Sasha, Mike dan dua orang anak buah Sergei berjalan menyusuri hutan dengan salju yang tebal. Tubuh mereka kedinginan meskipun mereka sudah biasa dengan suhu dingin seperti ini.Baju yang berlapis-lapis serta jaket tebal mereka seakan tidak cukup untuk mengahalangi suhu dingin tersebut menusuk ke dalam kulit mereka.Mereka tidak peduli, mereka terus berjalan ke arah dimana kabin berada, sesuai dengan yang diucapkan oleh Redomir.Jaraknya sekitar 7 jam perjalanan dengan berjalan kaki. Medan mereka mulai menanjak, setiap satu jam sekali mereka beristirahat dan menyalakan api untuk membantu menghangatkan tubuh mereka.Salju kembali turun. Besar kemungkinan mereka akan menempuh lebih dari 7 jam perjalanan jika kondisi terus seperti ini. Cuaca benar-benar tidak mendukung mereka.Mike maupun Sasha, sesekali menghubungi Sergei yang berada di bawah. Meskipun dalam misi penyergapan, namun mereka membawa perbekalan, karena mereka harus bersiap dengan kemungkinan yang akan mereka hadapi. Bagaiman
Mike dan kelompoknya sudah berjalan lebih dari 5 jam lamanya. Dan mereka masih harus berjalan sekitar dua jam lagi ke depan. Mike terus mengawasi kompasnya, agar mereka tidak sampai tersesat.Jika sampai mereka tersesat maka akan membahayakan bagi keselamatan nyawa mereka. Cuaca dingin dan serangan hewan buas, itulah yang harus mereka hindari.Mereka harus tetap bergerak agar tubuh mereka tetap hangat. Bahkan pada malam hari juga kita harus banyak bergerak agar tetap hangat. Lagi pula, tidur dalam cuaca dingin bukanlah ide terbaik. Ada kemungkinan jika tertidur dan tidak bangun kembali. Kecuali jika kita membuat semacam sarang di salju yang akan membuat tubuh kita tetap hangat.Mereka tidak berencana untuk tinggal berlama-lama di tempat ini. Namun tetap saja pengetahuan dasar untuk bertahan di alam liar terutama di tempat bersalju seperti ini harus mereka kuasai, karena bisa saja tiba-tiba terjadi hal yang tidak diinginkan."Apa masih jauh??" tanya Sasha yang kini sudah sedikit kelel
"Apa ini??!" Nada suara Arsen sudah terdengar kesal dan tidak suka saat ia melihat secangkir kopi dan camilan di atas meja yang di suguhkan untuk dirinya.Bukan kopi atau camilan biasanya yang selalu di suguhkan padanya seperti sebelum-sebelumnya."Hmm.., Itu Cappucino Latte dan cookies Tuan, sangat cocok untuk di nikmati di cuaca dingin seperti ini." Alicia menjawabnya dengan senyuman di wajahnya. Ia membuat senyum yang semanis mungkin.Saat jam kerjanya hendak selesai dan akan mengambil jatah makan malamnya. Tanpa sengaja ia mendengar beberapa pelayan sedang menyiapkan kopi dan camilan untuk Tuan Lazcano.Entah dengan cara apa Alicia bisa merayu pelayan tersebut untuk menyerahkan pekerjaannya padanya. Saat itu Alicia dengan inisiatifnya sendiri membuatkan cappucino latte dan mengambil beberapa camilan untuk di suguhkan kepada Arsen. Karena menurutnya kopi espresso tidak enak dan terlalu pahit, dan sudah pasti cappucino lebih baik.Tentu saja Alicia berharap Arsen akan suka dengan ko
