Alana sedang menggendong Arga di halaman belakang ketika Bi Narti memanggilnya. Asisten rumah tangga senior itu terlihat memperlihatkan mimik wajah yang serius. "Alana, ada tamu buat kamu!" Ucap Bi Narti masih dengan raut wajahnya yang serius. "Siapa, Bi?" Dahi Alana mengernyit. Baru pertama kali ada yang mencarinya kala ia tengah bekerja. "Ibu dan bapak mertua kamu," ucap Bi Narti setengah berbisik. Bi Narti memang mengetahui kedua mertua Alana karena Heri cukup lama bekerja di rumah Elzaino sebagai tukang kebun. Otomatis ia juga tahu orang tua Heri karena mereka kerap datang dengan alasan mempunyai urusan dengan Heri. "Mau apa mereka ya, Bi?" Tanya Alana heran. Pasalnya sejak bayinya meninggal dunia, tak ada satu pun keluarga Heri yang datang untuk sekedar berbela sungkawa. "Mungkin mereka baru tahu anakmu sudah meninggal, Alana," Bi Narti menyatakan asumsinya walaupun dirinya sebenarnya juga tak yakin. "Gimana ya, Bi?" Alana terlihat bimbang. "Den Arga kan sudah t
Mata Heri memicing saat kilau lampu mengenai retina matanya. Ia kini sedang duduk terikat di sebuah ruangan yang pengap. Kepalanya terasa pusing, wajahnya sudah babak belur, dan tubuhnya sakit di beberapa titik. Heri baru ingat jika tadi ia pingsan setelah di pukuli oleh bandar judi dan beberapa preman yang merupakan kaki tangan orang yang sering ia hutangi itu. Heri pikir akan dilepaskan oleh bandar judi kala ia pingsan tadi. Akan tetapi, ternyata pikirannya salah. Ia malah dibawa ke sebuah gudang dan disekap. "Sakit sekali!" Ringis Heri ketika ia mencoba menggerakan tangannya. "Sudah bangun dia?" Suara seseorang yang begitu ia kenal terdengar dari luar. "Sudah, Bos," jawab suara seorang pria yang sepertinya tengah menjaga ruangan Heri. Pintu terbuka. Yang Heri lihat adalah Arman, si bandar judi berjalan ke arahnya dengan memakai topi koboi kesukaannya. Pria yang sudah beristri dan beranak itu tersenyum sinis melihat keadaan Heri yang sudah babak belur. Kemudian ia terduduk d
Amanda baru saja membuka ponsel miliknya. Rasanya begitu sepi saat semua keluarganya berhenti menghubungi dirinya. Surat persidangan dari pengadilan di Indonesia pun sudah memanggilnya untuk mengikuti mediasi, namun Amanda menolak. Ia menyerahkan semua perceraiannya kepada sang pengacara yang sudah ia tunjuk. Amanda memang sudah bulat untuk bercerai dari Elzaino. Pria itu pun sama, bahkan El mendahului Amanda untuk mendaftarkan gugatan cerai ke pengadilan agama. Amanda tak menyangka jika El akan mengabulkan gugatannya. Ada rasa kecewa dalam hatinya, namun buru buru ia tepis. Amanda tak boleh goyah, ia sudah hidup bersama Dareen. Pria yang sangat dicintainya dari dulu. "Aku sudah sangat sejauh ini bertindak, aku tak akan melepaskan apa yang sudah menjadi milikku. Aku tak akan pernah kehilangan Dareen lagi," batin Amanda penuh tekad. Bell apartemen berbunyi. Amanda segera membuka pintu saat melihat wajah Dareen di monitor pintu. Hatinya berbunga sekali saat melihat pria yang ia ci
