Share

Panik

Author: Zinnia Azalea
last update Last Updated: 2024-11-23 22:36:52

Pagi ini Alana sudah berpakaian dengan rapi, sejak menjadi ibu susu Arga, wanita itu tampil lebih cantik dan terawat. Jika sebelumnya ia selalu memakai daster lusuh, kini tidak lagi. El memberikannya baju-baju yang layak dan bersih agar Arga memiliki ibu susu yang sehat dan steril.

Seperti hari ini, Alana memakai dress di bawah lutut. Ia mengucir rambut panjangnya agar tak mengganggu Arga saat menyusu kepadanya. Jika penampilan rapi, Alana sangat cantik. Bahkan terlihat seperti kakak dari Arga, bukan ibu susu.

Hari ini Arga dijadwalkan untuk imunisasi ke Rumah Sakit Ibu dan Anak. El sudah berangkat dari pagi untuk bekerja. Mireya pun sudah resmi bergabung menjadi wakil direktur, Wakil dari El. Memang Mireya mempunyai kemampuan hampir menyamai kakaknya. Sementara di rumah hanya ada Meri dan beberapa pelayan. Meri memperhatikan Alana, dalam hati ia memuji paras Alana yang sangat cantik. Fisik Alana seperti kelas sosialita jika di dandani seperti sekarang. Padahal Alana tak memakai make up, ia hanya memakai pelembab dan lipstik sekedarnya.

"Apa-apaan aku ini? Mengapa aku memuji babu itu sih? Dia memang cantik, tapi bebet bibit bobotnya tak jelas. Dia tak akan pernah bisa menjadi pengganti Amanda. Sebaiknya aku harus mencari wanita yang sepadan untuk dikenalkan pada El, agar dia bisa move on dari Amanda," batin Meri, sesekali ekor matanya melirik pada Alana yang tengah bersiap-siap untuk pergi ke Rumah Sakit.

Elzaino sudah menugaskan Mang Tejo untuk mengantar Alana ke Rumah Sakit. Tak hanya itu, El memberikan mobil yang besar untuk Alana. agar wanita itu bisa leluasa menyusui Arga di dalam perjalanan. El benar-benar memberikan Alana fasilitas yang terbaik, semua itu ia lakukan hanya karena Arga, buah hatinya.

"Nyonya, saya berangkat dulu," Alana menghampiri Meri. Tangannya ia ulurkan untuk mencium tangan majikannya. Alana menggendong Arga dengan gendongan M-shape. Bayi itu sangat nyaman sekali ketika tertidur di dada sang ibu susu.

"Iya, pergi saja. Hati-hati dengan cucuku! Kau harus bisa menjaganya, awas jangan ada lecet sedikit pun!" Peringat Meri dengan judes. Bahkan uluran tangan Alana tak di balasnya, Meri merasa Alana sedang mencuri perhatian darinya.

"Iya, Nyonya. Kalau begitu saya pamit," Alana pun undur diri. Ia berusaha tak ambil hati atas peringai Meri barusan.

Meri melihat punggung Alana yang semakin mengecil. Jujur saja, tingkah Alana yang akan menyalaminya itu membuat ia rindu pada Mireya. Sebelum berangkat ke Amerika, Mireya sangat santun padanya. Ia tak pernah lupa mencium tangannya saat akan bepergian ke mana pun. Namun, setelah kepulangannya dari negara Paman Sam itu Mireya berubah seratus delapan puluh derajat. Mireya tak pernah mencium lengannya lagi, bahkan terkadang Mireya pergi tanpa pamit. Mireya pun selalu mengeyel jika dinasehati. Meri benar-benar merindukan Mireya yang dulu.

Di tempat yang berbeda, Alana baru saja sampai di parkiran Rumah Sakit. Mang Tejo terburu-buru membukakan pintu mobil untuk Alana.

"Mang, Jangan berlebihan begitu! Aku bisa buka sendiri," Alana tampak tak enak hati melihat sikap Mang Tejo yang memperlakukannya bak majikan.

