Share

bab 5

Penulis: Mustika Ainel
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-20 02:51:21

Rara,Vina, Rista Mama mertua sudah berkumpul di ruang keluarga. 

Sementara Hanum minta untuk ke kamar Vina terlebih dahulu yang berada di depan ruang tamu. 

Meskipun bingung Hanum tetap mengikuti perintah Bundanya. Hanum tau ada hal yang belum boleh didengar tentang obrolan di luar sana. Meskipun hanun merasa Bundanya menutupi sesuatu, tetapi Hanum mencoba menepis semuanya jika itu baik-baik saja. Tidak ada yang  harus Hanum khawatirkan. 

Hanum sudah tumbuh remaja, Hanum sedang berada di fase puber pertamanya saat ini. 

Hanum sering menceritakan pada Bundanya bahwa dia sudah mulai punya ketertarikan dengan lawan jenisnya. 

Sebagai orang tua yang welcome untuk anak semata wayang, bagaimana Rara memberitahu untuk mengontrol pergaulan anaknya agar tidak salah berteman dan bergaul. Ada batasan-batasan yang harus dijaga sebagian perempuan. Apalagi di masa puber pertama. 

Rara dan Ridwan selalu membuka diri menjadi tempat ternyaman anaknya untuk bercerita. Apapun yang sedang dialami dan dirasakan oleh putri semata wayang mereka. 

Itu adalah bentuk bukti cinta mereka menjaga Hanum. 

"Ma, aku datang kesini selain ingin menjenguk Mama, ada hal yang ingin aku tanyakan, mungkin mama sudah tau itu apa."

 Ucap Rara. 

Rista hanya tertunduk, tidak tahu harus memulai darimana untuk memberitahukan ini. 

Sementara Vina hanya diam. 

"Siapa yang hamil di keluarga kita, Ma? Kenapa acaranya di rumah Mama?" tanya Rara langsung pada intinya. 

Rista menarik nafasnya dalam dengan wajah yang sulit diartikan menatap Rara. 

"Itu Mbak Dwi yang bikin acara disini Mbak, kan aku dah bilang kemarin," seloroh Vina. Rara menatap Vina pekat. Vina pun salah tingkah, Vina memutar-mutar ibu jarinya yang saling bertautan. 

"Tapi Dwi nggak nggak hamil, Vin. Dwi yang mana yang kamu maksud?" tanya Rara. 

"Hm, anu…  Mbak Dwi istri Mas Dito, Mbak." 

Rara hanya tersenyum kecut mendengar pernyataan Vina. 

"Nak, dengarkan  Mama … Mama tahu ini salah, tapi Mama juga tidak bisa ikut jauh dengan kebohongan ini, Nak. Maafin Mama ya, jika Mama tidak bisa mencegah semuanya." Ujar Rista dengan dengan sangat tenang. 

Wajah Vina seketika memerah menatap Mamanya akan mengatakan yang sebenarnya. 

"Katakan, Ma. Aku akan lebih sakit jika tahu dari orang lain." 

"Bukan Dwi yang melaksanakan tujuh bulanan kemarin, tapi…." 

"Assalamu'alaikum, Ma," sapa Ridwan dari luar memotong pembicaraan Rista. 

"Wassalamu'alaikum," Semua menjawab bersamaan. 

"Eh ada Bunda. Kok Bunda kesini kesini nggak ngabarin Papa, Bun?" Ridwan mencoba tenang meskipun hatinya kalut. Rara berdiri menyambut suaminya, lalu mencium tangannya takzim. 

"Iya, Bunda sengaja mau kasih Papa kejutan." Jawab Rara dengan senyuman khasnya. 

Ridwan pun merasa lega, karena tidak melihat ada hal yang ditakuti terjadi di sini. Setidaknya Ridwan merasa aman untuk saat ini. 

"Mari duduk dulu, Nak! Ada hal penting yang ingin Mama sampaikan," titah Rista. 

 Semua kembali duduk, begitupun dengan Ridwan. Ridwan kembali risau, apa yang akan disampaikan oleh Mamanya. 

"Nak, Rara datang ke sini untuk menanyakan siapa yang kemarin membuat acara tujuh bulan di rumah Mama.

