Di restoran mewah The Guardian, Rain duduk berhadapan dengan seorang desainer interior ternama, Sari Putri. Sari dikenal dengan keahliannya dalam menciptakan ruang-ruang yang elegan dan fungsional. Setelah diperkenalkan oleh ayahnya, Rain merasa yakin bahwa Sari adalah orang yang tepat untuk mendekorasi galeri seni miliknya. "Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk malam ini," kata Rain sambil tersenyum. "Sama-sama, Pak Rain. Saya juga merasa terhormat, seniman sekelas Pak Rain mau menggunakan jasa saya," balas Sari. Dari lubuk hati yang paling dalam, ia memang menghormati dan mengagumi Rain. "Saya masih harus banyak belajar," sambung Rain. Sari tersenyum singkat, lalu bertanya tentang keinginan Rain dalam membuat sebuah galeri seni. "Saya mau galeri ini jadi tempat yang tidak hanya menampilkan seni, tapi juga menciptakan pengalaman mendalam bagi pengunjung yang datang. Saya mau semua orang bisa menikmati keindahan galeri saya, entah mereka yang paham seni atau tidak." Sari
Pagi harinya, Summer terbangun dengan kepala yang berat dan rasa mual yang menghantui. "Arggh! Ini yang buat gue nggak suka!" Summer mengeluh karena pengaruh mabuk semalam. Ketika Summer dapat membuka matanya, ia memperhatikan sekelilingnya, dan baru sadar kalau ia tidak berada di apartemennya. "Gue ada di mana?" Panik mulai merayapi dirinya, saat ia melihat pakaian yang dikenakannya sudah berganti dengan piyama yang nyaman. Summer lalu mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, namun kepalanya hanya berputar-putar dengan fragmen ingatan yang tak jelas. Ketakutan mulai menguasai pikirannya. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang ia lakukan hingga ia berakhir di kamar asing ini? Ketika Summer sedang kebingungan, pintu kamar tiba-tiba terbuka dan seorang karyawan hotel wanita masuk dengan nampan berisi sarapan. "Selamat pagi, Ibu. Saya bawakan sarapan pagi untuk Ibu." Summer buru-buru turun dari atas tempat tidur dan menghampiri wanita tersebut. "Mbak? Maaf sebelumnya, tapi aku di
Hari Senin, suasana di perusahaan terasa berbeda. Arman sedang duduk di ruangannya, sibuk dengan tumpukan dokumen di mejanya. Pikirannya masih tertuju pada peristiwa makan malam beberapa hari lalu, terutama pertemuannya dengan teman Summer di hotel The Guardian. Namun, pagi itu, pikirannya segera teralih oleh suara riuh dari luar kantornya. Arman mengernyitkan keningnya saat mendengar suara langkah kaki yang cepat dan suara orang-orang yang berbicara dengan nada tegang. Ia berdiri dan membuka pintu kantornya, melihat ke arah sumber keributan. Di lorong, sekelompok orang dengan pakaian resmi dan tanda pengenal dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sedang berjalan masuk, disertai oleh beberapa staf perusahaan yang tampak cemas. Salah satu pria yang memimpin kelompok itu memandang ke arah Arman dengan mata tajam. "Selamat pagi, Pak Arman," kata pria itu dengan suara tegas. "Kami dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, datang untuk melakukan pemeriksaan mendadak ter