"Eh, gak apa-apa, Neng geulis. Mang takut neng jatuh. Kalau Den Arga kenapa-kenapa kumaha?" Sahut Mang Tejo dengan logat Sunda yang sangat kental.

"Kalau begitu terima kasih, Mang," Alana tersenyum , ia pun berpamitan kepada mang Tejo dan berjalan menuju area rumah sakit.

"Dilihat lihat Neng Alana teh cocok jadi pengganti Nyonya Amanda. Di doain atuh ya neng, semoga Neng berjodoh sama si Agan El!" Kata Mang Tejo seraya menatap punggung Alana yang mengecil.

Alana memasuki poli anak, El memang sudah melakukan reservasi sebelumnya. Arga di timbang dan diukur panjangnya. Alana tersenyum senang saat kenaikan badan Arga naik signifikan. Bayi itu terlihat anteung ketika di timbang oleh asisten dokter.

"Bagus sekali ya, Bu! Berat badannya naiknya sangat besar. Terus pertahankan kualitas ASI nya ya, Bu? Banyak makan bergizi dan mengelola stres dengan baik!" Pesan Asisten dokter dengan ramah.

"Iya, Sus. Terima kasih."

Alana langsung saja dipanggil untuk memasuki kamar pemeriksaan. El tadinya menginginkan dokter saja yang datang ke rumahnya. Namun, Alana memberikan masukan jika di rumah sakit alatnya lebih lengkap. Pasti sangat ribet jika nanti dokter membawa timbangan berat badan dan pengukur panjang badan ke rumahnya. Akhirnya El menyetujui saran dari Alana. Arga di ditidurkan di ranjang pemeriksaan. Dokter kemudian menyuntiknya di tangan kiri Arga. Bayi gendut itu menangis sebentar, setelahnya Alana bisa menenangkannya.

"Mom, nanti anaknya kalau demam jangan panik, ya! Mom harus sedia obat demam, khawatirnya panasnya tinggi dan kejang," Dokter Anak menjelaskan dengan ramah.

"Semalam Tuan El meminta saya untuk menyuntikan imunisasi yang anti panas. Tapi kebetulan stoknya sedang kosong. Jadi kami berikan yang ada. Ingat, pesan saya ya! Jika nanti Arga demam, pakaikan baju dan selimut yang tipis. Berikan ASI lebih sering, Jangan lupa obat demamnya harus sedia!" Dokter berparas cantik itu kembali mengingatkan.

"Baik, Dok. Apa akan yakin demam, Dok?" Alana menatap Arga dengan khawatir.

Alana memang sangat panik jika berkaitan dengan demam. Dahulu, saudaranya ada yang meninggal karena demam lalu kejang berulang. Dari sana Alana takut dirinya dan orang terdekatnya terserang demam.

"Tidak selalu, bagaimana respon kekebalan tubuh Arga saja. Hanya saja yang saya sampaikan tadi untuk berjaga-jaga"

Alana mengangguk, ia segera berpamitan kepada Dokter spesialis anak itu. Wanita cantik itu berjalan menyusuri lorong-lorong, beberapa mata nakal meliriknya, memuji kecantikannya dalam hati.

*****

Malam menjelang, El telah tiba di rumah. Sejak kelahiran Arga, El selalu berusaha untuk pulang ke rumah. Ia selalu menyempatkan waktu untuk bertemu dengan sang buah hati setiap hari. Hatinya selalu saja rindu pada Arga. El segera membersihkan dirinya, ia lalu berjalan ke kamar Arga. Di sana sudah terdengar suara Arga yang tengah menangis.

"Alana, ada apa dengan anak saya?" Raut wajah El terlihat sangat cemas. Terlihat di sana Alana sedang menggendong Arga dengan wajah tak kalah cemasnya.

"Den Arga demam, Tuan. Sepertinya efek imunisasi," jawab Alana, ia tak melihat wajah El karena dirinya harus fokus memperhatikan Arga yang tengah menangis di gendongannya.

"Bukankah imunisasinya anti panas?" Dahi El mengernyit bingung.

