Share

Dipindah tugaskan

Penulis: Zinnia Azalea
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-10 21:43:42

“Ba-baik, Tuan,” sahut Alana gugup.

“Cuci dan sterilkan tanganmu!” titah El tegas.

Alana segera ke kamar mandi mencuci tangannya dengan sabun dan air yang mengalir. Tak lupa ia melepas apron yang sedari tadi dipakai. Wanita itu kemudian keluar dan mengambil Arga dengan segan dari tangan El.

"Sakit ya, sayang? Cup. Cup. Kasihan sekali anak ganteng, anak soleh," tutur Alana lembut, wanita itu pun memangku dan menidurkan Arga di kasur.

Alana kemudian memijit perut Arga dengan pijitan ILU sehingga tangisannya sedikit demi sedikit mereda. El cukup tercengang karena Arga kini berhenti menangis. Ia menelisik setiap gerakan yang Alana buat. Takut jika sang asisten rumah tangganya membuat Arga cedera.

"Dia kolik, Tuan. Perutnya kembung. Biasanya tak cocok dengan susu formula," jelas Alana tanpa diminta, yang membuat dahi El mengernyit.

Setelah tangis bayi itu reda dan akhirnya tertidur, Alana menyimpan Agra dengan hati-hati ke dalam box bayi yang ada di ruangan penuh warna itu. Ruangan ini memang dipersiapkan El untuk putra pertamanya. Semuanya tertata rapi, menunjukan jika El sangat menyambut kelahiran buah hatinya dengan penuh suka cita, walau akhirnya berakhir dengan pilu karena sang istri memilih pergi dengan pria lain.

"Sepertinya kamu tahu banyak tentang bayi?" tanya El dengan wajah berwibawa, tak lagi keras seperti sebelumnya.

Pria itu duduk di atas sofa yang ada di dalam kamar Arga. Ziyan yang baru selesai menelpon dokter, masuk dan heran bayi majikannya sudah berhenti menangis.

"Dokter sedang di perjalanan, Tuan," lapor Ziyan. El hanya mengangguk.

Tak lama datang dokter spesialis anak, mereka segera memeriksa Arga yang tertidur. Sedangkan Alana dan Bi Narti masih di sana karena belum dipersilahkan keluar.

"Bayi anda kolik karena tidak cocok dengan susu formula. Sepertinya tidak bisa mencerna laktosa yang masuk," jelas dokter.

El langsung menoleh pada Alana. Merasa heran mengapa asisten rumah tangga sepertinya tahu apa yang menimpa Arga. Selesai memeriksa, dokter itu langsung pulang. Ziyan sendiri langsung masuk kembali ke dalam kamar Arga setelah mengantarkan dokter sampai pintu depan.

"Kalian duduklah!" kata El.

Alana dan Bi Narti pun duduk di lantai karena sadar akan posisi mereka sebagai asisten rumah tangga.

El menatap keduanya dengan dahi mengerut. "Duduklah di atas sofa!" katanya tegas, membuat Alana dan Bi Narti segera berdiri dengan ragu, dan duduk berhadapan dengannya. Ziyan pun bergabung bersama mereka.

"Mengapa kamu tahu banyak tentang bayi?" El menanyakan hal yang sedari tadi bergelayut di pikirannya.

Alana menundukkan wajahnya. Ia memilin jarinya sendiri yang terasa dingin. Alana ketakutan. Ia takut tindakannya tadi membuat sang majikan tersinggung. Alana menyesali mengapa tadi ia bersikeras menyentuh bayi majikannya itu.

Bi Narti menyikut tangan Alana pelan sebagai kode agar wanita itu segera menjawab, akan tetapi Alana masih takut untuk menjawab. Segala sikap Heri menjadikan dirinya tidak percaya diri dan merasa selalu salah dalam melakukan apapun.

"Kebetulan Alana baru melahirkan dan usia bayinya sama dengan putra anda, Tuan. Tapi nasib berkata lain, bayi Alana sudah tiada karena sebuah kecelakaan tragis yang diakibatkan oleh suaminya," jelas Bi Narti pada sang majikan karena Alana tak kunjung membuka mulut.

