Share

kamar bayi

Author: Mustika Ainel
last update Last Updated: 2022-06-23 11:49:49

Dengan langkah gontai Rara berlari kecil untuk sampai di kamar tersebut.

"Bunda! Tunggu!" teriak Ridwan mencegah Rara.

Namun Rara tetap melanjutkan langkahnya.

Rista dan Vina pun ikut panik melihat aksi Rara.

Rara meraih gagang pintu kamar dan membukanya dengan sekuat tenaga. Mata Rara membulat sempurna melihat pemandangan di dalam.

Semakin menambah rasa sakit yang baru di torehkan suaminya.

Kamar yang dulu sering ditempati oleh Rara saat menginap di sini sekarang sudah disulap menjadi kamar bayi. Bukan, Kamar ini sudah di renov menjadi Kamar bayi namun tetap berdampingan dengan tempat tidur Ridwan dan Rara. Maksudnya Ridwan dan istri barunya.

Rara mematung di daun pintu melihat setiap sudut ruangan yang ada di kamar itu semuanya, mata Rara tertuju tempat tidur bayi yang sudah disediakan di kamar itu dengan nuansa biru. Dinding Kamar diberikan stiker-stiker khas anak laki-laki. Tempat tidur yang dulu punya kenangan bersama Ridwan saat ini sudah di rubah menjadi tempat tidur Ridwan dan istri barunya. Hati Rara benar-benar sakit melihat semua itu.

"Ternyata kamu sudah menyiapkan sedemikian rupa untuk menyambut buah hati bersama selingkuhanmu?" Gumam Rara.

Meskipun pun hatinya nyeri, tapi dia tahan. Dia tidak ingin dilihat terpukul dengan keadaan ini.

Rara masuk kedalam menyelisik setiap ruangan itu lebih detail.

Langkah Rara terhenti di meja rias, mengambil salah satu skincare yang tertata rapi di sana, skincare yang sama persis yang Rara pakai, tentu harganya tidaklah murah. Semua peralatan make up itu sama persis apa yang Rara gunakan sehari-sehari termasuk parfumnya persis yang Rara kenakan.

"Jika apa yang dipakai perempuan ini sama persis dengan yang aku pakai juga, itu berarti perempuan ini tau aku, atau?"

"Mas! Kamu jelaskan kenapa semua skincarenya sama persis dengan yang aku pakai? Apa istri barumu yang minta? Apa maksudmu Mas? Siapa perempuan itu? Apa dia kenal aku?" tanya Rara beruntun.

Ridwan hanya tertunduk lesu di pintu kamar melihat aksi Rara mengacak-ngacak kamar itu. "Mas! Jawab!" hardik Rara.

"Bun, dengarkan Papa dulu, kenapa semuanya sama? Itu karena Papa sayang sama bunda, Papa ingin dia juga sama seperti bunda, agar Papa nggak lupain bunda saat Papa bersamanya."

Rara hanya tersenyum kecut menanggapi jawaban suaminya, rasa sakit itu kian bertambah mendengar penuturan Ridwan barusan, benar-benar tidak percaya bahwa alasannya seperti itu.

Rara menaruh kembali skincare itu ke tempat semula, kembali Rara melihat dan mencari tahu siapa perempuan yang sudah membuat Ridwan mencuranginya, namun naas, tidak ada foto wanita itu di kamar. Mata Rara tertuju pada ranjang tidur. Ranjang yang dulu mempunyai kenangannya yang selalu berbeda-beda di setiap moment kala sedang menginap di sini, sekarang Rara membayangkan bagaimana suaminya bercumbu di sana bersama wanita selingkuhannya.

Sungguh ini sangat menyakitkan. Rara duduk di sisi ranjang itu, meraba tempat tidur itu dengan sesak yang kian berat.

Reflek Rara melemparkan bantal itu ke arah muka Ridwan.

"Kamu jahat! Kamu jahat!" teriak Rara.

Ridwan tidak menipis dan tidak melarang Rara untuk terus memukulnya, Ridwan tau apa yang dirasakan istrinya saat ini.

Ridawa mencoba meraih tangan Rara untuk menahan dan menghentikan nya.

"Bunda, ayok kita bicara baik-baik dulu. Biarkan Papa menjelaskan semuanya dulu, plisss beri Papa kesempatan untuk menjelaskannya." Mohon Ridwan pada Rara.