"Kata dokter imunisasi anti panas sedang habis stoknya, jadi tadi disuntikan imunisasi yang biasa."

"Apa? Mengapa tak ada konfirmasi dulu pada saya? Harusnya tadi kamu tolak, lalu pergi ke rumah sakit lain!" Suara El meninggi, ia tak terima jika Alana menerima begitu saja hingga membuat putranya demam dan rewel.

"Maafkan saya! Saya tidak tahu, Tuan!" Alana merasa sangat bersalah. Tatapannya sendu menatap putra majikannya itu.

"Sudahlah, tak ada artinya lagi kamu meminta maaf!" Dengus El kesal.

El mengambil Arga dari gendongan Alana. Bukannya diam, bayi itu malah semakin menangis histeris. Alana segera mengambil air hangat dan menuangkannya di atas baskom, menyimpannya di samping box bayi milik Arga.

"Permisi, tuan. Saya ambil dulu Arga. Dia harus di kompres," Alana mendekati El, ia pun mengambil Arga dengan canggung. Sesekali tangan mereka bersentuhan, memberikan rasa yang tak nyaman di keduanya.

Alana membaringkan Arga di box bayi. Dengan telaten, ia mengkompres dahi Arga, lipatan ketiak, dan lipatan paha. Alana tak langsung memberikan obat pada bayi itu, rencananya jika demam belum turun juga baru Alana akan memberikan obatnya.

Alana dan El begadang di ruangan itu. Meskipun Alana sudah meminta El untuk tidur saja, nyatanya pria tampan itu tak mengindahkan permintaan Alana. Dengan setia El menemani Alana begadang. Alana mengecek termometer di tubuh Arga, ia mengucap syukur saat suhu Arga turun dan berangsur normal.

"Alhamdulillah, Tuan. Panasnya sudah turun!" Riang Alana, senyumnya semakin membentuk bulan sabit saat melihat Arga yang tak rewel lagi.

Alana pun menyusui Arga, tentu saja El melihat ke arah lain. Bagaimana pun ia tak mau menganggu privasi Alana. Alana kini berbaring di ranjang tempat dia biasa tertidur. Tak lupa Alana pun menidurkan Arga di sampingnya. Setelah itu Alana tak mengingat apa-apa lagi. Ia ikut tertidur bersama sang bayi.

El memperhatikan Alana yang tengah tidur, pun Arga yang sedang ada di dalam dekapannya. Entah mengapa hatinya menghangat, seolah ada rasa lega yang tak bisa dijelaskan. Apalagi El baru menyadari jika wajah Alana sangat cantik dan manis.

"Aku bersyukur menemukan ibu susu yang tepat!" Gumam El, lalu keluar dari kamar putranya.

Related chapters

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Rencana Yang Tak Disangka

    Di kota New York, Amanda telah terbangun dari tidurnya. Bibirnya menyunggingkan senyuman saat melihat pria di sampingnya yang tertidur dengan damai. Ya, dia adalah Dareen. Mantan terindah yang telah berhasil kembali ke sisinya. "Pagi, sayang!" Amanda menyentuh pipi Dareen yang kemerah-merahan. Wanita mengecup bibir Dareen sekilas, setelah itu ia bangun dari tidurnya untuk membuatkan Dareen sarapan. Amanda ingin sekali melayani Dareen dengan sepenuh hati. Amanda berjalan menuju jendela, ia menyibak gorden yang menutupi kamar apartemen mewah itu. Ia tersenyum saat melihat salju yang turun. Amanda memang sesuka itu dengan salju. Sekilas ia mengingat bayi yang ia lahirkan, tak menampik ada rasa rindu yang terasa saat mengingatnya. Namun, Amanda mengubur perasaan yang menurutnya bisa melemahkannya itu. Amanda sudah sejauh ini dengan Dareen, ia tak mau bayi itu menghalangi niatnya untuk kembali kepada Dareen selamanya. Apalagi Amanda telah menentang keluarga besarnya saat mengambil kepu

    Last Updated : 2024-11-25
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Peringatan Untuk Alana