"Kalian tidak bisa turun sekarang, apalagi menjemput kalian dengan helikopter. Akan ada badai salju sebentar lagi. Sebaiknya kalian berlindung di kabin tempat Marco," jelas Sergei dengan penuh penyesalan di radio komunikasi."Apa? Badai salju?" seru Mike pada Sergei. Sedangkan Sasha matanya kini sedikit membelalak."Siall.." gumam Sasha. Badannya mulai menggigil, pantas saja salju tidak berhenti turun. Rupanya badai salju akan datang."Ya.., sebaiknya kalian cepat berlindung, cuaca akan sangat dingin, kemungkinan minus 40 derajat. Aku sudah memerintahkan semua anak buahku untuk berlindung. Kami akan menjemput kalian jika badai sudah berlalu, maafkan aku," seru Sergei.Sergei sangat ingin menolong dan menjemput mereka, tapi jika alam sudah beraksi, tidak ada yang bisa menghentikannya. Atau bisa nyawa yang menjadi taruhannya.Tidak ada opsi yang lebih baik, membuat Mike dan Sasha hanya bisa pasrah, entah sampai kapan mereka harus terkurung di tempat ini. Semoga saja kabin tempat persemb
Benar saja tidak lama setelah mereka berada di dalam kabin badai salju mulai menghantam pegunungan tempat Mike dan Sasha berada. Sebentar saja ketebalan salju kian bertambah dan suhu semakin rendah.Rasa dingin mulai melanda, meskipun perapian tetap menyala. Mike berusaha menjaganya agar perapian tidak padam. Mike dan Sasha sudah berganti pakaian. Keadaan sudah sedikit gelap diluar jika dilihat dari jendela karena kabut.Meskipun sudah berganti dengan pakaian yang lebih kering tidak mengurangi rasa dingin yang terus menusuk kulit mereka. Bahkan mungkin menusuk sampai ke tulang-tulang mereka.Kabin sedikit bergetar, karena angin dan hantaman salju yang turun dan menghantam langsung kabin tersebut. Membuat Sasha sedikit ketakutan.'Apa kabin ini cukup kokoh?' tanyanya pada diri sendiri.Padahal jaket mereka cukup tebal. Ditambah memakai sweater dan kaos serta sarung tangan, dinginnya masih saja tembus.Mike membuat air panas di atas perapian. Untung saja banyak persediaan makanan disini
Rombongan Arsen sudah dalam perjalanan. Yang dimana Lily belum tahu akan kemana, karena Arsen belum memberitahunya."Surprise," begitulah kata Arsen.Bahkan Pascoe, Alonzo dan Riobard pun ikut dalam perjalanan kali ini. Bukan tanpa sebab, tapi di tempat yang akan mereka tuju terdapat kartel afiliasi dari Black Nostra.Dan Riobard akan bertemu dengan pemimpin Kartel Sanchez menggantikan Mike yang masih berada di Rusia untuk membicarakan kerja sama mereka mengenai kokain.Perjalanan begitu jauh, entah sudah berapa jam mereka berada di pesawat."Aku mengantuk." Gumam Lily.Arsen yang duduk di sebelah Lily langsung menoleh ke arah istrinya tersebut. Ia menutup laptop yang sedari tadi di otak-atiknya. Arsen mungkin akan pergi beberapa hari, hingga ia harus menyelesaikan pekerjaanya sebagian dan mengirimkannya pada Ivanov."Ada kamar, dengan tempat tidur. Kau bisa beristirahat di sana." Ujar Arsen.Lily menggeleng. "Di sini saja, menemanimu bekerja." Seru Lily."Pekerjaanku tinggal sedikit,
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 10 jam dengan jarak 6.344 km, akhirnya pesawat yang mereka tumpangi mendarat di Bandara El Alto international. La Paz, Bolivia.La Paz adalah ibu kota pemerintahan Bolivia, sekaligus ibu kota departamento La Paz. Terletak pada ketinggian 3.600 meter di atas permukaan laut dan merupakan ibu kota tertinggi di dunia.Lily masih tertidur di pangkuan Arsen ketika pesawat akan mendarat. Dan Arsen tidak tega untuk membangunkan istrinya tersebut. Lebih baik ia menggendong istrinya saja saat turun dari pesawat nanti.Benar saja hingga pesawat mendarat Lily masih belum juga terbangun.Arsen menggendong Lily turun dari pesawat diikuti oleh anak buahnya, Riobard dan Alonzo berada paling depan, sedangkan Pascoe, Maria, Charlotte dan Bella berada di belakang Lily. Mereka langsung menuju mobil yang sudah disiapkan.Meskipun Lily sudah bertambah 2 kg, namun bagi Arsen tetap saja Lily masih terasa ringan.Maria memandang Tuannya dari belakang dengan tatapan yan
