Di sebuah kantor modern dengan dinding kaca yang memancarkan cahaya matahari sore, Sari sedang sibuk mengetik laporan di meja kerjanya. Suara ketukan sepatu hak tinggi yang mendekat membuatnya menghentikan pekerjaannya sejenak dan mendongak. Ternyata, Mila, teman baiknya yang terkenal suka bergosip, telah tiba di mejanya dengan senyuman yang sulit disembunyikan. "Sari, lo nggak akan percaya apa yang gue dengar!" ujar Mila dengan nada penuh antusias, seolah-olah ia baru saja menemukan rahasia terbesar di dunia. Sari tersenyum tipis dan meletakkan tangannya di pangkuan. "Apa lagi yang lo dengar, Mila?" tanyanya sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi, menyiapkan diri untuk mendengar berita terbaru yang pasti melibatkan dirinya. Mila duduk di kursi sebelah meja Sari dengan gerakan yang dramatis, matanya bersinar-sinar penuh semangat. "Berita tentang lo dan Rain lagi viral! Semua orang ngomongin kalian! Banyak yang bilang kalian cocok banget dan beberapa orang bahkan mikir kalau kalian
Setelah pertemuan mereka di rumah sakit, pikiran Rain selalu dipenuhi oleh bayangan Summer. Meski gosip tentang dirinya dan Sari sedang menjadi topik hangat di media sosial, Rain sama sekali tidak peduli. Yang mengganggu pikirannya bukanlah opini publik, melainkan perasaan yang semakin kuat terhadap Summer.Di setiap kesempatan, bayangan Summer terus mengusik benaknya. Tatapan mata Summer yang penuh keteguhan dan kesedihan, wajahnya yang terpancar ketangguhan di tengah segala cobaan, membuat hati Rain bergetar. Meskipun hubungan profesionalnya dengan Sari sedang menjadi sorotan, hal itu sama sekali tidak mampu mengalihkan pikirannya dari sosok Summer.Hari itu, di galeri seni milik Rain, suasana sedikit berbeda dari biasanya. Karena kesuksesan dan keindahan galeri tersebut, banyak orang yang mulai mengunjungi galeri milik Rain. Para staf juga semakin sibuk melakukan tugas mereka. Di tengah-tengah kesibukan galeri Lumiere d'ete, seorang wanita anggun memasuki ruang depan galeri. Itu ad
Malam itu, suasana rumah sakit terasa berbeda. Meski masih diselimuti kekhawatiran akan kondisi kesehatan ayahnya, ada kehangatan yang muncul di antara mereka. Rain telah menyiapkan makan malam yang ia pesan, di ruang makan kecil yang terhubung dengan kamar VVIP ayahnya Summer. Makan malam itu adalah cara Rain untuk mengalihkan pikiran Summer dari kecemasan yang terus membayangi, dan kehadiran Rain tampaknya berhasil membawa suasana yang lebih ringan.Haru, yang semula duduk diam di samping Summer, segera menjadi pusat perhatian saat Rain mulai mengajaknya berbicara. Anak kecil itu memang cenderung pendiam di tengah situasi yang tidak menyenangkan, tetapi entah bagaimana, Rain berhasil membuatnya tertawa. Mereka duduk melingkar di meja, menyantap hidangan sederhana yang disiapkan Rain. Di satu sisi meja, Rain dengan gayanya yang santai, membuat lelucon kecil tentang ayam goreng yang membuat Haru tertawa terbahak-bahak. “Jadi, Haru, gimana kalau nanti kita goreng ayam sama-sama? Haru
Pagi itu, langit tampak cerah, seakan mencerminkan suasana hati Rain yang penuh semangat. Ia merasakan dorongan yang kuat untuk menyelesaikan semua pekerjaannya dengan cepat. Pikiran tentang Summer dan Haru membuatnya ingin segera kembali ke rumah sakit, memastikan bahwa mereka baik-baik saja. Ada sesuatu yang hangat tumbuh di hatinya, dan ia tahu kalau itu adalah cinta dan rasa kepeduliannya terhadap Summer dan Haru.Di galeri seni miliknya, Rain menatap deretan lukisan dan karya seni yang dipajang dengan bangga. Setiap detail dan sentuhan seni di galeri itu menggambarkan dedikasi dan kecintaannya pada dunia seni. Namun, pikirannya terus melayang kembali pada pertemuan dengan Summer dan Haru malam sebelumnya.Setelah mengadakan beberapa pertemuan singkat dengan klien dan menyelesaikan beberapa berkas penting, Rain memutuskan untuk mengambil cuti setengah hari. Ia tidak sabar ingin segera ke rumah sakit. Ia memberitahu kepada stafnya bahwa ia akan pulang lebih awal hari ini, dan merek
