Mike bersiap untuk pergi menuju tempat persembunyian Marco, ia terus mendapat info dari anak buah Yuri yang berjaga mengawasi gerak-gerik Marco. Ia harus bergegas dengan cepat, karena info kematian Leonid lambat laun pasti sampai di telinga Marco. Dan kemungkinan ia akan kabur.Maka tidak lama Sasha terlelap ia segera bersiap. Kali ini ia tidak akan membawa Sasha bersamanya, mengingat luka-luka yang di dapat Sasha. Lagipula beberapa anak buah Yuri sudah berjaga disana.Mike mengambil pistol beserta pelurunya di laci kamarnya. Ia bisa melihat Sasha yang sedang terbaring dengan wajah yang sudah di pasangi plester di beberapa tempat.Dengan perlahan Mike menarik laci tersebut, agar Sasha tidak terbangun.Kreek…Kemudian Mike mengambil beberapa pistol dan peluru, ia pasang pada holster senjata yang sudah terpasang di dadanya."Kau mau menangkap Marco sekarang?." Tanya Sasha yang tiba-tiba terbangun seraya duduk di tempat tidur.Sasha sedikit meringis karena lukanya. "Kau tidak usah ikut."
Mike sudah datang di tempat di mana Marco bersembunyi dan ia sudah menemui anak buah Yuri yang sedang berjaga di sana.Mike memberi perintah pada mereka, menempatkan mereka pada posisi untuk penyergapan Marco. Sebagian Mike perintahkan untuk berjaga di bagian belakang rumah Leonid, agar Marco tidak dapat kabur.Bagaimanapun perencanaan harus benar-benar matang, karena Marco yang sangat licin. Ditambah beberapa anak buah Leonid berjaga di rumah tersebut.Anak buah Yuri segera masuk perlahan ke dalam pekarang rumah Leonid di pimpin oleh Mike. Mereka melumpuhkan penjaga yang berjaga di gerbang kemudian masuk perlahan semakin dalam ke pekarangan. Hingga akhirnya mereka berada di depan pintu.Dengan sekali tendangan pintu tersebut terbuka, mereka langsung masuk berhamburan dan menembaki siapa saja yang berusaha melawan.Suara tembakan menggema di dalam rumah besar tersebut. Sudah di pastikan Marco mendengarnya dan kini bersembunyi di salah satu ruangan di dalam rumah tersebut. Mike sedikit
Mereka berlima menyusuri tangga yang terus menurun yang entah akan membawa mereka kemana. Mereka tetap dalam posisi waspada. Karena mereka yakin jalur rahasia ini yang di gunakan Marco untuk melarikan diri dari penyergapan mereka.Ini hanya sebuah lorong dengan tangga yang menurun. Kedua sisinya hanya ada tembok semen dengan beberapa sarang laba-laba yang menghiasi lorong tersebut.Lebarnya hanya sekitar 1 meter saja, hingga muat dua orang jika berjalan bersampingan.Tidak terlalu terang, karena pencahayaan yang sedikit minim dengan lampu yang temaram. Mereka terus berjalan menyusuri lorong ini. Mereka menuruni tangga ini seperti menuruni 6 atau 7 lantai.Karena kini mereka menyusuri lorong yang sudah datar, tidak ada tangga lagi.Mereka terus menyusuri lorong datar itu entah sudah berapa lama, sepertinya sudah sangat jauh mereka berjalan dan belum menemukan ujung dari lorong ini.Sudah di pastikan Leonid mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk membuat jalur pelarian seperti ini.U