Arsen memiliki sebuah mansion di kota La Paz. Tidak terlalu besar seperti mansion-mansion nya yang lain. Mansion itu terletak di pinggiran kota La Paz.Arsen memang tidak terlalu suka dengan keramaian kota, ia lebih menyukai suasana yang tenang dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan.Beda dengan mansionnya yang berada di Mexico City, yang berada dekat dekat keramaian, karena mansion tersebut peninggalan kakeknya.Arsen memang sengaja membuat mansion-mansion atau rumah untuknya singgah di setiap tempat. Ia tidak suka untuk tinggal di hotel, kecuali miliknya sendiri.Bukan tanpa alasan, karena keselamatannya dirinya tetap menjadi prioritas mengingat begitu banyak musuh yang mengincarnya, baik dalam dunia Black Nostranya atau sebagai penguasaha dari para saingan bisnisnya.Untuk menyingkirkan saingan bisnisnya Arsen tak pernah gegabah, karena ia tidak ingin sampai jati dirinya terbongkar ke publik. Apalagi kini sudah ada Lily dan calon anaknya yang harus ia jaga.Jika saingan bisnis mungkin
Lily menggeliat dalam tidurnya, kesadarannya sudah hampir pulih sepenuhnya. Namun matanya masih terpejam.Perlahan ia membuka matanya. Dapat ia rasakan kini tubuhnya terasa pegal dimana-mana.Lily menyembunyikan wajahnya di balik selimut. Malu. Malu ketika mengingat akan keliaran dirinya semalam.Tapi kenapa harus malu? Arsenkan suaminya, dan hanya bersama Arsen Lily berbuat seperti itu. Ah..., seharusnya Lily tidak malu lagi seperti ini.Pandangannya ia alihkan tepat ke samping kirinya, ia melirik ke arah Arsen yang masih terbaring di sebelahnya. "Masih tidur rupanya," gumam Lily pelan.Lily akan membersihkan diri terlebih dahulu sebelum Arsen bangun. Namun tangannya di cekal dan ditarik kembali untuk berbaring di tempat tidur oleh Arsen."Masih terlalu pagi, temani aku," ujar Arsen dengan mata yang masih terpejam.Tanpa menunggu izin Lily Arsen menarik Lily ke dalam dekapannya. Tubuh mereka yang tidak tertutup sehelai benangpun karena aktivitas mereka semalam kini saling bersentuha
Perkataan Arsen mengenai keindahan tempat ini benar adanya. Cahaya redup dari matahari senja, tak begitu menyilaukan mata bahkan terlihat begitu anggun dan menawan. Cahaya jingga yang menghiasi langit-langit ufuk barat, seakan melukiskan sebuah ketenangan. Serta menandakan waktu malam telah tiba.Saat matahari mulai terbenam di tempat ini, pemandangan luar biasa tanpa terhalang bangunan atau objek apapun ditempat ini membuat Lily tak mampu mengedipkan matanya sedikitpun."Dingin," ujar Arsen seraya memasangkan jas pada Lily."Ah.." Lily menolehkan wajahnya pada Arsen, karena Lily sedikit kaget perlakuan Arsen tersebut, dimana ia sedang menikmati pemandangan ini dan kemudian Lily tersenyum. "Terima kasih," ucapnya.Lily tidak tahu jika akan di bawa ke tempat seperti ini hingga ia tidak membawa jaket maupun mantel."Kita jangan tidak terlalu lama di sini," ujar Arsen."Kenapa?" sedikit sesal Lily, karena ia benar-benar merasa sudah jatuh cinta dengan tempat ini dan enggan untuk segera m