Rara menepis kuat tangan itu hingga Ridwan terhuyung akibat dorongan Rara.

"Jangan sentuh aku, Mas, aku jijik!"

sungut Rara penuh emosi.

Ridwan menatap Rara memelas memohon pengertian Rara.

Vina dan Rista di luar kamar hanya menyimak dengan perasaan yang penuh kekhawatiran. Khawatir jika Rara akan meminta cerai Ridwan atas apa yang sudah Ridwan lakukan.

Rista juga tidak bisa banyak ikut campur dengan urusan rumah tangga anaknya. Tapi Rista merasa bersalah karena merestui pernikahan kedua anak laki-laki tertuanya ini.

"Tolong jawab jujur! Siapa wanita itu?! Dimana dia sekarang?" pinta Rara.

Ridwan sangat berat mengatakan sebenarnya wanita itu siapa, entah kenapa Ridwan merasa belum waktu yang tepat untuk Rara tau kebenarannya.

Beruntung Sekali tadi Ridwan meminta Vina untuk menyimpan foto-fotonya dan istri keduanya.

Sehingga Rara saat ini tidak mengetahui siapa wanita itu.

"Kita bicara di rumah, Sayang, ya. kita pulang dulu ya! Nanti kita bicarakan ini dirumah," Ridwan memohon.

Rara menatap Ridwan tak percaya, Laki-laki yang sudah lima belas tahun membersamainya, menjalani lika-liku kehidupan asam manis selama ini, ternyata tega mendua disaat sebentar lagi usia pernikahan mereka anniversary yang ke enam belas.

"Jika Mas tidak ingin memberitahu aku, maka aku yang akan cari tau sendiri." Ucap Rara.

Ridwan menarik nafasnya berat, lalu membuangnya dengan kasar.

"Nak, boleh Mama bicara sama kamu?" Rista datang dari luar.

Rara menoleh Mama mertuanya dengan tatapan dingin.

Selama ini Rara sudah menjadi menantu yang saat baik kepada Mama mertuanya. Tapi kenapa justru Rista juga ikut andil dalam kebohongan ini. Tidak pernah memberitahukan padanya bahwa anaknya sudah bermain curang di belakangnya.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan, Ma. Semua sudah terlambat. Aku tidak ingin mendengar apapun alasan yang akan Mama berikan padaku, aku kecewa pada kalian semua!"

Rara berucap dengan suara bergetar menahan emosi yang memuncak di dalam dada.

Menatap satu persatu wajah mereka.

Rista terdiam, benar adanya semua sudah sangat terlambat. Jika waktu itu dia tidak mendengar ucapan Ridwan, mungkin ini tidak akan terjadi.

Rara tidak menemukan jawaban atas rasa curiganya, wanita selingkuhan suaminya tak ia temukan di kamar itu.

"Kamu jangan pulang ke rumah! aku gak sudi laki-laki tukang selingkuh memasuki rumahku." Tegas Rara pada Ridwan.

Rara mencoba berpura-pura tegar di hadapan keluarga suaminya.

Rara tidak ingin dianggap lemah dan bucin seperti kebanyakan orang-orang di luar sana.

"Bunda, jangan seperti itu, Itu juga rumah Papa, mana mungkin Papa tidak dibolehkan pulang." Kata Ridwan.

Rara tak menggubris ucapan Ridwan, Rara kembali membuka laci yang ada di meja Rias

Kembali mata Rara membulat sempurna melihat apa yang ada si dalam. Satu set perhiasan mewah sama persis yang Rara punya ada di laci tersebut.

Rara mengamati dengan seksama, adakah perbedaan dengan apa yang dia punya, ternyata semua sama tidak ada perbedaan. Rara menatap Ridwan tajam.

"Ini apa? Kamu belikan wanita selingkuhanmu perhiasan mahal ini?" tanya Rara dengan nafas naik turun.

"Apa? Papa selingkuh?" Hanum tiba-tiba di daun pintu kamar.

Semua mata tertuju pada Hanum.

Ridwan sangat panik mendapati putri semata wayangnya mendapati apa yang sedang disembunyikan selama ini.

"Kakak? Sejak kapan kamu di situ, Nak?" tanya Ridwan dengan lembut.