Kita semua sudah berbohong hal yang sangat besar pada Rara. Mama tidak bisa melanjutkan menutupi ini lagi, Nak. Maafkan Mama,"ucap Rista lirih. 

" Apa?! Bunda sudah tau semuanya?" tanya Ridwan dengan wajah panik. 

"Belum, Mama belum selesai memberi tahu barusan. Mungkin sekarang Mama ingin melanjutkan perkataan Mama tadi yang terjeda karena kedatangan Mas, Ridwan?" Rara menatap Rista dengan serius. 

Rista menatap Ridwan dengan tatapan yang sulit diartikan. 

 "Mama ingin memberitahu apa pada Rara?" tanya Ridwan. 

"Jujur saja, Nak. Tidak baik menyimpan ini semua dari istrimu. Mama tidak ingin larut dalam kebohongan ini terus menerus, Mama sudah tua, mama ingin kalian baik-baik saja." Ujar Rista dengan serius. 

Rara mengerutkan keningnya mendengar suaminya dan mama mertuanya. Sementara Vina masih diam dengan kepanikan yang sangat jelas terlihat di wajahnya. 

"Ma…." Ridwan tak percaya atas permintaan Mamanya. 

Rista memberi anggukkan kecil Meminta Ridwan untuk jujur. 

Berat sekali Ridwan untuk mengatakan yang sebenarnya, ini bukan waktu yang tepat menurut Ridwan. 

Ridwan menarik nafasnya dalam, membuang kembali dengan cukup kasar. Berharap  kekhawatiran ini sedikit reda, tapi dadanya semakin berpacu tak beraturan. 

"Ya Tuhan… bagaimana ini?" gumam Ridwan.

"Katakan, Mas, apa ada yang kamu sembunyikan dariku? Jangan biarkan aku menerka-nerka yang bukan-bukan, Mas." Pinta Rara. 

"Bun," lirih Ridwan. 

Ridwan tertunduk lesu tak sanggup untuk melanjutkan perkataannya.

Rara menatap suaminya lekat. Namun ridwan tak bisa membalas tatapan itu. 

"Katakan, Mas! Apa aku harus menanyakan pada tetangga sekitar sini untuk mencari tahu kebenaran apa yang sedang kalian tutupi dariku?" ujar Rara

Rara merasa sangat haus dengan keadaan ini, meraih gelas minuman yang dihidangkan Vina di meja, meneguk sedikit minum itu, berharap bisa melegakan tenggorokan yang terasa sangat kering. 

"Bun, maaf… Papa… menikah lagi." Ucap Ridwan terbata-bata. 

Duaaarrr! 

Seperti disambar petir di siang bolong. 

Tulang persendian Rara  seperti tak berfungsi. Semua terasa seperti mimpi buruk yang tiba-tiba hadir di tidur nyenyak Rara. 

Gelas yang tadi di genggam terjatuh dengan sendirinya. 

Mata Rara memanas, pikiran-pikiran buruk yang berputar-putar dari kemarin terjawab sudah.

Lidah Rara kelu, tidak bisa untuk berkata lagi. Rara rapuh, benar-benar rapuh. Tidak pernah dia menduga mendapati pahit kenyataan seperti ini. 

"Nak, maafin Mama, seharusnya Mama memberitahumu terlebih dahulu, ini salah Mama. Seharusnya Mama bisa mencegah ini tidak sampai terjadi, Nak." Rista berkata. Melihat kondisi menantunya sangat syok membuat rasa bersalah Rista kian besar. 

"Kenapa kalian membohongiku?! Kenapa kalian tega mencurangi aku? Apa salahku, Mas? Apa dosaku yang membuatmu menduakan aku dan Hanum? Apa baktiku kurang padamu? Apa aku tidak melayanimu dengan baik sebagai istrimu, Mas? Apa karena aku bukan lagi wanita sempurna di matamu hingga kamu mendua?" Dengan tenaga yang tersisa Rara menanyakan itu secara beruntun. 

Air mata Rara yang tadi hanya  menganak  sungai luruh seketika tanpa diminta. Saki? Iya! Sangat sakit! Itulah yang dirasakan Rara. 