Setelah makan siang Arsen dan rombongannya berangkat menuju bandara. Tempat yang akan dikunjunginya berjarak sekitar 540,4 km dari kota La Paz. Jika menggunakan mobil maka akan memakan waktu sekitar 8 jam, sedangkan dengan pesawat hanya 50 menit saja.Salar De Uyuni, Arsen akan membawa Lily ke tempat ini. Tempat yang sangat indah, di siang atau malam hari. Jika Lily ingin melihat bintang maka inilah tempatnya.Begitu turun dari pesawat tiga buah mobil Jeep Grand Cherokee Limited hitam sudah menanti mereka, dan ketiga mobil tersebutlah yang akan membawa mereka menuju Salar De Uyuni.Salar De Uyuni merupakan salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi saat berwisata ke Bolivia. Sekilas dataran warna putih ini terlihat seperti hamparan salju. Kenyataannya warna putih ini berasal dari garam. Salar de Uyuni merupakan danau garam terbesar di dunia.Begitu sampai, Lily terkejut dan takjub dengan pemandangan di depannya. Begitu luas dan putih, ia mengerjapkan matanya beberapa kali, kare
"Kau---hmmphtt.."Sasha langsung membungkam mulut Mike dengan mulutnya dan melumatnya dengan penuh gairah.Tangannya terus bermain-main di bawah sana untuk membangunkan sesuatu yang masih tertidur."Handsome.." Panggil Sasha dengan lembut begitu ia melepas pagutan bibirnya."Handsome..""Handsome.."Mike kini sudah berdiri di samping tempat tidur Sasha dan menatapnya dengan tajam, bahkan ia menyilangkan kedua tangannya di dada."Ck!! Apa yang sedang ia impikan!!" Desis Mike.Mike yang sedang tertidur terganggu karena lenguhan dan lirihan Sasha yang memanggil-manggil namanya.Sedikit membuat Mike khawatir hingga ia bangun dan memeriksa keadaan Sasha. Namun, saat Mike mendekati Sasha ia tampak baik-baik saja. Namun igauan-igauan yang keluar dari mulutnya membuat Mike menjadi merasa tak mengerti apa yang ada di pikirkan oleh gadis aneh ini. Apa ia sedang bermimpi melakukan hmm dengan dirinya, astaga...Mike tampak bodoh saat ini hanya memperhatikan Sasha yang sedang mengigau. Dan segera
Setelah menghabiskan waktu di pasar penyihir tersebut, menjelang siang Arsen mengajak rombongannya untuk makan siang.Arsen membawa mereka ke sebuah restoran yang tidak jauh dari pasar tersebut. 1700 Restaurant yang berada tidak jauh dari lokasi pasar yang mereka kunjungi di Linares 906, La Paz.Suasana luar biasa dengan unsur-unsur era kolonial dan seni mestizo. Dekorasi, yang membuat merasa seperti berada di salah satu kastil abad pertengahan, sangat menakjubkan dan memanjakan mata.Rupanya restoran kolonial ini dinyatakan sebagai warisan budaya La Paz yang berasal dari tahun 1735 dengan ukiran kayu dan artefak unik yang akan membawa kita kembali ke masa lalu.Arsen dengan sengaja menyuruh Riobard untuk memesan seluruh restoran karena ia tidak ingin terganggu oleh orang asing.Lily benar-benar bahagia, karena ini jalan-jalan pertama baginya bersama Arsen. Selain mengunjungi butik untuk memilih gaun saat akan menghadiri acara ulang tahun Grandma dulu.Lily merasakan kebebasannya kemb
Setelah menghabiskan sarapan, Arsen berencana untuk mengajak Lily berjalan-jalan berkeliling Kota La Paz.Kota La Paz memiliki pemandangan yang indah. Letak kota tepat berada di sebuah lembah Pegunungan Andes, karena ketinggiannya seperti dapat menyentuh awan. Lily pasti akan menyukainya.Bolivia, negara tertinggi dan terpencil di Amerika Selatan ini tak hanya menyuguhkan keindahan tapi juga ketenangan. Sangat cocok bagi Arsen.Kota ini banyak sekali gereja-gereja dari abad ke-19, museum artefak dari era sebelum penjajahan, pemandangan yang indah, dan pasar penuh warna membuat La Paz sangat unik.Arsen ingin mengajak Lily ke sebuah tempat yang cukup unik. Pasar. Tapi bukan pasar biasa, dan pasar ini terletak di pusat kota. Mercado de Las Brujas.Lily segera turun dari mobil diikuti oleh Arsen. Tentu saja Maria, Charlotte, Bella, Pascoe, Alonzo, dan Riobard mengikuti mereka. Arsen tidak ingin terjadi apa-apa dengan istrinya tersebut.Lily sedikit kaget namun kagum saat melihat tempat i