"Tidak penting sejak kapan, Pa? Papa jahat! Papa sudah nggak sayang Bunda dan Kakak!" Anak itu menangis mendapati kenyataan lelaki cinta permatanya berkhianat.

Hanum benar-benar merasa kecewa mendengar semuanya. Bahkan sakitnya Hanum mengalahkan sakitnya Rara.

"Itu nggak benar Sayang, kamu salah dengar, Nak. Papa sayang kalian berdua, Percayalah."

Jelas Ridwan.

Hanum berlari keluar rumah. Hanum ingin pulang, Hanum benar-benar sangat kecewa pada Ridwan.

Rara dan Ridwan panik melihat Hanum yang pergi tanpa pamit.

Rara pun berlari mengejar Hanum begitu juga, dengan ridwan.

"Kakak! Tunggu Bunda, Nak!" teriak Rara.

Rara panik, takut Hanum melakukan sesuatu yang akan membahayakan dirinya.

Sesampai di luar rumah, Hanum masuk ke dalam mobil dan menutup pintu dengan sangat kuat.

Rara dan Ridwan lega melihat Hanum masuk ke mobil.

"Huff, syukurlah dia tidak melakukan hal yang membahayakan." Gumam Rara.

"Kita pulang ya, Nak. Tunggu bunda sebentar, kamu jangan kemana-kemana dulu, ya." Pinta Rara saat menghampiri Hanum di dalam.

Ridwan hanya menatap hanum dari teras. Ridwan tidak punya keberanian untuk menemui Hanum saat ini. Biarlah nanti bundanya yang menenangkan. Pikirnya.

Rara kembali masuk kerumah dan menuju ke kamar tadi. Tanpa mengucapkan satu katapun Rara melewati Ridwan.

"Bunda," lirihnya memelas. Ridwan mengikuti langkah Rara dari belakang.

Sesampai di kamar Rara mengambil semua perhiasan yang ada di laci itu. Bukan hanya, satu set, tapi ada tiga set perhiasan mahal yang semuanya sama persis seperti yang Rara punya. Dan memasukan ke dalam tasnya.

"Bunda! mau Bunda apakan itu perhiasan?" tanya Ridwan panik.

"Kamu beli ini pasti pakai uangku bukan? Maka ini adalah hakku."

Ucap Rara lantang.

"Kamu bebas membelikan apa saja untuk orang lain, asalkan itu uangmu sendiri. Bukan uangku." Sindri Rara lagi.

Rara pergi berlalu keluar menuju mobilnya untuk pulang. Mencari tahu kebenaran siapa selingkuhan suaminya.

Sampai di depan pintu kamar Rara kembali menoleh ke belakang dan berkata.

"Aku pastikan kurang dari 24 jam aku akan mengetahui siapa wanita itu, Mas! Kamu catat! Itu!" Gertak Rara.

Related chapters

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   bab 7

    Sesampainya di mobil, Rara menyala mesin mobilnya dan berlalu pergi tanpa pamit dengan satupun. Sudah hilang rasa hormat Rara atas pengkhianatan suaminya. Vina dan Rista hanya bisa melihat dari balik jendela tanpa berani mengantarkan keluar. Sementara Ridwan hanya tertunduk lemah di kamar. "Arrggghhh! Kacau! Semuanya kacau!" rutuk Ridwan. Ridwan mengepal tanganya menghantam dinding kamar itu. Dia kesal, entah apa yang Ridwan kesalkan, padahal dia yang berbuat curang tetapi justru Ridwan sendiri yang seperti kebakaran jenggotnya. Ridwan benar-benar kalut dan kacau."Vina!" teriak Ridwan memanggil adik bungsunya. Vina yang tengah kebingungan di luar terperanjat mendengar teriakan Ridwan. "Ma, Mas kenapa? Aku takut, Ma," Ujar Vina pada Rista. "Sudah sana! Kamu temui, Masmu itu!" titah Rista. Dengan rasa takut yang teramat Vina melangkahkan kakinya menuju kamar Ridwan. Pintu kamar yang masih terbuka seperti sebelum Rara pergi, pembuat Vina bisa langsung menangkap sosok kakak tert

    Last Updated : 2022-06-24
  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Bab 8

