Share

ASI Untuk Putra Sang CEO
ASI Untuk Putra Sang CEO
Penulis: Zinnia Azalea

Kemalangan Hidup

Penulis: Zinnia Azalea
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-06 13:56:04

Tangan Alana gemetar saat mengepel rumah sebesar istana itu. Napasnya tersengal, pinggang hingga kakinya terasa pegal dan kebas. Bekerja sebagai ART saat dirinya tengah hamil besar benar-benar membuat tenaganya terkuras.

Wanita berkulit putih itu tengah menyeka keringat yang bercucuran membasahi dahinya saat ART senior di rumah itu memanggilnya.

“Alana, kamu dipanggil Nyonya,” kata Bi Narti, menatap Alana prihatin.

Seharusnya dengan kondisinya yang sekarang, Alana beristirahat sambil menunggu kelahiran sang buah hati, bukannya bekerja tak kenal lelah seperti ini.

“Suamimu benar-benar nggak bisa diandalkan! Ke mana dia di saat kamu bekerja keras seperti ini?” gerutu Bi Narti, antara kesal dan juga kasihan pada Alana.

Alana hanya tersenyum miris. Heri, suaminya, tak pernah memberikan nafkah yang layak padanya. Ia bahkan dipaksa bekerja karena uang gaji suaminya sudah habis untuk bermain judi.

Alanalah yang memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dengan gajinya sebagai ART. Miris memang, tapi di dunia ini masih ada pria seperti Heri.

“Aku akan menemui Nyonya dulu ya, Bi,” katanya. Ia mencoba bangkit walau kesusahan.

Bi Narti membantu Alana dan menuntunnya untuk menemui Nyonya rumah. "Nyonya sudah menunggumu. Bibi ke dapur lagi ya," katanya sambil pamit.

Alana tersenyum hangat dan berterima kasih. Ia masuk ke ruang keluarga di mana sang majikan sedang duduk dengan wajah angkuh.

Sesekali tangannya pun mengusap perut buncitnya. Amanda, sang majikan, pun tengah mengandung. Bahkan jarak kehamilan Amanda dan Alana pun terhitung hanya berbeda minggu saja.

"Duduk!" perintah Amanda dengan tatapan tegas.

Alana manut, ia duduk di kursi di depan Amanda. Namun Amanda menatapnya dengan sinis, ia tersenyum merendahkan.

"Siapa yang menyuruhmu duduk di sofa? Dasar pembantu tak punya adab dan sopan santun!" maki Amanda kesal. “Duduk di lantai!”

"Ma-maaf, Nyonya!" ujar Alana panik. Ia langsung berdiri dan duduk di lantai.

Ia tak mengambil hati atas ucapan pedas Amanda, karena sudah menjadi makanan sehari-hari ia dicaci maki oleh majikannya itu.

"Ini gajimu untuk bulan ini,” kata Amanda sambil menyerahkan sebuah amplop. “Perutmu sudah sangat besar. Aku akan memberikan cuti melahirkan padamu. Tapi aku tak akan menggajimu selama kau tak bekerja di rumah ini."

Alana mendongak menatap majikannya. Rautnya tampak resah mendengar ucapan Amanda. "Ta-tapi Nyonya, kata Tuan, saya diberikan cuti melahirkan selama tiga bulan dan bayaran saya full, Nyonya," katanya takut-takut.

Suami Amanda adalah seorang CEO bernama Elzaino. Ia adalah pria yang terkenal dingin, tetapi sangat memanusiakan pekerjanya. Berbeda dengan istrinya yang semena-mena. Namun, Elzaino tak selalu setiap hari ada di rumah. Ia hanya pulang satu minggu sekali atau bahkan satu bulan sekali jika jadwalnya sedang padat.

"Berani kamu membantah saya? Denger ya, babu! El itu adalah suami saya! Apapun keputusan saya, dia pasti menyetujuinya. Kamu jangan sok pintar mengingatkan saya!"

Amanda menunjuk Alana dengan gurat wajah kebencian.

Ia sangat tak suka bila ada seseorang yang melawan perkataannya. Apalagi dia hanya seorang asisten rumah tangga, yang menurut Amanda berada di hierarki terbawah.

Alana hanya bisa meremas daster usangnya. Hatinya perih setiap Amanda mengatainya babu. Ya, dia memang hanya pembantu. Tapi bisakah Amanda memperlakukannya selayaknya manusia?