Kapalnya tak lagi utuh, laut tempat mereka berlayar ombaknya tak lagi damai dan tenang.

Badai datang dalam keadaan Rara tidak menyiapkan apa-apa. Entah bagaimana cara agar Rara bisa menjaga keseimbangan agar tidak karam ditengah lautan. Semua terjadi secara tiba-tiba. Di saat Rara sedang menikmati indahnya pantai, ombak menghantam secara tiba-tiba. 

Rista dan Vina hanya tertunduk diam tanpa kata melihat pertengkaran Rara dan Ridwan. 

Rara terisak. 

"Jawab, Mas! Jawab! Apa salahku sampai kamu tega mencurangi aku?"

"Bunda, dengarkan Papa dulu. Papa bisa jelasin semuanya, ini tak seperti yang Bunda pikirkan, Papa…."

"Siapa wanita itu? Siapa wanita yang sudah mengalihkan hatimu yang dulu penuh cinta untukku dan Hanum?! Dimana dia? Apa dia ada di sini?!" lagi Rara menanyakan itu penuh selidik dan emosi yang memuncak. Sakit, emosi, semua jadi satu saat itu. 

"Dengarkan Papa dulu, Bun… beri papa kesempatan untuk menjelaskan semuanya, ini gak seperti yang Bunda pikirkan. Papa nggak ada maksud untuk menyakiti Bunda, Papa khilaf Bun."

"Omong kosong! Tidak ada khilaf yang sampai membuahkan hasil, Mas. Kamu sudah hampir menjadi ayah dari istri barumu, dan, sekarang kamu mengatakan kamu khilaf!"

Dada Rara naik turun menahan emosi yang benar-benar membuncah. 

Rara lalu berdiri menuju kamar Ridwan yang juga sekaligus kamar Rara yang dulu sering ditempati Rara jika menginap di rumah mertuanya. 

Dengan langkah gontai Rara berlari kecil untuk sampai di kamar tersebut. 

"Bunda! Tunggu!" teriak Ridwan mencegah Rara. 

Namun Rara tetap melanjutkan langkahnya. 

Rista dan Vina pun ikut panik melihat aksi Rara. 

Rara meraih gagang pintu itu setelah sampai dan membukanya dengan sekuat tenaga. Mata Rara membulat sempurna melihat pemandangan di dalam. 

 

Semakin menambah rasa sakit yang baru di torehkan suaminya. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lara Selvia
kurang maksimal
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   kamar bayi

    Dengan langkah gontai Rara berlari kecil untuk sampai di kamar tersebut. "Bunda! Tunggu!" teriak Ridwan mencegah Rara. Namun Rara tetap melanjutkan langkahnya. Rista dan Vina pun ikut panik melihat aksi Rara. Rara meraih gagang pintu kamar dan membukanya dengan sekuat tenaga. Mata Rara membulat sempurna melihat pemandangan di dalam. Semakin menambah rasa sakit yang baru di torehkan suaminya. Kamar yang dulu sering ditempati oleh Rara saat menginap di sini sekarang sudah disulap menjadi kamar bayi. Bukan, Kamar ini sudah di renov menjadi Kamar bayi namun tetap berdampingan dengan tempat tidur Ridwan dan Rara. Maksudnya Ridwan dan istri barunya. Rara mematung di daun pintu melihat setiap sudut ruangan yang ada di kamar itu semuanya, mata Rara tertuju tempat tidur bayi yang sudah disediakan di kamar itu dengan nuansa biru. Dinding Kamar diberikan stiker-stiker khas anak laki-laki. Tempat tidur yang dulu punya kenangan bersama Ridwan saat ini sudah di rubah menjadi tempat tidur Ridw

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-23
  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   bab 7