    1[Mas, itu maksudnya apa Bunda bikin Give Away begitu? Itu kenapa perhiasanku bisa sama Bunda?]Ridwan yang baru sampai di garasi hendak turun mendadak dibuat bingung saat membaca pesan dari Eca, give away apa yang dimaksud? [Kamu ngomong apa? Mas nggak ngerti.][Coba mas buka grup karyawan! Bunda mau ngadain giveAway tentang hubungan kita.]Mata Ridwan membulat sempurna membaca pesan itu. Tanpa membalasnya Ridwan kembali mengambil hpnya yang terkhusus untuk keluarganya, yang disitu tercantum grup-grup yang ada di WA. Sementara HP untuk selingkuhannya dia simpan di balik jok kemudi. Tidak lupa Ridwan matikan terlebih dahulu. Saat pesan WA itu dibuka Ridwan benar-benar tidak habis pikir mengapa Rara seperti ini. Berbagai macam komentar masuk membalas pesan Rara. Banyak dari mereka yang tercengang atas apa yang Rara adakan di grup ini. [Bun, ini maksudnya apa, ya? Mas Ridwan itu yang dimaksud Pak Bos?][Bun, ini teh beneran? Emangnya Pak Bos teh selingkuh? Kunaon eta?] timpal Nenen

    Last Updated : 2022-06-24
  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Bab 9

    Bunda, apa boleh aku kerumah besok untuk memberi bukti yang Bunda cari? Aku punya banyak bukti, Bun. Bukan hanya satu, tapi ada beberapa.]Rara membaca pesannya, mata Rara membulat sempurna seperti tidak percaya. Namun, sesaat kemudian senyum terukir di bibir Rara membaca pesan itu. "Bukan hanya satu? Itu berarti anak ini sudah tau lama perselingkuhan Mas Ridwan.""Mas, kita lihat sampai sejauh mana kamu bersembunyi." Gumam Rara. Tengah asik berbalas pesan, pintu kamar Rara diketuk. "Assalamualaikum, Bunda," sapa Ridwan dari daun pintu. Rara terperanjat kaget. "Masih punya muka dia kembali kesini!" Lagi Rara bergumam. Rara hanya menjawab salam itu dalam hati. Ridwan yang sadar Rara tak membukakan dia pintu, berinisiatif untuk masuk sendiri. Meskipun terpatah-patah langkah Ridwan mendekati Rara, Ridwan sudah bertekad menyelesaikan malam ini masalahnya. "Bun," lirih Ridwan. Rara tak menggubris panggilan suaminya, Rara tetap fokus dengan HPnya berbalas pesan dengan Iwan. Ridw

    Last Updated : 2022-06-25
  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Bab 10

    Semenjak hari itu, wajah Eca selalu mengganggu di pikiran Ridwan, saat sedang di butik pun Ridwan sering menatap wajah cantik Eca yang dijadikan PP WAnya kala itu. "Ah sial! Gadis ini bikin aku tergila-gila."Rutuk Ridwan. Sekuat tenaga Ridwan mengusir rasa itu, namun setiap saat juga bayangan Eca selalu datang. Sementara Eca sama sekali tak lagi melirik Ridwan setelah kejadian hari itu. Eca hanya memberi perangkap satu kali, namun tak disangka umpanya kena. Malam itu Ridwan menghubungi Eca diam-diam tanpa sepengetahuan Rara. Satu kali panggilan itu terabaikan, hingga panggilan ketiga kalinya Eca menjawab. "Halo Mas, ada apa?" tanya Eca dengan santai tanpa suara yang dibuat manja seperti hari itu. Eca mengira bahwa Ridwan menghubunginya perihal pekerjaan. Ternyata Eca salah, Ridwan menghubunginya perihal masalah hati. "Ca, kamu lagi apa? Aku ganggu nggak?" tanya Ridwan. "Hmm, ini mau keluar, Mas, malam mingguan." Jelas Eca. "Oh, mau pergi ya, sama cowoknya? Maaf ya, aku gang

    Last Updated : 2022-06-25
  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Bab 11

