Share

06

last update Last Updated: 2024-07-25 10:40:34

Di luar rumah sakit, Summer segera menghubungi Misel Hartono, teman baiknya sejak SMA. Misel adalah seseorang yang selalu bisa diandalkan Summer dalam situasi sulit. Walau malam sudah larut, Summer terus menghubungi Misel hingga Misel menjawab panggilan darinya.

***

Misel menggeliat di atas tempat tidurnya yang hangat, sambil mengeluh karena dering teleponnya. "Siapa sih?!" omel Misel yang masih setengah sadar. Ia meraba-raba meja di samping tempat tidurnya, mencoba menemukan ponsel yang terus berdering tanpa henti. Ketika akhirnya ia menemukannya, matanya yang setengah terpejam berusaha fokus pada layar.

Nomor Summer yang muncul di layar membuat Misel mengerutkan keningnya. Apa lagi waktu di layar ponsel Misel saat ini menunjukkan jam 3 subuh. “Kenapa Summer nelpon jam segini?” pikir Misel dengan rasa penasaran dan sedikit kekhawatiran. Ia menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan itu.

"Halo, Summer?" suaranya terdengar serak dan setengah mengantuk.

Suara di ujung telepon terdengar panik dan tergesa-gesa. "Misel, gue butuh bantuan lo. Gue mau kabur dari Indonesia."

Misel yang masih setengah sadar kembali bertanya pada Summer. "Kabur dari Indonesia? Lo lagi ngigau, kan? Udah, ah! Gue ngantuk banget, Summer. Nggak usah bercanda."

"Gue serius, Misel! Lo harus bantu gue!"

Misel yang semula tidak fokus, langsung bangun dari posisi tidurnya. "Summer? Lo tau apa yang barusan lo bilang, kan? Kabur dari Indonesia? Kenapa lo mau kabur? Emang lo ada masalah apa?"

"Gue hamil, Sel. Parahnya lagi, orang tua gue mau nikahin gue sama Rain."

Misel serasa sedang diguyur dengan air dingin. "Ha?! Apa?! Hamil?! Nikah?!" Mata Misel terbuka sepenuhnya. "Wait! Lo di mana sekarang?!"

"Gue ada di sekitar rumah sakit Pratama. Tolong jemput gue, Misel. gue nggak bisa lama-lama di sini."

Misel melompat dari tempat tidur, dengan hati yang berdebar kencang. "Tunggu, gue ke sana sekarang!"

Tanpa berpikir panjang, Misel meraih jaket yang tergeletak di kursi dan segera mengenakannya di atas piyama tidurnya. Ia berlari keluar kamar, menuruni tangga dengan cepat. Saking buru-burunya, Misel hampir terjatuh beberapa kali, namun ia tetap melangkah cepat sambil mengumpat.

Ketika Misel mencapai mobilnya, tangannya gemetar mencoba memasukkan kunci ke dalam lubang. "Shit!" umpat Misel. Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, akhirnya mesin mobil menyala.

Brumm!

Dengan tatapan kesal dan perasaan panik, Misel melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit.

***

Ketika Misel tiba di sekitar rumah sakit, matanya segera mencari sosok sahabatnya. Tak lama kemudian, ia melihat Summer berdiri di bawah lampu jalan, wajahnya terlihat pucat dan cemas.

Misel menghentikan mobilnya dengan cepat, keluar dari mobil, dan berlari menuju Summer. "Summer?! Lo baik-baik aja, kan?! Gimana semuanya bisa jadi gini?!"

Summer mengangguk, meskipun jelas terlihat ia tidak sepenuhnya baik-baik saja. "Kita bicara di mobil aja, Misel. Gue udah kedinginan karena nunggu lo di sini."

Misel langsung mengetuk kepalanya sendiri. "Dasar bego! Yuk ke mobil gue."

Mereka berdua masuk ke dalam mobil, dan Misel segera menuntut Summer untuk bercerita. "Oke, sekarang cerita semuanya ke gue."

Summer menatap Misel dengan sorot mata sedih. "Gue hamil, Sel. Dan Ben nggak mau tanggung jawab karena dia mau ngelanjutin S2."