"Jangan ngelamun! Kamu denger saya kan?" Amanda memelototkan matanya, seakan mata itu akan loncat dari tempatnya.

"I-iya, Nyonya," lirih Alana pasrah.

Alana pun membawa amplop gajinya selama satu bulan itu dengan gontai. Setelah berpamitan kepada Amanda, Alana memutuskan untuk pulang.

Sesampainya di rumah, Alana melihat Heri tengah menonton televisi. Pria itu bekerja sebagai tukang kebun di kediaman Elzaino dan Amanda. Namun, Heri tak pernah pulang larut, karena setelah pekerjaannya selesai, ia bisa pulang kapan saja.

"Baru pulang kamu?" tanya Heri, tanpa melihat ke arah sang istri.

"Iya, Mas," jawab Alana sembari membuka jaket rajut usangnya. Ia gantungkan di pintu dan duduk di kursi yang sudah mulai lapuk.

Rumah Alana memang sangat sederhana, bahkan bisa dibilang seperti gubuk reyot. Namun, Alana tetap bersyukur, karena gubuk ini adalah peninggalan kedua orang tuanya yang sudah tiada.

"Hari ini kamu gajian kan?" tanya Heri memperhatikan tas usang Alana. Alana mengangguk pelan.

Tiba-tiba, Heri mendekati Alana dan merebut tas usangnya itu.

"Mau apa kamu, Mas?" Suara Alana terdengar bergetar. Merasa ketakutan dengan sang suami yang berusaha merebut tasnya dengan paksa.

"Mana lihat uang gaji kamu? Aku pinjem dulu, aku perlu buat modal. Nanti aku ganti!" ucap Heri enteng. Dengan satu tarikan, tas Alana sudah berhasil Heri rebut.

"Jangan, Mas! Itu untuk kebutuhan kita dan calon anak kita!” seru Alana sambil berusaha mengambil kembali tasnya. “Jangan dipakai untuk main judi lagi, Mas!”

"Bukan judi, ini untuk modal!” bantah Heri. “Sudah jangan protes, aku pinjam sebentar uang ini!" Matanya berbinar ketika menghitung jumlah uang yang berwarna merah tersebut.

"Jangan diambil, Mas! Nanti sebulan ke depan kita makan apa?" Alana mengatupkan kedua tangannya di dada. Air mata sudah luruh membasahi pipinya.

Heri yang muak pun segera mengapit kedua pipi Alana dengan kasar, hingga ia meringis karena perutnya ditekan oleh tubuh Heri.

"Lepas, Mas, sakit!" Alana menyorot tajam wajah suaminya itu dengan tatapan memohon.

Tak pernah ia duga, pria baik-baik dan agamis yang dulu dijodohkan dengannya ini ternyata tak lebih dari monster yang membuat hidup Alana seperti di neraka. Berkali-kali Alana meminta cerai pada pria itu, namun Heri selalu mengancam akan membunuhnya jika sampai Alana menggugat cerai dirinya.

“Bosan hidup kamu, heh?”

“Mas, tolong ….”

Heri menjambak rambut panjang Alana, membuat kepala Alana mendongak ke atas. Kulit kepalanya yang terasa perih tak lagi dirasanya. Ia hanya bisa menangis.

"Dengar! Aku ini suami kamu. Jangan selalu membangkang kepadaku!” kata Heri penuh penekanan. “Aku hanya meminjam uangmu bukan meminta. Aku kan sudah bilang kalau aku menang judi, akan kubayar uang tak seberapamu ini dengan berlipat-lipat!"

Alana menggeleng sambil berurai air mata.

"Tidak ada yang kaya karena judi, Mas. Justru kita semakin terpedaya dan semakin miskin jika tak berhenti bermain judi. Nyebut, Mas! Kita akan punya anak. Anakmu tak akan senang mempunyai seorang ayah yang gemar judi dan mabuk-mabukan….” Isakan Alana semakin keras. Selain rasa sakit yang terasa di kulit kepalanya, hatinya pun sangat sakit karena sikap kasar suaminya.

"Jangan ceramah di sini, Sialan!" Heri membanting kepala Alana ke tembok, hingga kepala wanita malang itu berdarah.