    Alana baru saja menjemur Arga di halaman rumah. Setelah merasa bayi susunya itu hangat, gegas wanita itu masuk kembali ke dalam kamar."Semakin hari badanmu semakin gemoy. Sehat-sehat ya, sayang?" Alana tersenyum riang. Arga menatap Alana dengan mata yang berbinar. Terlihat sekali bayi itu sangat nyaman dengan Alana. Arga sangat cocok dengan Alana, bahkan tubuhnya pun mengalami kenaikan signifikan, semuanya terjadi karena ASI dari Alana. "Lapar ya, sayang?" Tanya Alana. Walaupun bayi itu belum bisa menjawab, tapi Alana sangat komunikatif. Ia selalu mengajak berbicara Arga. "Mimi dulu ya, Nak! Kamu pasti haus kan?" Alana menggendong Arga, ia pun mulai menyusui Arga. Alana menatap Arga, pun bayi itu yang menatap Alana sambil menyusu. Tangan Alana mengusap rambut Arga dengan sangat lembut. Alana tersenyum haru, hatinya merasa getir saat ia mengingat anaknya yang telah meninggal. Namun, Alana sangat bersyukur karena kini ia harus mengurus seorang bayi yang ditinggalkan ibunya. Ya, A

    Last Updated : 2024-11-26
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Pulang Ke Rumah

    Heri menggebrak meja ketika ia kalah lagi dalam berjudi. Semua temannya tergelak tertawa melihat wajah kusut dari pria yang masih berstatus suami dari Alana itu. Selain bermain judi online, pria itu juga gemar bermain judi secara langsung bersama teman-temannya. "Lagi engga nih?" Seorang temannya makin tertawa lebar melihat wajah frustasi dari Heri. "Uang gue udah abis!" Heri mengacak rambutnya frustasi. "Ya udah sono pulang dulu dan minta uang ke istri lu!" Perintah bandar judi yang wajahnya terlihat garang. "Ngutang dulu deh kaya biasa. Kalau menang langsung gue bayar!" Heri menatap dengan penuh permohonan. "Engga ada. Hutang lu udah banyak banget! Bentar lagi juga jatuh tempo!! Awas aja kalau lu engga bisa bayar!!" Bandar judi mengultimatum. "Iya, iya," Heri lebih memilih mengalah. Ia pergi dari tempat itu dengan berjalan gontai. Sedangkan yang lain tertawa melihat pria itu. Merasa puas karena mereka semua ternyata memperdayai Heri agar kalah. "Gimana nih bos? Uang dia udah

    Last Updated : 2024-11-28
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Oleh-oleh

    Elzaino yang baru pulang bertemu clien di Swiss membawa oleh-oleh yang cukup banyak untuk keluarganya. Pria itu memang tak pernah lupa dengan keluarga. Ke mana pun ia pergi selalu membawa buah tangan untuk keluarga yang amat ia cintai itu. "Kak El bawa apa?" Tanya Mireya saat sang kakak baru mendudukan dirinya di atas sofa empuk yang ada di ruang keluarga. "Bawa oleh-oleh buat kalian. Kamu buka aja!" Elzaino menghela nafas sebentar dan menghembuskan dengan berat. Pria tampan itu terlihat sangat kelelahan, mungkin karena penerbangan yang menghabiskan waktu lama. Mireya tersenyum girang kemudian ia segera membuka kantong belanja yang berserakan di atas sofa yang lain. "Wah cantiknya!" Mireya menatap dress yang begitu cocok dengan ukurannya. Memang El begitu hapal dengan ukuran dan selera adiknya. "Tuan, ini ada undangan makan malam dari rekan bisnis kita. Pak William berulang tahun," Ziyyan menyerahkan secarcik undangan mewah pada Elzaino. Elzaino menilik dan membaca undangan

    Last Updated : 2024-11-29
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Persiapan Pesta