Misel langsung memukul setir mobilnya. "Laki-laki brengsek! Gue nggak nyangka Ben orang kayak gitu!"

Summer membiarkan Misel memaki Ben, karena Summer juga membenci Ben saat ini.

"Terus maksud lo nikah sama Rain?" Kali ini Misel memasang wajah penasaran. "Rain yang cowok paling ganteng di kampus kita?"

Summer mendesah pelan. Ia tahu kalau Misel juga tergabung dalam cegilnya Rain, laki-laki paling menarik dan cool di kampus mereka. "Iya, yang itu," jawab Summer.

Mulut Misel menganga seketika. "Lo harus terima! Kalau memang sama Rain yang itu, gue bakal jadi orang pertama yang ngedukung lo sama dia! Kesempatan nggak datang dua kali, Summer! Dia ganteng , kaya, cool, tinggi, sexy, pokoknya dia tuh sempurna banget! Udah, tinggalin cowok kayak Ben, terus lo nikahin Rain!"

Kini giliran Summer yang menganga. Ia tahu kalau Misel tergila-gila dengan Rain, tapi bukan berarti Misel harus menularkan kegilaannya. "Gue masih waras, Sel. Lo mau gue nikah sama Rain dan minta dia bertanggung jawab untuk perbuatan gue sama Ben?" Summer menggelengkan kepalanya. "Gue masih ada malu."

Misel mendesah panjang. "Jadi lo mau gimana?"

keputusan Summer sudah bulat. "Bantu gue kabur dari Indonesia."

Misel menatap Summer dengan pandangan serius. "Lo udah pikir baik-baik, kan? Lo akan hidup sendiri, dan sekarang lo juga lagi hamil. Di mana lo harus tinggal, makanan dan kesehatan lo. Semuanya harus lo pikir."

"Gue udah mikir semuanya. Tabungan gue cukup untuk beberapa bulan dan buat bayar tempat tinggal di Korea. Gue di sana juga bakal nyari kerja nanti."

"Tapi nggak semudah itu, Summer." Misel tetap berusaha untuk membatalkan keputusan Summer. "Apa lo harus benar-benar pergi dari Indonesia? Lo bisa aja ke pelosok dan nggak ada yang bisa nemuin lo."

"Orang tua gue tetap bakal bisa cari gue, Sel. Gue harus keluar dari Indonesia," tekan Summer.

Misel menarik nafasnya dalam-dalam. Jika Summer sudah memutuskan, maka tidak ada yang bisa ia perbuat. "Oke, gue ikutin mau lo. Terus sekarang lo mau ke mana?"

"Antar gue ke hotel, tapi kita check in pakai nama lo. Gue butuh waktu buat siapin semuanya. Hanya satu hari, dan lo harus bantu gue," ucap Summer.

Misel mengangguk. "Gue bakal bantu lo sebisa gue."

Summer tersenyum karena ia tahu kalau Misel selalu bisa diandalkan. Dalam situasi apapun, Misel selalu mendukung Summer. "Makasih, Sel. Gue nggk tau gue bakal gimana kalau nggak ada lo."

Misel menyalakan mesin mobil lalu mengenakan sabuk pengaman. "Sebagai calon aunty dari anak dalam kandungan lo itu, gue harus sekeren ini, kan?"

Summer tertawa kecil, menanggapi candaan Misel. "Siap, aunty Misel. Gue bakal ceritain soal lo ke anak gue setiap hari."

"Awas kalau nggak! Gue kejar lo sampai Korea!" balas Misel, lalu memacu mobilnya pergi meninggalkan rumah sakit.

***

Keesokan paginya, Rain tiba di rumah sakit dengan penuh harapan. Ia ingin mengundang orang tua Summer, agar mereka bisa bertemu dengan keluarganya dan membicarakan rencana pernikahan. Namun, begitu ia tiba di kamar Summer, ia mendapati ruangan itu kosong. Hanya suster yang sedang membersihkan kamar yang memberikan petunjuk.