    Malam telah larut, Rara masih berlanjut pertengkarannya dengan Ridwan. Ridwan masih terus membujuk Rara untuk menerima keadaan, namun Rara masih teramat sakit untuk menerima kenyataan ini. Sungguh Ridwan benar-benar tak memikirkan perasaan Rara sedikit pun. "Sudah lah, Mas! Aku sudah capek dari tadi mendengar permintaanmu! jangan paksa aku untuk menerima keadaan ini. Kamu benar-benar ya! Nggak ada sedikitpun memikirkan perasaan aku! Dasar laki-laki egois!" hardik Rara. Rara mengambil posisi untuk segera tidur, sementara Ridwan hanya menatap istrinyaistrinya tanpa berbicara lagi. Ridwan pun hendak tidur, namun seketika Rara bangun dan meraih selimut dan bantal untuk tidur di sofa bawah. Ridwan yang menyadari istrinya turun pun tersentak bangun. Ridwan tau bahwa Rara saat ini kondisi hatinya sedang tidak baik-baik saja, bahkan tidur satu ranjang pun istrinya enggan. Padahal dua malam yang lalu mereka masih bercanda ria saat hendak tidur, namun sekarang sudah berbeda. "Bun, kenapa

    Last Updated : 2022-06-26
  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Bab 12

    "Bunda, Bunda nggak Papa?" tanya Iwan panik. Bagaimana tidak, Rara tiba-tiba seperti orang hilang tenaga, lemah lunglai ketika meluruhkan dirinya ke lantai. Rara terus memegang dadanya menahan sesak yang kian menghantam. Kenyataan yang didapati ternyata benar-benar membuat Rara tidak percaya. "Lalu Ardi? Bagaimana mungkin Ardi tidak tahu? Ardikan suaminya Eca?" di tengah keterpurukan Rara banyak pikiran-pikiran lain memutar di kepalanya. "Minum dulu, Bun." Iwan datang dari belakang menyodorkan segelas air putih. Rara menerimanya dan meneguk air itu hingga tandas. "Bagaimana, Bun? Udah enakkan belum?" tanya Iwan. Rara masih memegang dadanya, rasa sakit itu kian parah, seperti ada gumpalan yang menyumbat di ulu hati. Rara mengangguk kecil, meskipun tubuhnya gemetaran menahan sakit dan amarah. "Bunda tenang dulu, Bun. Maaf ya kalo ini bikin bunda jadi….""Nggak apa-apa, Wan." Rara memotong pembicaraan Iwan. "Hm, iya Bun," sahut Iwan tidak enak hati. Merasa bersalah melihat ma

    Last Updated : 2022-06-27
  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Bab 13

    Ca! Kamu belum bangun?" suara Rista dari luar kamar mengganggu Eca yang tengah rebahan di kamar.Tok tok tok! Lagi pintu kamar diketuk dari luar dengan cukup keras "Eca!" lagi Rista memanggil dari luar. Dengan malas Eca berdiri membukakan pintu kamar. "Iya, Ma, ada apa?" tanya Eca dengan wajah yang dibuat seperti habis bangun tidur. "Ya ampun Ca, kamu itu sudah hamil besar lho, kok yo bangun siang-siang begini. Bangun pagi, Ca! Banyak gerak biar nanti mau lahiran itu gampang. Gak cuma dibawa rebahan aja di kamar." Cerocos Rista dengan suara yang sedikit meninggi, yang sontak bikin kuping Eca panas mendengar ocehan Mamanya Ridwan tiap hari. "Maaf, Ma. Semalam aku nggak bisa tidur. Jadinya kesiangan." Alasan Eca. "Kenapa kamu nggak bisa tidur? Kepikiran Rara sudah tahu hubunganmu sama Ridwan?" sindir Rista yang sontak membuat Eca memerah mangan emosi. "Ngapain aku mikirin itu, Ma. Orang Mas Ridwan yang tergila-gila sama aku. Bukan aku yang merebut mas Ridwan." ujar Eca penuh per

    Last Updated : 2022-06-27
  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Bab 14