    Arga dinyatakan bisa dibawa bepergian oleh dokter spesialis anak karena acara itu hanya makan malam saja. Tak ada musik kencang di sana. Bermodal itu, Elzaino memutuskan untuk datang membawa Arga. Elzaino sendiri memberitahukan tema ulang tahun rekan bisnisnya. Sebenarnya Elzaino melalui Ziyan sudah membelikan Alana sebuah dress pesta. Hanya saja Alana tidak memakainya karena gaun itu tidak friendly dipakai busui seperti dirinya. Jadi, Alana terpaksa tidak menggunakan gaun pemberian dari majikannya. Sepertinya Ziyan sendiri tidak terlalu peka dengan dress yang Alana butuhkan. Alana membuka lemari miliknya, ia menghela nafas karena tak ada gaun yang sesuai dengan tema pesta. Pesta yang diusung William, partner bisnis El adalah gaun berwarna Baby Pink sebagai dress codenya. Alana bingung, haruskah ia membeli gaun dengan uang gajinya? Alana pun tak kuasa menyampaikan keluhannya terkait dress yang Elzaino berikan. Akhirnya Alana membuka ponselnya, ia melihat M-Banking di menu ponsel i

    Last Updated : 2024-11-30
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Melihat Sebuah Ketulusan

    Alana menaiki angkutan umum untuk kembali ke rumah. Tak ia pikirkan ucapan Viona yang lumayan menyentil hatinya tadi. Walaupun Alana harus membawa kekecewaan karena tak berhasil mendapatkan gaun untuk nanti malam. Alana teringat lagi akan Viona, Alana heran, apa salahnya pada teman SMA nya itu? Alana mencoba menfokuskan pikirannya dan melupakan Viona. Ia segera turun dari angkutan umum setelah perumahan El terlihat. Wanita itu berjalan sedikit untuk sampai di rumah majikannya. Setelah sampai, Alana segera berbicara pada security yang berjaga. Alana memasuki istana mewah milik El setelah diizinkan masuk oleh tim keamanan. "Kemana aja sih tadi kamu? Lama banget! Lihat nih Arga dari tadi rewel! Sampai bingung saya nenanginnya," Sewot Meri yang melihat Alana baru saja berganti baju dan membersihkan diri. "Maaf, Nyonya!" Hanya itulah kata yang Alana ucapkan. Ia tak ingin memperpanjang masalah dengan ibunda El yang terkenal galak itu. "Maaf, ya anak ganteng! Ibu ninggalin kamu terlalu

    Last Updated : 2024-12-02
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Sebuah Kejadian

    Elzaino yang telah menyelesaikan meeting segera pulang ke rumahnya. Ziyan sendiri yang menjemput majikannya itu. Sesekali El menatap arloji mewah yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia tak mau sampai terlambat datang ke acara besar Tuan William. Elzaino memang tak suka menunggu dan tak suka membuat orang lain menunggu."Apa gaun yang aku belikan sudah kau berikan pada Alana?" Tanya El, ia melirik Ziyyan yang ada di depannya. Asistennya itu sedang fokus mengemudi. "Sudah, sepertinya anda terlihat perhatian Sekali! Jangan-jangan!" Goda Ziyyan, sesekali ia melirik spion di atasnya untuk melihat ekspresi sang tuan. "Jangan-jangan apa?" Elzaino menendang kursi Ziyyan dari belakang, membuat sekretarisnya itu terkekeh. "Jangan-jangan anda berpikir akan menjadikan Alana ibu sambung Arga selamanya!" Ziyyan cengengesan meneruskan godaannya. "Aku tidak berpikir ke arah sana. Aku hanya sedang berusaha kuat untuk membesarkan Arga dengan baik," Elzaino tiba-tiba saja berubah melow. Ia me

    Last Updated : 2024-12-02
  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Memutuskan Pulang

