Asfha Ziara adalah gadis yang cantik, bulu mata yang lentik, bibir tipis dan mempunyai lesung dipipi membuat kecantikannya tak akan pudar, namun kelemahannya dia suka membuat kehebohan siapa saja yang dekat dengannya tak akan bisa sabar.
"Huwam," dilihat jam dering menunjukkan pukul 07.00 matanya langsung melotot.
"Huwa, gue telat," teriaknya dia langsung bangun dan bergegas siap-siap, setelah rapi dia keluar kamar terburu-buru tidak lupa dia menyapa orang tuanya sambil melambaikan tangan tanpa melirik kearah mereka.
"Asfha makan dulu!" titah Mamahnya.
Asfha tak mendengarkan perintah Mamahnya, dia naik pada motor yang telah disiapkan lalu melaju dengan kecepatan tinggi.
Selama perjalanan dia menyelip dan menerobos motor-motor yang berusaha menghalangi. Orang yang telah dia lalui murka padanya sampai ada orang yang terguling dagangannya.
"Neng kalo bawa motor liat-liat atuh," teriak pedagang yang dagangannya terguling.
"Maaf, Pak! Nanti saya ganti kalo kita ketemu."
Asfha kembali melajukan motornya namun disaat itu motornya harus berhenti, karena ada kereta yang lewat alhasil dia harus menunggu.
"Ck udah telat, Pak supir keretanya cepetin dong, gue makin telat nih mau sekolah," teriaknya lagi.
"Neng punya tatakrama gak? Yang sabar," protes salah satu seorang Ibu pengendara yang berada disebelahnya.
"Suka-suka gu-," ucapnya terpotong karena semua pengendara sudah bisa berlalu Asfha menggas pol motornya. Beberapa menit dia sampai didepan sekolah, digedor sekencang mungkin gerbang sekolah yang telah ditutup.
"Pak bukain!"
Pak satpam yang mendengar teriakan seseorang menghampiri dengan wajah geram dan mata melotot, Asfha yang awalnya teriak-teriak nyalinya menjadi ciut.
"Pak satpam ganteng bukain dong, aku mau belajar udah telat nih," pintanya sambil cengengesan.
"Kamu tau ini udah jam berapa?"
"Jam 07.45, Pak."
"Kamu sudah telat tidak bisa mengikuti pembelajaran lebih baik pulang saja," usirnya.
Asfha yang diusir begitu saja menjadi marah tak terima.
"Heh, Pak satpam! Lu digaji sama bapak gue bakalan nunduk lu! Tinggal buka apa susahnya sih," gerutunya.
Pak satpam tak mendengarnya, Asfha menghentak-hentakkan kaki dan memanyunkan bibir, dia mengambil handphone lalu bersimpuh didepan gerbang. Beberapa jam kemudian ketika dia sedang bermain tiba-tiba ada seorang lelaki yang berasal dari dalam sekolah.
Lelaki itu menghampiri menoel-noel pundak Asfha.
"Diem lu, gue lagi maen ganggu aja," ucapnya membelakangi sumber suara dan tetap pokus pada handphone.
"Ekhem," deheman cukup berat dan sangat familiar bagi semua siswa yang mendengar. Asfha tak menunggu lama dia berdiri dan langsung berbalik. Asfha tersentak kaget guru yang dihadapi adalah guru yang paling galak sejagat rayat.
Lelaki itu berjanggot panjang, matanya melotot, rahangnya mengeras, tangan yang satu disimpan dipinggang dan tangan yang satunya lagi memegang tongkat panjang lumayan cukup tebal.
Asfha malah menderetkan gigi, dia malas jika harus berhadapan dengan guru yang satu itu.
"Eh, Bapak gimana kabarnya, Pak?" alibinya sambil merendahkan pundak.
"Bapak-bapak, emangnya saya ini Bapak, kamu?"
"Jelas dong bisa jadi aku ini menantu, Bapak."
Asfha berharap gurunya itu bisa bersahabat, dia menangkupkan tangan mata terpejam membaca-baca do'a.
"Oh ya bisa jadi nanti saya kenalkan dengan anak saya," memangut-mangutkan kepala.