    Sesampainya di mobil, Rara menyala mesin mobilnya dan berlalu pergi tanpa pamit dengan satupun. Sudah hilang rasa hormat Rara atas pengkhianatan suaminya. Vina dan Rista hanya bisa melihat dari balik jendela tanpa berani mengantarkan keluar. Sementara Ridwan hanya tertunduk lemah di kamar. "Arrggghhh! Kacau! Semuanya kacau!" rutuk Ridwan. Ridwan mengepal tanganya menghantam dinding kamar itu. Dia kesal, entah apa yang Ridwan kesalkan, padahal dia yang berbuat curang tetapi justru Ridwan sendiri yang seperti kebakaran jenggotnya. Ridwan benar-benar kalut dan kacau."Vina!" teriak Ridwan memanggil adik bungsunya. Vina yang tengah kebingungan di luar terperanjat mendengar teriakan Ridwan. "Ma, Mas kenapa? Aku takut, Ma," Ujar Vina pada Rista. "Sudah sana! Kamu temui, Masmu itu!" titah Rista. Dengan rasa takut yang teramat Vina melangkahkan kakinya menuju kamar Ridwan. Pintu kamar yang masih terbuka seperti sebelum Rara pergi, pembuat Vina bisa langsung menangkap sosok kakak tert

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-24
  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Bab 8

    1[Mas, itu maksudnya apa Bunda bikin Give Away begitu? Itu kenapa perhiasanku bisa sama Bunda?]Ridwan yang baru sampai di garasi hendak turun mendadak dibuat bingung saat membaca pesan dari Eca, give away apa yang dimaksud? [Kamu ngomong apa? Mas nggak ngerti.][Coba mas buka grup karyawan! Bunda mau ngadain giveAway tentang hubungan kita.]Mata Ridwan membulat sempurna membaca pesan itu. Tanpa membalasnya Ridwan kembali mengambil hpnya yang terkhusus untuk keluarganya, yang disitu tercantum grup-grup yang ada di WA. Sementara HP untuk selingkuhannya dia simpan di balik jok kemudi. Tidak lupa Ridwan matikan terlebih dahulu. Saat pesan WA itu dibuka Ridwan benar-benar tidak habis pikir mengapa Rara seperti ini. Berbagai macam komentar masuk membalas pesan Rara. Banyak dari mereka yang tercengang atas apa yang Rara adakan di grup ini. [Bun, ini maksudnya apa, ya? Mas Ridwan itu yang dimaksud Pak Bos?][Bun, ini teh beneran? Emangnya Pak Bos teh selingkuh? Kunaon eta?] timpal Nenen

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-24
  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Bab 9

    Bunda, apa boleh aku kerumah besok untuk memberi bukti yang Bunda cari? Aku punya banyak bukti, Bun. Bukan hanya satu, tapi ada beberapa.]Rara membaca pesannya, mata Rara membulat sempurna seperti tidak percaya. Namun, sesaat kemudian senyum terukir di bibir Rara membaca pesan itu. "Bukan hanya satu? Itu berarti anak ini sudah tau lama perselingkuhan Mas Ridwan.""Mas, kita lihat sampai sejauh mana kamu bersembunyi." Gumam Rara. Tengah asik berbalas pesan, pintu kamar Rara diketuk. "Assalamualaikum, Bunda," sapa Ridwan dari daun pintu. Rara terperanjat kaget. "Masih punya muka dia kembali kesini!" Lagi Rara bergumam. Rara hanya menjawab salam itu dalam hati. Ridwan yang sadar Rara tak membukakan dia pintu, berinisiatif untuk masuk sendiri. Meskipun terpatah-patah langkah Ridwan mendekati Rara, Ridwan sudah bertekad menyelesaikan malam ini masalahnya. "Bun," lirih Ridwan. Rara tak menggubris panggilan suaminya, Rara tetap fokus dengan HPnya berbalas pesan dengan Iwan. Ridw

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-25
  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Bab 10