"Permisi, di mana pasien yang ada di kamar ini?" tanya Rain, tetap bersikap tenang.

Suster itu menggelengkan kepala. "Saya baru saja masuk shift pagi ini. Tapi dari yang saya dengar, pasien ini kabur semalam."

Rain merasakan hatinya terjun bebas. Ia bergegas menuju resepsionis untuk mencari informasi lebih lanjut. Setelah berbicara dengan beberapa staf, Rain mendapatkan kepastian bahwa Summer telah melarikan diri dari rumah sakit. Ini adalah situasi yang tidak pernah ia bayangkan.

Dengan perasaan tak karuan, Rain keluar dari rumah sakit. Di luar, ia mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang. "Halo? Gue butuh bantuan lo buat cari orang." Setelah berbicara cukup singkat, Rain langsung bergegas ke arah mobil.

"Sial! Kenapa dia kabur, sih?!" umpat Rain, karena rencananya yang hampir berhasil, kini malah mengalami kendala.

***

Related chapters

  • ART Kesayangan Tuan Rain   07

    Di dalam kamar hotel yang cukup luas, Summer dan Misel duduk di atas tempat tidur, dikelilingi oleh tumpukan dokumen, peta, dan laptop. Ada pula koper dan beberapa baju baru yang berserakan di lantai. Mengingat Summer tidak bisa kembali ke rumahnya, maka ia dan Misel lebih memilih untuk membeli beberapa keperluan Summer. Kegelisahan tampak jelas di wajah mereka, namun tekad yang kuat untuk melarikan diri, memberikan dorongan tambahan bagi Summer. "Kita harus pesan tiket buat lo. Malam ini, kan?" tanya Misel. Summer mengangguk. "Iya. Gue takut banget aktifin hp gue. Pake hp lo boleh, kan?" Misel langsung mengambil handphonenya dan memeriksa aplikasi tiket online. Misel mencari penerbangan dengan harga paling murah, dan akhirnya ia mendapatkannya. "Ada satu penerbangan jam 11 malam. Dari semua, ini yang paling murah. Mau?" Summer melihat layar hp Misel lalu mengangguk . "Pesan aja. Gue transfer uangnya sekarang." Misel mengibaskan tangannya. "Nggak usah. Biar gue yang bayar." Summ

    Last Updated : 2024-07-25
  • ART Kesayangan Tuan Rain   08

    Summer dan Misel menoleh ke arah suara yang memanggil Summer dengan nyaring. Beberapa orang yang mendengar teriakkan itu juga ikut menoleh. Ketika sosok di kejauhan mendekat, Summer merasa kaget karena pria itu adalah Rain. Rain berlari mendekati Summer, kemudian berhenti tepat di depannya. "Untung, lo belum pergi," ucap Rain, terengah-engah. Summer mengerutkan keningnya. "Rain? Lo ngapain di sini?" "Gue ke sini buat ketemu lo," jawab Rain. Misel juga terlihat bingung. "Gimana lo bisa tau kalau kita ada di sini?" Rain mengabaikan pertanyaan itu dan fokus pada Summer. "Gue datang untuk jelasin semuanya sebelum lo pergi." Summer teringat dengan rencana pernikahan mereka. "Soal pernikahan kita?" Rain menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. "Summer, gue tau ni tiba-tiba, tapi gue harus bilang ke lo, kenapa gue mau nikah dengan lo. Orang tua gue nuntut gue buat lanjutin bisnis hotel mereka, tapi itu bukan yang gue mau." Summer menatap Rain dengan bingung. "

