Share

ASI Untuk Putra Sang CEO
ASI Untuk Putra Sang CEO
Author: Zinnia Azalea

Kemalangan Hidup

Author: Zinnia Azalea
last update Last Updated: 2024-11-06 13:56:04

Tangan Alana gemetar saat mengepel rumah sebesar istana itu. Napasnya tersengal, pinggang hingga kakinya terasa pegal dan kebas. Bekerja sebagai ART saat dirinya tengah hamil besar benar-benar membuat tenaganya terkuras.

Wanita berkulit putih itu tengah menyeka keringat yang bercucuran membasahi dahinya saat ART senior di rumah itu memanggilnya.

“Alana, kamu dipanggil Nyonya,” kata Bi Narti, menatap Alana prihatin.

Seharusnya dengan kondisinya yang sekarang, Alana beristirahat sambil menunggu kelahiran sang buah hati, bukannya bekerja tak kenal lelah seperti ini.

“Suamimu benar-benar nggak bisa diandalkan! Ke mana dia di saat kamu bekerja keras seperti ini?” gerutu Bi Narti, antara kesal dan juga kasihan pada Alana.

Alana hanya tersenyum miris. Heri, suaminya, tak pernah memberikan nafkah yang layak padanya. Ia bahkan dipaksa bekerja karena uang gaji suaminya sudah habis untuk bermain judi.

Alanalah yang memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dengan gajinya sebagai ART. Miris memang, tapi di dunia ini masih ada pria seperti Heri.

“Aku akan menemui Nyonya dulu ya, Bi,” katanya. Ia mencoba bangkit walau kesusahan.

Bi Narti membantu Alana dan menuntunnya untuk menemui Nyonya rumah. "Nyonya sudah menunggumu. Bibi ke dapur lagi ya," katanya sambil pamit.

Alana tersenyum hangat dan berterima kasih. Ia masuk ke ruang keluarga di mana sang majikan sedang duduk dengan wajah angkuh.

Sesekali tangannya pun mengusap perut buncitnya. Amanda, sang majikan, pun tengah mengandung. Bahkan jarak kehamilan Amanda dan Alana pun terhitung hanya berbeda minggu saja.

"Duduk!" perintah Amanda dengan tatapan tegas.

Alana manut, ia duduk di kursi di depan Amanda. Namun Amanda menatapnya dengan sinis, ia tersenyum merendahkan.

"Siapa yang menyuruhmu duduk di sofa? Dasar pembantu tak punya adab dan sopan santun!" maki Amanda kesal. “Duduk di lantai!”

"Ma-maaf, Nyonya!" ujar Alana panik. Ia langsung berdiri dan duduk di lantai.

Ia tak mengambil hati atas ucapan pedas Amanda, karena sudah menjadi makanan sehari-hari ia dicaci maki oleh majikannya itu.

"Ini gajimu untuk bulan ini,” kata Amanda sambil menyerahkan sebuah amplop. “Perutmu sudah sangat besar. Aku akan memberikan cuti melahirkan padamu. Tapi aku tak akan menggajimu selama kau tak bekerja di rumah ini."

Alana mendongak menatap majikannya. Rautnya tampak resah mendengar ucapan Amanda. "Ta-tapi Nyonya, kata Tuan, saya diberikan cuti melahirkan selama tiga bulan dan bayaran saya full, Nyonya," katanya takut-takut.

Suami Amanda adalah seorang CEO bernama Elzaino. Ia adalah pria yang terkenal dingin, tetapi sangat memanusiakan pekerjanya. Berbeda dengan istrinya yang semena-mena. Namun, Elzaino tak selalu setiap hari ada di rumah. Ia hanya pulang satu minggu sekali atau bahkan satu bulan sekali jika jadwalnya sedang padat.

"Berani kamu membantah saya? Denger ya, babu! El itu adalah suami saya! Apapun keputusan saya, dia pasti menyetujuinya. Kamu jangan sok pintar mengingatkan saya!"

Amanda menunjuk Alana dengan gurat wajah kebencian.

Ia sangat tak suka bila ada seseorang yang melawan perkataannya. Apalagi dia hanya seorang asisten rumah tangga, yang menurut Amanda berada di hierarki terbawah.

Alana hanya bisa meremas daster usangnya. Hatinya perih setiap Amanda mengatainya babu. Ya, dia memang hanya pembantu. Tapi bisakah Amanda memperlakukannya selayaknya manusia?