Elzaino mengangguk. Ia memang tidak pernah

memperhatikan Alana selama bekerja padanya. Pelayan di rumahnya cukup banyak dan ia tak ada waktu memperhatikan asisten rumah tangganya satu persatu.

"Itu artinya kamu bisa menyusui?" tanya El secara gamblang.

"Iya, kebetulan air susu saya masih sangat banyak. Apa ada masalah, Tuan?" Alana bertanya dengan cemas, takut jika keadaannya mengganggu kinerjanya sebagai asisten rumah tangga di rumah itu.

"Apa kamu bersedia dipindah tugaskan?" tanya sang majikan lagi.

Alana menatapnya kebingungan. "Pindah tugas? Maaf, Tuan, bagaimana maksudnya?"

"Saya ingin kamu menyusui Arga. Itu pun jika ASI kamu masih ada dan semua pemeriksaan menunjukan kesehatanmu baik,” kata Elzaino.

“Jika kamu memenuhi semua syarat, kamu akan menjadi ibu susu dari Arga dan tidak perlu bekerja lagi sebagai asisten rumah tangga di sini. Apa kamu mengerti?" jelas pria itu panjang, membuat Alana dan Bi Narti tak percaya mendengar perkataannya.

"Ma-maaf, Tuan, apa Tuan yakin mempercayakan saya menjadi ibu susu Tuan Arga?" Alana bertanya dengan penuh kesopanan.

Elzaino menghela napas lelah. "Kamu mendengar sendiri kalau Arga tidak cocok dengan susu formula merk apapun. Saya terkejut kamu paham tentang kolik. Apa kamu pernah mengurus anak sebelumnya? Sebelum kamu melahirkan?” Sepasang mata yang tajam itu seakan sedang menginterogasi terdakwa.

"Kebetulan saya pernah mengurus anak tetangga sebelum bekerja di sini, Tuan. Jadi, saya sedikit banyak tahu," timpal Alana sembari masih memilin jarinya, merasa gugup.

"Baiklah, besok kamu akan dibawa ke rumah sakit untuk melakukan serangkaian tes. Jika kamu cocok menjadi ibu susu Arga, aku akan memberikan gaji lima kali lipat untukmu. Aku akan mempersiapkan kontrak kerjanya," penjelasan El membuat Alana membulatkan matanya.

‘Apa tadi katanya? Lima kali lipat?!’ Alana berteriak dalam hati.

Ia senang bukan kepalang. Memiliki gaji besar tentu akan membuat Alana mudah menabung. Rencananya jika sudah mempunyai tabungan, ia ingin membuka usaha sendiri. Alana ingin berjualan kecil-kecilan karena tak selamanya ia bisa jadi asisten rumah tangga.

"Pembicaraan telah selesai. Kalian boleh keluar," ujar El, membuat lamunan Alana buyar.

Alana dan Bi Narti pun langsung keluar dari kamar Arga. Bi Narti menutup mulutnya tak percaya atas apa yang mereka alami barusan.

"Alana, kamu emang bejo!!" seru Bi Narti saat mereka sudah jauh dari kamar Arga.

"Bejo gimana, Bi? Kan belum pasti aku cocok jadi ibu susu Arga," Alana tampak pesimis.

"Bibi doakan biar segalanya lancar. Semoga semua hasil pemeriksaan kesehatanmu bagus. Dengan begitu kamu bisa diterima jadi ibu susu Arga. Kapan lagi kamu bisa menjadi ibu susu dari bayi konglomerat!" cicit Bi Narti yang membuat Alana tertawa karena mendengar kata konglomerat.

Sementara itu, di dalam kamar milik Arga, El bertanya mengenai kebiasaan Alana pada asisten pribadinya itu. Ia ingin tahu mengenai profil Alana beserta kehidupannya selama ini.

Ziyan pun tampak mengerti. Ia segera menyuruh orang untuk mengumpulkan segala informasi mengenai Alana. El menatap putranya yang tertidur pulas untuk pertama kalinya selama beberapa hari terakhir.

“Aku harus memastikan kalau wanita itu memang layak.”