    "Kamu gak apa-apa kan, Alana?" Tanya El lembut. Spontan Alana menatap manik mata cokelat itu. Kini mereka menjadi perhatian semua orang di sana. "Tidak apa-apa," Alana memaksakan senyumnya. Viona membulatkan matanya saat melihat El membantu Alana. Ada hubungan apa antara El dan Alana? Tiba-tiba saja wajah Viona pucat pasi, mengingat butik yang ia tempati adalah bangunan yang ia sewa milik Elzaino. "Nona, jika anda berjalan lihat-lihat jalan! Jangan jalan pakai mata kaki," ketus El, ia sangat tahu Viona adalah owner butik ternama yang menyewa gedung miliknya. "Tidak apa-apa, tuan. Viona ini tidak sengaja. Iya kan, Viona?" Alana tersenyum penuh maksud, seolah tahu jika Viona melakukannya secara sengaja. "Apa katanya? Tuan?" Batin Viona saat melihat kedekatan El dan Alana. "I.iya aku tak sengaja, maaf Alana," Viona meremas gaun miliknya.Tba-tiba saja owner butik itu menjadi gugup. Namun ia merasakan kebencian yang luar biasa saat melihat senyuman Alana yang seolah mengejeknya. Ama

    Last Updated : 2024-12-04

Latest chapter

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Perencanaan Peresmian

    Amanda dan Dareen sedang makan malam di balkon. Mereka terlihat begitu mesra. Namun, tidak dengan hati Dareen. Hatinya merasa kosong meskipun ada Amanda di sisinya. Dareen sangat mengerti dengan dirinya sendiri, rasa cinta untuk Amanda sudah pupus tak tersisa. Dareen ingin segera melancarkan aksi balas dendamnya, ia tak ingin terlalu lama hidup bersama Amanda. Setelah misi balas dendamnya berakhir, Dareen akan kembali ke Amerika untuk mengurus induk perusahaan. Ia akan pergi jauh meninggalkan Amanda. Ia tak ingin wanita itu mencarinya nanti. "Sayang, beberapa hari lagi peresmian anak perusahaanku. Tolong, kamu urus semua dekorasi untuk acaranya!" Dareen tersenyum, mereka baru saja selesai dengan makan malam mereka. "Tentu saja, sayang! Aku akan mengurus semuanya. Aku harap acara perusahaanmu itu berjalan dengan sangat sukses," timpal Amanda, ia mengambil air di gelas kaca dan meminumnya. "Acara pestanya di Aula perusahaan, banyak para pengusaha yang akan aku undang. Nanti, aku ak

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Sadar Diri

    Alana membersihkan luka di punggung Elzaino dengan berhati-hati. Sesekali ayah dari Arga itu terdengar memekik kesakitan. Ziyyan yang melewati kamar Arga segera masuk begitu mendengar suara pekikan tuannya. Ia awalnya cukup terkejut melihat Elzaino tengah berdua dengan Alana tanpa Arga di dalamnya. Akan tetapi, akalnya segera mencerna bahwa Elzaino sedang tertimpa masalah. Pasalnya El bukanlah pria yang suka berduaan dengan lawan jenis terkecuali dengan Amanda. Dengan relasi bisnisnya sekali pun Elzaino selalu menjaga jarak. "Apa yang terjadi denganmu, Tuan?" Ziyyan masuk dan memperhatikan luka di tubuh Elzaino. "Hanya luka kecil saja, Ziyyan," jawab Elzaino sembari menoleh ke arah orang kepercayaan sekaligus sepupunya itu. "Maaf Tuan saya lancang," Alana tak enak hati saat tatapan Ziyyan menyelidik padanya. "Nanti aku ceritakan," ucap Elzaino agar Ziyyan tak bertanya apapun pada Alana. Ziyan segera menelfon dokter keluarga El. Dokter itu akan datang dengan cepat, tak mungkin luk

