Hari-hari berlalu, dan saat yang dinanti-nanti akhirnya tiba: acara besar yang diadakan oleh Lumiere d'ete dimulai dengan gemerlap. Event yang menggabungkan konser penyanyi solo, pameran seni, dan teatrikal dari artis-artis papan atas ini berlangsung sangat meriah. Ruangan dipenuhi oleh tamu-tamu penting, wartawan, dan penggemar seni yang antusias.Rain, sebagai orang yang menyelenggarakan acara ini, dikelilingi oleh wartawan yang berbondong-bondong untuk mewawancarainya. Kamera dan mikrofon diarahkan padanya, menanyakan segala hal tentang acara tersebut dan bagaimana ia bisa menggabungkan berbagai elemen seni dalam satu event.Di tengah-tengah keramaian tersebut, Sari melihat kesempatan untuk menonjolkan kedekatannya dengan Rain. Dengan penuh percaya diri, Sari mendekati Rain dan mulai berbicara dengan nada yang ceria dan penuh percaya diri. “Rain, acara malam ini luar biasa banget! Aku tau kerja keras kamu akan berhasil! Selamat, ya!” katanya sambil tersenyum.Rain, yang terlihat sa
Summer masuk ke dalam kamar pemilik apartemen dengan perasaan gugup. Ia sudah tak sabar mengetahui siapa sosok dermawan yang memberikannya pekerjaan, tapi harapannya sirna seketika ketika ia melihat pemilik apartemen yang sering dipanggil Tuan Muda, sedang meringkuk di bawah selimut. Summer merasa kecewa, tapi ia harus tetap bersikap selayaknya ART di apartemen ini. "Selamat pagi Tuan Muda. Saya Summer, orang yang direkomendasikan sama Pak Arif." Summer menunggu tanggapan Tuan Muda, tapi tidak ada. "Apa Anda baik-baik saja? Apa perlu saya panggil Bu Ani?" Dari balik selimut, Rain berdehem, lalu berbicara dengan suara yang dibuat-buat. "Nggak perlu. Saya baik-baik saja." Summer mengangguk perlahan. "Saya bawain Tuan Muda sup ayam." "Trus aja di atas meja," ucap Rain. Summer kembali mengangguk. "Baik, Tuan." Setelah menaruh mangkuk di atas meja, Summer langsung pamit. "Saya permisi dulu. Kalau ada yang Tuan Muda butuhkan, Tuan Muda bisa panggil saya." "Iya, terima kasih." Summer
Sesampainya di galeri seni miliknya, Rain dikejutkan oleh kehadiran beberapa wartawan yang sudah menunggu di depan pintu. Ia berpikir mereka ingin mewawancarai tentang keberhasilan event Lumiere d'ete. Namun, pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan jauh dari yang ia bayangkan. "Rain, apakah benar Anda dan Sari memiliki hubungan yang lebih dari sekadar rekan kerja?" tanya seorang wartawan dengan nada mendesak. "Sejak kapan hubungan pribadi Anda dengan Sari menjadi sorotan publik? Apakah ada perencanaan khusus terkait hubungan ini dalam waktu dekat?" tanya wartawan lain, mencoba menjebak Rain dengan pertanyaan yang semakin mendalam. "Apakah hubungan ini mempengaruhi keputusan Anda dalam pekerjaan atau event yang Anda jalani? Bisakah Anda memastikan bahwa tidak ada konflik kepentingan?" tanya seorang wartawan dengan nada tajam. Rain merasa terjebak dan cemas dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ia tahu jika ia tidak berhati-hati, hal ini bisa menambah kerumitan dalam hidupnya.