Setelah hari yang panjang dan melelahkan di tempat kerja Summer, Summer kembali ke rumah sakit dengan hati penuh harapan. Ia telah menyelesaikan satu hari yang cukup menguras pikiran, dan kini adalah saatnya untuk berkumpul bersama keluarga.Sesampainya di rumah sakit, Summer berjalan dengan langkah cepat menuju ruang VVIP milik ayahnya. Setiap langkah terasa berat oleh rasa cemas dan harapan. Begitu masuk ruangan, Summer melihat pemandangan yang tidak terduga. Rain dan Haru sedang duduk di ruang santai, tampak asyik menonton televisi bersama.Rain duduk di kursi, dengan Haru yang berbaring di pangkuannya. Mereka tampak fokus pada acara TV yang ceria, dan tawa kecil Haru menghangatkan suasana di ruang tersebut. Summer berhenti sejenak, terpesona oleh pemandangan yang hangat ini. Rain tampak begitu nyaman dan terhubung dengan Haru, seolah-olah ia telah menjadi bagian dari keluarga ini.Menyadari kehadiran Summer, Rain menoleh dan tersenyum lebar pada Summer. "Kamu sudah pulang?" tanya
Setelah mendapati fakta yang mengejutkan, Summer tidak lagi bisa fokus pada pekerjaannya hari ini. Walau begitu, ia harus menyelesaikan pekerjaannya. Setelah semuanya selesai, Summer duduk di ruang televisi sambil memikirkan apa tindakan yang harus ia ambil.Selama ini, ia merasa Rain adalah sahabat lama yang tak sengaja dipertemukan kembali oleh takdir. Tapi kini, bayangan Rain seakan berubah menjadi sesuatu yang lebih rumit dan dalam. Summer merenung, mencoba memproses setiap kejadian yang telah berlangsung, terutama sejak ia menerima pekerjaan di apartemen misterius ini.Ia mengingat kembali setiap percakapan, setiap pertemuan, dan setiap bantuan yang diberikan Rain padanya. Mulai dari kemunculannya di rumah sakit, perhatian yang Rain berikan pada Haru, hingga biaya perawatan ayahnya yang secara ajaib tiba-tiba berkurang, karena ada bantuan dari orang tak dikenal. Dan kemudian, pekerjaan aneh di apartemen mewah ini, di mana ia merasa seakan diawasi oleh sosok yang tidak pernah terl
Langkah kaki Rain terhenti tiba-tiba. Jantungnya berdegup kencang saat matanya menangkap sosok yang tak pernah ia sangka akan melihatnya di sini. Summer, berdiri di depan rumah, menunggunya. Seakan-akan bumi berhenti berputar sejenak, dan kesadaran akan situasi yang tak terelakkan membuat darahnya berdesir cepat. Summer, yang sejak tadi menunggu Rain di taman dengan sabar, menunggu Rain pulang, akhirnya mendapati keberanian untuk berdiri di depan Rain, walau kebingungan masih melanda dirinya dengan hebat. Sekian lama ia menunggu momen ini, dan kini saatnya telah tiba. Ia ingin konfirmasi dengan matanya sendiri, bahwa Rain, pria yang selama ini selalu ada di sisinya, adalah orang yang memiliki apartemen ini dan orang yang telah membantunya tanpa ia sadari. Rain menelan ludah, merasakan kepanikan yang mulai menjalari seluruh tubuhnya. Dalam hitungan detik, berbagai skenario terlintas di benaknya. Haruskah ia mengelak? Berbohong lagi? Tapi tatapan mata Summer yang penuh harap dan ras
Saat Summer tiba di rumah sakit, malam sudah cukup larut. Lampu-lampu di lorong rumah sakit memberikan cahaya redup yang terasa menenangkan, tapi di dalam hatinya, kegelisahan dan kesedihan berputar dengan cepat, sulit dikendalikan. Langkah-langkahnya terasa berat ketika ia menuju ke kamar rawat ayahnya. Meilani, yang duduk di kursi dekat tempat tidur Haru, segera menyadari perubahan di wajah putrinya. Meskipun Summer mencoba tersenyum dan menyembunyikan apa yang ia rasakan, seorang ibu selalu tahu ketika anaknya sedang tidak baik-baik saja. Haru sudah tertidur pulas, napasnya teratur dan damai, memberikan sedikit ketenangan di tengah kegelisahan Summer.“Summer,” panggil Meilani dengan lembut, saat Summer mendekat. “Kamu kelihatan capek. Ada apa?”Summer hanya menggeleng pelan, tidak ingin langsung membahasnya. Namun, saat ia menatap wajah ibunya yang penuh perhatian, hatinya tak sanggup lagi menahan beban yang ia rasakan. Air matanya mulai menggenang, dan sebelum ia bisa menghentik