    Semenjak hari itu, wajah Eca selalu mengganggu di pikiran Ridwan, saat sedang di butik pun Ridwan sering menatap wajah cantik Eca yang dijadikan PP WAnya kala itu. "Ah sial! Gadis ini bikin aku tergila-gila."Rutuk Ridwan. Sekuat tenaga Ridwan mengusir rasa itu, namun setiap saat juga bayangan Eca selalu datang. Sementara Eca sama sekali tak lagi melirik Ridwan setelah kejadian hari itu. Eca hanya memberi perangkap satu kali, namun tak disangka umpanya kena. Malam itu Ridwan menghubungi Eca diam-diam tanpa sepengetahuan Rara. Satu kali panggilan itu terabaikan, hingga panggilan ketiga kalinya Eca menjawab. "Halo Mas, ada apa?" tanya Eca dengan santai tanpa suara yang dibuat manja seperti hari itu. Eca mengira bahwa Ridwan menghubunginya perihal pekerjaan. Ternyata Eca salah, Ridwan menghubunginya perihal masalah hati. "Ca, kamu lagi apa? Aku ganggu nggak?" tanya Ridwan. "Hmm, ini mau keluar, Mas, malam mingguan." Jelas Eca. "Oh, mau pergi ya, sama cowoknya? Maaf ya, aku gang

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-25
  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Bab 11

    Malam telah larut, Rara masih berlanjut pertengkarannya dengan Ridwan. Ridwan masih terus membujuk Rara untuk menerima keadaan, namun Rara masih teramat sakit untuk menerima kenyataan ini. Sungguh Ridwan benar-benar tak memikirkan perasaan Rara sedikit pun. "Sudah lah, Mas! Aku sudah capek dari tadi mendengar permintaanmu! jangan paksa aku untuk menerima keadaan ini. Kamu benar-benar ya! Nggak ada sedikitpun memikirkan perasaan aku! Dasar laki-laki egois!" hardik Rara. Rara mengambil posisi untuk segera tidur, sementara Ridwan hanya menatap istrinyaistrinya tanpa berbicara lagi. Ridwan pun hendak tidur, namun seketika Rara bangun dan meraih selimut dan bantal untuk tidur di sofa bawah. Ridwan yang menyadari istrinya turun pun tersentak bangun. Ridwan tau bahwa Rara saat ini kondisi hatinya sedang tidak baik-baik saja, bahkan tidur satu ranjang pun istrinya enggan. Padahal dua malam yang lalu mereka masih bercanda ria saat hendak tidur, namun sekarang sudah berbeda. "Bun, kenapa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-26
  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Bab 12

    "Bunda, Bunda nggak Papa?" tanya Iwan panik. Bagaimana tidak, Rara tiba-tiba seperti orang hilang tenaga, lemah lunglai ketika meluruhkan dirinya ke lantai. Rara terus memegang dadanya menahan sesak yang kian menghantam. Kenyataan yang didapati ternyata benar-benar membuat Rara tidak percaya. "Lalu Ardi? Bagaimana mungkin Ardi tidak tahu? Ardikan suaminya Eca?" di tengah keterpurukan Rara banyak pikiran-pikiran lain memutar di kepalanya. "Minum dulu, Bun." Iwan datang dari belakang menyodorkan segelas air putih. Rara menerimanya dan meneguk air itu hingga tandas. "Bagaimana, Bun? Udah enakkan belum?" tanya Iwan. Rara masih memegang dadanya, rasa sakit itu kian parah, seperti ada gumpalan yang menyumbat di ulu hati. Rara mengangguk kecil, meskipun tubuhnya gemetaran menahan sakit dan amarah. "Bunda tenang dulu, Bun. Maaf ya kalo ini bikin bunda jadi….""Nggak apa-apa, Wan." Rara memotong pembicaraan Iwan. "Hm, iya Bun," sahut Iwan tidak enak hati. Merasa bersalah melihat ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-27
  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Bab 13

    Ca! Kamu belum bangun?" suara Rista dari luar kamar mengganggu Eca yang tengah rebahan di kamar.Tok tok tok! Lagi pintu kamar diketuk dari luar dengan cukup keras "Eca!" lagi Rista memanggil dari luar. Dengan malas Eca berdiri membukakan pintu kamar. "Iya, Ma, ada apa?" tanya Eca dengan wajah yang dibuat seperti habis bangun tidur. "Ya ampun Ca, kamu itu sudah hamil besar lho, kok yo bangun siang-siang begini. Bangun pagi, Ca! Banyak gerak biar nanti mau lahiran itu gampang. Gak cuma dibawa rebahan aja di kamar." Cerocos Rista dengan suara yang sedikit meninggi, yang sontak bikin kuping Eca panas mendengar ocehan Mamanya Ridwan tiap hari. "Maaf, Ma. Semalam aku nggak bisa tidur. Jadinya kesiangan." Alasan Eca. "Kenapa kamu nggak bisa tidur? Kepikiran Rara sudah tahu hubunganmu sama Ridwan?" sindir Rista yang sontak membuat Eca memerah mangan emosi. "Ngapain aku mikirin itu, Ma. Orang Mas Ridwan yang tergila-gila sama aku. Bukan aku yang merebut mas Ridwan." ujar Eca penuh per