Tak cukup sampai di sana, Heri kemudian mendorong Alana hingga terjerembab ke lantai yang masih beralas tanah. Membuat wanita itu begitu kesakitan. Darah dan cairan berwarna bening pun keluar dari jalan lahir Alana.

"Mas…!" pekik Alana.

Namun, mendadak semuanya menjadi gelap. Alana ambruk dan tak sadarkan diri.

Bab terkait

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Kesedihan Yang Mendalam

    Alana tersadar saat tubuhnya yang lemah dipindahkan ke brankar. Sepasang matanya mengerjap lemah, kepalanya benar-benar pusing saat dokter memeriksa kondisinya.“Denyut jantung bayi melemah. Segera persiapkan tes, kita akan operasi darurat!" "Baik, Dok!"Percakapan dokter dengan perawat itu membuat rasa panik menjalari hati Alana tanpa bisa dicegah. Kejadian beberapa saat yang lalu menghantuinya, membuatnya ketakutan setengah mati.“Dokter, tolong selamatkan bayi saya,” kata Alana saat ia dibawa ke ruang operasi.“Kami akan melakukan yang terbaik. Banyak berdoa ya," kata dokter itu menenangkan.Proses operasi itu berjalan lancar. Namun, saat dokter mengangkat bayi Alana, bayi yang berjenis kelamin perempuan itu tak kunjung menangis. Kulitnya terlihat sudah membiru seluruh tubuh, seolah tak ada kehidupan di raga bayi itu."Dok, anak saya baik-baik saja kan?" tanya Alana."Dok, bagaimana ini?" tanya asisten dokter.Namun, dokter spesialis kandungan itu tak menjawab, ia menyerahkan bay

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Menawari Menenangkan Sang Bayi

    Hari berganti hari, nyatanya kehilangan seseorang pun hidup harus tetap berjalan. Semua uang Alana sudah dibawa lari oleh suaminya. Mau tak mau, Alana harus menyimpan kesedihannya dan kembali bekerja. Ia berencana menjual rumah peninggalan rumah orang tuanya, lalu mengikuti jejak Bi Narti yang menjadi pembantu di rumah Elzaino dengan menetap di rumah itu. Alana pun sudah mendaftarkan gugatan cerai setelah dibantu oleh para warga. Jika dulu Alana bertahan karena anak yang dikandungnya, tapi tidak untuk sekarang. Tidak ada alasan lagi untuk Alana bertahan di sisi Heri yang memiliki temperamen buruk. Tak lupa wanita itu terus berterima kasih dan berpamitan pada semua warga yang tulus menolongnya tanpa pamrih. Bi Narti langsung menyambut Alana begitu ia tiba dan memeluknya dengan erat. “Turut berduka atas kehilanganmu, Alana.” Wanita itu tergugu dalam pelukan Bi Narti. Ia tidak dapat menahan kesedihan yang masih membelenggunya. Puas menangis, Bi Narti menyuruh Alana un

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Dipindah tugaskan

    “Ba-baik, Tuan,” sahut Alana gugup. “Cuci dan sterilkan tanganmu!” titah El tegas.Alana segera ke kamar mandi mencuci tangannya dengan sabun dan air yang mengalir. Tak lupa ia melepas apron yang sedari tadi dipakai. Wanita itu kemudian keluar dan mengambil Arga dengan segan dari tangan El."Sakit ya, sayang? Cup. Cup. Kasihan sekali anak ganteng, anak soleh," tutur Alana lembut, wanita itu pun memangku dan menidurkan Arga di kasur. Alana kemudian memijit perut Arga dengan pijitan ILU sehingga tangisannya sedikit demi sedikit mereda. El cukup tercengang karena Arga kini berhenti menangis. Ia menelisik setiap gerakan yang Alana buat. Takut jika sang asisten rumah tangganya membuat Arga cedera."Dia kolik, Tuan. Perutnya kembung. Biasanya tak cocok dengan susu formula," jelas Alana tanpa diminta, yang membuat dahi El mengernyit.Setelah tangis bayi itu reda dan akhirnya tertidur, Alana menyimpan Agra dengan hati-hati ke dalam box bayi yang ada di ruangan penuh warna itu. Ruangan ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Menjadi Ibu Susu Putra CEO