"Jangan ngelamun! Kamu denger saya kan?" Amanda memelototkan matanya, seakan mata itu akan loncat dari tempatnya.

"I-iya, Nyonya," lirih Alana pasrah.

Alana pun membawa amplop gajinya selama satu bulan itu dengan gontai. Setelah berpamitan kepada Amanda, Alana memutuskan untuk pulang.

Sesampainya di rumah, Alana melihat Heri tengah menonton televisi. Pria itu bekerja sebagai tukang kebun di kediaman Elzaino dan Amanda. Namun, Heri tak pernah pulang larut, karena setelah pekerjaannya selesai, ia bisa pulang kapan saja.

"Baru pulang kamu?" tanya Heri, tanpa melihat ke arah sang istri.

"Iya, Mas," jawab Alana sembari membuka jaket rajut usangnya. Ia gantungkan di pintu dan duduk di kursi yang sudah mulai lapuk.

Rumah Alana memang sangat sederhana, bahkan bisa dibilang seperti gubuk reyot. Namun, Alana tetap bersyukur, karena gubuk ini adalah peninggalan kedua orang tuanya yang sudah tiada.

"Hari ini kamu gajian kan?" tanya Heri memperhatikan tas usang Alana. Alana mengangguk pelan.

Tiba-tiba, Heri mendekati Alana dan merebut tas usangnya itu.

"Mau apa kamu, Mas?" Suara Alana terdengar bergetar. Merasa ketakutan dengan sang suami yang berusaha merebut tasnya dengan paksa.

"Mana lihat uang gaji kamu? Aku pinjem dulu, aku perlu buat modal. Nanti aku ganti!" ucap Heri enteng. Dengan satu tarikan, tas Alana sudah berhasil Heri rebut.

"Jangan, Mas! Itu untuk kebutuhan kita dan calon anak kita!” seru Alana sambil berusaha mengambil kembali tasnya. “Jangan dipakai untuk main judi lagi, Mas!”

"Bukan judi, ini untuk modal!” bantah Heri. “Sudah jangan protes, aku pinjam sebentar uang ini!" Matanya berbinar ketika menghitung jumlah uang yang berwarna merah tersebut.

"Jangan diambil, Mas! Nanti sebulan ke depan kita makan apa?" Alana mengatupkan kedua tangannya di dada. Air mata sudah luruh membasahi pipinya.

Heri yang muak pun segera mengapit kedua pipi Alana dengan kasar, hingga ia meringis karena perutnya ditekan oleh tubuh Heri.

"Lepas, Mas, sakit!" Alana menyorot tajam wajah suaminya itu dengan tatapan memohon.

Tak pernah ia duga, pria baik-baik dan agamis yang dulu dijodohkan dengannya ini ternyata tak lebih dari monster yang membuat hidup Alana seperti di neraka. Berkali-kali Alana meminta cerai pada pria itu, namun Heri selalu mengancam akan membunuhnya jika sampai Alana menggugat cerai dirinya.

“Bosan hidup kamu, heh?”

“Mas, tolong ….”

Heri menjambak rambut panjang Alana, membuat kepala Alana mendongak ke atas. Kulit kepalanya yang terasa perih tak lagi dirasanya. Ia hanya bisa menangis.

"Dengar! Aku ini suami kamu. Jangan selalu membangkang kepadaku!” kata Heri penuh penekanan. “Aku hanya meminjam uangmu bukan meminta. Aku kan sudah bilang kalau aku menang judi, akan kubayar uang tak seberapamu ini dengan berlipat-lipat!"

Alana menggeleng sambil berurai air mata.

"Tidak ada yang kaya karena judi, Mas. Justru kita semakin terpedaya dan semakin miskin jika tak berhenti bermain judi. Nyebut, Mas! Kita akan punya anak. Anakmu tak akan senang mempunyai seorang ayah yang gemar judi dan mabuk-mabukan….” Isakan Alana semakin keras. Selain rasa sakit yang terasa di kulit kepalanya, hatinya pun sangat sakit karena sikap kasar suaminya.

"Jangan ceramah di sini, Sialan!" Heri membanting kepala Alana ke tembok, hingga kepala wanita malang itu berdarah.