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-27

Bab terbaru

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Akhir kisah

    Ke esokan harinya, Rara dan Hanum pergi ketempat Ridwan berada. "Kak, Kakak mau nyekar ke makam, Oma Dulu apa ke rumah Papa, Dulu?""Kita nyekar dulu, Bun. habis itu baru ke rumah, Papa.""Baik, Kak." Rara melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang agar segera sampai di sana. "Eh, tapi, Bun. nggak usah nyekar dulu, Bun. kita kerumah, Papa dulu. Baru nanti habis itu kita nyekar ke makam, Oma." Rara menuruti semua apa maunya Hamum saja. yang terpenting bagi Rara saat ini Hamum jauh lebih bahagia dan sudah bisa legowo dengan keadaan apapun. Mobil yang membawa mereka sudah masuk ke gang rumah kontrakan Ridwan. Dari jauh tanpak orang-orang ramai di depan kontrakan itu. tak berselang lama dengan arah berlawan Muncul lah mobil Dimana tunangam Vina. di susul juga dengan kedatangan mobil Anton. "Itu kenapa rame-rame begitu, Kak ya? itu ada mobil Om anton sama Mobil Om Dimas juga." "Ada acara kali, Bun.""Kak. tapi itu ada bendera kuning juga di depan kontrakan, Kak,""Ayok kita turun,

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Ingatan di masa lalu

    Kalau memang masih ada rasa, kenapa tidak kembali lagi, Bun? biar kita menjadi keluarga yang utuh kembali." cicit Hamum lagi. deg! dada Rara berdebar hebat, hatiny mulai tidak karuan."Kak, tidak semudah itu untuk sebuah kata kembali, Kak.""Tapi seandainya, Papa meminta apa, Bunda akan menolak?""Kak, Kakak kenapa? kenapa dari tadi menanyakan masalah pernikahan melulu.""Jujur saja dari, Kakak, Bun. Kakak ingin Bunda bersatu kembali sama, Papa. kita jadi satu keluarga utuh lagi. Kakak sayang bangat sama kalian berdua, Bun.""Kakak ngaco kalo ngomong. Sudah lah, Kak. Bunda mau mandi dulu.""Tapi bunda masih ada rasakan sama, Papa." Rara hanya menoleh sesaat lalu kembali masuk ke dalam. sambil mandi Rara terus kepikiran dengan ucapa Hanum anaknya. Rara sendiri menanyakan itu pada pantulan bayangannya di kaca kamar mandi. "Apa benar aku masih mencintai, Mas Ridwan? apa benar selama ini aku seperti mati rassa pada lawan jenisku? tapi kenapa? kenapa disaat dekat dengannya seperti

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   masih adakah untuk Papa, Bun?

    Hamum memeluk Rara penuh dengan kegirangan dan kebahagiaan. pasalnya, hari ini dia sudah pakai toga tanda kelulusan. "Bunda, Kakak senang banget, Bun. Alhamdulillah, Kakak sudah lulus.""Iya, Kak. Bunda turut senang, selamat ya untuk anak, Bunda. Alhamdulillah, Bunda bangga sekali sama, Kakak karena Kakak sudah lulus melewati ujian ini." Tutur Rara seraya kembali memeluk hamum.Wajah Hanum yang tadinya bahagia, Sesaat kemudia berubah sendu. Hamum melihat ke kiri dan ke kanan, dan mengedar pandangan kesemua arah. Hanum beraharap akan ada kejutan di hari yang spesial ini. tapi nyatanya tidak. Rara juga tengah menunggu orang yang sama yang dicari Hanum. "Mas, kamu bilang mau datang, mana? Andai kamu melihat, Hanum tenngah menunggumu di sini." Rara membatin.melihat orang-orang berfoto bersama dengan ayah, membuat hati Hanum berkedut nyeri. "Pa, andai Papa datang? andai Papa ada di sini. "meskipun, Hamum belum secara langsung menghubungi Ridwan, tetap hati Hamum sudah memaafkan, Ridwan

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Apa kamu sakit, Mas?