Hari pertama setelah dipecat, Summer bangun dengan perasaan campur aduk. Meskipun merasa kecewa dan khawatir, ia tahu bahwa ia harus segera mencari pekerjaan baru untuk bisa bertahan hidup di kota yang keras ini. Setelah menyiapkan sarapan untuk Haru, ia mulai membuka laptop dan mencari lowongan pekerjaan. Summer menghabiskan berjam-jam mengirimkan lamaran dan menghadiri beberapa wawancara singkat yang tidak memberikan harapan besar. Ia mulai merasa putus asa, tetapi ia tetap berusaha dan berpikir positif. Sore harinya, ketika Summer sedang beristirahat sejenak sambil meminum teh, teleponnya berdering. Nomor yang tidak dikenal muncul di layar. Dengan ragu, ia mengangkatnya. "Selamat sore, apakah ini Summer Liliana Widjaja?" tanya suara di seberang sana. "Iya, saya sendiri. Ini dengan siapa, ya?" tanya Summer dengan hati-hati. "Nama saya Arif Gunawan, saya pemilik restoran La Grandeur. Saya sudah baca CV Anda. Kebetulan sekali, skill bahasa Inggris dan Korea Anda sangat saya butuh
Summer mulai bekerja dengan semangat di La Grandeur. Kali ini, lingkungan kerjanya benar-benar bersahabat. Rekan-rekan kerjanya ramah dan saling mendukung, membuat Summer merasa diterima sejak hari pertama. Gajinya juga lebih besar dari sebelumnya, memberikan sedikit kelonggaran dalam keuangannya yang sempat menipis. Setiap hari, Summer bangun pagi dengan semangat baru. Ia berangkat ke restoran dengan senyum di wajahnya. Setibanya di La Grandeur, suasana yang elegan dan pelayanan profesional dari staf lainnya membuat Summer merasa bangga bisa bekerja di sana. Tidak jarang, Summer mendapatkan tip dari para tamu restoran. Mereka menghargai pelayanannya yang ramah dan efisien. Suatu hari, seorang tamu tetap restoran, seorang pengusaha sukses, memberikan tip besar sambil memuji kinerjanya. "Ini buat kamu," katanya sambil menyerahkan tip yang membuat Summer terkejut. "Terima kasih banyak, Pak," jawab Summer dengan senyum tulus. Kehangatan dan apresiasi dari para tamu, memberikan S
Hari berlalu dengan cepat. Di sebuah apartemen kecil di pusat kota, Summer tetap menjalani aktivitasnya seperti biasa, walau ia semakin gugup dari hari ke hari. Pagi itu, ia berangkat ke tempat kerjanya, restoran La Grandeur, dengan perasaan riang. Meski sibuk melayani pelanggan dan memastikan semuanya berjalan lancar, pikirannya terus melayang pada pertemuan dengan orang tuanya yang akan terjadi Sabtu malam ini, pukul 8, di restoran tempatnya bekerja. Summer menyibukkan diri dengan mempersiapkan meja-meja, mengambil pesanan, dan mengantar makanan. Setiap kali ia mencoba berkonsentrasi, bayangan wajah orang tuanya muncul di benaknya. Ia tidak tahu bahwa ayahnya menolak untuk bertemu dengannya. Yang ia tahu, ibunya telah berjanji bahwa mereka akan berbicara dan mencoba memulai kembali hubungan keluarga yang telah lama terputus. Saat istirahat makan siang, Summer duduk sendirian di dapur, menyesap teh sambil memandang keluar jendela. Ia menatap langit biru, mencoba mengalihkan pikira
Di tengah keramaian dan kemewahan pembukaan galeri Lumière d'Éte, Rain terus berusaha menghubungi Arif, tapi Arif tidak kunjung menjawab teleponnya. Rain mulai tenggelam dalam kegelisahan. Acara berjalan dengan sukses, tamu-tamu penting berdatangan, dan pujian mengalir tanpa henti. Namun, pikiran Rain terus melayang pada Summer.Tak tahan dengan kegelisahan yang menggerogoti pikirannya, Rain menyelinap keluar dari keramaian. Ia mencari sudut ruangan yang sepi, jauh dari pandangan para tamu dan wartawan yang sibuk mengambil gambar. Setelah menemukan tempat yang cukup tersembunyi, Rain kembali menghubungi Arif, berharap Arif segera mengangkat panggilannya. Setelah mencoba beberapa kali, Arif akhirnya menjawab telepon Rain."Halo, Arif," Rain langsung berbicara begitu tersambung. "Kamu lagi sibuk?""Halo, Rain," sapa Arif di seberang. "Maaf, tapi ada sedikit masalah.""Masalah apa?" tanya Rain dengan nada yang mulai khawatir."Ayahnya Summer marah besar begitu liat Summer. Dan... dia pin