    Hasil tes kesehatan Alana sudah keluar. Elzaino membacanya dengan saksama. Di sana diterangkan jika Alana dalam kondisi sehat dan tidak sedang menderita penyakit apapun, terutama penyakit yang bisa ditularkan melalui ASI. Selain itu, Alana memiliki golongan darah dan resus yang sama dengan Arga. Ini tentu kabar baik karena tubuh Arga tidak akan kuning jika menerima susu dari Alana. "Kamu nggak salah mau pembantu itu yang menyusui Arga?" Meri, ibu Elzaino tampak tak menyetujui ide dari putranya."Bu, aku yang paling tahu tentang kebutuhan anakku," Elzaino menoleh ke arah sang ibu yang saat ini ada di dalam kamarnya."Paling tahu? Tahu apa kamu, El? Kamu ini ayah baru. Tahu apa tentang perbayian? Ini ibu kamu, sudah khatam tentang anak. Emang kamu nggak takut pembantu itu nularin penyakit ke anak kamu?" sergah Ibu Meri dengan raut wajah judesnya. Ia duduk sembari melipat tangannya di dada."Bu, dia bukan asisten rumah tangga lagi. Dia ibu susu Arga sekarang, namanya Alana. Aku sudah m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Orang Di Masa Lalu

    Flashback.... Amanda diantarkan oleh seorang pria berparas tampan dan blansteran. Mereka diantar oleh supir pribadi Amanda. Tak lupa Bi Narti pun ikut serta mengantar Amanda ke rumah sakit terbesar di kota itu. Sesekali Amanda meringis, ia merasakan kontraksi pada perutnya. Bi Narti dan supir yang bernama Mang Tejo pun sudah menghubungi El. Dengan panik, El segera membatalkan kunjungan pentingnya. Ia segera memesan pesawat dengan jam penerbangan saat itu juga. Beruntung El mendapatkan tiket dengan mudah dengan kelas VIP itu. "Sakit sekali, Darren!" Amanda meringis.Wanita itu merasa tak kuat dengan rasa sakit dan mulas yang menderanya. Sesekali ia mencengkram tangan pria bule yang bernama Darren itu, hingga membuat Bi Narti dan Mang Tejo berpandangan. "Cepat! Lebih ngebut lagi!" Darren memerintah dengan tegas, membuat mang Tejo segera tancap gas dan mengendalikan mobil sport berwarna hitam itu dengan ugal-ugalan. Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di rumah sakit. Para

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Ingin Melihat Arga

    Elzaino menanda tangani berkas kerja sama antara perusahaan miliknya dan perusahaan besar yang ada di Dubai. Seharusnya pria bertubuh tinggi dan atletis itu gembira dan merayakan keberhasilan ini. Teringat ketika ia menceritakan harapannya bekerja sama dengan perusahaan raksasa asal Dubai ini pada sang istri. Walaupun waktu itu respon Amanda mengecewakan, tapi wanita itu berharap Elzaino memenangkan kerja sama yang berharga milyaran itu. Hati El kini terasa hampa dan sepi. "Seharusnya kita merayakannya bersama-sama dengan Arga," lirih El. Matanya menatap jauh ke depan. Menatap pemandangan dari bangunan kantornya yang mencakar langit. Tangannya mengepa saat mengingat Amanda mencampakan dirinya. Saat itu ketika dirinya pulang dari kantor, Elzaino tak menemukan Amanda di rumah. Petugas keamanan yang berjaga berkata jika Amanda pergi dengan alasan bertemu dokter untuk mengecek luka pasca persalinan. Elzaino kemudian menemukan sepucuk surat jika sang wanitanya sudah tak ingin berada di s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Panik

    Pagi ini Alana sudah berpakaian dengan rapi, sejak menjadi ibu susu Arga, wanita itu tampil lebih cantik dan terawat. Jika sebelumnya ia selalu memakai daster lusuh, kini tidak lagi. El memberikannya baju-baju yang layak dan bersih agar Arga memiliki ibu susu yang sehat dan steril. Seperti hari ini, Alana memakai dress di bawah lutut. Ia mengucir rambut panjangnya agar tak mengganggu Arga saat menyusu kepadanya. Jika penampilan rapi, Alana sangat cantik. Bahkan terlihat seperti kakak dari Arga, bukan ibu susu. Hari ini Arga dijadwalkan untuk imunisasi ke Rumah Sakit Ibu dan Anak. El sudah berangkat dari pagi untuk bekerja. Mireya pun sudah resmi bergabung menjadi wakil direktur, Wakil dari El. Memang Mireya mempunyai kemampuan hampir menyamai kakaknya. Sementara di rumah hanya ada Meri dan beberapa pelayan. Meri memperhatikan Alana, dalam hati ia memuji paras Alana yang sangat cantik. Fisik Alana seperti kelas sosialita jika di dandani seperti sekarang. Padahal Alana tak memakai m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Rencana Yang Tak Disangka