Asfha menurunkan telapak tangannya yang menghalagi wajah cantik, dia melongo tak percaya, gurunya itu sedang serius atau tidak? Pasalnya dia sedang bercanda.
"Hehe karena aku bakal jadi menantu berarti aku boleh masuk ya, Pak?" tanyanya segera melangkah namun pergerakannya berhenti.
"Tidak bisa! Kamu telat mari ikut saya!"
Asfha sudah menduga jika gurunya itu tidak bisa bersahabat, dia mengikuti dari belakang dengan badan yang sedikit loyo.
Guru itu mengarahkan pada lapangan dan mereka berhenti ditengah. Asfha semakin tak semangat habislah hidupnya malu.
"Asfha!" panggilnya tegas.
"Ya … Pak … ," jawabnya tak bergairah.
"Sekarang kamu 5 kali keliling lapangan sambil teriak SAYA TIDAK AKAN TELAT LAGI!"
"Hah? Pak yang baik-baik dong kalo ngasih hukuman masa udah cantik gini disuruh keliling nanti bau ketek bisa-bisa satu sekolah pada pingsan," rengeknya tak terima.
"Silahkan!" ucapnya langsung pergi.
Gadis itu hanya pasrah menuruti apa hukumannya akan percuma jika harus melawan guru yang satu itu. Asfha mulai berkeliling.
"SAYA TIDAK AKAN TELAT LAGI."
"SAYA TIDAK AKAN TELAT LAGI."
Baru saja Asfha mengeluarkan kalimat dua kali ada yang menganggu.
"Hahaha kena hukuman ya?" ledek seorang lelaki.
"Diem! Mending lo pergi aja dah," teriaknya.
"Yang sabar ya nikmatin aja penderitaan lo itu."
"Gue tabok pake sepatu mahal mau?" tantangnya akan melepaskan sepatu tapi laki-laki itu sudah lari.
"Ck dasar pengecut, lo!"
"SAYA TIDAK AKAN TELAT LAGI."
"SAYA TIDAK AKAN TELAT LAGI."
Tring tring tring
Waktunya jam istirahat semua siswa berhamburan keluar ada yang langsung ke kantin, ke perpustakaan, ada yang kelapangan, ada yang ke toilet dan masing banyak lagi.
Siswa yang melewati Asfha terkekeh apalagi melihat dia yang sudah tak berdaya keringat yang membasahi seluruh badan.
"A-pa lo li-at-liat huft?" sarkasnya engos-engosan pada adik kelas.
"Eh nggak, Kak," jawabnya sambil menggelengkan kepala.
"Huft ca-pe ban-get," ucapnya duduk dipinggir lapangan sambil mengibaskan rambut.
Disaat Asfha sedang berleha-leha menyelonjorkan kakinya ada seorang lelaki menghampiri sambil menyodorkan minuman dingin.
"Ambil ini!"
Asfha yang awalnya menunduk menjadi mengangkatkan kepala dilihat lelaki itu tanpa berkedip, lelaki itu jongkok mensejajarkan dengan Asfha, dia kembali menyodorkan minumannya."Ini!""Tak usah repot-repot, Dil," tolaknya halus.Lelaki itu bernama Fadil, dia adalah kaka kelas. Semua siswa memberi gelar fakboy, setelah putus dari kekasihnya dia mengatakan cinta pada Asfha namun ditolak."Ambil aja, Fha!""Gue gak mau," ucapnya berdiri namun dicekal paksa oleh Fadil membuat Asfha kesakitan."Gue perhatian sama lo kenapa masih nolak gue?""Shhh
Guru ganteng itu bernama Alzam, dia adalah guru yang paling ganteng diseluruh guru SMA Bangsa dia guru baru yang beberapa bulan. Hampir semua murid menyukai ketampanannya."Kita harus disiplin jadi saya akan tepat waktu," ucapnya tegas."Jadi kalo disiplin perihal mencintai harus tepat pada waktunya ya, Pak?" canda Asfha."Pak aku bakal menunggu lamaran dari Bapak pada waktunya," lanjut Asfha berteriak dan itu sukses mengundang gelak tawa.HAHAHA"Saya sudah mempunyai calon," ucapnya dingin sambil memperlihatkan cincin yang berada ditangan kirinya.JLEB
Asfha, dia harus berjalan kaki karena motornya mogok dan keterlambatan pulang. Meskipun dirinya mempunyai mobil dan motor dua tapi dia tidak ingin membebankan kedua orangtuanya.Dibawah terik matahari yang begitu panas sesekali Asfha mengeluh kendaraan yang melalui dirinya tak ada satupun yang ingin membantu."Huh gini kali ya kalo hidup serba kekurangan gak ada yang bantuin berasa derita ditelen sendiri. Sungguh berat sekali epribadih," ucapnya pada diri sendiri sambil mengelap keringat yang berada di kening.Ketika dia akan melangkah dia melirik kearah belakang merasa mendengar sedikit keributan dan ternyata benar ada segerombolan orang yang sedang mengejar pencuri. Ketika pencuri itu melewati Asfha secepat kilat dia menarik kerah baju si pencuri.