Arsen memiliki sebuah mansion di kota La Paz. Tidak terlalu besar seperti mansion-mansion nya yang lain. Mansion itu terletak di pinggiran kota La Paz.Arsen memang tidak terlalu suka dengan keramaian kota, ia lebih menyukai suasana yang tenang dan jauh dari hiruk pikuk perkotaan.Beda dengan mansionnya yang berada di Mexico City, yang berada dekat dekat keramaian, karena mansion tersebut peninggalan kakeknya.Arsen memang sengaja membuat mansion-mansion atau rumah untuknya singgah di setiap tempat. Ia tidak suka untuk tinggal di hotel, kecuali miliknya sendiri.Bukan tanpa alasan, karena keselamatannya dirinya tetap menjadi prioritas mengingat begitu banyak musuh yang mengincarnya, baik dalam dunia Black Nostranya atau sebagai penguasaha dari para saingan bisnisnya.Untuk menyingkirkan saingan bisnisnya Arsen tak pernah gegabah, karena ia tidak ingin sampai jati dirinya terbongkar ke publik. Apalagi kini sudah ada Lily dan calon anaknya yang harus ia jaga.Jika saingan bisnis mungkin
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 10 jam dengan jarak 6.344 km, akhirnya pesawat yang mereka tumpangi mendarat di Bandara El Alto international. La Paz, Bolivia.La Paz adalah ibu kota pemerintahan Bolivia, sekaligus ibu kota departamento La Paz. Terletak pada ketinggian 3.600 meter di atas permukaan laut dan merupakan ibu kota tertinggi di dunia.Lily masih tertidur di pangkuan Arsen ketika pesawat akan mendarat. Dan Arsen tidak tega untuk membangunkan istrinya tersebut. Lebih baik ia menggendong istrinya saja saat turun dari pesawat nanti.Benar saja hingga pesawat mendarat Lily masih belum juga terbangun.Arsen menggendong Lily turun dari pesawat diikuti oleh anak buahnya, Riobard dan Alonzo berada paling depan, sedangkan Pascoe, Maria, Charlotte dan Bella berada di belakang Lily. Mereka langsung menuju mobil yang sudah disiapkan.Meskipun Lily sudah bertambah 2 kg, namun bagi Arsen tetap saja Lily masih terasa ringan.Maria memandang Tuannya dari belakang dengan tatapan yan
Rombongan Arsen sudah dalam perjalanan. Yang dimana Lily belum tahu akan kemana, karena Arsen belum memberitahunya."Surprise," begitulah kata Arsen.Bahkan Pascoe, Alonzo dan Riobard pun ikut dalam perjalanan kali ini. Bukan tanpa sebab, tapi di tempat yang akan mereka tuju terdapat kartel afiliasi dari Black Nostra.Dan Riobard akan bertemu dengan pemimpin Kartel Sanchez menggantikan Mike yang masih berada di Rusia untuk membicarakan kerja sama mereka mengenai kokain.Perjalanan begitu jauh, entah sudah berapa jam mereka berada di pesawat."Aku mengantuk." Gumam Lily.Arsen yang duduk di sebelah Lily langsung menoleh ke arah istrinya tersebut. Ia menutup laptop yang sedari tadi di otak-atiknya. Arsen mungkin akan pergi beberapa hari, hingga ia harus menyelesaikan pekerjaanya sebagian dan mengirimkannya pada Ivanov."Ada kamar, dengan tempat tidur. Kau bisa beristirahat di sana." Ujar Arsen.Lily menggeleng. "Di sini saja, menemanimu bekerja." Seru Lily."Pekerjaanku tinggal sedikit,