Setelah mengambil pesanan makanan di kafetaria rumah sakit, Rain dan Summer berjalan perlahan menyusuri lorong yang sepi. Alih-alih langsung kembali ke kamar tempat Angga dirawat, mereka memutuskan untuk duduk sejenak di salah satu bangku yang disediakan di taman kecil rumah sakit. Malam itu, udara terasa sejuk, dan suasana rumah sakit yang tenang memberikan kesempatan bagi mereka untuk berbincang dengan lebih santai. Mereka berdua duduk berdampingan, merasakan kenyamanan dalam kebersamaan yang sudah lama tidak mereka rasakan. "Jadi, gimana pembukaan galerinya?" tanya Summer, mencoba memulai percakapan. Ia menoleh ke Rain, matanya penuh dengan ketertarikan. "Aku dengar kalau kateringnya kamu pesan La Grandeur?" Rain mengangguk. "Acaranya berjalan lancar. Banyak tamu yang datang, termasuk Misel juga. Aku pilih La Grandeur karena masakan mereka sesuai dengan selera aku." Summer tersenyum. "Aku sebenarnya kerja di sana sekarang." Rain pura-pura terkejut, karena faktanya, ia yan
Tahun-tahun berlalu, membawa kebahagiaan yang tak terhingga dalam kehidupan Rain dan Summer. Setelah pernikahan yang indah dan penuh cinta, mereka membangun rumah tangga yang harmonis dan dipenuhi dengan tawa. Haru tumbuh menjadi anak yang cerdas dan penuh kasih sayang, selalu ditemani oleh Rain dan Summer yang menjadi panutan baginya. Kehidupan mereka yang stabil dan penuh cinta menjadi fondasi kuat bagi keluarga kecil ini. Namun, sebuah kebahagiaan baru datang menghampiri mereka beberapa tahun setelah pernikahan. Summer mengandung anak kedua mereka—seorang bayi perempuan yang mereka nantikan dengan penuh sukacita. Saat waktu persalinan tiba, Rain tidak pernah melepaskan genggaman tangannya dari Summer, berada di sisinya, memberikan kekuatan dan cinta yang tiada habisnya. Saat suara tangisan bayi pertama kali terdengar di ruang bersalin, air mata kebahagiaan tak terbendung dari mata Rain. Bayi perempuan itu lahir dengan sehat, membawa cahaya baru ke dalam hidup mereka. Haru, ya
Hari pernikahan Rain dan Summer tiba dengan segala kemegahan dan keindahannya. Langit cerah menyambut hari istimewa itu, seolah turut merestui persatuan dua hati yang telah melewati begitu banyak rintangan. Di sebuah taman luas yang dikelilingi pepohonan yang rindang, para tamu berkumpul dengan antusias. Taman itu dihiasi dengan rangkaian bunga-bunga yang indah, setiap sudutnya dipenuhi oleh dekorasi yang dirancang dengan penuh cinta. Nuansa putih dan emas mendominasi, menciptakan suasana yang elegan namun hangat. Summer berdiri di depan cermin rias, mengenakan gaun pengantin putih yang anggun. Rambutnya yang lembut disanggul rapi, dihiasi oleh mahkota kecil yang berkilauan. Wajahnya berseri-seri, matanya memancarkan kebahagiaan yang tak terbendung. Di sampingnya, ibunya, Meilani, merapikan sedikit gaunnya dengan penuh kasih sayang. “Kamu cantik banget, sayang,” ujar Meilani dengan suara lembut, matanya berkaca-kaca. “Ini hari yang sudah kamu tunggu selama ini, sayang." Summe