Tak cukup sampai di sana, Heri kemudian mendorong Alana hingga terjerembab ke lantai yang masih beralas tanah. Membuat wanita itu begitu kesakitan. Darah dan cairan berwarna bening pun keluar dari jalan lahir Alana.

"Mas…!" pekik Alana.

Namun, mendadak semuanya menjadi gelap. Alana ambruk dan tak sadarkan diri.

Related chapters

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Kesedihan Yang Mendalam

    Alana tersadar saat tubuhnya yang lemah dipindahkan ke brankar. Sepasang matanya mengerjap lemah, kepalanya benar-benar pusing saat dokter memeriksa kondisinya.“Denyut jantung bayi melemah. Segera persiapkan tes, kita akan operasi darurat!" "Baik, Dok!"Percakapan dokter dengan perawat itu membuat rasa panik menjalari hati Alana tanpa bisa dicegah. Kejadian beberapa saat yang lalu menghantuinya, membuatnya ketakutan setengah mati.“Dokter, tolong selamatkan bayi saya,” kata Alana saat ia dibawa ke ruang operasi.“Kami akan melakukan yang terbaik. Banyak berdoa ya," kata dokter itu menenangkan.Proses operasi itu berjalan lancar. Namun, saat dokter mengangkat bayi Alana, bayi yang berjenis kelamin perempuan itu tak kunjung menangis. Kulitnya terlihat sudah membiru seluruh tubuh, seolah tak ada kehidupan di raga bayi itu."Dok, anak saya baik-baik saja kan?" tanya Alana."Dok, bagaimana ini?" tanya asisten dokter.Namun, dokter spesialis kandungan itu tak menjawab, ia menyerahkan bay

    Last Updated : 2024-11-06
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Menawari Menenangkan Sang Bayi

    Hari berganti hari, nyatanya kehilangan seseorang pun hidup harus tetap berjalan. Semua uang Alana sudah dibawa lari oleh suaminya. Mau tak mau, Alana harus menyimpan kesedihannya dan kembali bekerja. Ia berencana menjual rumah peninggalan rumah orang tuanya, lalu mengikuti jejak Bi Narti yang menjadi pembantu di rumah Elzaino dengan menetap di rumah itu. Alana pun sudah mendaftarkan gugatan cerai setelah dibantu oleh para warga. Jika dulu Alana bertahan karena anak yang dikandungnya, tapi tidak untuk sekarang. Tidak ada alasan lagi untuk Alana bertahan di sisi Heri yang memiliki temperamen buruk. Tak lupa wanita itu terus berterima kasih dan berpamitan pada semua warga yang tulus menolongnya tanpa pamrih. Bi Narti langsung menyambut Alana begitu ia tiba dan memeluknya dengan erat. “Turut berduka atas kehilanganmu, Alana.” Wanita itu tergugu dalam pelukan Bi Narti. Ia tidak dapat menahan kesedihan yang masih membelenggunya. Puas menangis, Bi Narti menyuruh Alana un

    Last Updated : 2024-11-06
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Dipindah tugaskan

    “Ba-baik, Tuan,” sahut Alana gugup. “Cuci dan sterilkan tanganmu!” titah El tegas.Alana segera ke kamar mandi mencuci tangannya dengan sabun dan air yang mengalir. Tak lupa ia melepas apron yang sedari tadi dipakai. Wanita itu kemudian keluar dan mengambil Arga dengan segan dari tangan El."Sakit ya, sayang? Cup. Cup. Kasihan sekali anak ganteng, anak soleh," tutur Alana lembut, wanita itu pun memangku dan menidurkan Arga di kasur. Alana kemudian memijit perut Arga dengan pijitan ILU sehingga tangisannya sedikit demi sedikit mereda. El cukup tercengang karena Arga kini berhenti menangis. Ia menelisik setiap gerakan yang Alana buat. Takut jika sang asisten rumah tangganya membuat Arga cedera."Dia kolik, Tuan. Perutnya kembung. Biasanya tak cocok dengan susu formula," jelas Alana tanpa diminta, yang membuat dahi El mengernyit.Setelah tangis bayi itu reda dan akhirnya tertidur, Alana menyimpan Agra dengan hati-hati ke dalam box bayi yang ada di ruangan penuh warna itu. Ruangan ini

    Last Updated : 2024-11-10
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Menjadi Ibu Susu Putra CEO