    Ridwan dan Rara sama-sama menoleh dan netra mereka bertemu. "Mas,""Ra," mereka kompak saling menyapa. Rara tersenyum begitu juga dengan Ridwan."Ini kejutan bagi, Mas, Ra. Mas nggak nyangka kamu akan datang.""Vina anak baik, Mas. dia datang ke rumah bersama calonnya mengundang secara langsung. Rasanya tidak pantas jika aku tidak datang. itu artinya aku masih dianggap keluarga oleh,Vina." Tutur Rara pelan. karena jarak mereka berdekatan. "Iya, Ra, kita masih keluarga, dan kamu hari ini cantik sekali… kamu sangat cantik." tentu itu hanya Ridwan ucapkan dalam hatinya. "Dua minggu lagi, Kakak wisuda, Mas.""Iya, Mas tau. Insya Allah, Mas akan usahakan datang." "ugh!" Ridwan meringis kesakitan. Perutnya tiba-tiba perih. Ridwan mencoba untuk tetap menahannya agar tidak ada yang tau kalau Dia tengah merasakan sakit yang luar biasa. "Mas, kamu kenapa?" Rara yang mendapati ridwan meringis menahan sakit. "Hm… nggak apa-apa, Ra.""Kamu pucat, Mas. Apa kamu sakit?""Nggak, Ra. Mas baik-ba

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   tunangan

    "Siapa yang datang kemari? apa ada uang mau bikin baju, lagi?"Dimas dan Vina keluar dari dalam mobil, Rara terkejut. "Vina?" ucap Rara tidak percaya. Rara segera keluar dari ruang meetingnya untuk menyambut kedatangan Vina. terlebih dahulu Rara menunda meeting itu setelah nanti Vina pulang. Rara rasanya bahagia sekali melihat perubahan Vina. Vina benar-benar membuktikan apa yang dia janjikan. "Assalamualaikum," Sapa Vina. "Waalaikumsalam." Rara menjawab salam Vina seraya keluar dari ruang meeting nya. "Mbak, apa kabar?" Vina bersalaman dengan Rara dan cipika cipiki. Entahlah semua seperti kebetulan atau memang sudah diatur oleh yang diatas. hari ini Rara memakai jilbab hadiah dari Vina. Wajah Vina sumringah bahagia mendapati pemberiannya dipakai oleh Rara. "Ada angin apa ini sampai datang kemari? ini siapa?" tanya Rara sambil menaruh minuman kemasan di atas meja. Vina menatap Dimas seraya tersenyum. "Aku kesini ingin silaturahmi aja, Mbak. sekalian aku mau ngasih, Mbak ini."

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Sebuah kejujuran

    "Dim, Maaf kita belum saling mengenal, Dim. kamu belum tahu aku, pun sebaliknya aku juga belum tau kamu. Aku belum bisa jika kamu minta aku menjawab sekarang. Tapi jika kami ingin kita dekat, aku siap untuk kita saling mengenal terlebih dahulu.""Baik, Vin. Aku tau ini terlalu mendadak. Aku paham kok. Aku siap nunggu kamu kapanpun kamu bersedia." Tutur Dimas lembut. "Terima kasih, Dim.""Aku yang berterima kasih, Vin. karena kamu sudah mau memberi kesempatan untuk kita saling mengenal terlebih dahulu."Vina benar-benar takut dengan keseriusan Dimas. Hal yang ditakuti vina selama ini akhirnya terjadi juga. bagaimana nanti jika Dia tau bahwa Vina sudah tidak lagi suci. Apa Dimas masih bisa menerima, Vina dalam keadaan kotor. namun untuk jujur pun Vina tak berani. malu? iya jelas Vina sangat malu. "Apa sebaiknya aku beranikan diri untuk jujur? jika Dimas benar mencintaiku, pasti dia akan tetap menerima aku." Vina berbicara dengan diri sendiri. ******"Kamu mau pesan apa?" tanya Dim