Hati Elzaino masih terganggu dengan foto yang dikirimkan oleh Dareen. Walau dipaksakan untuk fokus, tetap saja pikiran El terasa berkecamuk hingga ia memutuskan untuk meliburkan diri di rumah. Elzaino ingin mendinginkan dan menenangkan pikirannya. ia tidak bisa memaksakan diri untuk bekerja.Malam hari, tubuh Arga mendadak demam dan menggigil. Alana mengambil termometer untuk mengecek suhu tubuh Arga. Seketika mata Alana terbelalak saat melihat suhu yang hampir tiga puluh sembilan derajat. "Sayang, kamu kenapa? Tadi kamu gak apa-apa," Alana tampak sangat khawatir. Ia membuka semua baju yang melekat di tubuh Arga, dan segera menggantinya dengan baju yang memiliki bahan yang tipis. Arga tampak tak rewel, mata bayi itu terpejam. Arga tertidur begitu lelap. Namun suhu tubuhnya terus naik, membuat Alana panik dan khawatir. El yang mendengar keresahan Alana saat melewati kamar putranya pun masuk ke dalam kamar itu. Ia terkejut saat melihat Alana yang tampak sibuk membawa baskom yang b
Heri yang sudah sangat lelah memutuskan untuk pulang ke kediaman orang tuanya. Ia juga bingung harus pulang ke mana lagi selain ke rumah kedua orang tuanya. Dendam Heri semakin kesumat ketika ia mengetahui jika rumah Alana sudah terjual. Heri bertekad harus mengambil uang itu dari Alana karena ia merasa berhak atas uang itu. "Selama ini aku yang mencari nafkah. Rumah itu harusnya menjadi milikku," gumam Heri kala ia sampai di kediaman orang tuanya. "Kenapa kamu, Ri?" Pekik Darmi, sang ibu yang melihat wajah putranya babak belur. "Namanya laki, Bu," jawab Heri sembari melepaskan sepatunya dan berjalan masuk ke dalam rumah orang tuanya. Pria yang gemar bermain judi itu langsung merebahkan tubuhnya di sofa. "Siapa yang mukulin kamu, Hah?" Tanya Darmi yang kini sudah membawa baskom kecil beserta dengan handuk kecil yang ia bawa untuk mengompres luka sang putra. Darmi menyimpan alat-alat untuk mengompres itu dan kemudian berjalan kembali ke arah nakas. Ia mengambil obat merah di san
Elzaino belum bisa memejamkam matanya. Pria itu mencari posisi yang nyaman agar ia bisa segera tertidur. El memandang langit-langit kamar, pikirannya melayang memikirkan pernikahannya dengan Amanda yang akan segera berakhir. Perasaannya kepada Amanda sudah ia buang jauh-jauh. Tak ada lagi alasan untuknya mengharapkan Amanda kembali. Bahkan El sudah tidak mempermasalahkan Arga yang tak mengenal sosok ibunya. Semoga saja ia dapat memberikan pengertian yang baik kepada putranya jika Arga sudah mengerti kelak. Elzaino yang tak bisa tidur itu segera bangkit dari tidurannya. Ia ingin melihat Arga di kamarnya. El berjalan mengendap-endap menuju kamar Arga dan Alana, tak ingin membangunkan orang rumah karena waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Elzaino menatap isi rumah yang gelap gulita. Dengan pelan tapi pasti ia sudah sampai di depan kamar Alana dan Arga. Elzaino membuka pintu kamar Arga dan Alana dengan pelan. Ia melihat Alana tengah menggendong Arga dengan penuh kasih sayang.