    Hasil tes kesehatan Alana sudah keluar. Elzaino membacanya dengan saksama. Di sana diterangkan jika Alana dalam kondisi sehat dan tidak sedang menderita penyakit apapun, terutama penyakit yang bisa ditularkan melalui ASI. Selain itu, Alana memiliki golongan darah dan resus yang sama dengan Arga. Ini tentu kabar baik karena tubuh Arga tidak akan kuning jika menerima susu dari Alana. "Kamu nggak salah mau pembantu itu yang menyusui Arga?" Meri, ibu Elzaino tampak tak menyetujui ide dari putranya."Bu, aku yang paling tahu tentang kebutuhan anakku," Elzaino menoleh ke arah sang ibu yang saat ini ada di dalam kamarnya."Paling tahu? Tahu apa kamu, El? Kamu ini ayah baru. Tahu apa tentang perbayian? Ini ibu kamu, sudah khatam tentang anak. Emang kamu nggak takut pembantu itu nularin penyakit ke anak kamu?" sergah Ibu Meri dengan raut wajah judesnya. Ia duduk sembari melipat tangannya di dada."Bu, dia bukan asisten rumah tangga lagi. Dia ibu susu Arga sekarang, namanya Alana. Aku sudah m

    Last Updated : 2024-11-10
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Orang Di Masa Lalu

    Flashback.... Amanda diantarkan oleh seorang pria berparas tampan dan blansteran. Mereka diantar oleh supir pribadi Amanda. Tak lupa Bi Narti pun ikut serta mengantar Amanda ke rumah sakit terbesar di kota itu. Sesekali Amanda meringis, ia merasakan kontraksi pada perutnya. Bi Narti dan supir yang bernama Mang Tejo pun sudah menghubungi El. Dengan panik, El segera membatalkan kunjungan pentingnya. Ia segera memesan pesawat dengan jam penerbangan saat itu juga. Beruntung El mendapatkan tiket dengan mudah dengan kelas VIP itu. "Sakit sekali, Darren!" Amanda meringis.Wanita itu merasa tak kuat dengan rasa sakit dan mulas yang menderanya. Sesekali ia mencengkram tangan pria bule yang bernama Darren itu, hingga membuat Bi Narti dan Mang Tejo berpandangan. "Cepat! Lebih ngebut lagi!" Darren memerintah dengan tegas, membuat mang Tejo segera tancap gas dan mengendalikan mobil sport berwarna hitam itu dengan ugal-ugalan. Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di rumah sakit. Para

    Last Updated : 2024-11-21
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Ingin Melihat Arga

    Elzaino menanda tangani berkas kerja sama antara perusahaan miliknya dan perusahaan besar yang ada di Dubai. Seharusnya pria bertubuh tinggi dan atletis itu gembira dan merayakan keberhasilan ini. Teringat ketika ia menceritakan harapannya bekerja sama dengan perusahaan raksasa asal Dubai ini pada sang istri. Walaupun waktu itu respon Amanda mengecewakan, tapi wanita itu berharap Elzaino memenangkan kerja sama yang berharga milyaran itu. Hati El kini terasa hampa dan sepi. "Seharusnya kita merayakannya bersama-sama dengan Arga," lirih El. Matanya menatap jauh ke depan. Menatap pemandangan dari bangunan kantornya yang mencakar langit. Tangannya mengepa saat mengingat Amanda mencampakan dirinya. Saat itu ketika dirinya pulang dari kantor, Elzaino tak menemukan Amanda di rumah. Petugas keamanan yang berjaga berkata jika Amanda pergi dengan alasan bertemu dokter untuk mengecek luka pasca persalinan. Elzaino kemudian menemukan sepucuk surat jika sang wanitanya sudah tak ingin berada di s

    Last Updated : 2024-11-22
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Panik

    Pagi ini Alana sudah berpakaian dengan rapi, sejak menjadi ibu susu Arga, wanita itu tampil lebih cantik dan terawat. Jika sebelumnya ia selalu memakai daster lusuh, kini tidak lagi. El memberikannya baju-baju yang layak dan bersih agar Arga memiliki ibu susu yang sehat dan steril. Seperti hari ini, Alana memakai dress di bawah lutut. Ia mengucir rambut panjangnya agar tak mengganggu Arga saat menyusu kepadanya. Jika penampilan rapi, Alana sangat cantik. Bahkan terlihat seperti kakak dari Arga, bukan ibu susu. Hari ini Arga dijadwalkan untuk imunisasi ke Rumah Sakit Ibu dan Anak. El sudah berangkat dari pagi untuk bekerja. Mireya pun sudah resmi bergabung menjadi wakil direktur, Wakil dari El. Memang Mireya mempunyai kemampuan hampir menyamai kakaknya. Sementara di rumah hanya ada Meri dan beberapa pelayan. Meri memperhatikan Alana, dalam hati ia memuji paras Alana yang sangat cantik. Fisik Alana seperti kelas sosialita jika di dandani seperti sekarang. Padahal Alana tak memakai m

