Fika tersenyum bahagia, dia juga memeluknya kembali.
"Oke. Gue minta maaf, Fha. Gue udah salah paham sama lo, harusnya gue lebih sadar dan berpikir dulu sebelum dimasukin ke hati."
"Gak usah minta maaf. Harusnya yang minta maaf itu gue, karena lo korban dari bentakan nada bicara gue dari kesekian orang. Hahaha, lagian salah lo juga sih apa-apa dimasukin ke hati."
"Haha iya-iya. Tapi, sekarang gue lebih bersyukur punya sahabat seperti lo."
"Jadi sebelumnya lo gak pernah bersyukur?" tanya menguraikan pelukan dan langsung menatap lekat sahabatnya.
"Hilih kebalikan nih, jadi lo yang dimasukin kehati."
Asfha Ziara adalah gadis yang cantik, bulu mata yang lentik, bibir tipis dan mempunyai lesung dipipi membuat kecantikannya tak akan pudar, namun kelemahannya dia suka membuat kehebohan siapa saja yang dekat dengannya tak akan bisa sabar. "Huwam," dilihat jam dering menunjukkan pukul 07.00 matanya langsung melotot. "Huwa, gue telat," teriaknya dia langsung bangun dan bergegas siap-siap, setelah rapi dia keluar kamar terburu-buru tidak lupa dia menyapa orang tuanya sambil melambaikan tangan tanpa melirik kearah mereka. "Asfha makan dulu!" titah Mamahnya. Asfha tak mendengarkan perintah Mamahnya, dia naik pada motor yang telah disiapkan lalu melaju dengan kecepatan tinggi. Selama perjalanan dia menyelip dan menerobos motor-motor yang berusaha menghalangi. Orang yang telah dia lalui murka padanya sampai ada orang yang terguling dagangannya. "Neng kalo bawa motor liat-liat atuh," teriak pedagang yang dagangannya terguling. "Maaf, Pak! Nanti saya ganti kalo kita ketemu." Asfha kemb
Asfha yang awalnya menunduk menjadi mengangkatkan kepala dilihat lelaki itu tanpa berkedip, lelaki itu jongkok mensejajarkan dengan Asfha, dia kembali menyodorkan minumannya."Ini!""Tak usah repot-repot, Dil," tolaknya halus.Lelaki itu bernama Fadil, dia adalah kaka kelas. Semua siswa memberi gelar fakboy, setelah putus dari kekasihnya dia mengatakan cinta pada Asfha namun ditolak."Ambil aja, Fha!""Gue gak mau," ucapnya berdiri namun dicekal paksa oleh Fadil membuat Asfha kesakitan."Gue perhatian sama lo kenapa masih nolak gue?""Shhh
Guru ganteng itu bernama Alzam, dia adalah guru yang paling ganteng diseluruh guru SMA Bangsa dia guru baru yang beberapa bulan. Hampir semua murid menyukai ketampanannya."Kita harus disiplin jadi saya akan tepat waktu," ucapnya tegas."Jadi kalo disiplin perihal mencintai harus tepat pada waktunya ya, Pak?" canda Asfha."Pak aku bakal menunggu lamaran dari Bapak pada waktunya," lanjut Asfha berteriak dan itu sukses mengundang gelak tawa.HAHAHA"Saya sudah mempunyai calon," ucapnya dingin sambil memperlihatkan cincin yang berada ditangan kirinya.JLEB
Asfha, dia harus berjalan kaki karena motornya mogok dan keterlambatan pulang. Meskipun dirinya mempunyai mobil dan motor dua tapi dia tidak ingin membebankan kedua orangtuanya.Dibawah terik matahari yang begitu panas sesekali Asfha mengeluh kendaraan yang melalui dirinya tak ada satupun yang ingin membantu."Huh gini kali ya kalo hidup serba kekurangan gak ada yang bantuin berasa derita ditelen sendiri. Sungguh berat sekali epribadih," ucapnya pada diri sendiri sambil mengelap keringat yang berada di kening.Ketika dia akan melangkah dia melirik kearah belakang merasa mendengar sedikit keributan dan ternyata benar ada segerombolan orang yang sedang mengejar pencuri. Ketika pencuri itu melewati Asfha secepat kilat dia menarik kerah baju si pencuri.