    Di kota New York, Amanda telah terbangun dari tidurnya. Bibirnya menyunggingkan senyuman saat melihat pria di sampingnya yang tertidur dengan damai. Ya, dia adalah Dareen. Mantan terindah yang telah berhasil kembali ke sisinya. "Pagi, sayang!" Amanda menyentuh pipi Dareen yang kemerah-merahan. Wanita mengecup bibir Dareen sekilas, setelah itu ia bangun dari tidurnya untuk membuatkan Dareen sarapan. Amanda ingin sekali melayani Dareen dengan sepenuh hati. Amanda berjalan menuju jendela, ia menyibak gorden yang menutupi kamar apartemen mewah itu. Ia tersenyum saat melihat salju yang turun. Amanda memang sesuka itu dengan salju. Sekilas ia mengingat bayi yang ia lahirkan, tak menampik ada rasa rindu yang terasa saat mengingatnya. Namun, Amanda mengubur perasaan yang menurutnya bisa melemahkannya itu. Amanda sudah sejauh ini dengan Dareen, ia tak mau bayi itu menghalangi niatnya untuk kembali kepada Dareen selamanya. Apalagi Amanda telah menentang keluarga besarnya saat mengambil kepu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25

Bab terbaru

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Tak Ingin Alana Sakit

    Sejak kedatangan Amanda, Meri begitu mencemaskan keadaan sang cucu. Meri takut, Amanda akan berbuat nekat untuk mengambil Arga dari sisi keluarganya. Meri berjalan ke arah kamar Arga dan Alana. Wanita modis itu membuka pintu kamar Arga sedikit, ia tersenyum saat melihat Arga sedang berceloteh dan bercanda dengan Alana. Lagi-lagi hatinya menghangat karena Alana. "Alana," Panggil Meri lembut "Iya, Nyonya?" Alana menatap Meri yang sedang berjalan ke arahnya. "Terima kasih, Alana. Karena kamu telah menyayangi cucu saya sepenuh hati kamu," ucap Meri yang membuat Alana seakan tak percaya, karena Meri tak pernah mengatakan terima kasih kepada pekerjanya. "Sama-sama, Nyonya. Sudah kewajiban saya harus menjaga dan menyayangi Den Arga dengan sepenuh hati," Alana tersenyum yang membuat Meri semakin menyukai wanita cantik itu. "Saya akan membawa Arga ke taman, hanya di taman rumah ini. Saya ingin menghabiskan waktu dengan cucu saya," Meri berujar yang mirip sekali dengan meminta izin kepada

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Rencana Pergantian Tahun

    Elzaino berencana untuk merayakan pergantian tahun di villa pribadi miliknya yang ada di kota kembang. Villa itu terletak di kawasan asri dan dikelilingi kebun teh yang luas. Elzaino memang sengaja membelinya agar ia bisa membawa keluarganya menjauh sejenak dari hiruk pikuk perkotaan. Elzaino ingin menenangkan pikirannya dari segala masalah yang akhir-akhir ini menderanya."Seriusan Kak kita mau ke villa?" Tanya Mireya dengan mata yang berbinar.Kakak beradik itu kini berada dalam ruangan pribadi milik Elzaino. Mireya sendiri diminta datang ke ruangan pribadi kakaknya untuk menyampaikan hasil rapat tadi siang dengan perusahaan dari Amerika."Seriusan. Tapi semua kerjaan kantor udah beres kan?" Elzaino memastikan. Ia tak ingin pergi berlibur sementara pekerjaan di kantor belum rampung."Kakak ini tidak tahu apa kinerjaku seperti apa?" Mireya mengerucutkan bibirnya.Memang Elzaino begitu mengenali sifat pekerja keras adiknya. Bukan karena Mireya adalah adiknya lantas El menunjuk wanita