    Last Updated : 2024-11-23
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Rencana Yang Tak Disangka

    Di kota New York, Amanda telah terbangun dari tidurnya. Bibirnya menyunggingkan senyuman saat melihat pria di sampingnya yang tertidur dengan damai. Ya, dia adalah Dareen. Mantan terindah yang telah berhasil kembali ke sisinya. "Pagi, sayang!" Amanda menyentuh pipi Dareen yang kemerah-merahan. Wanita mengecup bibir Dareen sekilas, setelah itu ia bangun dari tidurnya untuk membuatkan Dareen sarapan. Amanda ingin sekali melayani Dareen dengan sepenuh hati. Amanda berjalan menuju jendela, ia menyibak gorden yang menutupi kamar apartemen mewah itu. Ia tersenyum saat melihat salju yang turun. Amanda memang sesuka itu dengan salju. Sekilas ia mengingat bayi yang ia lahirkan, tak menampik ada rasa rindu yang terasa saat mengingatnya. Namun, Amanda mengubur perasaan yang menurutnya bisa melemahkannya itu. Amanda sudah sejauh ini dengan Dareen, ia tak mau bayi itu menghalangi niatnya untuk kembali kepada Dareen selamanya. Apalagi Amanda telah menentang keluarga besarnya saat mengambil kepu

    Last Updated : 2024-11-25

Latest chapter

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Perencanaan Peresmian

    Amanda dan Dareen sedang makan malam di balkon. Mereka terlihat begitu mesra. Namun, tidak dengan hati Dareen. Hatinya merasa kosong meskipun ada Amanda di sisinya. Dareen sangat mengerti dengan dirinya sendiri, rasa cinta untuk Amanda sudah pupus tak tersisa. Dareen ingin segera melancarkan aksi balas dendamnya, ia tak ingin terlalu lama hidup bersama Amanda. Setelah misi balas dendamnya berakhir, Dareen akan kembali ke Amerika untuk mengurus induk perusahaan. Ia akan pergi jauh meninggalkan Amanda. Ia tak ingin wanita itu mencarinya nanti. "Sayang, beberapa hari lagi peresmian anak perusahaanku. Tolong, kamu urus semua dekorasi untuk acaranya!" Dareen tersenyum, mereka baru saja selesai dengan makan malam mereka. "Tentu saja, sayang! Aku akan mengurus semuanya. Aku harap acara perusahaanmu itu berjalan dengan sangat sukses," timpal Amanda, ia mengambil air di gelas kaca dan meminumnya. "Acara pestanya di Aula perusahaan, banyak para pengusaha yang akan aku undang. Nanti, aku ak

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Sadar Diri

    Alana membersihkan luka di punggung Elzaino dengan berhati-hati. Sesekali ayah dari Arga itu terdengar memekik kesakitan. Ziyyan yang melewati kamar Arga segera masuk begitu mendengar suara pekikan tuannya. Ia awalnya cukup terkejut melihat Elzaino tengah berdua dengan Alana tanpa Arga di dalamnya. Akan tetapi, akalnya segera mencerna bahwa Elzaino sedang tertimpa masalah. Pasalnya El bukanlah pria yang suka berduaan dengan lawan jenis terkecuali dengan Amanda. Dengan relasi bisnisnya sekali pun Elzaino selalu menjaga jarak. "Apa yang terjadi denganmu, Tuan?" Ziyyan masuk dan memperhatikan luka di tubuh Elzaino. "Hanya luka kecil saja, Ziyyan," jawab Elzaino sembari menoleh ke arah orang kepercayaan sekaligus sepupunya itu. "Maaf Tuan saya lancang," Alana tak enak hati saat tatapan Ziyyan menyelidik padanya. "Nanti aku ceritakan," ucap Elzaino agar Ziyyan tak bertanya apapun pada Alana. Ziyan segera menelfon dokter keluarga El. Dokter itu akan datang dengan cepat, tak mungkin luk