Dareen membanting majalah forbes yang ada di tangannya. Majalah itu memperlihatkan jika Elzaino masih masuk ke dalam salah satu orang terkaya dan berpengaruh di negara berkode +62 itu. Dareen menjambak rambutnya frustasi. Ia bingung karena dirinya merasa sudah menghancurkan setengah hidup pria itu. Ia sudah mengambil Amanda kembali dan membuat Elzaino menjadi ayah sekaligus ibu bagi putranya. Dareen berpikir perusahaan Elzaino akan terguncang hebat. Namun faktanya perusahaan Elzaino masih tetap berdiri dan berjaya hingga kini. Foto panas yang ia kirimkan pada Elzaino pun hanya dilihat oleh pria itu. Tak ada balasan atau panggilan sama sekali. Padahal Dareen sudah berharap Elzaino murka dan segera memberikan perhitungan padanya. Dengan begitu, fokus ayah dari Arga itu akan terpecah dari perusahaan. "Si*alan!!" Dareen membanting vas bunga yang ada di ruangan kerjanya hingga pecahan vas bunga itu tercecer di lantai. Asisten pribadinya yang bernama Erlan segera masuk ketika mendenga
Elzaino baru saja melakukan meeting dengan klien. Hasilnya selalu saja luar biasa. Elzaino selalu memenangkan kontrak kerja sama dengan beberapa perusahaan raksasa yang sudah sekelas internasional. Bahkan perusahaan El di dapuk menjadi perusahaan yang masuk dalam daftar perusahaan terbaik. Ini adalah prestasi yang sangat membanggakan. Kehilangan Amanda nyatanya membuat El semakin bekerja keras untuk memajukan perusahaan, semua Elzaino lakukan untuk masa depan Arga. Mireya, sang adik yang mendengar kabar baik itu pun segera berjalan ke ruang meeting. Ia ingin mengucapkan selamat pada sang kakak. Saat Mireya membuka sedikit pintu ruangan kakaknya, ia mendengarkan percakapan Elzaino dan Ziyyan. "Selamat, Tuan! Kau memang bisa diandalkan," puji Ziyyan yang terdengar sangat jelas di telinga Mireya. "Jangan terlalu berbicara formal jika tak ada orang lain, kau itu masih adikku!" Tegur Elzaino, karena sangat geli jika mendengar Ziyyan memanggilnya dengan sebutan tuan. Mereka adalah sepup
Elzaino, Alana dan Arga telah sampai ke tempat acara. Sebelumnya Meri dan Mireya sudah melarang keras Elzaino untuk hadir saat mereka tahu El akan menghadiri undangan Darren. Selain takut putranya terluka kembali, Meri juga sangat cemas jika Arga harus dibawa, ia takut Amanda akan merebutnya dan membawa Arga pergi. "Hati-hati dengan high heels mu, Alana!" Peringat El ketika melihat Alana sedikit kepayahan. "Iya, Tuan! Saya masih belajar memakainya" Alana tersenyum kikuk, pasalnya seharian tadi Alana belajar memakai sepatu hak tinggi. Ia benar-benar tidak nyaman. Karena takut terjatuh, akhirnya Elzaino menggandeng Alana, tangannya satu lagi menggendong Arga. Arga sangat nyaman di gendongan sang papa. Elzaino memakai jas resmi. Sementara Alana, ia memakai gaun berwarna biru yang memiliki panjang selutut. Di bagian bahunya memiliki model sabrina yang sedikit mengekspos bahu indah Alana. Di bagian pinggang gaun itu memiliki pita yang membuat tubuh Alana terlihat begitu ramping dan
Mireya dan Meri mengepalkan tangannya geram saat melihat undangan yang dikirimkan oleh Darren pada Elzaino. Darren memang mengundang Elzaino sekeluarga untuk datang di pestanya. Hati Meri dan putrinya begitu panas dan tak terima. "Ada apa denganmu, Kak? Mengapa kau berencana datang ke sana?" Tanya Mireya dengan kesal begitu tahu sang kakak akan menghadiri pesta itu. "Iya, ada apa denganmu? Darren sengaja mengundangmu agar menghinakan posisimu sebagai suami dari j4lang itu!" Meri ikut tak terima dengan keputusan anaknya. "Yang harusnya terhina adalah perbuatan mereka. Aku hanya mendatangi undangan saja dan tak lebih. Tidak ada sesuatu yang menghinakanku sejauh ini. Kita harus mendatangi orang yang mengundang kita kan?Jawab Elzaino santai. "Dia sengaja ingin memanasimu, Kak. Pria itu ingin balas dendam padamu," Mireya menerka hal yang lumayan akurat. "Ya, lalu? Aku tak akan panas oleh kemesraan yang mereka pertontonkan. Reya, kau tahu? Hati kakakmu ini sudah tak ada Amanda lagi di