Bab terkait

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Menjadi Ibu Susu Putra CEO

    Hasil tes kesehatan Alana sudah keluar. Elzaino membacanya dengan saksama. Di sana diterangkan jika Alana dalam kondisi sehat dan tidak sedang menderita penyakit apapun, terutama penyakit yang bisa ditularkan melalui ASI. Selain itu, Alana memiliki golongan darah dan resus yang sama dengan Arga. Ini tentu kabar baik karena tubuh Arga tidak akan kuning jika menerima susu dari Alana. "Kamu nggak salah mau pembantu itu yang menyusui Arga?" Meri, ibu Elzaino tampak tak menyetujui ide dari putranya."Bu, aku yang paling tahu tentang kebutuhan anakku," Elzaino menoleh ke arah sang ibu yang saat ini ada di dalam kamarnya."Paling tahu? Tahu apa kamu, El? Kamu ini ayah baru. Tahu apa tentang perbayian? Ini ibu kamu, sudah khatam tentang anak. Emang kamu nggak takut pembantu itu nularin penyakit ke anak kamu?" sergah Ibu Meri dengan raut wajah judesnya. Ia duduk sembari melipat tangannya di dada."Bu, dia bukan asisten rumah tangga lagi. Dia ibu susu Arga sekarang, namanya Alana. Aku sudah m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Orang Di Masa Lalu

    Flashback.... Amanda diantarkan oleh seorang pria berparas tampan dan blansteran. Mereka diantar oleh supir pribadi Amanda. Tak lupa Bi Narti pun ikut serta mengantar Amanda ke rumah sakit terbesar di kota itu. Sesekali Amanda meringis, ia merasakan kontraksi pada perutnya. Bi Narti dan supir yang bernama Mang Tejo pun sudah menghubungi El. Dengan panik, El segera membatalkan kunjungan pentingnya. Ia segera memesan pesawat dengan jam penerbangan saat itu juga. Beruntung El mendapatkan tiket dengan mudah dengan kelas VIP itu. "Sakit sekali, Darren!" Amanda meringis.Wanita itu merasa tak kuat dengan rasa sakit dan mulas yang menderanya. Sesekali ia mencengkram tangan pria bule yang bernama Darren itu, hingga membuat Bi Narti dan Mang Tejo berpandangan. "Cepat! Lebih ngebut lagi!" Darren memerintah dengan tegas, membuat mang Tejo segera tancap gas dan mengendalikan mobil sport berwarna hitam itu dengan ugal-ugalan. Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di rumah sakit. Para

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Ingin Melihat Arga

    Elzaino menanda tangani berkas kerja sama antara perusahaan miliknya dan perusahaan besar yang ada di Dubai. Seharusnya pria bertubuh tinggi dan atletis itu gembira dan merayakan keberhasilan ini. Teringat ketika ia menceritakan harapannya bekerja sama dengan perusahaan raksasa asal Dubai ini pada sang istri. Walaupun waktu itu respon Amanda mengecewakan, tapi wanita itu berharap Elzaino memenangkan kerja sama yang berharga milyaran itu. Hati El kini terasa hampa dan sepi. "Seharusnya kita merayakannya bersama-sama dengan Arga," lirih El. Matanya menatap jauh ke depan. Menatap pemandangan dari bangunan kantornya yang mencakar langit. Tangannya mengepa saat mengingat Amanda mencampakan dirinya. Saat itu ketika dirinya pulang dari kantor, Elzaino tak menemukan Amanda di rumah. Petugas keamanan yang berjaga berkata jika Amanda pergi dengan alasan bertemu dokter untuk mengecek luka pasca persalinan. Elzaino kemudian menemukan sepucuk surat jika sang wanitanya sudah tak ingin berada di s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Panik

    Pagi ini Alana sudah berpakaian dengan rapi, sejak menjadi ibu susu Arga, wanita itu tampil lebih cantik dan terawat. Jika sebelumnya ia selalu memakai daster lusuh, kini tidak lagi. El memberikannya baju-baju yang layak dan bersih agar Arga memiliki ibu susu yang sehat dan steril. Seperti hari ini, Alana memakai dress di bawah lutut. Ia mengucir rambut panjangnya agar tak mengganggu Arga saat menyusu kepadanya. Jika penampilan rapi, Alana sangat cantik. Bahkan terlihat seperti kakak dari Arga, bukan ibu susu. Hari ini Arga dijadwalkan untuk imunisasi ke Rumah Sakit Ibu dan Anak. El sudah berangkat dari pagi untuk bekerja. Mireya pun sudah resmi bergabung menjadi wakil direktur, Wakil dari El. Memang Mireya mempunyai kemampuan hampir menyamai kakaknya. Sementara di rumah hanya ada Meri dan beberapa pelayan. Meri memperhatikan Alana, dalam hati ia memuji paras Alana yang sangat cantik. Fisik Alana seperti kelas sosialita jika di dandani seperti sekarang. Padahal Alana tak memakai m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Rencana Yang Tak Disangka