"Aduh itu orang tolol banget!" sarkasnya sambil memegang kepala."Ada apa, Neng?" tanya Bi Minah tiba-tiba yang sedang menyiram bunga.Bi Minah diperintahkan oleh Asfha untuk memanggilnya 'Neng'. Entah kenapa jika Asfha dipanggil 'Nona' dia selalu marah, karena tidak ingin Asfha marah akhirnya dia nurut."Enggak, Bi. Lanjutin aja nyiramnya! Udah makan belom, Bi?" tanyanya perhatian.Asfha adalah anak majikan dari pembantu. Tetapi Asfha selalu perhatian, tidak hanya dengan orang yang berada didalam rumah dengan orang yang diluar rumah juga. Orang tuanya selalu mendidik agar Asfha selalu adil dengan siapapun tidak memilih antara si kaya atau si miskin. Asfha juga di didik untuk memandang semua orang itu sama derajatny
Malam tiba, setelah makan bersama keluarga Asfha sudah berada dikamarnya masing-masing dan Asfha sekarang sedang rebahan sambil bermain handphone.Ketika seru-serunya scroll tiktok tiba-tiba notif WhatsApp bermunculan dan itu sangat membuat Asfha jengkel."Siapa sih heuh," gerutunya langsung lari ke WhatsApp.Dilihat banyak sekali yang chat apalagi grup kelas dengan pesan 300 nama grup XI Ipa 2. Dibuka grup tersebut, karena jenuh harus membaca pesan dia hanya scroll sampe bawah. Namun disaat dia scroll matanya melotot pada pesan 'weh tugas Pak Alzam liat'."Mampus. Ko bisa lupa gini ey," ucapnya.Asfha kembali menutup grupnya dan langsung mencari nama Fika.
Asfha dan Fika sudah tiba disekolah, mereka kini berada diparkiran dirapihkannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ketika Fika sedang bercermin, dia melihat seorang lelaki dari pantulan cermin itu dengan memakai kacamata hitam pakaian yang sama seperti siswa disini karena penasaran, dia berbalik langsung mematung matanya pun melotot sampai mau copot."Fha!" panggilnya pelan tapi masih bisa didengar oleh Asfha."Diem gue lagi ngerapihin rambut," ucapnya tak melirik dan masih fokus."Ih liat dulu i-tu siapa?" cicitnya sambil menggigit ibu jari.Asfha penasaran siapa yang dimaksud dengan temannya alhasil dia menoleh, Asfha yang awalnya sedang merapikan rambut pergerakannya terhenti matanya tak berkedip sama sekali.
Asfha terus mengikuti dari belakang banyak yang menatapnya heran karena melihat wajah Asfha yang terseyum sepanjang perjalanan. Jalannya pun elegan tak ada sikap bar-bar.Pak Alzam masuk dan langsung duduk ditempatnya sambil mempersilahkan Asfha duduk. Yang dipersilahkan menurut sambil tersenyum."Kamu tau? Alasan saya membawa kamu ke kantor?" tanya Pak Alzam memulai, dia juga bersikap tegas duduknya pun tegap.Asfha menggelengkan kepala sebagai jawaban bahwa dirinya tidak tahu dan masih tetap tersenyum.Pak Alzam mengerutkan keningnya, dia berpikir kenapa dengan Asfha? Bukankah dirinya selalu bar-bar? Lantas kenapa dia mendadak bersikap elegan seperti itu? Namun Pak Alzam tetap biasa dan menatap sambil mengelus-nge