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Hari Pertama MPASI

    Pagi-pagi sekali Alana sudah berjibaku dengan apron warna putihnya. Hari ini, adalah hari pertama Arga MPASI. Wanita itu sangat fokus sekali dengan masakannya, hingga tak menyadari kedatangan Meri dan Mireya yang menghampiri dirinya. "Sedang apa, Sus? Serius sekali!" Mireya yang sedang libur itu bertanya kepada Alana seraya berdiri di samping Alana. Elzaino sudah dua hari ke luar kota, ia pun tak tahu Arga akan mulai MPASI hari ini. "Saya sedang memasak untuk Den Arga. Hari ini hari pertama MPASInya," jawab Alana dengan ceria. Mireya dan Meri merasa terkejut mendengar Arga yang sudah mulai fase MPASI. Mereka sangat sibuk sampai tidak sadar jika Arga sudah genap berusia enam bulan. "Kamu masak apa saja untuk Arga, Alana?" Meri memperhatikan makanan yang ada di dalam panci anti lengket itu. Meri sebenarnya merasa tak yakin dengan Alana, apakah wanita itu tahu gizi yang dibutuhkan oleh seorang bayi? Meri menatap isi panci itu, isinya adalah nasi, daging sapi, brokoli, dan tahu.

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Berusaha Memasuki Rumah Kenangan

    Handoko mendapatkan informasi jika sang putri datang ke kediaman Elzaino dengan bermaksud mengambil Arga. Tangan pria itu terkepal erat. Ia tak menyangka anaknya akan setidak tahu malu itu. Sudah mengkhianati sang suami, kini Amanda tak tahu malunya datang untuk mengambil Arga. Entah dari mana sikap tak tahu malunya itu diturunkan. "Pa?" Resti mengusap tangan kekar suaminya. "Hmm!" Handoko bergumam. "Papa sudah tahu kan teror yang menimpa kediaman kita?" Tanya Resti memastikan, ia yakin jika sang suami sudah tahu dengan apa yang diperbuat oleh Darren. "Tentu saja Papa tahu. Jangan hiraukan teror remeh seperti itu!" Handoko menjawab, akan tetapi matanya masih saja memindai pemandangan luar, pemandangan malam dengan terpaan angin sepoi yang membingkai wajahnya. Resti hanya diam tak menjawab. Tentu ia sudah sangat percaya dengan suaminya. Handoko akan selalu memastikan dirinya aman. "Ma, Amanda berusaha merebut Arga dari El. Papa sudah tak tahu di mana wajah Papa saat ini d

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Perasaan Bersalah

    Elzaino terus menyeret Amanda ke luar. Bahkan beberapa bodyguard membantu El karena Amanda yang kian memberontak dan menjadi-jadi. Amanda berteriak bak orang kesurupan. Dirinya tengah dikuasai emosi dan ambisi untuk bisa mendapatkan Arga sepenuhnya. "Lepaskan kamu jahat, Mas!" Teriak Amanda lagi diiringi dengan tangisan yang memilukan. Tubuhnya meronta meminta untuk dilepaskan. "Teganya kamu memisahkan ibu dan anaknya! Kamu malah mendekatkan putra kita dengan babu itu ketimbang aku sebagai ibu kandungnya!" Cicit Amanda lagi dengan penuh amarah. Meri dan Mireya yang ikut menyaksikan Amanda di seret hanya menatap wanita itu penuh dengan kebencian. Meri ingin sekali menjambak rambut Amanda lagi, ia belum puas. Para Bodyguard segera mendorong tubuh Amanda di area halaman depan. Tubuh wanita itu basah kuyup karena terkena hujan yang turun dengan lebat. "Pergi kamu, j4lang! Berhenti mengusik kehidupan putraku! Kau bukan bagian dari keluarga kami lagi," suara Meri menggelegar, menamb

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Roda Yang Berputar

    Darmi, Dani dan Annida mengalami hari-hari yang sulit di rumah Ratmi, adik dari Dani. Keluarga dari Heri itu hanya mengandalkan makan dari emas yang dijual oleh Darmi. Beruntung ada gelang dan cincin yang menempel di badannya sehingga barang itu tak disita oleh Arman, si bandar judi."Gimana ini Pak, uang kita sebentar lagi habis," ucap Darmi sembari menghitung uang pecahan dua puluh ribu rupiahan. Dani menoleh ke arah uang yang dipegang oleh istrinya. Ia menghembuskan nafasnya kasar, merasa tak berdaya dengan keadaan sulit yang tengah membelenggu keluarganya. Kemudian netra pria yang sudah senja itu menatap pada putri bungsunya yang tengah rebahan sembari tertawa melihat gadgetnya. Dani kemudian bangkit dan menghampiri sang putri yang sudah lulus sarjana itu. "Nida, apa kamu tidak ingin bekerja membantu perekonomian keluarga kita yang tengah carut marut?" Tanya Dani dengan mata tajam.Seumur hidup Annida memang gadis itu kerap dimanjakan oleh Dani dan Darmi. Annida belum pernah ke