    Di kota New York, Amanda telah terbangun dari tidurnya. Bibirnya menyunggingkan senyuman saat melihat pria di sampingnya yang tertidur dengan damai. Ya, dia adalah Dareen. Mantan terindah yang telah berhasil kembali ke sisinya. "Pagi, sayang!" Amanda menyentuh pipi Dareen yang kemerah-merahan. Wanita mengecup bibir Dareen sekilas, setelah itu ia bangun dari tidurnya untuk membuatkan Dareen sarapan. Amanda ingin sekali melayani Dareen dengan sepenuh hati. Amanda berjalan menuju jendela, ia menyibak gorden yang menutupi kamar apartemen mewah itu. Ia tersenyum saat melihat salju yang turun. Amanda memang sesuka itu dengan salju. Sekilas ia mengingat bayi yang ia lahirkan, tak menampik ada rasa rindu yang terasa saat mengingatnya. Namun, Amanda mengubur perasaan yang menurutnya bisa melemahkannya itu. Amanda sudah sejauh ini dengan Dareen, ia tak mau bayi itu menghalangi niatnya untuk kembali kepada Dareen selamanya. Apalagi Amanda telah menentang keluarga besarnya saat mengambil kepu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Peringatan Untuk Alana

    Alana baru saja menjemur Arga di halaman rumah. Setelah merasa bayi susunya itu hangat, gegas wanita itu masuk kembali ke dalam kamar."Semakin hari badanmu semakin gemoy. Sehat-sehat ya, sayang?" Alana tersenyum riang. Arga menatap Alana dengan mata yang berbinar. Terlihat sekali bayi itu sangat nyaman dengan Alana. Arga sangat cocok dengan Alana, bahkan tubuhnya pun mengalami kenaikan signifikan, semuanya terjadi karena ASI dari Alana. "Lapar ya, sayang?" Tanya Alana. Walaupun bayi itu belum bisa menjawab, tapi Alana sangat komunikatif. Ia selalu mengajak berbicara Arga. "Mimi dulu ya, Nak! Kamu pasti haus kan?" Alana menggendong Arga, ia pun mulai menyusui Arga. Alana menatap Arga, pun bayi itu yang menatap Alana sambil menyusu. Tangan Alana mengusap rambut Arga dengan sangat lembut. Alana tersenyum haru, hatinya merasa getir saat ia mengingat anaknya yang telah meninggal. Namun, Alana sangat bersyukur karena kini ia harus mengurus seorang bayi yang ditinggalkan ibunya. Ya, A

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Pulang Ke Rumah

    Heri menggebrak meja ketika ia kalah lagi dalam berjudi. Semua temannya tergelak tertawa melihat wajah kusut dari pria yang masih berstatus suami dari Alana itu. Selain bermain judi online, pria itu juga gemar bermain judi secara langsung bersama teman-temannya. "Lagi engga nih?" Seorang temannya makin tertawa lebar melihat wajah frustasi dari Heri. "Uang gue udah abis!" Heri mengacak rambutnya frustasi. "Ya udah sono pulang dulu dan minta uang ke istri lu!" Perintah bandar judi yang wajahnya terlihat garang. "Ngutang dulu deh kaya biasa. Kalau menang langsung gue bayar!" Heri menatap dengan penuh permohonan. "Engga ada. Hutang lu udah banyak banget! Bentar lagi juga jatuh tempo!! Awas aja kalau lu engga bisa bayar!!" Bandar judi mengultimatum. "Iya, iya," Heri lebih memilih mengalah. Ia pergi dari tempat itu dengan berjalan gontai. Sedangkan yang lain tertawa melihat pria itu. Merasa puas karena mereka semua ternyata memperdayai Heri agar kalah. "Gimana nih bos? Uang dia udah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Oleh-oleh