Setelah sekitar 10 menit merangkak Mike, Sergei beserta anak buahnya akhirnya sampai di ujung lorong.Begitu keluar mereka melihat terowongan batu, dengan air mengalir. Mike masih tidak mengerti ini sungai bawah tanah atau sebuah pembuangan air bawah tanah."Ini sungai." Ujar Sergei yang melihat raut wajah Mike.Karena ia melihat air yang tidak kotor. Dan tidak berbau tentunya."Kemana kita sekarang?" Tanya Mike."Mengikuti arus sungai, sepertinya akan membawa kita ke Sungai Moskow." Seru Sergei. Mike mengangguk, kemudian mereka mulai berjalan mengikuti arus sungai tersebut.Tempat seperti ini memang banyak terdapat di Moskow, hingga Sergei sudah tidak kaget lagi. Sekitar lima menit mereka berjalan akhirnya mereka sampai di ujung terowongan sungai, dan benar saja begitu mereka keluar mereka melihat sebuah sungai besar. Sungai Moskow.Mereka mencari keberadaan Marco, namun tidak ada tanda-tanda. Sergei segera menghubungi anak buahnya yang masih berada di rumah Leonid untuk menjemput me
Lily sedikit meringis dan mengelus perutnya perlahan, ia terbangun di tengah malam. Bukan karena keinginannya namun ia di bangunkan oleh rasa sakit di perutnya yang kembali datang dengan tiba-tiba.Selain terkadang merasa sakit diperutnya, kini Lily juga sering merasa cepat lelah, dan nyeri punggung. Kadang hanya membaca novel yang berada di perpustakaan saja bisa membuatnya menangis dan tertawa bersamaan.Namun menurut Bella itu adalah hal yang wajar, biasa dialami oleh ibu hamil. Hingga Lily tidak terlalu merasa khawatir. Lagipula Bella selalu mengecek kandungan Lily setiap harinya di pagi hari, setelah Lily melakukan senam kehamilan."Kau kenapa?" Tanya Arsen yang tiba-tiba terbangun mendengar ringisan Lily. Sedikit sakit." Ucap Lily sambil menyentuh perutnya.Arsen langsung bangkit dari tidurnya. "Mau aku panggilkan Bella?" tawar Arsen.Lily menggeleng, "Tidak usah, ini sebentar kok sakitnya."Arsen penasaran dengan sakit yang di rasakan Lily di perutnya, secara reflek ia menyent
Baiklah, Sasha akui itu adalah kebodohannya karena berbuat hal seperti itu pada Mike dan membuatnya sangat marah hingga mengusirnya. Sungguh ia sangat menyesal.Tapi mengapa, hanya di depan Mike ia bisa berbuat hal yang bodoh seperti itu. Benar-benar seperti bukan Sasha saja.Apa Sasha benar-benar menyukai Mike? Jatuh cinta mungkin?"Jika benar, mengapa harus pada pria seperti itu?!!" Gumam Sasha kesal.Sasha hanya merutuki kebodohannya, udara sudah sangat dingin. Sasha menatap langit yang tidak cerah sama sekali."Sepertinya salju akan segera turun.." Sasha kembali bergumam.Lebih baik kini ia pergi dari Mike daripada semakin membuat pria itu marah. Sasha memutuskan akan kembali ke apartemennya sendiri untuk menghangatkan tubuhnya dan bersembunyi dari cuaca dingin.Jujur saja Sasha tidak suka dingin. Jika memasuki musim dingin seperti ini sangat menyiksa dirinya. Ah..bayangan masa lalu kembali.Menyebalkan, Sasha harus segera mengenyahkan dari pikirannya. Ya secepatnya.***"Apa masi
"Sasha Kovalevskaya, pembunuh bayaran wanita, anak kesayangan Yuri Lyonechka." Terdengar suara dari orang yang tidak di kenal oleh Sasha. Dan Sasha merasakan akan ada hal yang tidak beres.Sasha baru saja memarkirkan mobilnya di basement apartemennya, namun begitu keluar dari mobil tiba-tiba empat orang pria menghadangnya begitu saja."Siapa kalian?." Tanya Sasha tajam, ia langsung waspada. Sudah dapat di pastikan mereka adalah musuh yang mengincar dirinya."Kau sendirian rupanya saat ini. Dimana pria Black Nostra mu itu, heh?" Ujar pria itu dengan nada mengejek, membuat Sasha seketika mengeram.'Mike? Siapa mereka, hingga tahu ia bersama Mike beberapa hari ini.' Tanyanya dalam hati."Brengsek!! Apa mau kalian?!." Pekik Sasha.Tanpa peringatan keempat orang tersebut langsung menyerang Sasha dan berusaha melumpuhkannya.Namun bukan Sasha jika ia bertahan, menyerang dan menangkis semua serangan yang ditujukan padanya.Mereka sebenarnya mengincar Mike dari Black Nostra. Dan mereka sempat