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Berusaha Mengobati

    Elzaino tak mengejar anak buah Arman yang pontang panting menyelamatkan diri. Baginya tak penting, CEO tampan itu segera berlari ke arah dalam basecamp, yang ia pikirkan adalah keselamatan Alana. Di sana terlihat pria berompi yang sedang berjaga di kursi yang diduduki Alana. Saat El akan mengambil ancang-ancang menyerang, pria berompi itu segera menjauh dan berlari lewat pintu belakang. Ia melihat lewat jendela, bagaimana El menumbangkan bosnya Arman, dan rekan-rekannya. "Alana!" Pekik El, pria tampan itu segera mendekati kursi yang diduduki Alana. Di sana tangan dan kaki Alana diikat. Elzaino membuka lakban hitam yang menutup bibir Alana, El membukanya dengan perlahan. Hatinya merasa tak terima melihat Alana di perlakukan sedemikian rupa. Ada rasa sakit yang tak bisa dijelaskan, entah apa. El pun tak tahu. "Alana, maafkan saya yang terlambat!" Ucap El penuh sesal, saat semua ikatan di tubuh Alana terlepas. Tubuh Alana bergetar, ia masih sangat ketakutan dengan kejadian bar

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Keputusan Handoko

    Amanda mengobati wajah Dareen yang lebam karena pukulan dari Handoko, ayahnya. Sesekali Dareen terlihat meringis saat Amanda menempelkan handuk kecil yang telah dibasahi air hangat pada wajahnya."Tahan ya, setelah ini aku akan meneteskan obat merah," ucap Amanda seraya mengambil obat merah yang ada di atas meja dan meneteskannya sedikit di sudut bibir Dareen."Aw, sakit sekali!" Rintih Dareen yang merasakan perih dan sakit sekaligus di area luka yang diteteskan obat merah oleh Amanda."Tuan, apa perlu saya suruh dokter keluarga untuk datang memeriksamu?" Tanya Erlan, asisten kepercayaan Dareen."Tidak perlu, Erlan. Ini hanya luka kecil," tolak Dareen. Erlan mengangguk, kemudian ia meninggalkan kembali tuannya itu berdua dengan Amanda di ruang tengah."Maafkan Papaku ya?" Amanda berkata dengan sendu."Tidak. Seharusnya aku yang meminta maaf karena aku mengambilmu dari keluargamu," timpal Dareen dengan wajah yang dibuat sedih.Sejujurnya hatinya sudah sangat muak dengan Amanda. Rasa il

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Perkelahian

    Elzaino yang mempunyai firasat tidak baik segera pergi ke garasi miliknya. Ia mengeluarkan sebuah motor yang biasa ia pakai untuk pergi ke gunung. El memilih memakai motor agar ia lebih cepat mengejar motor Heri yang membawa Alana. "Semoga feelingku salah. Semoga pria itu tak berbuat macam-macam terhadap Alana," harap El dalam hatinya."Tuan, ada apa?" Tanya pengawal Elzaino yang selalu siap siaga ada di sekitar Elzaino."Tidak apa. Hanya masalah kecil," jawab Elzaino sembari memakai jaket miliknya."Kami siap mendampingi Tuan," salah seorang bodyguard berambut panjang berjalan menghampiri Elzaino."Tidak usah. Hanya gangguan lalat kecil saja," jawab Elzaino kemudian."Tolong kabari kami jika terjadi sesuatu, Tuan," ucap bodyguard berwajah sangar itu. "Iya," Elzaino memakai helm miliknya, kemudian mulai melajukan motornya. Ia kemudian melihat taksi online yang ditumpangi oleh Heri dan Alana. Elzaino mengambil jarak yang lumayan jauh agar keberadaannya tidak dicurigai oleh Heri. "Ma

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Penjemputan

    Handoko baru saja pulang dari kantornya. Pria itu tak lantas pulang ke rumahnya. Ia langsung menyuruh supir pribadinya tancap gas ke kediaman Dareen yang baru. Tentu Handoko tahu di mana Dareen dan Amanda tinggal karena ia sudah memerintahkan orang-orang suruhannya untuk mencari tahu di mana keberadaan putrinya. Tak lupa juga mobil yang dikendarai Handoko dikawal oleh beberapa mobil yang berisi bodyguarnya. Walau hatinya sangat kecewa, akan tetapi Handoko tetaplah seorang ayah. Ia tak bisa diam saja melihat kehancuran yang akan hinggap dalam hidup putrinya. Handoko menatap jalanan dari kaca mobil yang ia tumpangi. Ingatannya kembali ke masa lalu di mana Amanda menikah dengan Elzaino. Handoko tak menyangka jika sang putri malah mengkhianati orang yang sudah menyelamatkan harga dirinya saat itu. "Amanda, ada apa denganmu? Apa yang salah dengan didikan Papa?" Handoko membenarkan letak kaca mata yang bertengger di matanya. Handoko adalah pria yang begitu setia. Ia benci pada sebuah