Alana menatap gaun yang diberikan oleh Ziyyan untuknya. Ia bernafas lega karena gaun itu adalah gaun busui friendly. Jantung Ziyyan berdegup kencang kala melihat senyum manis Alana yang puas di berikan gaun mahal itu. "Mengapa kamu manis sekali, Alana?" Batin Ziyyan sembari terus menikmati senyum wanita cantik itu. Akan tetapi, senyum itu menghilang kala Alana melihat harga yang masih melekat di gaun itu. Perubahan wajah Alana disadari oleh Ziyyan. Pria itu jelas terlihat kebingungan melihat perubahan raut wajah Alana yang mendadak. "Ada apa, Alana? Apa kau tidak menyukai gaun yang diberikan oleh Tuan El?" Tanya Ziyyan penasaran. "Tidak, Tuan. Hanya saja harganya sangat mahal sekali. Apa ini tidak termasuk pemborosan? Aku bisa memakai gaun yang diberikan Tuan El saat pesta ulang tahun Tuan William," Alana berkata jujur. Ziyyan dibuat gemas sekali dengan perkataan polos Alana. Ingin ia cubit pipi wanita berpipi merah itu. Tapi dirinya tahan. Ah, andai saja Elzaino tak tertari
Para pekerja yang diperkerjakan Darren tengah sibuk menghias aula megah perusahaan miliknya. Dareen melangsungkan peresmian perusahaan itu di aula yang sangat luas, memang ia tak melangsungkan acara di Ballroom Hotel. Tujuannya melangsungkan acara di Aula, adalah untuk flexing kepada Elzaino dan keluarga Amanda, bahwa ia mampu mendirikan perusahaan yang begitu besar dan berdiri di kakinya sendiri tanpa bantuan kedua orang tuanya. Darren sebelumnya menggeluti perusahaan real estaten. Namun saat berpikir Amanda direbut dari pelukannya, Darren mencoba mendirikan perusahaan yang mirip seperti Elzaino. Hal ini bertujuan agar dia bisa menjadi pesaing perusahaan Elzaino dan menghancurkan bisnisnya perlahan-lahan. Sejak hari pernikahan Amanda, hati Darren seperti membeku. Ia begitu terpukul saat sang ayah meninggal di hari bahagianya. Belum lagi hari itu Darren pun harus mengikhlaskan jika sang kekasih hati harus menikah dengan pria lain. Darren begitu frustasi, ia sering mabuk-mabukan dan
Amanda dan Dareen sedang makan malam di balkon. Mereka terlihat begitu mesra. Namun, tidak dengan hati Dareen. Hatinya merasa kosong meskipun ada Amanda di sisinya. Dareen sangat mengerti dengan dirinya sendiri, rasa cinta untuk Amanda sudah pupus tak tersisa. Dareen ingin segera melancarkan aksi balas dendamnya, ia tak ingin terlalu lama hidup bersama Amanda. Setelah misi balas dendamnya berakhir, Dareen akan kembali ke Amerika untuk mengurus induk perusahaan. Ia akan pergi jauh meninggalkan Amanda. Ia tak ingin wanita itu mencarinya nanti. "Sayang, beberapa hari lagi peresmian anak perusahaanku. Tolong, kamu urus semua dekorasi untuk acaranya!" Dareen tersenyum, mereka baru saja selesai dengan makan malam mereka. "Tentu saja, sayang! Aku akan mengurus semuanya. Aku harap acara perusahaanmu itu berjalan dengan sangat sukses," timpal Amanda, ia mengambil air di gelas kaca dan meminumnya. "Acara pestanya di Aula perusahaan, banyak para pengusaha yang akan aku undang. Nanti, aku ak