    Last Updated : 2024-07-25
  • ART Kesayangan Tuan Rain   09

    Summer tiba di Korea dengan perasaan campur aduk. Setelah melewati imigrasi dan mengambil bagasinya, ia keluar dari terminal kedatangan dan melihat Ji-hye, teman baik Misel, menunggunya dengan senyum hangat. "Summer! Selamat datang di Korea!" Ji-hye memeluk Summer erat. "Aku sudah menyiapkan tempat tinggal sementara untukmu. Kamu akan baik-baik saja di sini," tutur Ji-hye menggunakan bahasa Inggris. Summer merasa sedikit lega karena Ji-hye berbahasa Inggris dengan lancar. "Terima kasih, Ji-hye. Aku benar-benar berhutang banyak padamu dan Misel." Ji-hye mengibaskan tangannya. "Tidak masalah. Ayo pergi ke apartemenku. Kita bisa berbincang di sana nanti." Mereka naik taksi menuju apartemen yang telah disiapkan Ji-hye. Selama perjalanan, Summer menatap pemandangan kota Seoul yang ramai, mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. "Bagaimana rasanya berada di sini?" tanya Ji-hye, berusaha memberikan semangat. Summer tersenyum kecil. "Ini semua terasa asing, tapi aku sia

    Last Updated : 2024-07-25
  • ART Kesayangan Tuan Rain   10

    Summer duduk di sofa kecil di apartemennya, memegang ponsel dengan tangan gemetar. Informasi dari Misel yang memberitahu tentang kondisi kesehatan ayahnya menghantamnya seperti gelombang besar. Pikiran tentang ayahnya yang semakin tua dan sakit membuat hatinya berat. Selama ini, komunikasi Summer dengan ibunya sangat terbatas, hanya sesekali melalui telepon atau pesan singkat. Meskipun begitu, sebagai anak, ia merasa ada kewajiban untuk pulang dan melihat kondisi ayahnya. Di sisi lain, ia takut menghadapi kemarahan dan kekecewaan ayahnya yang mungkin masih tersisa. Dilema ini menggerogoti hatinya, membuatnya bingung harus mengambil langkah apa. Saat itu, Haru datang dan duduk di sampingnya. "Ibu, ada apa? Ibu kelihatan sedih," tanya Haru dengan mata polosnya. Summer tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan rasa galau yang menguasai dirinya. "Ibu hanya memikirkan sesuatu, sayang." Haru menatap ibunya dengan tatapan serius. "Ibu, aku ingin bertemu dengan kakek dan nenek. Mereka pasti

    Last Updated : 2024-07-25
  • ART Kesayangan Tuan Rain   11

    Rain dan Summer saling menatap, terperangkap dalam keheningan yang seolah memperlambat waktu. Mereka mencoba mencerna kenyataan bahwa mereka bertemu lagi setelah sepuluh tahun berlalu. Mata Rain menelusuri wajah Summer, melihat perubahan dan tetap mengenali sosok yang pernah begitu dekat di hatinya. Summer juga merasakan hal yang sama, melihat kedewasaan di wajah Rain yang sekarang. Perasaan nostalgia, campur aduk dengan kejutan, membuat keduanya terdiam. Saat itu, Haru, yang merasa bingung melihat keheningan ibunya, menarik tangan Summer. "Ibu, siapa dia?" tanya Haru, suaranya polos dan penuh rasa ingin tahu. Pertanyaan Haru membangunkan Summer dari lamunannya. Ia mengalihkan pandangannya dari Rain dan melihat Haru, berusaha untuk tersenyum meskipun hatinya masih bergemuruh. "Ini teman kuliah Ibu dulu, namanya Rain," kata Summer, memperkenalkan Rain dengan nada yang mencoba untuk tetap tenang. "Rain? Ini anak aku, Haru." Rain cukup terkejut, namun ia tetap dapat mengendalik

    Last Updated : 2024-07-26
  • ART Kesayangan Tuan Rain   12

    Di sepanjang perjalanan menuju apartemen yang telah disediakan Misel, suasana mobil dipenuhi oleh antusiasme Misel. Ia tak henti-hentinya bertanya tentang bagaimana kehidupan Summer di Korea, apakah Haru sudah beradaptasi dengan baik, dan bagaimana perasaan Summer setelah kembali ke Indonesia. Summer menjawab dengan singkat, sambil sesekali tersenyum. Walau raga Summer kini sedang bersama Misel dan Haru, tapi pikirannya terus melayang ke Rain. Ia masih teringat dengan jelas betapa tampannya Rain saat mereka bertemu di bandara. Penampilannya yang semi-casual, potongan rambut two block yang trendi, dan aroma parfum yang khas masih membekas dalam ingatannya. Rain terlihat semakin menawan dan dewasa. Kesempatan untuk berbicara lebih dalam dengan Rain terlewatkan, meninggalkan Summer dengan rasa penyesalan yang mengganggu. "Summer?" Summer mengerjap beberapa kali. "Iya, Sel?" "Lo lagi mikirin apa?" tanya Misel, menyelidik. Summer langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Ngg

