Kepulangan Akmal ke Jakarta disambut orang tuanya. Dua hari yang lalu setelah dihubungi Dila, mereka akhirnya kembali ke Jakarta. Akmal tidak peduli dengan kehadiran mereka, matanya masih sembab karena menangis seharian. Dasar cengeng. Kalian tahu, alasan Renata tidak menyetujui hubungan Akmal dan Helsa adalah orangtua Akmal yang sudah berpisah sejak dia kecil. Kata Renata, Akmal berasal dari keluarga yang tidak jelas asal-usulnya. Sakit, bukan? "Akmal," panggil Dewi, Mamanya. "Ngapain Mama pulang? Masih peduli sama Akmal? Papa juga, ngapain? Kalian kembali atau tidak, nggak akan mengubah keadaan." Akmal beranjak dari sofa ruang tengah, dan kembali ke kamarnya.
Pukul delapan malam, Ando, Ranaya, dan Arjun duduk di sebuah cafe yang tidak jauh dari sekolah. Tadinya hanya ada Ando dan Arjun, tapi Ranaya datang menemui mereka. Gadis itu membawa kabar bahwa besok Helsa akan berangkat ke Kanada. Bella , Diandra, Citra, dan Keke, saat ini datang ke rumah Helsa. Gadis itu mau menemui mereka semua, perpisahan katanya. Ranaya memang sempat ke sana, namun memutuskan pergi menemui dua laki-laki itu. Sejak setengah jam yang lalu, mereka mencoba menghubungi Akmal. Sayangnya, tidak dijawab sama sekali oleh pemuda itu. Bahkan chat pun hanya dibaca. Entahlah, sedang apa dan dimana dia. "Ini si Akmal kenapa nggak jawab telepon kita? Dia mau lepasin Helsa gitu aja?" Manik mata Ranaya bergantian menatap dua pemuda di hadapannya sekarang. "Usaha apa kek kalian," raung Ranaya, frustasi melihat kedua pemuda itu biasa saja. "Apa mungkin Akmal bawah kabur Helsa kedua kalinya?" terkah
Langit siang terlihat begitu cerah hari ini. Namun, tak secerah hati pemuda yang duduk di kursi pantry dapur rumahnya. Akmal memandang keluar jendela dapur. Rumah ini tampak tidak berpenghuni, tubuh Akmal memang disini, namun hati dan pikirannya berada jauh.Tidak pernah terduga bahwa hari ini akan datang. Hari ini, Helsa berangkat ke Kanada. Tanpa ada kabar dari siapapun, bahkan dari sahabat-sahabatnya."Akmal," seorang gadis memeluk tubuh polosnya dari belakang. Matanya melotot ketika mengetahui gadis ini."Tau dari mana lo rumah gue?""Tau dong, kan rumah calon pacar," celetuk Rania.
Dua hari tidak sadarkan diri di rumah sakit, akhirnya Helsa siuman. Manusia pertama yang ia lihat saat membuka mata adalah Mamanya dan seorang pria tampan berjas putih. Dokter Adryan memeriksa kondisinya pasca siuman. Helsa melengos saat Mamanya mengajak bicara. Ia sangat membenci Renata. Wanita tua itu pasti sedang bahagia karena berani membawanya pulang. "Kenapa juga harus sadar? Kenapa aku nggak sekalian mati aja, sih," komentar Helsa. "Jangan bicara seperti itu," sambar Adryan. "Sa, kenalin dokter Adryan. Dia yang akan merawat kamu disini," ujar Renata memperkenalkan dokter Adryan.
Setelah hampir satu minggu absen, hari ini Akmal kembali ke sekolah. Sebelumnya, dia dipanggil kepala sekolah dan guru BK untuk kasusnya beberapa hari yang lalu. Semua sudah dijelaskan dengan sejujurnya, tidak ada yang Akmal tutupi. Sekolah tidak memberi skors atau SP. Dia hanya diberikan teguran biasa. Akmal juga sudah mengakui kesalahannya. "Jadi, Helsa tetap di Jakarta? Tapi, kalian backstreet?" tanya Reno. "Mamanya Helsa keras juga, Papanya gimana?" Kali ini David yang bertanya. "Papanya itu selalu percaya anaknya," jawab Akmal. Tangannya sibuk merobek-robek kertas yang sudah mulai hancur berkeping-keping. Pandangan Akmal lurus ke halaman tengah s
Malam minggu adalah malam panjang bagi beberapa pasangan. Entah di rumah atau diluar rumah. Namun, tidak dengan gadis yang masih terbaring di brankar.Selama satu jam tertidur karena pengaruh darah yang masuk ke tubuhnya, akhirnya Helsa bangun dari tidur. Percayalah, ketika tubuh menerima pasokan darah dari luar, rasa kantuk itu sangat luar biasa.Ketika matanya terbuka, tidak ada satupun orang di kamarnya. Dokter Adryan sudah kembali ke apartemennya sejak gadis itu menerima satu kantong darah terakhir.Helsa menghembus nafasnya gusar, bahkan Akmal tidak ada disini. Tadi, sebelum dokter Adryan pulang, dia sempat menanyakan kabar dari Akmal. Pikirnya, mungkin Akmal membalas pesannya. Namun, tidak ada respon dari pemuda itu.
Sesuai dengan jadwal, hari ini Helsa kembali ke rumah. Untungnya, petugas dari laboratorium mawar medika mengambil darahnya masih pagi. Jadi, gadis itu pulang lebih awal. Tapi, Helsa belum tahu siapa yang akan menjemputnya di rumah sakit. Akmal, pemuda itu bahkan tidak ada kabar sampai sekarang. Sudah lah, Helsa tidak mau menaruh harapan terlalu tinggi. Dokter Adryan masuk ke kamar rawatnya, membawa serta hasil dari laboratorium. Helsa sedikit tersentak, ketika dokter ganteng itu menyentuh puncak kepalanya. Ia masih mengingat perkataan Suster itu semalam, hal itu membuat Helsa sedikit canggung."Kamu udah siap?" tanya dokter Adryan. Helsa mengangguk, posisinya sudah berdiri menghadap dokter itu. "Gimana hasilnya, dokter?" "HB kamu kembali normal. Tapi, ingat, kamu itu belum sembuh sepenuhnya. Jangan banyak begadang, pikiran, dan capek. Saya nggak segan buat sekap kamu di rumah sakit, kalau kamu ngelawan." Helsa tersenyum simpul. Wajahnya mera
Bunyi pukulan dan tendangan samsak terdengar menggema ke seluruh penjuru ruangan. Malam ini Akmal memutuskan untuk bermain ke tempat latihannya.Tidak ada jadwal latihan, dia hanya ingin. Ya, pemuda itu salah satu anggota Kickboxing. Seni bela diri itu sudah dia tekuni sejak usia lima belas tahun.Akmal masih dirundung rasa bersalah pada kekasihnya. Meskipun menurutnya Helsa tidak mengetahui video itu, tapi tetap saja perasaannya tidak tenang. Seperti ada sesuatu yang menjanggal. Ini pertama kalinya pemuda itu membohongi kekasihnya."Cerita kalau punya masalah?"Suara berat itu menghentikan pukulannya pada samsak yang tak berdosa. Akmal tersenyum hangat mendapati sosok pria bertubuh besar yang berdiri di belakangnya."Coach," sebutnya lalu mereka saling melakukan first bump.First bump : gerakan adu kepalan tangan yang berfungsi seperti jabat tangan atau tos.Pria yang dipanggil coach oleh Akmal tadi bersandar pada ring. Tatapan intens tertuju pada s