Sasha membuka matanya perlahan, ia meringis saat merasakan sekujur tubuhnya merasa nyeri. Ingatan ketika ia disiksa terlintas dalam pikirannya begitu saja membuatnya terperanjat dan langsung duduk di atas tempat tidur memasang posisi waspada.Namun alangkah kagetnya yang ia lihat adalah kamar yang familiar baginya."Kamar Mike?" Gumamnya seraya mengucek matanya agar penglihatannya semakin jelas, dan berharap ini bukan mimpi.Karena seingatnya, terakhir kali sebelum pandangannya menggelap ia berada di suatu ruangan yang tidak ia ketahui dimana dan ia mendapatkan penyiksaan.Kesimpulan yang bisa ia simpulkan untuk sementara adalah Mike menolongnya dan membawanya kembali ke apartemen. Ya mungkin begitu.Sasha melihat semua luka di tubuhnya sudah mendapatkan pengobatan."Apa Mike?" Sasha kembali bergumam. Namun ia memutuskan untuk segera bangkit dari tempat tidur dan mencari keberadaan Mike dan menanyakan hal ini secara langsung padanya.Sasha perlahan melangkah keluar kamar dan mencari k
"Arsen...hmppphtt.." pekik Lily namun Arsen kembali membungkam mulut Lily dengan mulutnya.'Astaga…'Bahkan Arsen sama sekali tak mengizinkan Lily untuk mengambil napas banyak-banyak. Tangannya sudah bergerayangan menjelajahi seluruh lekuk tubuh Lily.Lily sedikit mendorong dada Arsen karena ia hampir kehabisan napas.'Belum siap, aku belum siap..' pekik Lily dalam hati.Jika melakukan bersama Arsen sudah jelas ia tidak akan beristirahat sampai nanti tengah malam.Namun sepertinya Arsen tak menggubris Lily. Ia terus melumat bibir mungil istrinya tersebut, tampak kabut gairah sudah terlihat dari mata tajam Arsen.Jika sudah seperti ini tentu saja Lily tidak bisa lagi menolak atau menghentikan Arsen. Hmm..Lily cukup berpengalaman dan mengingat masa lalu nya saat bersama Arsen dalam awal hidup mereka. Menolak sama saja membuka kandang singa jantan dan melepaskannya, hingga Lily tidak bisa kabur dari terkaman nya.Lily mulai melingkarkan tangannya di leher Arsen dan memejamkan mata seray
Bersamaan dengan itu para pengawal masuk ke dalam rumah kaca tersebut. Mereka mendengar suara ribut-ribut dari dalam, dan tentu saja mereka takut terjadi sesuatu pada Nyonya mereka. Apalagi Arsen sudah memerintahkan mereka untuk menjaga Lily dengan baik.Jika sampai Lily lecet sedikit saja, sudah pasti nyawa mereka yang akan menjadi taruhannya."Nyonya..., apa Anda baik-baik saja?" tanya salah satu pengawal wanita yang baru saja masuk.'Nyonya? Lihat belum juga aku menjadi Nyonya di mansion ini aku sudah di panggil Nyonya,' seru Alicia dalam hati, membuatnya semakin percaya diri dan memasang wajah angkuh di depan Lily dan Maria."Aku baik-baik saja. Cepat bawa mereka pergi dari sini," seru Alicia dengan nada memerintah.Tentu saja hal itu membuat semua orang yang berada di sana melongo heran dan kaget."Heii..., jaga bicaramu, pelayan!!" gertak pengawal tadi pada Alicia, yang membuat Alicia tersentak kaget karena nadanya sungguh menyeramkan, bahkan matanya melotot menatap dirinya."Su