"Aduh itu orang tolol banget!" sarkasnya sambil memegang kepala."Ada apa, Neng?" tanya Bi Minah tiba-tiba yang sedang menyiram bunga.Bi Minah diperintahkan oleh Asfha untuk memanggilnya 'Neng'. Entah kenapa jika Asfha dipanggil 'Nona' dia selalu marah, karena tidak ingin Asfha marah akhirnya dia nurut."Enggak, Bi. Lanjutin aja nyiramnya! Udah makan belom, Bi?" tanyanya perhatian.Asfha adalah anak majikan dari pembantu. Tetapi Asfha selalu perhatian, tidak hanya dengan orang yang berada didalam rumah dengan orang yang diluar rumah juga. Orang tuanya selalu mendidik agar Asfha selalu adil dengan siapapun tidak memilih antara si kaya atau si miskin. Asfha juga di didik untuk memandang semua orang itu sama derajatny
Malam tiba, setelah makan bersama keluarga Asfha sudah berada dikamarnya masing-masing dan Asfha sekarang sedang rebahan sambil bermain handphone.Ketika seru-serunya scroll tiktok tiba-tiba notif WhatsApp bermunculan dan itu sangat membuat Asfha jengkel."Siapa sih heuh," gerutunya langsung lari ke WhatsApp.Dilihat banyak sekali yang chat apalagi grup kelas dengan pesan 300 nama grup XI Ipa 2. Dibuka grup tersebut, karena jenuh harus membaca pesan dia hanya scroll sampe bawah. Namun disaat dia scroll matanya melotot pada pesan 'weh tugas Pak Alzam liat'."Mampus. Ko bisa lupa gini ey," ucapnya.Asfha kembali menutup grupnya dan langsung mencari nama Fika.
Asfha dan Fika sudah tiba disekolah, mereka kini berada diparkiran dirapihkannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ketika Fika sedang bercermin, dia melihat seorang lelaki dari pantulan cermin itu dengan memakai kacamata hitam pakaian yang sama seperti siswa disini karena penasaran, dia berbalik langsung mematung matanya pun melotot sampai mau copot."Fha!" panggilnya pelan tapi masih bisa didengar oleh Asfha."Diem gue lagi ngerapihin rambut," ucapnya tak melirik dan masih fokus."Ih liat dulu i-tu siapa?" cicitnya sambil menggigit ibu jari.Asfha penasaran siapa yang dimaksud dengan temannya alhasil dia menoleh, Asfha yang awalnya sedang merapikan rambut pergerakannya terhenti matanya tak berkedip sama sekali.
