Guru ganteng itu bernama Alzam, dia adalah guru yang paling ganteng diseluruh guru SMA Bangsa dia guru baru yang beberapa bulan. Hampir semua murid menyukai ketampanannya.
"Kita harus disiplin jadi saya akan tepat waktu," ucapnya tegas.
"Jadi kalo disiplin perihal mencintai harus tepat pada waktunya ya, Pak?" canda Asfha.
"Pak aku bakal menunggu lamaran dari Bapak pada waktunya," lanjut Asfha berteriak dan itu sukses mengundang gelak tawa.
HAHAHA
"Saya sudah mempunyai calon," ucapnya dingin sambil memperlihatkan cincin yang berada ditangan kirinya.
JLEB
Para siswi yang melihat cincin itu menjadi syok berat sampai ada yang nangis, ada yang pingsan.
"Kesian banget udah berharap tau-tau udah punya calon sakit gak tuh?" ledek Arsad pada Asfha.
Asfha yang mendengar ledekan Arsad membalikkan badan karena Arsad berada di belakangnya, Asfha melirik tajam begitupun dengan Arsad.
"Bodo amat!" ucapnya langsung berbalik lagi.
"Lo belum beruntung, Fha!" ucap Fika so' sedih sambil memeluk Asfha.
"Gapapa yang penting Bapak bahagia."
"Ughhhhhh," ucap serentak semua siswa karena terharu.
"Harusnya aku yang di sana dampingimu dan bukan dia," Asfha nyanyi dengan nada melow dan dilanjutkan oleh semua siswi.
Harusnya aku yang kau cinta dan bukan dia
Harusnya kau tahu bahwa
Cintaku lebih darinya
Harusnya yang kau pilih bukan dia
Ho-wo-oh
Guru ganteng itu mencoba menghentikan para siswi yang sedang bernyanyi namun hasilnya nihil, mereka malah menarikkan suaranya apalagi Asfha sangat bar-bar sampai memakai sapu dijadikan sebagai gitar.
Harusnya aku yang di sana
Dampingimu dan bukan dia
Harusnya aku yang kau cinta dan bukan dia
Harusnya kau tahu bahwa
Cintaku lebih darinya
Harusnya yang kau pilih bukan dia
"Diam semuanya!!" ucap guru ganteng itu sambil memukul meja sangat keras.
Semua siswi tersentak kaget baru kali ini guru yang diidamkan memperlihatkan garangnya, semua menjadi hening tak ada satupun yang berkutip termasuk Asfha.
"Asfha kamu duduk!!" titahnya dan Asfha menuruti. Pasalnya sedari tadi dia sedang berdiri didepan kelas.
"Saya berharap semuanya bisa serius, dikarenakan waktunya telah habis ada PR buat kalian buka materi bab 5 kerjakan dari hal 1-10!" ucapnya pergi. Semua siswa/i mengeluh.
"Haduh tambah oon dong gue dikasih tugas sebanyak ini," ucap Fika sedih.
"Ih, lo oon-nya serakah bagi-bagi sama gue napah. Sama Fik kalo dikasih tugas bukannya pinter malah tambah bego."
"Elo sih ada acara nyanyi segala jadi gini," protesnya.
"Loh ko nyalahin gue? Lo juga ikutan."
"Tapi tetep elo biang kerok-nya," ucapnya masih menyalahkan.
Asfha tak melawan, dia mengambil tas dan pergi meninggalkan kelas begitu saja.
Ting Ting Ting
Bel waktu pulang sekolah telah berbunyi, semuanya sedang membereskan dengan wajah yang tak bergairah. Asfha, dia masih berada disekolah entah apa yang akan dia lakukan, setelah dilihat semuanya sepi hanya Asfha seorang diri, dia pergi ke kantor setibanya dikantor Asfha menemui Pak ganteng itu.
"Pak aku mau bicara," pintanya tiba-tiba.
Lelaki itu juga sedang berkemas bersiap-siap akan pulang namun ketika dia sedang berkemas ada Asfha yang mengganggunya.
"Kenapa kamu tidak salam dulu? Ada apa?" tanyanya menghadap Asfha.
"Aku mau, Bapak tidak memberatkan kelas kami dengan PR sebanyak itu."
"Itu hukuman buat kalian."
"Hukuman? Ayolah, Pak nanti aku do'ain semoga Bapak bahagia dengan istri," mohonya sambil menangkupkan kedua tangan.
"Kata siapa saya sudah punya istri?"
"Lah tadi, Bapak bilang udah punya calon ya pasti bakalan nikah-lah, Pak."
"Kata siapa saya sudah punya calon?"