    Last Updated : 2024-07-26
  • ART Kesayangan Tuan Rain   13

    Pameran lukisan yang diadakan Rain di Korea telah menjadi acara yang sukses besar. Galeri tersebut dipenuhi dengan pengunjung yang terpesona oleh karya-karya seni Rain. Beberapa kolektor seni terkemuka bahkan bersedia membayar dengan harga yang fantastis untuk membawa pulang salah satu karyanya. Di tengah keramaian, Rain berdiri dengan senyum bangga, merasa bahwa semua usaha dan kerja kerasnya terbayar lunas. Para wartawan dari berbagai media bergegas mendekatinya, dan mulai melemparkan pertanyaan. Rain memaksakan seulas senyum dan bersikap ramah pada para wartawan. Ada banyak pertanyaan yang datang seputar pameran dan lukisan-lukisan miliknya. Ada juga beberapa pertanyaan tentang kehidupan pribadi, tapi Rain tidak ingin terlalu terbuka kepada para wartawan. Salah satu wartawan, seorang wanita dengan senyum ramah berhasil menarik perhatian Rain. "Tuan Jansen, selamat atas kesuksesan besar pameran Anda malam ini! Apa rencana Anda selanjutnya?" Rain berpikir sejenak sebelum men

    Last Updated : 2024-07-26
  • ART Kesayangan Tuan Rain   14

    Rain tiba di Hotel The Guardian, hotel mewah yang dikelola oleh keluarga Jansen. Begitu melangkah masuk, ia disambut dengan hangat oleh staf hotel yang sudah mengenalnya dari berbagai sumber. Hotel ini adalah salah satu ikon kota, dikenal tidak hanya karena kemewahannya tetapi juga karena pelayanan yang luar biasa. Di lobi hotel, Andreas dan Lili Jansen memperkenalkan Rain kepada para karyawan hotel. Tak hanya itu, banyak yang menghampiri Rain untuk meminta tanda tangan dan foto bersama. Sebenarnya Rain sudah sangat lelah, tapi ia tetap meladeni karyawan The Guardian Hotel dengan ramah dan sabar. Setelah penyambutan yang memakan energi, Andreas mengajak Rain untuk makan di restoran yang terletak di lantai paling atas. Sambil berjalan menuju lift VIP, Andreas menepuk bahu Rain dengan bangga. "Papa bangga sama kamu, Nak. Kesuksesan kamu sebagai pelukis benar-benar luar biasa. Pameran kamu juga buat nama keluarga dan hotel kita semakin terkenal." Rain tersenyum, merasakan kebanggaa

    Last Updated : 2024-07-26

Latest chapter

  • ART Kesayangan Tuan Rain   Epilog

    Tahun-tahun berlalu, membawa kebahagiaan yang tak terhingga dalam kehidupan Rain dan Summer. Setelah pernikahan yang indah dan penuh cinta, mereka membangun rumah tangga yang harmonis dan dipenuhi dengan tawa. Haru tumbuh menjadi anak yang cerdas dan penuh kasih sayang, selalu ditemani oleh Rain dan Summer yang menjadi panutan baginya. Kehidupan mereka yang stabil dan penuh cinta menjadi fondasi kuat bagi keluarga kecil ini. Namun, sebuah kebahagiaan baru datang menghampiri mereka beberapa tahun setelah pernikahan. Summer mengandung anak kedua mereka—seorang bayi perempuan yang mereka nantikan dengan penuh sukacita. Saat waktu persalinan tiba, Rain tidak pernah melepaskan genggaman tangannya dari Summer, berada di sisinya, memberikan kekuatan dan cinta yang tiada habisnya. Saat suara tangisan bayi pertama kali terdengar di ruang bersalin, air mata kebahagiaan tak terbendung dari mata Rain. Bayi perempuan itu lahir dengan sehat, membawa cahaya baru ke dalam hidup mereka. Haru, ya