"Ck!! Menyebalkann!!" Keluhnya ketika ia lupa membawa pupuk di gudang untuk tanaman yang di rawat dan menjadi tugasnya.Alicia menghentak-hentakan kakinya kesal. Jarak kebun dan gudang cukup jauh dan itu sangat melelahkan. Sedari pagi ia harus merawat semua tanaman disini. Bahkan hingga sore hari menjelang pekerjaannya belum selesai."Kenapa tidak ada yang membantuku sih?""Aku tidak suka bekerja di kebun!!Terik matahari menyengat kulit mulusku.""Jika kulitku gosong pujaan hatiku tidak akan menyukaiku!!.""Arghhh..., Ini menyebalkann!!"Itu lah keluhan-keluhan yang keluar dari mulutnya. Selama bekerja pun Alicia terus mendumel seorang diri.Lihat saja jika aku sudah jadi Nyonya di tempat ini Alicia akan menyuruh orang untuk meratakan taman ini. Agar ia tak ingat jika ia pernah tersiksa di tempat ini.Alicia begitu kesal ketika dipindahkan ke tempat ini. Padahal ia ingin tetap berada di dalam mansion dan bisa melihat pujaan hatinya itu.Ia sempat kecewa karena pujaan hatinya yang meng
Lily bersorak gembira, begitu Maria mengabarkan jika Arsen mengijinkannya untuk berkeliling mansion. Dengan catatan dikawal oleh para pengawal.Ah..Lily sudah mulai terbiasa dengan hal tersebut, jadi itu bukan masalah untuknya.Lily segera beranjak keluar dari kamarnya yang langsung diikuti oleh Maria dan Charlotte. Para pengawal sudah menanti mereka di depan lift di lantai dasar.Sudah mulai membosankan memang untuk berkeliling mansion, namun Lily tak punya pilihan, demi keselamatan dirinya dan bayi dalam kandungannya. Lily akan tetap menikmati sore harinya dengan berjalan kaki mengelilingi mansion.Dan oh iya benar Lily ingin melihat bunga di taman, meski bunga itu bunga musim panas, dan saat ini sudah memasuki musim dingin. Tapi para pelayan merawatnya dengan baik, dan menempatkannya di dalam rumah kaca yang berada di kebun. Lily sudah tidak sabar untuk melihatnya.Bunga yang memiliki nama latin Lilium, yang memiliki kelopak bunga yang lebar seperti terompet, putik yang berbentuk s
Hanya dua hari mereka berada di La Paz, Bolivia. Bahkan urusan Riobard pun sudah selesai. Arsen segera membawa rombongannya untuk kembali ke New York.Arsen mengecup bibir Lily. "Aku pergi, kamu baik-baik ya, jangan terlalu lelah." Seru Arsen.Lily mengangguk patuh. Arsen memang sudah mengizinkannya bisa pergi keluar mansion, asal atas izinnya terlebih dahulu. Jika Arsen tidak mengijinkan maka Lily tidak boleh keluar.Lily tidak masalah, ini saja sudah kemajuan baginya. Arsen benar-benar melakukan yang terbaik bagi Lily. Dan Lily cukup tahu diri. Ia tidak akan serta merta meminta Arsen untuk mengijinkan nya keluar mansion sering-sering.Mengingat musuh Arsen yang banyak Lily harus bisa menjaga dirinya sendiri dan bayi yang berada di kandungannya.Arsen segera menuju kantor dimana banyak pekerjaan sudah menunggu nya.***Waktu menunjukkan sudah hampir dini hari, namun keduanya tidak ada yang memutuskan untuk kembali beristirahat. Mereka lebih suka untuk bertahan di depan perapian meski
Riobard sudah berangkat untuk menemui afiliasi Black Nostra ditemani beberapa anak buahnya.Sedangkan Arsen dan Lily berada di dalam mansion. Kini Arsen menemani Lily untuk berkeliling. Mansion ini tidak kalah bagus dengan milik Arsen yang berada di New York.Pemandangannya juga sangat indah, jika di mansion Arsen yang berada di New York hanya pepohonan yang terlihat karena berada di tengah hutan. Mansion ini berada di atas pegunungan hingga Lily dapat melihat Kota La Paz dari sini."Kau mau kemana lagi?" tanya Arsen."Aku tidak tahu," jawab Lily, karena memang ia tidak mengetahui tempat ini. Jadi ia bingung jika ditanya seperti itu.Kali ini mereka hanya berdua tanpa didampingi pengawal dan anak buahnya. Arsen hanya ingin menghabiskan waktunya hanya berdua dengan Arsen.Arsen menggenggam tangan Lily selama mereka mengitari seluruh mansion. Kini mereka berhenti di pinggir kolam renang untuk beristirahat. Arsen yang memaksanya, karena ia tidak ingin istrinya kelelahan. Apalagi semalam