    Elzaino yang baru pulang bertemu clien di Swiss membawa oleh-oleh yang cukup banyak untuk keluarganya. Pria itu memang tak pernah lupa dengan keluarga. Ke mana pun ia pergi selalu membawa buah tangan untuk keluarga yang amat ia cintai itu. "Kak El bawa apa?" Tanya Mireya saat sang kakak baru mendudukan dirinya di atas sofa empuk yang ada di ruang keluarga. "Bawa oleh-oleh buat kalian. Kamu buka aja!" Elzaino menghela nafas sebentar dan menghembuskan dengan berat. Pria tampan itu terlihat sangat kelelahan, mungkin karena penerbangan yang menghabiskan waktu lama. Mireya tersenyum girang kemudian ia segera membuka kantong belanja yang berserakan di atas sofa yang lain. "Wah cantiknya!" Mireya menatap dress yang begitu cocok dengan ukurannya. Memang El begitu hapal dengan ukuran dan selera adiknya. "Tuan, ini ada undangan makan malam dari rekan bisnis kita. Pak William berulang tahun," Ziyyan menyerahkan secarcik undangan mewah pada Elzaino. Elzaino menilik dan membaca undangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29

Bab terbaru

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Perencanaan Peresmian

    Amanda dan Dareen sedang makan malam di balkon. Mereka terlihat begitu mesra. Namun, tidak dengan hati Dareen. Hatinya merasa kosong meskipun ada Amanda di sisinya. Dareen sangat mengerti dengan dirinya sendiri, rasa cinta untuk Amanda sudah pupus tak tersisa. Dareen ingin segera melancarkan aksi balas dendamnya, ia tak ingin terlalu lama hidup bersama Amanda. Setelah misi balas dendamnya berakhir, Dareen akan kembali ke Amerika untuk mengurus induk perusahaan. Ia akan pergi jauh meninggalkan Amanda. Ia tak ingin wanita itu mencarinya nanti. "Sayang, beberapa hari lagi peresmian anak perusahaanku. Tolong, kamu urus semua dekorasi untuk acaranya!" Dareen tersenyum, mereka baru saja selesai dengan makan malam mereka. "Tentu saja, sayang! Aku akan mengurus semuanya. Aku harap acara perusahaanmu itu berjalan dengan sangat sukses," timpal Amanda, ia mengambil air di gelas kaca dan meminumnya. "Acara pestanya di Aula perusahaan, banyak para pengusaha yang akan aku undang. Nanti, aku ak

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Sadar Diri

    Alana membersihkan luka di punggung Elzaino dengan berhati-hati. Sesekali ayah dari Arga itu terdengar memekik kesakitan. Ziyyan yang melewati kamar Arga segera masuk begitu mendengar suara pekikan tuannya. Ia awalnya cukup terkejut melihat Elzaino tengah berdua dengan Alana tanpa Arga di dalamnya. Akan tetapi, akalnya segera mencerna bahwa Elzaino sedang tertimpa masalah. Pasalnya El bukanlah pria yang suka berduaan dengan lawan jenis terkecuali dengan Amanda. Dengan relasi bisnisnya sekali pun Elzaino selalu menjaga jarak. "Apa yang terjadi denganmu, Tuan?" Ziyyan masuk dan memperhatikan luka di tubuh Elzaino. "Hanya luka kecil saja, Ziyyan," jawab Elzaino sembari menoleh ke arah orang kepercayaan sekaligus sepupunya itu. "Maaf Tuan saya lancang," Alana tak enak hati saat tatapan Ziyyan menyelidik padanya. "Nanti aku ceritakan," ucap Elzaino agar Ziyyan tak bertanya apapun pada Alana. Ziyan segera menelfon dokter keluarga El. Dokter itu akan datang dengan cepat, tak mungkin luk

