dan laras panjang, serta beberapa jenis pisau survival yang kecil dan ringan, cocok di gunakan oleh wanita.Mike membawanya pagi ini, kemudian memberikannya pada Sasha setelah sarapan pagi."Mari kubantu bawa ke lantai 5," tawar Mike"Tidak usah, handsome. Ini tidak berat kok," seru Sasha."Ck! Kau tidak mau kuperhatikan? Nanti protes lagi!" Mike berdecak, seraya memutar bola matanya jengah, karena Sasha selalu mengatakan bahwa dirinya tak perhatian.
Setelah Sasha berlatih mereka berbincang sejenak. Maria mengingat obrolannya bersama Alonzo tempo hari, agar Maria setidaknya bisa menguasai salah satu bela diri atau senjata.Namun hingga kini Alonzo belum sempat mengajarinya sama sekali."Sasha, apa kau bisa mengajariku?" tanya Maria."Mengajari? " tanya Sasha sedikit tidak paham seraya mengernyitkan dahinya. Namun kemudian ia sadar pada arah pembicaraan Maria, "Bela diri? Atau senjata? Itu maksudmu?" tanya Sasha.Maria mengangguk pelan, dan menatap Sasha dengan penuh harapan.Sasha memberikan cengiran lebarannya, "Tentu saja aku bisa mengajarimu, serahkan padaku," ujar Sasha dengan penuh semangat.Lily yang mendengarnya ikut tertarik, karena ia pun harus bisa menguasai senjata, namun keadaannya yang kini tengah hamil menghalanginya."Aku juga mau, karena Arsen meminta ku untuk bisa menjaga diriku," timpal Lily.Sasha, Maria dan Charlotte menolehkan pandangannya pada Lily. Dan menatapnya tak percaya."Hmm..., maksudku tidak sekarang
Tak terasa kini pagi sudah menjelang. Lily masih terlelap dalam pelukan Arsen yang hangat dan nyaman. Seolah ia mengetahui jika suhu di luar sana masih terasa dingin menusuk kulit.Arsen yang sudah terbangun menatap wajah polos istrinya yang masih terlelap itu.Ia ingin bangkit, namun ia enggan untuk membuat Lily terbangun. Wajah damai istrinya membuat Arsen menghangat.Arsen mengurungkan niatnya untuk segera bangkit, dan membasuh diri dan bersiap untuk pergi ke kantor. Dalam beberapa hari ke depan, acara amal yang di adakan oleh perusahaannya akan segera digelar. Ia harus mengecek semua kesiapannya.Laporan final dari Ivanov dan Anna sudah masuk ke dalam emailnya tadi malam.Arsen membelai lembut pipi Lily. Kemudian tersenyum kecil. Hatinya selalu menghangat tatkala menatap wajah istrinya yang begitu cantik dan lembut.Namun, rupanya sentuhan lembut di pipi sang istri malah membuatnya mengeliat dan perlahan membuka matanya."Arsen..." seru Lily pelan seraya menatap Arsen yang sedang
Salju kembali turun di luar sana, namun tak begitu lebat. Para pelayan yang bertugas untuk membereskan peralatan pesta Mike masih mengerjakan tugasnya meski suhu dingin mulai menusuk kulit mereka.Arsen dan Lily sudah bergelut di balik selimut yang hangat di kamar mereka. Saling berpelukan dan menyelami mimpi indahnya, menanti pagi menjelang.Dante sedang memadu kasih dengan kekasih barunya Laura di apartemen milik Laura. Hingga tak peduli pada salju yang turun dan suhu yang semakin dingin, karena kamar mereka begitu panas membara."Kau mau gaya apa lagi sayang? Aku masih kuat sampai pagi," seru Dante pada Laura yang kini ada di bawahnya.'Haha, bukan Mike saja yang bisa first night,' pekik Dante dalam hati.Kemudian mulai memasuki Laura kembali."Uhgg, babyyyy..." lengguh Laura begitu Dante memasuki dirinya."Feel it, sayang..." bisik Dante dengan lembut di telinga Laura."Oh..., Damn!!" racau Laura begitu Dante memasukinya lebih dalam.Dante sangat bangga pada dirinya sendiri saat m
"Hmm.., .tapi..." ujar Sasha terhenti."Apa lagi? Hemm..""Itu..., itu..." ucapan Sasha masih tertahan di mulutnya, padahal hatinya lancar mengucapkannya."Katakan," ujar Mike tak sabar lagi.Sasha kembali menelan salivanya susah payah. "Dua hari yang lalu, aku menemani Nyonya untuk mengecek kandungannya, dan..." Sasha menelan salivanya lagi. Sedangkan Mike mengangkat kedua alis matanya untuk meminta Sasha melanjutkan ucapannya."Hmm..., Hehe..., hanya itu saja," Sasha menyengir lebar."Hanya itu?""Ya, hanya itu yang ingin ku katakan," jelas Sasha."Hmmm..., bagaimana kalau kita mandi bersama saja, menghemat waktu juga. Jadi setelah ini kita bisa langsung tidur," Sasha memberikan tawaran, kemudian ia menarik lengan Mike.Mike hanya mendengus, "Baiklah..., baiklah..." ucapnya seraya melepaskan pegangan tangan Sasha, kemudian Mike melepaskan pakaiannya satu persatu. Sedangkan Sasha hanya memperhatikan Mike yang mulai melepaskan pakaiannya.Lagi-lagi ia menelan salivanya, Mike begitu t