  • ART Kesayangan Tuan Rain   119

    Hari pernikahan Rain dan Summer tiba dengan segala kemegahan dan keindahannya. Langit cerah menyambut hari istimewa itu, seolah turut merestui persatuan dua hati yang telah melewati begitu banyak rintangan. Di sebuah taman luas yang dikelilingi pepohonan yang rindang, para tamu berkumpul dengan antusias. Taman itu dihiasi dengan rangkaian bunga-bunga yang indah, setiap sudutnya dipenuhi oleh dekorasi yang dirancang dengan penuh cinta. Nuansa putih dan emas mendominasi, menciptakan suasana yang elegan namun hangat. Summer berdiri di depan cermin rias, mengenakan gaun pengantin putih yang anggun. Rambutnya yang lembut disanggul rapi, dihiasi oleh mahkota kecil yang berkilauan. Wajahnya berseri-seri, matanya memancarkan kebahagiaan yang tak terbendung. Di sampingnya, ibunya, Meilani, merapikan sedikit gaunnya dengan penuh kasih sayang. “Kamu cantik banget, sayang,” ujar Meilani dengan suara lembut, matanya berkaca-kaca. “Ini hari yang sudah kamu tunggu selama ini, sayang." Summe

  • ART Kesayangan Tuan Rain   118

    Setelah malam lamaran yang begitu spektakuler dan romantis, keesokan harinya dunia maya dibanjiri oleh berita tentang Rain dan Summer. Video lamaran yang disiarkan langsung telah diulang jutaan kali, dipenuhi dengan komentar-komentar positif dari netizen yang terpesona dengan cara unik Rain mengekspresikan cintanya. Setiap detil dari momen itu—dari puisi yang dibacakan Rain, hingga kembang api yang memeriahkan suasana—dibicarakan dengan antusias di berbagai platform media sosial. Berita ini menjadi topik utama di mana-mana, tidak hanya di kalangan penggemar seni yang mengagumi Rain, tetapi juga di kalangan umum yang menyukai cerita cinta yang berakhir dengan kebahagiaan. Selebriti, tokoh publik, dan bahkan para kritikus yang sebelumnya skeptis terhadap hubungan Rain dan Summer, kini memberikan pujian setinggi langit. Semua orang setuju bahwa pasangan ini adalah pasangan yang sempurna, ditakdirkan untuk bersama. Sementara itu, di tempat yang berbeda, Sari dan Ben merasakan pukulan

  • ART Kesayangan Tuan Rain   117

    Malam yang dinanti akhirnya tiba. Arena konser amal yang megah telah dihias dengan penuh kemewahan. Tirai beludru merah anggur menggantung di sekitar panggung, sementara lampu gantung kristal berkilauan memantulkan cahaya lembut ke seluruh ruangan. Bunga-bunga segar menghiasi setiap sudut, menambah nuansa romantis malam itu. Summer dan Haru duduk di kursi khusus yang telah disediakan, mengenakan pakaian malam yang elegan. Wajah Summer berseri-seri penuh antusiasme, sementara Haru duduk ceria di sampingnya, siap menyaksikan pertunjukan. "Liat dekorasinya, Haru," ucap Summer, matanya berbinar-binar. "Rain benar-benar tunjukin kualitasnya sebagai seniman." "Iya, Bu," balas Haru, yang juga kagum pada panggung di depan mereka. “Panggungnya keliatan kayak dunia fantasi. Aku juga pengen tampil di panggung kayak gitu." Konser malam itu dimulai dengan meriah. Para seniman dan musisi memberikan yang terbaik dari mereka, dari alunan musik yang memukau hingga tarian yang anggun. Suasana sem