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Takdir

    Heri mengelap keringat yang mengucur deras di dahinya dengan sebuah sapu tangan kecil. Pria itu baru saja beristirahat. Ia memang diterima di tempat Fauzan bekerja karena teman dari Heri itu memohon agar Heri diterima bekerja walau pria itu belum mempunyai pengalaman menjadi seorang kuli bangunan. Untungnya mandor yang sudah dekat dengan Fauzan itu menerima Heri bekerja di proyek pembangunan sebuah gedung ini. Pekerjaannya sebagai kuli bangunan amat membuat Heri kesusahan. Maklum saja, saat bekerja di rumah Elzaino, pekerjaan itu cenderung ringan karena hanya merawat kebun yang sudah ditata rapi oleh ahlinya. Heri tak perlu kerja keras banting tulang seperti ini saat di rumah Elzaino. Pria itu juga bisa pulang dengan sesuka hati jika pekerjaannya sudah selesai dilaksanakan. Heri mengambil kotak makanan bagiannya, bermaksud untum menghilangkan lapar dan dahaga yang sedari tadi mengganggu dirinya. Pria itu membuka kotak nasi yang diberikan oleh seorang ibu paruh baya yang di tunjuk o

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Keributan

    Amanda manut. Ia duduk di sofa. Berhadapan dengan El, Meri, dan Mireya. Mireya memilih menutup mulutnya rapat-rapat. Banyak sekali uneg-uneg yang ingin ia sampaikan, bahkan Mireya ingin sekali menjambak wanita yang ada di hadapannya ini. Hanya saja, Mireya menghormati sang kakak. Ia memberikan kesempatan kepada El untuk berbicara. "Selama ini aku baru sadar. Aku menyesal, aku telah melakukan kesalahan yang tak termaafkan," Amanda mengawali pembicaraan. "Sesalmu itu tak akan mengubah semua yang telah terjadi!" Sinis Meri angkuh. "Aku tahu, Ma! Aku sangat tak layak dimaafkan oleh keluarga kalian. Hanya saja setiap malam aku tersiksa, Ma. Bayangan wajah putraku mengganggu tidurku. Bahkan ia menyadarkan aku dari kesalahanku selama ini. Tidurku tak nyenyak, makanku tak enak. Aku benar-benar merindukannya!" Tutur Amanda, air matanya terus berderai membasahi pipinya yang merona. "Ketika kamu pergi, anakmu itu selalu menangis. Dia rewel karena tak cocok susu formula. Kami masih berhar

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Kedatangan Masa Lalu

    Amanda yang merasakan rasa rindunya semakin membuncah pada Arga tak kuasa lagi membendungnya. Amanda menguatkan hati, ia akan bertandang ke rumah Elzaino. Tak peduli apa respon Elzaino dan keluarganya. Lambat laun Amanda memang harus mendatangi Arga. Amanda sadar ia adalah ibu kandung Arga, dan tak ada yang bisa memutuskan ikatan darah itu. Amanda merasa jauh lebih berhak untuk merawat Arga bukan Alana. Amanda mengendarai mobilnya. Ia melajukan mobilnya di gelapnya malam. Malam ini mendung, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Amanda pun menambah laju kecepatan, tak sabar bisa melihat Arga. Namun, hati tak bisa dibohongi. Ada perasaan cemas dan gugup yang bercokol di hatinya. Demi Arga, ia akan menebalkan wajahnya dari rasa malu. Mobil yang dikendarai Amanda kini sudah sampai di depan gerbang rumah mewah milik Elzaino. Wanita yang resmi menyandang status janda itu menatap nanar ke arah gerbang. Rumah ini adalah saksi kehidupannya bersama Elzaino. Rasa penyesalan itu hadir ke

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status