Asfha menjadi bingung, kenapa dengan gurunya itu?
"Ko, Bapak jadi lemot sih. Itu yang ada ditangan kiri apa? Kalo bukan cincin tunangan?"
"Kamu sama guru gak ada akhlaq-akhlaqnya," ucapnya menyentil kening Asfha.
"Saya tidak punya calon dan calon saya yang sebenarnya ada didepan mata."
"Hah?" tanya Asfha bingung, dia langsung melihat sekeliling.
"Gak ada siapa-siapa lagi, Pak cuma kita berdua," lanjutnya. Namun secepat mungkin Asfha memegang kening Pak Alzam mengetes apakah masih baik-baik saja dan Pak Alzam yang diperlakukan seperti itu hanya diam.
"Gak demam ko, Bapak kerasukan jin tomang ya disini nggak ada calon, Bapak," ucapnya polos.
"Kamu yang lemot, Asfha! Yang saya maksud itu kamu adalah calon saya."
"Hah ko aku? Kan aku bukan calon, Bapak … oh ceritanya Bapak lamar aku nih?" tanyanya kepede-an.
"Emang mau saya lamar?"
"Lah ko nanya dulu, Pak. Pasti aku mau-lah masa iya ditolak cowok ganteng kayak, Bapak. Tapi Bapak jangan berharap aku bakal terima."
"Kenapa?" tanyanya mengerutkan keningnya.
"Kalo ada yang lebih ganteng boleh ke lain hati dong, Pak."
"Ada-ada saja, saya pamit pulang," pamitnya sambil melangkah namun dicegah oleh Asfha.
"Gimana dulu dong, Pak! Sama tugasnya dikurangin nanti saya terima deh meskipun ada yang lebih ganteng dari, Bapak," ucapnya mengedipkan mata kanannya.
"Belajar genit dari mana kamu? Baru saja jadi murid udah protes apalagi sudah jadi istri!"
"Eh beda lagi, Pak yang namanya istri harus patuh kalo murid ngelawan juga gapapa."
"Alasan! Tugas akan tetap dan tidak ada penolakan!" ucapnya pergi. Asfha menjadi kesal.
"Pak, gue sumpahin makin ganteng," teriaknya.
"Eh ya kali orang nyumpahin nya bagus emang tolol gue ini," lanjutnya, pergi meninggalkan sekolah.
Asfha, dia harus berjalan kaki karena motornya mogok dan keterlambatan pulang. Meskipun dirinya mempunyai mobil dan motor dua tapi dia tidak ingin membebankan kedua orangtuanya.Dibawah terik matahari yang begitu panas sesekali Asfha mengeluh kendaraan yang melalui dirinya tak ada satupun yang ingin membantu."Huh gini kali ya kalo hidup serba kekurangan gak ada yang bantuin berasa derita ditelen sendiri. Sungguh berat sekali epribadih," ucapnya pada diri sendiri sambil mengelap keringat yang berada di kening.Ketika dia akan melangkah dia melirik kearah belakang merasa mendengar sedikit keributan dan ternyata benar ada segerombolan orang yang sedang mengejar pencuri. Ketika pencuri itu melewati Asfha secepat kilat dia menarik kerah baju si pencuri.
"Aduh itu orang tolol banget!" sarkasnya sambil memegang kepala."Ada apa, Neng?" tanya Bi Minah tiba-tiba yang sedang menyiram bunga.Bi Minah diperintahkan oleh Asfha untuk memanggilnya 'Neng'. Entah kenapa jika Asfha dipanggil 'Nona' dia selalu marah, karena tidak ingin Asfha marah akhirnya dia nurut."Enggak, Bi. Lanjutin aja nyiramnya! Udah makan belom, Bi?" tanyanya perhatian.Asfha adalah anak majikan dari pembantu. Tetapi Asfha selalu perhatian, tidak hanya dengan orang yang berada didalam rumah dengan orang yang diluar rumah juga. Orang tuanya selalu mendidik agar Asfha selalu adil dengan siapapun tidak memilih antara si kaya atau si miskin. Asfha juga di didik untuk memandang semua orang itu sama derajatny
Malam tiba, setelah makan bersama keluarga Asfha sudah berada dikamarnya masing-masing dan Asfha sekarang sedang rebahan sambil bermain handphone.Ketika seru-serunya scroll tiktok tiba-tiba notif WhatsApp bermunculan dan itu sangat membuat Asfha jengkel."Siapa sih heuh," gerutunya langsung lari ke WhatsApp.Dilihat banyak sekali yang chat apalagi grup kelas dengan pesan 300 nama grup XI Ipa 2. Dibuka grup tersebut, karena jenuh harus membaca pesan dia hanya scroll sampe bawah. Namun disaat dia scroll matanya melotot pada pesan 'weh tugas Pak Alzam liat'."Mampus. Ko bisa lupa gini ey," ucapnya.Asfha kembali menutup grupnya dan langsung mencari nama Fika.