    Tok! Tok! Tok! "Assalamualaikum, Kak." Sapa Rara dari luar. Hanum berdiri membukakan pintu kamar untuk Rara. "Waalaikumsalam, Bun." Sahut Hanum saat menampakkan dirinya dari balik pintu. "Kakak nggak papa?" tanya Rara. "Seperti yang Bunda lihat, Bun." Jawab Hanum dengan muka yang masih ditekuk. "Bunda boleh masuk, Kak?" Rara meminta izin pada Hanum. "Boleh, Bun." Jawab Hanum dengan memberi anggukkan kecil. Rara melangkahkan kakinya masuk ke kamar Hanum. Mata Rara menelisik kamar itu, ternyata tidak ada yang harus dikhawatirkan, kamar Hanum terlihat biasa saja. Hanya tempat tidur yang sedikit berantakan, itu pasti dari semalam Hanum hanya berbaringan ditempat tidur.Hanum masih berdiri dibalik pintu. Rara yang sudah sampai di ranjang tidur Hanum menoleh kebelakang, "Kak, ayo sini!" titah Rara. Hanum mendekati Rara lalu memeluknya erat. Tangis Hanum pecah, dalam isak tangisnya dia berkata. "Kenapa Papa punya perempuan lain, Bun? Kenapa Papa jahat banget sama Kakak?" Celoteh Han

    Last Updated : 2022-06-28

Latest chapter

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Akhir kisah

    Ke esokan harinya, Rara dan Hanum pergi ketempat Ridwan berada. "Kak, Kakak mau nyekar ke makam, Oma Dulu apa ke rumah Papa, Dulu?""Kita nyekar dulu, Bun. habis itu baru ke rumah, Papa.""Baik, Kak." Rara melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang agar segera sampai di sana. "Eh, tapi, Bun. nggak usah nyekar dulu, Bun. kita kerumah, Papa dulu. Baru nanti habis itu kita nyekar ke makam, Oma." Rara menuruti semua apa maunya Hamum saja. yang terpenting bagi Rara saat ini Hamum jauh lebih bahagia dan sudah bisa legowo dengan keadaan apapun. Mobil yang membawa mereka sudah masuk ke gang rumah kontrakan Ridwan. Dari jauh tanpak orang-orang ramai di depan kontrakan itu. tak berselang lama dengan arah berlawan Muncul lah mobil Dimana tunangam Vina. di susul juga dengan kedatangan mobil Anton. "Itu kenapa rame-rame begitu, Kak ya? itu ada mobil Om anton sama Mobil Om Dimas juga." "Ada acara kali, Bun.""Kak. tapi itu ada bendera kuning juga di depan kontrakan, Kak,""Ayok kita turun,

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Ingatan di masa lalu

    Kalau memang masih ada rasa, kenapa tidak kembali lagi, Bun? biar kita menjadi keluarga yang utuh kembali." cicit Hamum lagi. deg! dada Rara berdebar hebat, hatiny mulai tidak karuan."Kak, tidak semudah itu untuk sebuah kata kembali, Kak.""Tapi seandainya, Papa meminta apa, Bunda akan menolak?""Kak, Kakak kenapa? kenapa dari tadi menanyakan masalah pernikahan melulu.""Jujur saja dari, Kakak, Bun. Kakak ingin Bunda bersatu kembali sama, Papa. kita jadi satu keluarga utuh lagi. Kakak sayang bangat sama kalian berdua, Bun.""Kakak ngaco kalo ngomong. Sudah lah, Kak. Bunda mau mandi dulu.""Tapi bunda masih ada rasakan sama, Papa." Rara hanya menoleh sesaat lalu kembali masuk ke dalam. sambil mandi Rara terus kepikiran dengan ucapa Hanum anaknya. Rara sendiri menanyakan itu pada pantulan bayangannya di kaca kamar mandi. "Apa benar aku masih mencintai, Mas Ridwan? apa benar selama ini aku seperti mati rassa pada lawan jenisku? tapi kenapa? kenapa disaat dekat dengannya seperti

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   masih adakah untuk Papa, Bun?