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Berusaha Mengobati

    Elzaino tak mengejar anak buah Arman yang pontang panting menyelamatkan diri. Baginya tak penting, CEO tampan itu segera berlari ke arah dalam basecamp, yang ia pikirkan adalah keselamatan Alana. Di sana terlihat pria berompi yang sedang berjaga di kursi yang diduduki Alana. Saat El akan mengambil ancang-ancang menyerang, pria berompi itu segera menjauh dan berlari lewat pintu belakang. Ia melihat lewat jendela, bagaimana El menumbangkan bosnya Arman, dan rekan-rekannya. "Alana!" Pekik El, pria tampan itu segera mendekati kursi yang diduduki Alana. Di sana tangan dan kaki Alana diikat. Elzaino membuka lakban hitam yang menutup bibir Alana, El membukanya dengan perlahan. Hatinya merasa tak terima melihat Alana di perlakukan sedemikian rupa. Ada rasa sakit yang tak bisa dijelaskan, entah apa. El pun tak tahu. "Alana, maafkan saya yang terlambat!" Ucap El penuh sesal, saat semua ikatan di tubuh Alana terlepas. Tubuh Alana bergetar, ia masih sangat ketakutan dengan kejadian bar

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Keputusan Handoko

    Amanda mengobati wajah Dareen yang lebam karena pukulan dari Handoko, ayahnya. Sesekali Dareen terlihat meringis saat Amanda menempelkan handuk kecil yang telah dibasahi air hangat pada wajahnya."Tahan ya, setelah ini aku akan meneteskan obat merah," ucap Amanda seraya mengambil obat merah yang ada di atas meja dan meneteskannya sedikit di sudut bibir Dareen."Aw, sakit sekali!" Rintih Dareen yang merasakan perih dan sakit sekaligus di area luka yang diteteskan obat merah oleh Amanda."Tuan, apa perlu saya suruh dokter keluarga untuk datang memeriksamu?" Tanya Erlan, asisten kepercayaan Dareen."Tidak perlu, Erlan. Ini hanya luka kecil," tolak Dareen. Erlan mengangguk, kemudian ia meninggalkan kembali tuannya itu berdua dengan Amanda di ruang tengah."Maafkan Papaku ya?" Amanda berkata dengan sendu."Tidak. Seharusnya aku yang meminta maaf karena aku mengambilmu dari keluargamu," timpal Dareen dengan wajah yang dibuat sedih.Sejujurnya hatinya sudah sangat muak dengan Amanda. Rasa il

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Perkelahian

    Elzaino yang mempunyai firasat tidak baik segera pergi ke garasi miliknya. Ia mengeluarkan sebuah motor yang biasa ia pakai untuk pergi ke gunung. El memilih memakai motor agar ia lebih cepat mengejar motor Heri yang membawa Alana. "Semoga feelingku salah. Semoga pria itu tak berbuat macam-macam terhadap Alana," harap El dalam hatinya."Tuan, ada apa?" Tanya pengawal Elzaino yang selalu siap siaga ada di sekitar Elzaino."Tidak apa. Hanya masalah kecil," jawab Elzaino sembari memakai jaket miliknya."Kami siap mendampingi Tuan," salah seorang bodyguard berambut panjang berjalan menghampiri Elzaino."Tidak usah. Hanya gangguan lalat kecil saja," jawab Elzaino kemudian."Tolong kabari kami jika terjadi sesuatu, Tuan," ucap bodyguard berwajah sangar itu. "Iya," Elzaino memakai helm miliknya, kemudian mulai melajukan motornya. Ia kemudian melihat taksi online yang ditumpangi oleh Heri dan Alana. Elzaino mengambil jarak yang lumayan jauh agar keberadaannya tidak dicurigai oleh Heri. "Ma

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Penjemputan

    Handoko baru saja pulang dari kantornya. Pria itu tak lantas pulang ke rumahnya. Ia langsung menyuruh supir pribadinya tancap gas ke kediaman Dareen yang baru. Tentu Handoko tahu di mana Dareen dan Amanda tinggal karena ia sudah memerintahkan orang-orang suruhannya untuk mencari tahu di mana keberadaan putrinya. Tak lupa juga mobil yang dikendarai Handoko dikawal oleh beberapa mobil yang berisi bodyguarnya. Walau hatinya sangat kecewa, akan tetapi Handoko tetaplah seorang ayah. Ia tak bisa diam saja melihat kehancuran yang akan hinggap dalam hidup putrinya. Handoko menatap jalanan dari kaca mobil yang ia tumpangi. Ingatannya kembali ke masa lalu di mana Amanda menikah dengan Elzaino. Handoko tak menyangka jika sang putri malah mengkhianati orang yang sudah menyelamatkan harga dirinya saat itu. "Amanda, ada apa denganmu? Apa yang salah dengan didikan Papa?" Handoko membenarkan letak kaca mata yang bertengger di matanya. Handoko adalah pria yang begitu setia. Ia benci pada sebuah