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Terjebak

    Heri membawa Alana ke arah basecamp Arman dengan menaiki taksi onine yang ia pesan Kebetulan di sana Arman dan anak buahnya sudah menunggu. Heri berbohong pada Alana tentang makam keluarganya yang terletak di desa sebelah. Wanita itu percaya saja mengingat jika memang keluarga Darmi memiliki kerabat di desa yang bersebelahan dengan desa mertuanya itu.Awalnya Alana sedikit ragu, namun ia tepis pikiran buruk itu demi buah hatinya. Baginya ia harus menyaksikan sendiri jasad anaknya dikebumikan untuk yang kedua kali. "Cepat, Mas! Keburu anakku dikebumikan lagi. Aku ingin melihatnya sekali lagi," Alana berbicara dengan suara parau, sejak dari tadi ia sudah resah memikirkan almarhum putrinya itu. "Sabar, Alana! Ibu juga tidak akan menguburkan putri kita tanpa kehadiran kamu," Heri tersenyum simpul, matanya masih fokus pada jalanan. Ia sudah tak sabar mendapatkan uang yang banyak dari Arman karena sudah berhasil membawa Alana. "Katanya tadi kita harus cepat sebelum ibu mengebumikan an

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Masuk Perangkap

    Hati Alana seakan dir3mas oleh sesuatu yang tak kasat mata saat melihat pria yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya sedang duduk di sofa. Mata Alana mengembun, hatinya sangat sakit jika mengingat perlakuan Heri padanya selama mereka menjalin rumah tangga. Heri menatap Alana yang berjalan ke arahnya. Pria itu tersenyum, berpura-pura baik agar nanti Alana mau ikut bersamanya. "Alana?" Heri berdiri dari duduknya. Ini adalah pertemuan pertama Alana dengan Heri setelah insiden kekerasan yang menyebabkan Alana harus kehilangan darah dagingnya. Setelah itu Heri melarikan diri dan Alana baru melihat wajah pria itu lagi sekarang. "Ada apa kamu ke mari? Belum puas kamu mengambil sesuatu yang sangat berharga dariku, Mas?" Alana bercucuran air mata. Tatapannya penuh benci pada pria yang tak pernah mengayomi dirinya itu selama menjalin biduk rumah tangga. "Aku minta maaf untuk anak kita, Alana. Aku tidak menyangka akan seperti itu kejadiannya," Heri menundukan wajahnya, berpura-p

  • ASI Untuk Putra Sang CEO   Kepulangan Amanda

    Dareen dan Amanda baru saja sampai di bandara internasional, Tangerang. Mereka tampak sangat mesra seperti sepasang pengantin baru. Mereka tak segan memperlihatkan kemesraan mereka di khalayak ramai. Outfit mereka sebagai jutawan pun sangat mencolok. Beberapa orang di bandara memerhatikan mereka yang bak couple artis Hollywood. Koper keduanya di bawa oleh beberapa ajudan Dareen. Dareen tak membiarkan Amanda membawa satu tas pun, pria itu begitu meratukan Amanda. Ia ingin Amanda semakin betah di dekatnya. Dareen membukakan pintu mobil untuk Amanda. Tentulah hati Amanda semakin meleleh dengan sikap manis Dareen. Sang asisten segera melajukan mobil sang majikan ke arah perumahan elite yang ada di pusat kota. Dareen memang membeli rumah mewah itu khusus untuk dirinya dan Amanda. "Honey, apa kamu suka rumahnya?" Tanya Dareen saat mereka sampai di rumah mewah yang bergerbang tinggi menjulang itu. Dareen memeluk Amanda, ia pun menciumi Amanda agar Amanda semakin bertekuk lutut pad

DMCA.com Protection Status