Asfha terus mengikuti dari belakang banyak yang menatapnya heran karena melihat wajah Asfha yang terseyum sepanjang perjalanan. Jalannya pun elegan tak ada sikap bar-bar.Pak Alzam masuk dan langsung duduk ditempatnya sambil mempersilahkan Asfha duduk. Yang dipersilahkan menurut sambil tersenyum."Kamu tau? Alasan saya membawa kamu ke kantor?" tanya Pak Alzam memulai, dia juga bersikap tegas duduknya pun tegap.Asfha menggelengkan kepala sebagai jawaban bahwa dirinya tidak tahu dan masih tetap tersenyum.Pak Alzam mengerutkan keningnya, dia berpikir kenapa dengan Asfha? Bukankah dirinya selalu bar-bar? Lantas kenapa dia mendadak bersikap elegan seperti itu? Namun Pak Alzam tetap biasa dan menatap sambil mengelus-nge
Hampir 2 jam lebih, dua orang itu masih belum mengeluarkan suara. Entah apa yang berada dipikirannya masing-masing, namun yang jelas diantaranya sedang menunggu salah satunya mengeluarkan suara.Hampir 2 jam, Pak Alzam belum lagi ngeluarin suara? Dan begonya gue masing disini, batin Asfha sedikit menghentakan kakinya.Pak Alzam bisa melihat kejengkelan wanita yang didepannya itu, dia semakin memperhatikan gerak-geriknya.Saya tau kamu jengkel, tapi saya tidak akan mengeluarkan suara sebelum kamu memulai, batin Pak Alzam.Tring Tring TringBel berbunyi memberitahukan kepada seluruh siswa/i untuk belajar di esok hari.
Fika tersenyum bahagia, dia juga memeluknya kembali."Oke. Gue minta maaf, Fha. Gue udah salah paham sama lo, harusnya gue lebih sadar dan berpikir dulu sebelum dimasukin ke hati.""Gak usah minta maaf. Harusnya yang minta maaf itu gue, karena lo korban dari bentakan nada bicara gue dari kesekian orang. Hahaha, lagian salah lo juga sih apa-apa dimasukin ke hati.""Haha iya-iya. Tapi, sekarang gue lebih bersyukur punya sahabat seperti lo.""Jadi sebelumnya lo gak pernah bersyukur?" tanya menguraikan pelukan dan langsung menatap lekat sahabatnya."Hilih kebalikan nih, jadi lo yang dimasukin kehati."
Jam 8 pagi matahari sudah nampak diatas nabastala memancarkan cahaya menerangi alam semesta. Indahnya pancaran itu memberi kesejukan bagi penghuni makhluk yang berada di bumi dan langit.Dilangit Kicauan burung berbondong-bondong mengelilingi angkasa. Dibumi pohon bersemi kembali, lantas nikmat mana yang kami dustakan?"Satu dua satu dua.""Fha mau gak?" tawar Fika membawa kantung kresek hitam yang berisi makanan.Asfha menoleh lalu menghampirinya.Dua makhluk itu sedang berolahraga dibelakang rumah Asfha mengisi waktu libur dihari minggu. Sudah hampir 2 jam mereka melakukan runititas itu.
Lelaki itu memangutkan kepala. "Ya gapapa. Katanya belum beres belanjanya? Dilanjut!"Asfha menyengir kuda, sebenarnya bukan belum selesai belanja tapi karena dia ingin berlama-lama dengan lelaki itu."Ah nggak udah ko," alibinya."Oh udah? Pulang gih! Nanti orang tua lo marah. Gak baik anak gadis keluyuran lama-lama diluar tengah malem!"Asfha mendengus kesal mencibirkan bibirnya. Lelaki itu tak mengerti apa yang diinginkan Asfha. Dengan seperti itu keinginannya harus musnah tertelan sebelum waktunya, dia tak bisa mencari alasan lagi hanya pasrah.Bingung jika harus saling diam akhirnya Asfha izin untuk pamit pulang terlebih dahulu.