Asfha dan Fika sudah tiba disekolah, mereka kini berada diparkiran dirapihkannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ketika Fika sedang bercermin, dia melihat seorang lelaki dari pantulan cermin itu dengan memakai kacamata hitam pakaian yang sama seperti siswa disini karena penasaran, dia berbalik langsung mematung matanya pun melotot sampai mau copot."Fha!" panggilnya pelan tapi masih bisa didengar oleh Asfha."Diem gue lagi ngerapihin rambut," ucapnya tak melirik dan masih fokus."Ih liat dulu i-tu siapa?" cicitnya sambil menggigit ibu jari.Asfha penasaran siapa yang dimaksud dengan temannya alhasil dia menoleh, Asfha yang awalnya sedang merapikan rambut pergerakannya terhenti matanya tak berkedip sama sekali.
Asfha terus mengikuti dari belakang banyak yang menatapnya heran karena melihat wajah Asfha yang terseyum sepanjang perjalanan. Jalannya pun elegan tak ada sikap bar-bar.Pak Alzam masuk dan langsung duduk ditempatnya sambil mempersilahkan Asfha duduk. Yang dipersilahkan menurut sambil tersenyum."Kamu tau? Alasan saya membawa kamu ke kantor?" tanya Pak Alzam memulai, dia juga bersikap tegas duduknya pun tegap.Asfha menggelengkan kepala sebagai jawaban bahwa dirinya tidak tahu dan masih tetap tersenyum.Pak Alzam mengerutkan keningnya, dia berpikir kenapa dengan Asfha? Bukankah dirinya selalu bar-bar? Lantas kenapa dia mendadak bersikap elegan seperti itu? Namun Pak Alzam tetap biasa dan menatap sambil mengelus-nge
Hampir 2 jam lebih, dua orang itu masih belum mengeluarkan suara. Entah apa yang berada dipikirannya masing-masing, namun yang jelas diantaranya sedang menunggu salah satunya mengeluarkan suara.Hampir 2 jam, Pak Alzam belum lagi ngeluarin suara? Dan begonya gue masing disini, batin Asfha sedikit menghentakan kakinya.Pak Alzam bisa melihat kejengkelan wanita yang didepannya itu, dia semakin memperhatikan gerak-geriknya.Saya tau kamu jengkel, tapi saya tidak akan mengeluarkan suara sebelum kamu memulai, batin Pak Alzam.Tring Tring TringBel berbunyi memberitahukan kepada seluruh siswa/i untuk belajar di esok hari.
Lelaki itu melotot, dia tak menyangka apa yang dilakukan wanita didepannya. Lelaki itu sangat jengkel dengan tingkahnya dari awal masuk sekolah sampai detik dia membungkam wanita itu."Maksud lo apa sih? Gak liat apa banyak orang yang mandang aneh? Baru kali ini gue nemu cewek aneh kayak lo. Lain kali jadi cewek tuh elegan dikit gak usah bar-bar, jual mahal jangan ngejar-ngejar kayak gini. Kodrat seorang wanita itu dikejar bukan ngejar."Ucapan lelaki itu begitu nusuk ke hati Asfha, matanya menatap dengan tatapan sinis. Lelaki itu sadar jika dirinya telah ditatap akhirnya dia juga menatap.Lama-kelamaan pikirannya membeludak tiba-tiba Asfha memukul lelaki itu."Suka-suka gue dong, itu bukan urusan lo," lawan Asfha t
Seluruh ruangan sekolah sudah dipenuhi oleh para pelajar, kini mereka sudah berada dikelasnya masing-masing termasuk murid pengheboh bernama Asfha sudah berada di lingkungan sekolah sebelum 15 menit bel berbunyi.Asfha sedang berdiri didekat pintu kepalanya celangak-celinguk melihat keluar sesekali, dia juga duduk pada kursi yang ada didekatnya namun tak lama dia kembali berdiri layaknya seperti orang yang sedang menunggu sesuatu."Eh, Asfha. Mau jadi penunggu pintu? Gue liat dari kejauhan celangak-celinguk mulu keluar. Nungguin siapa sih?" tanya teman kelasnya yang baru datang, dia bernama Arsad."Bukan urusan lo!" jawabnya sinis."Wadaw galak bener. Ya udah minggir," ucapnya lewat sambil nyenggol bahu Asfha.