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Berusaha Mengobati

    Elzaino tak mengejar anak buah Arman yang pontang panting menyelamatkan diri. Baginya tak penting, CEO tampan itu segera berlari ke arah dalam basecamp, yang ia pikirkan adalah keselamatan Alana. Di sana terlihat pria berompi yang sedang berjaga di kursi yang diduduki Alana. Saat El akan mengambil ancang-ancang menyerang, pria berompi itu segera menjauh dan berlari lewat pintu belakang. Ia melihat lewat jendela, bagaimana El menumbangkan bosnya Arman, dan rekan-rekannya. "Alana!" Pekik El, pria tampan itu segera mendekati kursi yang diduduki Alana. Di sana tangan dan kaki Alana diikat. Elzaino membuka lakban hitam yang menutup bibir Alana, El membukanya dengan perlahan. Hatinya merasa tak terima melihat Alana di perlakukan sedemikian rupa. Ada rasa sakit yang tak bisa dijelaskan, entah apa. El pun tak tahu. "Alana, maafkan saya yang terlambat!" Ucap El penuh sesal, saat semua ikatan di tubuh Alana terlepas. Tubuh Alana bergetar, ia masih sangat ketakutan dengan kejadian bar

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Keputusan Handoko

    Amanda mengobati wajah Dareen yang lebam karena pukulan dari Handoko, ayahnya. Sesekali Dareen terlihat meringis saat Amanda menempelkan handuk kecil yang telah dibasahi air hangat pada wajahnya."Tahan ya, setelah ini aku akan meneteskan obat merah," ucap Amanda seraya mengambil obat merah yang ada di atas meja dan meneteskannya sedikit di sudut bibir Dareen."Aw, sakit sekali!" Rintih Dareen yang merasakan perih dan sakit sekaligus di area luka yang diteteskan obat merah oleh Amanda."Tuan, apa perlu saya suruh dokter keluarga untuk datang memeriksamu?" Tanya Erlan, asisten kepercayaan Dareen."Tidak perlu, Erlan. Ini hanya luka kecil," tolak Dareen. Erlan mengangguk, kemudian ia meninggalkan kembali tuannya itu berdua dengan Amanda di ruang tengah."Maafkan Papaku ya?" Amanda berkata dengan sendu."Tidak. Seharusnya aku yang meminta maaf karena aku mengambilmu dari keluargamu," timpal Dareen dengan wajah yang dibuat sedih.Sejujurnya hatinya sudah sangat muak dengan Amanda. Rasa il

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Perkelahian

    Elzaino yang mempunyai firasat tidak baik segera pergi ke garasi miliknya. Ia mengeluarkan sebuah motor yang biasa ia pakai untuk pergi ke gunung. El memilih memakai motor agar ia lebih cepat mengejar motor Heri yang membawa Alana. "Semoga feelingku salah. Semoga pria itu tak berbuat macam-macam terhadap Alana," harap El dalam hatinya."Tuan, ada apa?" Tanya pengawal Elzaino yang selalu siap siaga ada di sekitar Elzaino."Tidak apa. Hanya masalah kecil," jawab Elzaino sembari memakai jaket miliknya."Kami siap mendampingi Tuan," salah seorang bodyguard berambut panjang berjalan menghampiri Elzaino."Tidak usah. Hanya gangguan lalat kecil saja," jawab Elzaino kemudian."Tolong kabari kami jika terjadi sesuatu, Tuan," ucap bodyguard berwajah sangar itu. "Iya," Elzaino memakai helm miliknya, kemudian mulai melajukan motornya. Ia kemudian melihat taksi online yang ditumpangi oleh Heri dan Alana. Elzaino mengambil jarak yang lumayan jauh agar keberadaannya tidak dicurigai oleh Heri. "Ma