Di sebuah kantor modern dengan dinding kaca yang memancarkan cahaya matahari sore, Sari sedang sibuk mengetik laporan di meja kerjanya. Suara ketukan sepatu hak tinggi yang mendekat membuatnya menghentikan pekerjaannya sejenak dan mendongak. Ternyata, Mila, teman baiknya yang terkenal suka bergosip, telah tiba di mejanya dengan senyuman yang sulit disembunyikan. "Sari, lo nggak akan percaya apa yang gue dengar!" ujar Mila dengan nada penuh antusias, seolah-olah ia baru saja menemukan rahasia terbesar di dunia. Sari tersenyum tipis dan meletakkan tangannya di pangkuan. "Apa lagi yang lo dengar, Mila?" tanyanya sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi, menyiapkan diri untuk mendengar berita terbaru yang pasti melibatkan dirinya. Mila duduk di kursi sebelah meja Sari dengan gerakan yang dramatis, matanya bersinar-sinar penuh semangat. "Berita tentang lo dan Rain lagi viral! Semua orang ngomongin kalian! Banyak yang bilang kalian cocok banget dan beberapa orang bahkan mikir kalau kalian
Setelah pertemuan mereka di rumah sakit, pikiran Rain selalu dipenuhi oleh bayangan Summer. Meski gosip tentang dirinya dan Sari sedang menjadi topik hangat di media sosial, Rain sama sekali tidak peduli. Yang mengganggu pikirannya bukanlah opini publik, melainkan perasaan yang semakin kuat terhadap Summer.Di setiap kesempatan, bayangan Summer terus mengusik benaknya. Tatapan mata Summer yang penuh keteguhan dan kesedihan, wajahnya yang terpancar ketangguhan di tengah segala cobaan, membuat hati Rain bergetar. Meskipun hubungan profesionalnya dengan Sari sedang menjadi sorotan, hal itu sama sekali tidak mampu mengalihkan pikirannya dari sosok Summer.Hari itu, di galeri seni milik Rain, suasana sedikit berbeda dari biasanya. Karena kesuksesan dan keindahan galeri tersebut, banyak orang yang mulai mengunjungi galeri milik Rain. Para staf juga semakin sibuk melakukan tugas mereka. Di tengah-tengah kesibukan galeri Lumiere d'ete, seorang wanita anggun memasuki ruang depan galeri. Itu ad
Malam itu, suasana rumah sakit terasa berbeda. Meski masih diselimuti kekhawatiran akan kondisi kesehatan ayahnya, ada kehangatan yang muncul di antara mereka. Rain telah menyiapkan makan malam yang ia pesan, di ruang makan kecil yang terhubung dengan kamar VVIP ayahnya Summer. Makan malam itu adalah cara Rain untuk mengalihkan pikiran Summer dari kecemasan yang terus membayangi, dan kehadiran Rain tampaknya berhasil membawa suasana yang lebih ringan.Haru, yang semula duduk diam di samping Summer, segera menjadi pusat perhatian saat Rain mulai mengajaknya berbicara. Anak kecil itu memang cenderung pendiam di tengah situasi yang tidak menyenangkan, tetapi entah bagaimana, Rain berhasil membuatnya tertawa. Mereka duduk melingkar di meja, menyantap hidangan sederhana yang disiapkan Rain. Di satu sisi meja, Rain dengan gayanya yang santai, membuat lelucon kecil tentang ayam goreng yang membuat Haru tertawa terbahak-bahak. “Jadi, Haru, gimana kalau nanti kita goreng ayam sama-sama? Haru
Pagi itu, langit tampak cerah, seakan mencerminkan suasana hati Rain yang penuh semangat. Ia merasakan dorongan yang kuat untuk menyelesaikan semua pekerjaannya dengan cepat. Pikiran tentang Summer dan Haru membuatnya ingin segera kembali ke rumah sakit, memastikan bahwa mereka baik-baik saja. Ada sesuatu yang hangat tumbuh di hatinya, dan ia tahu kalau itu adalah cinta dan rasa kepeduliannya terhadap Summer dan Haru.Di galeri seni miliknya, Rain menatap deretan lukisan dan karya seni yang dipajang dengan bangga. Setiap detail dan sentuhan seni di galeri itu menggambarkan dedikasi dan kecintaannya pada dunia seni. Namun, pikirannya terus melayang kembali pada pertemuan dengan Summer dan Haru malam sebelumnya.Setelah mengadakan beberapa pertemuan singkat dengan klien dan menyelesaikan beberapa berkas penting, Rain memutuskan untuk mengambil cuti setengah hari. Ia tidak sabar ingin segera ke rumah sakit. Ia memberitahu kepada stafnya bahwa ia akan pulang lebih awal hari ini, dan merek
Setelah hari yang panjang dan melelahkan di tempat kerja Summer, Summer kembali ke rumah sakit dengan hati penuh harapan. Ia telah menyelesaikan satu hari yang cukup menguras pikiran, dan kini adalah saatnya untuk berkumpul bersama keluarga.Sesampainya di rumah sakit, Summer berjalan dengan langkah cepat menuju ruang VVIP milik ayahnya. Setiap langkah terasa berat oleh rasa cemas dan harapan. Begitu masuk ruangan, Summer melihat pemandangan yang tidak terduga. Rain dan Haru sedang duduk di ruang santai, tampak asyik menonton televisi bersama.Rain duduk di kursi, dengan Haru yang berbaring di pangkuannya. Mereka tampak fokus pada acara TV yang ceria, dan tawa kecil Haru menghangatkan suasana di ruang tersebut. Summer berhenti sejenak, terpesona oleh pemandangan yang hangat ini. Rain tampak begitu nyaman dan terhubung dengan Haru, seolah-olah ia telah menjadi bagian dari keluarga ini.Menyadari kehadiran Summer, Rain menoleh dan tersenyum lebar pada Summer. "Kamu sudah pulang?" tanya