    Hamum memeluk Rara penuh dengan kegirangan dan kebahagiaan. pasalnya, hari ini dia sudah pakai toga tanda kelulusan. "Bunda, Kakak senang banget, Bun. Alhamdulillah, Kakak sudah lulus.""Iya, Kak. Bunda turut senang, selamat ya untuk anak, Bunda. Alhamdulillah, Bunda bangga sekali sama, Kakak karena Kakak sudah lulus melewati ujian ini." Tutur Rara seraya kembali memeluk hamum.Wajah Hanum yang tadinya bahagia, Sesaat kemudia berubah sendu. Hamum melihat ke kiri dan ke kanan, dan mengedar pandangan kesemua arah. Hanum beraharap akan ada kejutan di hari yang spesial ini. tapi nyatanya tidak. Rara juga tengah menunggu orang yang sama yang dicari Hanum. "Mas, kamu bilang mau datang, mana? Andai kamu melihat, Hanum tenngah menunggumu di sini." Rara membatin.melihat orang-orang berfoto bersama dengan ayah, membuat hati Hanum berkedut nyeri. "Pa, andai Papa datang? andai Papa ada di sini. "meskipun, Hamum belum secara langsung menghubungi Ridwan, tetap hati Hamum sudah memaafkan, Ridwan

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Apa kamu sakit, Mas?

    Ridwan dan Rara sama-sama menoleh dan netra mereka bertemu. "Mas,""Ra," mereka kompak saling menyapa. Rara tersenyum begitu juga dengan Ridwan."Ini kejutan bagi, Mas, Ra. Mas nggak nyangka kamu akan datang.""Vina anak baik, Mas. dia datang ke rumah bersama calonnya mengundang secara langsung. Rasanya tidak pantas jika aku tidak datang. itu artinya aku masih dianggap keluarga oleh,Vina." Tutur Rara pelan. karena jarak mereka berdekatan. "Iya, Ra, kita masih keluarga, dan kamu hari ini cantik sekali… kamu sangat cantik." tentu itu hanya Ridwan ucapkan dalam hatinya. "Dua minggu lagi, Kakak wisuda, Mas.""Iya, Mas tau. Insya Allah, Mas akan usahakan datang." "ugh!" Ridwan meringis kesakitan. Perutnya tiba-tiba perih. Ridwan mencoba untuk tetap menahannya agar tidak ada yang tau kalau Dia tengah merasakan sakit yang luar biasa. "Mas, kamu kenapa?" Rara yang mendapati ridwan meringis menahan sakit. "Hm… nggak apa-apa, Ra.""Kamu pucat, Mas. Apa kamu sakit?""Nggak, Ra. Mas baik-ba

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   tunangan

    "Siapa yang datang kemari? apa ada uang mau bikin baju, lagi?"Dimas dan Vina keluar dari dalam mobil, Rara terkejut. "Vina?" ucap Rara tidak percaya. Rara segera keluar dari ruang meetingnya untuk menyambut kedatangan Vina. terlebih dahulu Rara menunda meeting itu setelah nanti Vina pulang. Rara rasanya bahagia sekali melihat perubahan Vina. Vina benar-benar membuktikan apa yang dia janjikan. "Assalamualaikum," Sapa Vina. "Waalaikumsalam." Rara menjawab salam Vina seraya keluar dari ruang meeting nya. "Mbak, apa kabar?" Vina bersalaman dengan Rara dan cipika cipiki. Entahlah semua seperti kebetulan atau memang sudah diatur oleh yang diatas. hari ini Rara memakai jilbab hadiah dari Vina. Wajah Vina sumringah bahagia mendapati pemberiannya dipakai oleh Rara. "Ada angin apa ini sampai datang kemari? ini siapa?" tanya Rara sambil menaruh minuman kemasan di atas meja. Vina menatap Dimas seraya tersenyum. "Aku kesini ingin silaturahmi aja, Mbak. sekalian aku mau ngasih, Mbak ini."

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Sebuah kejujuran

    "Dim, Maaf kita belum saling mengenal, Dim. kamu belum tahu aku, pun sebaliknya aku juga belum tau kamu. Aku belum bisa jika kamu minta aku menjawab sekarang. Tapi jika kami ingin kita dekat, aku siap untuk kita saling mengenal terlebih dahulu.""Baik, Vin. Aku tau ini terlalu mendadak. Aku paham kok. Aku siap nunggu kamu kapanpun kamu bersedia." Tutur Dimas lembut. "Terima kasih, Dim.""Aku yang berterima kasih, Vin. karena kamu sudah mau memberi kesempatan untuk kita saling mengenal terlebih dahulu."Vina benar-benar takut dengan keseriusan Dimas. Hal yang ditakuti vina selama ini akhirnya terjadi juga. bagaimana nanti jika Dia tau bahwa Vina sudah tidak lagi suci. Apa Dimas masih bisa menerima, Vina dalam keadaan kotor. namun untuk jujur pun Vina tak berani. malu? iya jelas Vina sangat malu. "Apa sebaiknya aku beranikan diri untuk jujur? jika Dimas benar mencintaiku, pasti dia akan tetap menerima aku." Vina berbicara dengan diri sendiri. ******"Kamu mau pesan apa?" tanya Dim