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Penjemputan

    Handoko baru saja pulang dari kantornya. Pria itu tak lantas pulang ke rumahnya. Ia langsung menyuruh supir pribadinya tancap gas ke kediaman Dareen yang baru. Tentu Handoko tahu di mana Dareen dan Amanda tinggal karena ia sudah memerintahkan orang-orang suruhannya untuk mencari tahu di mana keberadaan putrinya. Tak lupa juga mobil yang dikendarai Handoko dikawal oleh beberapa mobil yang berisi bodyguarnya. Walau hatinya sangat kecewa, akan tetapi Handoko tetaplah seorang ayah. Ia tak bisa diam saja melihat kehancuran yang akan hinggap dalam hidup putrinya. Handoko menatap jalanan dari kaca mobil yang ia tumpangi. Ingatannya kembali ke masa lalu di mana Amanda menikah dengan Elzaino. Handoko tak menyangka jika sang putri malah mengkhianati orang yang sudah menyelamatkan harga dirinya saat itu. "Amanda, ada apa denganmu? Apa yang salah dengan didikan Papa?" Handoko membenarkan letak kaca mata yang bertengger di matanya. Handoko adalah pria yang begitu setia. Ia benci pada sebuah

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Terjebak

    Heri membawa Alana ke arah basecamp Arman dengan menaiki taksi onine yang ia pesan Kebetulan di sana Arman dan anak buahnya sudah menunggu. Heri berbohong pada Alana tentang makam keluarganya yang terletak di desa sebelah. Wanita itu percaya saja mengingat jika memang keluarga Darmi memiliki kerabat di desa yang bersebelahan dengan desa mertuanya itu.Awalnya Alana sedikit ragu, namun ia tepis pikiran buruk itu demi buah hatinya. Baginya ia harus menyaksikan sendiri jasad anaknya dikebumikan untuk yang kedua kali. "Cepat, Mas! Keburu anakku dikebumikan lagi. Aku ingin melihatnya sekali lagi," Alana berbicara dengan suara parau, sejak dari tadi ia sudah resah memikirkan almarhum putrinya itu. "Sabar, Alana! Ibu juga tidak akan menguburkan putri kita tanpa kehadiran kamu," Heri tersenyum simpul, matanya masih fokus pada jalanan. Ia sudah tak sabar mendapatkan uang yang banyak dari Arman karena sudah berhasil membawa Alana. "Katanya tadi kita harus cepat sebelum ibu mengebumikan an

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Masuk Perangkap

    Hati Alana seakan dir3mas oleh sesuatu yang tak kasat mata saat melihat pria yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya sedang duduk di sofa. Mata Alana mengembun, hatinya sangat sakit jika mengingat perlakuan Heri padanya selama mereka menjalin rumah tangga. Heri menatap Alana yang berjalan ke arahnya. Pria itu tersenyum, berpura-pura baik agar nanti Alana mau ikut bersamanya. "Alana?" Heri berdiri dari duduknya. Ini adalah pertemuan pertama Alana dengan Heri setelah insiden kekerasan yang menyebabkan Alana harus kehilangan darah dagingnya. Setelah itu Heri melarikan diri dan Alana baru melihat wajah pria itu lagi sekarang. "Ada apa kamu ke mari? Belum puas kamu mengambil sesuatu yang sangat berharga dariku, Mas?" Alana bercucuran air mata. Tatapannya penuh benci pada pria yang tak pernah mengayomi dirinya itu selama menjalin biduk rumah tangga. "Aku minta maaf untuk anak kita, Alana. Aku tidak menyangka akan seperti itu kejadiannya," Heri menundukan wajahnya, berpura-p

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Kepulangan Amanda

    Dareen dan Amanda baru saja sampai di bandara internasional, Tangerang. Mereka tampak sangat mesra seperti sepasang pengantin baru. Mereka tak segan memperlihatkan kemesraan mereka di khalayak ramai. Outfit mereka sebagai jutawan pun sangat mencolok. Beberapa orang di bandara memerhatikan mereka yang bak couple artis Hollywood. Koper keduanya di bawa oleh beberapa ajudan Dareen. Dareen tak membiarkan Amanda membawa satu tas pun, pria itu begitu meratukan Amanda. Ia ingin Amanda semakin betah di dekatnya. Dareen membukakan pintu mobil untuk Amanda. Tentulah hati Amanda semakin meleleh dengan sikap manis Dareen. Sang asisten segera melajukan mobil sang majikan ke arah perumahan elite yang ada di pusat kota. Dareen memang membeli rumah mewah itu khusus untuk dirinya dan Amanda. "Honey, apa kamu suka rumahnya?" Tanya Dareen saat mereka sampai di rumah mewah yang bergerbang tinggi menjulang itu. Dareen memeluk Amanda, ia pun menciumi Amanda agar Amanda semakin bertekuk lutut pad

DMCA.com Protection Status