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Vina Di lamar

    Ridwan membuka matanya, kepalanya terasa sangat berat dan sakit. matanya menelusuri sekitar ruangan, bau obat-obatan memenuhi indra penciuman Ridwan. Ridwan menyadari tangannya terpasang infus. "Ya Allah apa yang terjadi padamu?" Ridwan tiba-tiba panik sekaligus penasaran apa yang terjadi padanya. "Selamat siang, Pak Ridwan. Bapak sudah sadar? gimana keadaannya. Apa yang, Bapak rasakan sekarang?""Dok, saya kenapa? apa yang terjadi pada saya?" bukan menjawab, Ridwan justru bertanya balik. "Menurut hasil pemeriksaan, Pak Ridwan, terkena asam lambung dan maag kronis, Pak." "Apa, Dok? kronis? apa saya bisa sembuh, Dok?""Insya Allah ya, Pak. Kita usahakan pengobatan terbaik untuk, Bapak. Untuk hasilnya, kita serahkan sama Allah ya, Pak. Kalau boleh saya tau, apa bapak tidak menjaga pola makan dengan, baik di rumah?""Iya, Dok. Saya makan yang teratur kok dirumah." ucap Ridwan berbohong. Dokter itu tersenyum ramah pada Ridwan. dokter perempuan muda. Yang sedang koas di rumah sak

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Perubahan Vina

    Selama ini Epri mengamati, Rara dari jauh, Epri benar-benar tidak menyangka kehidupan Rara jauh lebih baik darinya. Epri yang notabene-nya dari keluarga yang berkecukupan dan kaya justru jauh di bawah Rara saat ini. Bahkan wanita yang dia pilih untuk dijadikan istri oleh Epri pun jauh di bawah Rara. Rara bahkan tidak terlihat ada kerutan di wajahnya. dia seperti menolak tua, membuat Epri yang semakin ingin mendekati Rara kembali. tapi sepertinya akan selalu gagal. "Apa aku harus berusaha lebih untuk ini? aku tidak boleh menyerah, aku harus mendapatkan kembali hati, Rara." Gumam Epri. Seminggu setelah kejadian itu, Rara kembali menerima paket. kali ini paket itu datang langsung ke kantor Rara. Iwan yang baru pulang dari antar paket menera itu dari kurir di depan kantor. "Bun, ini ada paket untuk Bunda. " Ridwan memberikan itu seraya paket buket bunga dari luar. "Bunga? dari siapa, Wan?" tanya Rara"Nggak tau, Bun. Aku nggak lihat nama pengirimnya." "Oh ya, sini, Bunda lihat. Ter

  • Acara tujuh bulanan di rumah mertua di wa story ipar   Pertemuan Epri dan Rara

    "Bun, di luar ada tamu." Windi datang memberitahukan, Rara. "Siapa? suruh masuk saja, Win." Titah Rara masih fokus dengan laptopnya. "Baik, Bun.""Assalamualaikum," Suara yang yang tidak asing itu terdengar mengusik konsentrasi Rara. Rara menatap sepatu pria itu hingga beralih sampai ke atas. Mata Rara melotot sempurna melihat siapa yang datang. "ya Allah, dia ternyata tidak main-main ingin menemuiku." Gumam Rara. "Waalaikumsalam," Sahut Rara dengan wajah syoknya. "Apa aku boleh masuk?""Tentu… silahkan duduk."Rara mencoba kembali ke mode tenang dan santai. Rara mencoba untuk rileks seolah dia tengah baik-baik saja. Rara ingin menunjukkan pada pria yang ada di hadapannya saat ini bahwa Rara jauh lebih baik dan lebih bahagia. setelah mempersilahkan duduk, Rara hanya diam dan tidak berbicara. itu berhasil membuat Epri menjadi salah tingkah. Epri duduk di sofa tepat di depan meja kerja Rara. Epri sempat terkagum melihat Rara yang sekarang. Rara tidak terlihat tua sama sekali,

DMCA.com Protection Status