Tit Tit TitAsfha memalingkan wajahnya melihat kedepan ternyata benar suara mobil itu berhenti tepat didepan rumahnya."Tuh kayaknya udah dateng. Izinin yah? Bentar doang … hmm yah bener deh bentar doang. Kesian Fika udah kesini kalo aku gak diizinin," pintanya memelas."Ya udah, Pah. Izinin ajah, mereka cuma belanja," ucap Mamahnya membantu meminta izin.Papahnya dia sejenak, berpaling melirik Asfha. "Ya udah sana. Tapi hati-hati jangan ngebut apalagi sambil bercanda!""Yey oke siap, Pah," jawabnya antusias sambil hormat.Asfha berdiri dan menyalami orang tuanya. Dia juga diantar oleh
"Haduh. Huft hah huft hah."Asfha mencoba menormalkan pernapasannya. Dia berjalan kembali menghampiri meja lalu menengok kearah bawah, dia penasaran siapa yang telah bersikap tidak sopan."Keluar!" titahnya sambil menggebrakkan meja.Orang yang berada dibawah itu menoleh. "Ada apa, Neng?" tanyanya sambil keluar tanpa berdosa."Oh kamu, Mang. Cepet-cepet keluar!"Semua orang ikut keluar dan menunggu apa yang akan terjadi."Amang kentut ya?" tanya Asfha to the point.Mang Udin menyengir. "Iya hehe, tapi tadi loh kentutnya."
Deras hujan mengguyur rumah disertai gemerlapan petir, jalan basah kuyup, pepohonan ikut bergoyang karena tiupan angin.Tang kolentrang tangSuara rintikan hujan menggema berirama diatap rumah, apalagi atap rumah itu terbuat dari Asbes.Ruangan cukup redup hanya pancaran cahaya remang-remang terdapat seorang gadis sedang belajar, ralat bukan belajar melainkan melukis. Gadis itu mencoreng-coreng tinta diatas kertas putih. Lukisan itu menampakkan kepala seseorang, entah laki-laki atau perempuan yang jelas lukisan itu baru separuh.Namun ditengah kepokusan melukis, dia merasa terganggu dengan adanya suara kebisikan tang kolentrang yang terdengar keras dan semakin keras.
Pergerakan Asfha terhenti disaat dia sudah membuka pintu. Asfha menuruti dan masuk, Pak Alzam memutar dan duduk didekat Asfha tepatnya ditempat pengemudi, dia memakai sabuk pengaman. Dirasa sudah siap, Pak Alzam belum melajukan mobilnya melainkan memajukan badan yang berada didepan muka Asfha. Muka mereka hanya berjarak beberapa cm. Asfha membelalakan matanya jarak antara wajah mereka sangat dekat pergerakan Asfha pun terkunci, dia menahan napas kuat-kuat. Pak Alzam pun tak dapat terbohongi hatinya ikut berdebar, sebelum beranjak dia sempat melirik Asfha. Mata mereka saling bertemu debaran-debaran dihati mereka semakin kencang. Rasa canggung dan keringat mengajalar menusuk jiwa mereka. "Emm a-nu, Pak," lirihnya terbata-bata.  
Aksan bisa merasakan bahwa badan Sang Ibu bergetar isakan itu pun menjalar terdengar jelas. Aksan menguraikan pelukan menatatap terlihat mata sembab lalu diusap jejak air matanya dan Sang Ibu menerbitkan senyuman diterima hangat oleh Aksan."Jangan nangis!" lirihnya."Nggak sayang. Jadi bagaimana dengan gadis itu? Apakah kamu menyukainya?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.Gerakan Aksan yang mengusap jejak air mata Sang Ibu berhenti. Dia ingin sekali menjelaskan namun terselip rasa malu dalam benaknya. Selama ini juga dia tidak pernah bercerita siapapun yang sudah mengusik hatinya."Ceritalah, Nak!" titahnya seolah-olah tahu jika dia sedang malu.
Tok tok tok Ketukan suara pintu, Fika yang sedang duduk santay dengan rasa malas dia terpaksa berdiri lalu berjalan membuka pintu tersebut, disaat dibuka ternyata yang datang adalah Asfha dan seorang lelaki yang berada dibelakangnya adalah Pak Alzam. Awalnya Fika akan memarahi namun disaat dia melihat Pak Alzam, dia mengerutkan keningnya seolah-olah menanyakan kenapa bisa dengannya? Asfha tahu jika Fika menanyakan tapi dia tidak menjawabnya melainkan masuk begitu saja, dia berjalan ke brangkas melihat temanya seperti orang yang sudah tak berdaya. Dia menatap sahabatnya itu dengan tatapan biasa, dilihat dari ujung kepala sampai ujung kaki sekujur wajahnya bengkak karena pukulan matanya pun sampai tak terlihat.