Alana membersihkan luka di punggung Elzaino dengan berhati-hati. Sesekali ayah dari Arga itu terdengar memekik kesakitan. Ziyyan yang melewati kamar Arga segera masuk begitu mendengar suara pekikan tuannya. Ia awalnya cukup terkejut melihat Elzaino tengah berdua dengan Alana tanpa Arga di dalamnya. Akan tetapi, akalnya segera mencerna bahwa Elzaino sedang tertimpa masalah. Pasalnya El bukanlah pria yang suka berduaan dengan lawan jenis terkecuali dengan Amanda. Dengan relasi bisnisnya sekali pun Elzaino selalu menjaga jarak. "Apa yang terjadi denganmu, Tuan?" Ziyyan masuk dan memperhatikan luka di tubuh Elzaino. "Hanya luka kecil saja, Ziyyan," jawab Elzaino sembari menoleh ke arah orang kepercayaan sekaligus sepupunya itu. "Maaf Tuan saya lancang," Alana tak enak hati saat tatapan Ziyyan menyelidik padanya. "Nanti aku ceritakan," ucap Elzaino agar Ziyyan tak bertanya apapun pada Alana. Ziyan segera menelfon dokter keluarga El. Dokter itu akan datang dengan cepat, tak mungkin luk
Elzaino tak mengejar anak buah Arman yang pontang panting menyelamatkan diri. Baginya tak penting, CEO tampan itu segera berlari ke arah dalam basecamp, yang ia pikirkan adalah keselamatan Alana. Di sana terlihat pria berompi yang sedang berjaga di kursi yang diduduki Alana. Saat El akan mengambil ancang-ancang menyerang, pria berompi itu segera menjauh dan berlari lewat pintu belakang. Ia melihat lewat jendela, bagaimana El menumbangkan bosnya Arman, dan rekan-rekannya. "Alana!" Pekik El, pria tampan itu segera mendekati kursi yang diduduki Alana. Di sana tangan dan kaki Alana diikat. Elzaino membuka lakban hitam yang menutup bibir Alana, El membukanya dengan perlahan. Hatinya merasa tak terima melihat Alana di perlakukan sedemikian rupa. Ada rasa sakit yang tak bisa dijelaskan, entah apa. El pun tak tahu. "Alana, maafkan saya yang terlambat!" Ucap El penuh sesal, saat semua ikatan di tubuh Alana terlepas. Tubuh Alana bergetar, ia masih sangat ketakutan dengan kejadian bar
Amanda mengobati wajah Dareen yang lebam karena pukulan dari Handoko, ayahnya. Sesekali Dareen terlihat meringis saat Amanda menempelkan handuk kecil yang telah dibasahi air hangat pada wajahnya."Tahan ya, setelah ini aku akan meneteskan obat merah," ucap Amanda seraya mengambil obat merah yang ada di atas meja dan meneteskannya sedikit di sudut bibir Dareen."Aw, sakit sekali!" Rintih Dareen yang merasakan perih dan sakit sekaligus di area luka yang diteteskan obat merah oleh Amanda."Tuan, apa perlu saya suruh dokter keluarga untuk datang memeriksamu?" Tanya Erlan, asisten kepercayaan Dareen."Tidak perlu, Erlan. Ini hanya luka kecil," tolak Dareen. Erlan mengangguk, kemudian ia meninggalkan kembali tuannya itu berdua dengan Amanda di ruang tengah."Maafkan Papaku ya?" Amanda berkata dengan sendu."Tidak. Seharusnya aku yang meminta maaf karena aku mengambilmu dari keluargamu," timpal Dareen dengan wajah yang dibuat sedih.Sejujurnya hatinya sudah sangat muak dengan Amanda. Rasa il
Elzaino yang mempunyai firasat tidak baik segera pergi ke garasi miliknya. Ia mengeluarkan sebuah motor yang biasa ia pakai untuk pergi ke gunung. El memilih memakai motor agar ia lebih cepat mengejar motor Heri yang membawa Alana. "Semoga feelingku salah. Semoga pria itu tak berbuat macam-macam terhadap Alana," harap El dalam hatinya."Tuan, ada apa?" Tanya pengawal Elzaino yang selalu siap siaga ada di sekitar Elzaino."Tidak apa. Hanya masalah kecil," jawab Elzaino sembari memakai jaket miliknya."Kami siap mendampingi Tuan," salah seorang bodyguard berambut panjang berjalan menghampiri Elzaino."Tidak usah. Hanya gangguan lalat kecil saja," jawab Elzaino kemudian."Tolong kabari kami jika terjadi sesuatu, Tuan," ucap bodyguard berwajah sangar itu. "Iya," Elzaino memakai helm miliknya, kemudian mulai melajukan motornya. Ia kemudian melihat taksi online yang ditumpangi oleh Heri dan Alana. Elzaino mengambil jarak yang lumayan jauh agar keberadaannya tidak dicurigai oleh Heri. "Ma