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Terjebak

    Heri membawa Alana ke arah basecamp Arman dengan menaiki taksi onine yang ia pesan Kebetulan di sana Arman dan anak buahnya sudah menunggu. Heri berbohong pada Alana tentang makam keluarganya yang terletak di desa sebelah. Wanita itu percaya saja mengingat jika memang keluarga Darmi memiliki kerabat di desa yang bersebelahan dengan desa mertuanya itu.Awalnya Alana sedikit ragu, namun ia tepis pikiran buruk itu demi buah hatinya. Baginya ia harus menyaksikan sendiri jasad anaknya dikebumikan untuk yang kedua kali. "Cepat, Mas! Keburu anakku dikebumikan lagi. Aku ingin melihatnya sekali lagi," Alana berbicara dengan suara parau, sejak dari tadi ia sudah resah memikirkan almarhum putrinya itu. "Sabar, Alana! Ibu juga tidak akan menguburkan putri kita tanpa kehadiran kamu," Heri tersenyum simpul, matanya masih fokus pada jalanan. Ia sudah tak sabar mendapatkan uang yang banyak dari Arman karena sudah berhasil membawa Alana. "Katanya tadi kita harus cepat sebelum ibu mengebumikan an

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Masuk Perangkap

    Hati Alana seakan dir3mas oleh sesuatu yang tak kasat mata saat melihat pria yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya sedang duduk di sofa. Mata Alana mengembun, hatinya sangat sakit jika mengingat perlakuan Heri padanya selama mereka menjalin rumah tangga. Heri menatap Alana yang berjalan ke arahnya. Pria itu tersenyum, berpura-pura baik agar nanti Alana mau ikut bersamanya. "Alana?" Heri berdiri dari duduknya. Ini adalah pertemuan pertama Alana dengan Heri setelah insiden kekerasan yang menyebabkan Alana harus kehilangan darah dagingnya. Setelah itu Heri melarikan diri dan Alana baru melihat wajah pria itu lagi sekarang. "Ada apa kamu ke mari? Belum puas kamu mengambil sesuatu yang sangat berharga dariku, Mas?" Alana bercucuran air mata. Tatapannya penuh benci pada pria yang tak pernah mengayomi dirinya itu selama menjalin biduk rumah tangga. "Aku minta maaf untuk anak kita, Alana. Aku tidak menyangka akan seperti itu kejadiannya," Heri menundukan wajahnya, berpura-p

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Kepulangan Amanda

    Dareen dan Amanda baru saja sampai di bandara internasional, Tangerang. Mereka tampak sangat mesra seperti sepasang pengantin baru. Mereka tak segan memperlihatkan kemesraan mereka di khalayak ramai. Outfit mereka sebagai jutawan pun sangat mencolok. Beberapa orang di bandara memerhatikan mereka yang bak couple artis Hollywood. Koper keduanya di bawa oleh beberapa ajudan Dareen. Dareen tak membiarkan Amanda membawa satu tas pun, pria itu begitu meratukan Amanda. Ia ingin Amanda semakin betah di dekatnya. Dareen membukakan pintu mobil untuk Amanda. Tentulah hati Amanda semakin meleleh dengan sikap manis Dareen. Sang asisten segera melajukan mobil sang majikan ke arah perumahan elite yang ada di pusat kota. Dareen memang membeli rumah mewah itu khusus untuk dirinya dan Amanda. "Honey, apa kamu suka rumahnya?" Tanya Dareen saat mereka sampai di rumah mewah yang bergerbang tinggi menjulang itu. Dareen memeluk Amanda, ia pun menciumi Amanda agar Amanda semakin bertekuk lutut pad

DMCA.com Protection Status