Setelah malam lamaran yang begitu spektakuler dan romantis, keesokan harinya dunia maya dibanjiri oleh berita tentang Rain dan Summer. Video lamaran yang disiarkan langsung telah diulang jutaan kali, dipenuhi dengan komentar-komentar positif dari netizen yang terpesona dengan cara unik Rain mengekspresikan cintanya. Setiap detil dari momen itu—dari puisi yang dibacakan Rain, hingga kembang api yang memeriahkan suasana—dibicarakan dengan antusias di berbagai platform media sosial. Berita ini menjadi topik utama di mana-mana, tidak hanya di kalangan penggemar seni yang mengagumi Rain, tetapi juga di kalangan umum yang menyukai cerita cinta yang berakhir dengan kebahagiaan. Selebriti, tokoh publik, dan bahkan para kritikus yang sebelumnya skeptis terhadap hubungan Rain dan Summer, kini memberikan pujian setinggi langit. Semua orang setuju bahwa pasangan ini adalah pasangan yang sempurna, ditakdirkan untuk bersama. Sementara itu, di tempat yang berbeda, Sari dan Ben merasakan pukulan
Malam yang dinanti akhirnya tiba. Arena konser amal yang megah telah dihias dengan penuh kemewahan. Tirai beludru merah anggur menggantung di sekitar panggung, sementara lampu gantung kristal berkilauan memantulkan cahaya lembut ke seluruh ruangan. Bunga-bunga segar menghiasi setiap sudut, menambah nuansa romantis malam itu. Summer dan Haru duduk di kursi khusus yang telah disediakan, mengenakan pakaian malam yang elegan. Wajah Summer berseri-seri penuh antusiasme, sementara Haru duduk ceria di sampingnya, siap menyaksikan pertunjukan. "Liat dekorasinya, Haru," ucap Summer, matanya berbinar-binar. "Rain benar-benar tunjukin kualitasnya sebagai seniman." "Iya, Bu," balas Haru, yang juga kagum pada panggung di depan mereka. “Panggungnya keliatan kayak dunia fantasi. Aku juga pengen tampil di panggung kayak gitu." Konser malam itu dimulai dengan meriah. Para seniman dan musisi memberikan yang terbaik dari mereka, dari alunan musik yang memukau hingga tarian yang anggun. Suasana sem
Selama dua minggu berada di Swiss, Rain tidak hanya fokus pada bisnis dan pekerjaan yang harus diselesaikannya. Di balik kesibukannya, ia juga menyempatkan diri untuk menyelidiki situasi yang sedang terjadi di Indonesia. Ia tidak hanya mengikuti berita-berita yang viral di media, tetapi juga menyelidiki lebih dalam tentang siapa yang berada di balik semua kekacauan ini. Dengan bantuan beberapa rekan dan sumber terpercaya, Rain mulai menggali informasi tentang siapa yang sebenarnya menggerakkan semua ini.Dari berbagai saluran informasi yang ia miliki, Rain menemukan petunjuk yang menunjukkan bahwa Sari dan Ben berada di balik semua upaya manipulasi yang telah mengacaukan hidupnya dan Summer. Rain merasa marah dan terkejut ketika mengetahui bahwa ternyata Sari, dengan semua taktik dan intrik yang ia mainkan, bekerja sama dengan Ben. Ternyata, mereka memiliki agenda masing-masing. Ben ingin memperbaiki hubungannya dengan Summer dan Haru, sementara Sari berusaha merebut perhatian Rain da
Setelah genap dua minggu kepergian Rain, akhirnya kabar yang dinanti-nanti tiba. Rain mengirimkan pesan singkat kepada Summer dan orang tuanya, mengabarkan bahwa ia akan segera kembali ke Indonesia. Pesan tersebut singkat namun penuh makna, cukup untuk membuat Summer dan Haru merasa bersemangat. Malam itu, setelah menerima pesan dari Rain, Summer merasakan perasaan lega yang luar biasa. Meski mereka telah berkomunikasi secara teratur selama Rain berada di Swiss, tidak ada yang bisa menggantikan kehadirannya secara fisik. Summer tak sabar menantikan momen di mana ia bisa melihat Rain kembali. Begitu pula Haru, yang selalu menanyakan kapan pamannya—begitu Haru menyebut Rain—akan kembali.Keesokan harinya, Summer memutuskan untuk tidak memberitahu siapa pun tentang rencana mereka menjemput Rain di bandara. Ia ingin momen ini menjadi sesuatu yang spesial, hanya antara dirinya, Haru, dan Rain. Ia juga berharap ini bisa menjadi awal yang baru bagi mereka, setelah semua drama yang terjadi b