Lily menggeliat dalam tidurnya, kesadarannya sudah hampir pulih sepenuhnya. Namun matanya masih terpejam.Perlahan ia membuka matanya. Dapat ia rasakan kini tubuhnya terasa pegal dimana-mana.Lily menyembunyikan wajahnya di balik selimut. Malu. Malu ketika mengingat akan keliaran dirinya semalam.Tapi kenapa harus malu? Arsenkan suaminya, dan hanya bersama Arsen Lily berbuat seperti itu. Ah..., seharusnya Lily tidak malu lagi seperti ini.Pandangannya ia alihkan tepat ke samping kirinya, ia melirik ke arah Arsen yang masih terbaring di sebelahnya. "Masih tidur rupanya," gumam Lily pelan.Lily akan membersihkan diri terlebih dahulu sebelum Arsen bangun. Namun tangannya di cekal dan ditarik kembali untuk berbaring di tempat tidur oleh Arsen."Masih terlalu pagi, temani aku," ujar Arsen dengan mata yang masih terpejam.Tanpa menunggu izin Lily Arsen menarik Lily ke dalam dekapannya. Tubuh mereka yang tidak tertutup sehelai benangpun karena aktivitas mereka semalam kini saling bersentuha
Perkataan Arsen mengenai keindahan tempat ini benar adanya. Cahaya redup dari matahari senja, tak begitu menyilaukan mata bahkan terlihat begitu anggun dan menawan. Cahaya jingga yang menghiasi langit-langit ufuk barat, seakan melukiskan sebuah ketenangan. Serta menandakan waktu malam telah tiba.Saat matahari mulai terbenam di tempat ini, pemandangan luar biasa tanpa terhalang bangunan atau objek apapun ditempat ini membuat Lily tak mampu mengedipkan matanya sedikitpun."Dingin," ujar Arsen seraya memasangkan jas pada Lily."Ah.." Lily menolehkan wajahnya pada Arsen, karena Lily sedikit kaget perlakuan Arsen tersebut, dimana ia sedang menikmati pemandangan ini dan kemudian Lily tersenyum. "Terima kasih," ucapnya.Lily tidak tahu jika akan di bawa ke tempat seperti ini hingga ia tidak membawa jaket maupun mantel."Kita jangan tidak terlalu lama di sini," ujar Arsen."Kenapa?" sedikit sesal Lily, karena ia benar-benar merasa sudah jatuh cinta dengan tempat ini dan enggan untuk segera m
Setelah makan siang Arsen dan rombongannya berangkat menuju bandara. Tempat yang akan dikunjunginya berjarak sekitar 540,4 km dari kota La Paz. Jika menggunakan mobil maka akan memakan waktu sekitar 8 jam, sedangkan dengan pesawat hanya 50 menit saja.Salar De Uyuni, Arsen akan membawa Lily ke tempat ini. Tempat yang sangat indah, di siang atau malam hari. Jika Lily ingin melihat bintang maka inilah tempatnya.Begitu turun dari pesawat tiga buah mobil Jeep Grand Cherokee Limited hitam sudah menanti mereka, dan ketiga mobil tersebutlah yang akan membawa mereka menuju Salar De Uyuni.Salar De Uyuni merupakan salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi saat berwisata ke Bolivia. Sekilas dataran warna putih ini terlihat seperti hamparan salju. Kenyataannya warna putih ini berasal dari garam. Salar de Uyuni merupakan danau garam terbesar di dunia.Begitu sampai, Lily terkejut dan takjub dengan pemandangan di depannya. Begitu luas dan putih, ia mengerjapkan matanya beberapa kali, kare