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Vina Di lamar

    Ridwan membuka matanya, kepalanya terasa sangat berat dan sakit. matanya menelusuri sekitar ruangan, bau obat-obatan memenuhi indra penciuman Ridwan. Ridwan menyadari tangannya terpasang infus. "Ya Allah apa yang terjadi padamu?" Ridwan tiba-tiba panik sekaligus penasaran apa yang terjadi padanya. "Selamat siang, Pak Ridwan. Bapak sudah sadar? gimana keadaannya. Apa yang, Bapak rasakan sekarang?""Dok, saya kenapa? apa yang terjadi pada saya?" bukan menjawab, Ridwan justru bertanya balik. "Menurut hasil pemeriksaan, Pak Ridwan, terkena asam lambung dan maag kronis, Pak." "Apa, Dok? kronis? apa saya bisa sembuh, Dok?""Insya Allah ya, Pak. Kita usahakan pengobatan terbaik untuk, Bapak. Untuk hasilnya, kita serahkan sama Allah ya, Pak. Kalau boleh saya tau, apa bapak tidak menjaga pola makan dengan, baik di rumah?""Iya, Dok. Saya makan yang teratur kok dirumah." ucap Ridwan berbohong. Dokter itu tersenyum ramah pada Ridwan. dokter perempuan muda. Yang sedang koas di rumah sak

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Perubahan Vina

    Selama ini Epri mengamati, Rara dari jauh, Epri benar-benar tidak menyangka kehidupan Rara jauh lebih baik darinya. Epri yang notabene-nya dari keluarga yang berkecukupan dan kaya justru jauh di bawah Rara saat ini. Bahkan wanita yang dia pilih untuk dijadikan istri oleh Epri pun jauh di bawah Rara. Rara bahkan tidak terlihat ada kerutan di wajahnya. dia seperti menolak tua, membuat Epri yang semakin ingin mendekati Rara kembali. tapi sepertinya akan selalu gagal. "Apa aku harus berusaha lebih untuk ini? aku tidak boleh menyerah, aku harus mendapatkan kembali hati, Rara." Gumam Epri. Seminggu setelah kejadian itu, Rara kembali menerima paket. kali ini paket itu datang langsung ke kantor Rara. Iwan yang baru pulang dari antar paket menera itu dari kurir di depan kantor. "Bun, ini ada paket untuk Bunda. " Ridwan memberikan itu seraya paket buket bunga dari luar. "Bunga? dari siapa, Wan?" tanya Rara"Nggak tau, Bun. Aku nggak lihat nama pengirimnya." "Oh ya, sini, Bunda lihat. Ter

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Pertemuan Epri dan Rara

    "Bun, di luar ada tamu." Windi datang memberitahukan, Rara. "Siapa? suruh masuk saja, Win." Titah Rara masih fokus dengan laptopnya. "Baik, Bun.""Assalamualaikum," Suara yang yang tidak asing itu terdengar mengusik konsentrasi Rara. Rara menatap sepatu pria itu hingga beralih sampai ke atas. Mata Rara melotot sempurna melihat siapa yang datang. "ya Allah, dia ternyata tidak main-main ingin menemuiku." Gumam Rara. "Waalaikumsalam," Sahut Rara dengan wajah syoknya. "Apa aku boleh masuk?""Tentu… silahkan duduk."Rara mencoba kembali ke mode tenang dan santai. Rara mencoba untuk rileks seolah dia tengah baik-baik saja. Rara ingin menunjukkan pada pria yang ada di hadapannya saat ini bahwa Rara jauh lebih baik dan lebih bahagia. setelah mempersilahkan duduk, Rara hanya diam dan tidak berbicara. itu berhasil membuat Epri menjadi salah tingkah. Epri duduk di sofa tepat di depan meja kerja Rara. Epri sempat terkagum melihat Rara yang sekarang. Rara tidak terlihat tua sama sekali,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status