Setelah makan malam bersama Ben dan Haru, Summer tidak merasakan apa-apa selain rasa lega yang hampa. Hubungannya dengan Ben terasa seperti kenangan lama yang tidak lagi relevan dengan hidupnya sekarang. Meskipun mereka telah menghabiskan waktu bersama sebagai keluarga sementara beberapa hari ini, Summer merasa semakin yakin bahwa Ben hanyalah bagian dari masa lalunya. Perasaan dan kenangan di masa itu tidak lagi menyakitkan, tetapi lebih seperti perjalanan hidup yang harus ia jadikan pelajaran. Ketika mereka tiba di rumah orang tuanya, Haru yang kelelahan segera tertidur begitu mereka masuk. Summer menyerahkan Haru kepada ibunya, Meilani, yang dengan lembut menggendong Haru. "Biar Ibu yang bawa Haru ke kamar. Kamu juga istirahat," ucap Meilani, penuh perhatian. Summer tersenyum tipis, merasa sedikit lebih tenang setelah melihat Haru tertidur dengan nyaman. "Iya, Bu. Aku ke kamar dlu." Summer bergegas ke kamarnya, meninggalkan Haru dan ibunya. Ia menutup pintu dengan hati-hati,
Setelah keluar dari galeri, Sari berjalan dengan langkah cepat menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sana. Pikirannya penuh dengan tanda tanya, dan kepanikan perlahan mulai merayap di benaknya. Ia mencoba menenangkan diri, namun setiap kali mengingat kata-kata Mira tentang Rain yang pergi ke luar negeri, hatinya kembali berdegup kencang.Sari masuk ke dalam mobilnya dan duduk di kursi pengemudi, tetapi tidak langsung menyalakan mesin. Ia duduk di sana, menatap kosong ke depan, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. "Rain pergi ke luar negeri? Kenapa aku nggak tahu?" pikirnya, dengan perasaan marah bercampur bingung. Selama ini, Sari merasa dirinya memiliki kendali atas situasi dan orang-orang di sekitarnya. Namun sekarang, dengan kepergian Rain yang mendadak, ia merasa seperti kehilangan arah.Setelah beberapa saat, Sari akhirnya menghidupkan mesin mobil dan mulai mengemudi kembali ke kantornya. Jalanan kota yang biasanya padat terasa lengang, tetapi pikirannya begitu p
Di ruangannya yang luas dan elegan, Sari duduk di belakang meja kerjanya, mengamati serangkaian laporan dan berita terbaru di layar komputernya. Segalanya tampak berjalan sesuai rencana. Berita tentang kemungkinan keretakan hubungan antara Rain dan Summer terus menyebar, dan tidak ada satu pun pihak yang tampil untuk membantah atau meluruskan kabar tersebut. Publik semakin yakin bahwa hubungan mereka telah mencapai titik terendah, dan Sari tahu bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan langkah berikutnya. Sari mengamati setiap perkembangan dengan cermat. Summer memang semakin jarang terlihat bersama Rain di depan umum, bahkan dalam beberapa kesempatan penting, seperti acara-acara sosial yang sebelumnya selalu dihadiri bersama oleh pasangan itu. Ini memberi kesan kuat bahwa ada sesuatu yang salah antara mereka. Selain itu, Sari mencatat bagaimana peran Ben dalam kehidupan Summer dan Haru semakin terlihat. Dalam beberapa minggu terakhir, yang sering terlihat mengantar dan menj