  • ART Kesayangan Tuan Rain   116

    Selama dua minggu berada di Swiss, Rain tidak hanya fokus pada bisnis dan pekerjaan yang harus diselesaikannya. Di balik kesibukannya, ia juga menyempatkan diri untuk menyelidiki situasi yang sedang terjadi di Indonesia. Ia tidak hanya mengikuti berita-berita yang viral di media, tetapi juga menyelidiki lebih dalam tentang siapa yang berada di balik semua kekacauan ini. Dengan bantuan beberapa rekan dan sumber terpercaya, Rain mulai menggali informasi tentang siapa yang sebenarnya menggerakkan semua ini.Dari berbagai saluran informasi yang ia miliki, Rain menemukan petunjuk yang menunjukkan bahwa Sari dan Ben berada di balik semua upaya manipulasi yang telah mengacaukan hidupnya dan Summer. Rain merasa marah dan terkejut ketika mengetahui bahwa ternyata Sari, dengan semua taktik dan intrik yang ia mainkan, bekerja sama dengan Ben. Ternyata, mereka memiliki agenda masing-masing. Ben ingin memperbaiki hubungannya dengan Summer dan Haru, sementara Sari berusaha merebut perhatian Rain da

  • ART Kesayangan Tuan Rain   115

    Setelah genap dua minggu kepergian Rain, akhirnya kabar yang dinanti-nanti tiba. Rain mengirimkan pesan singkat kepada Summer dan orang tuanya, mengabarkan bahwa ia akan segera kembali ke Indonesia. Pesan tersebut singkat namun penuh makna, cukup untuk membuat Summer dan Haru merasa bersemangat. Malam itu, setelah menerima pesan dari Rain, Summer merasakan perasaan lega yang luar biasa. Meski mereka telah berkomunikasi secara teratur selama Rain berada di Swiss, tidak ada yang bisa menggantikan kehadirannya secara fisik. Summer tak sabar menantikan momen di mana ia bisa melihat Rain kembali. Begitu pula Haru, yang selalu menanyakan kapan pamannya—begitu Haru menyebut Rain—akan kembali.Keesokan harinya, Summer memutuskan untuk tidak memberitahu siapa pun tentang rencana mereka menjemput Rain di bandara. Ia ingin momen ini menjadi sesuatu yang spesial, hanya antara dirinya, Haru, dan Rain. Ia juga berharap ini bisa menjadi awal yang baru bagi mereka, setelah semua drama yang terjadi b

  • ART Kesayangan Tuan Rain   114

    Setelah makan malam bersama Ben dan Haru, Summer tidak merasakan apa-apa selain rasa lega yang hampa. Hubungannya dengan Ben terasa seperti kenangan lama yang tidak lagi relevan dengan hidupnya sekarang. Meskipun mereka telah menghabiskan waktu bersama sebagai keluarga sementara beberapa hari ini, Summer merasa semakin yakin bahwa Ben hanyalah bagian dari masa lalunya. Perasaan dan kenangan di masa itu tidak lagi menyakitkan, tetapi lebih seperti perjalanan hidup yang harus ia jadikan pelajaran. Ketika mereka tiba di rumah orang tuanya, Haru yang kelelahan segera tertidur begitu mereka masuk. Summer menyerahkan Haru kepada ibunya, Meilani, yang dengan lembut menggendong Haru. "Biar Ibu yang bawa Haru ke kamar. Kamu juga istirahat," ucap Meilani, penuh perhatian. Summer tersenyum tipis, merasa sedikit lebih tenang setelah melihat Haru tertidur dengan nyaman. "Iya, Bu. Aku ke kamar dlu." Summer bergegas ke kamarnya, meninggalkan Haru dan ibunya. Ia menutup pintu dengan hati-hati,

  • ART Kesayangan Tuan Rain   113

    Setelah keluar dari galeri, Sari berjalan dengan langkah cepat menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari sana. Pikirannya penuh dengan tanda tanya, dan kepanikan perlahan mulai merayap di benaknya. Ia mencoba menenangkan diri, namun setiap kali mengingat kata-kata Mira tentang Rain yang pergi ke luar negeri, hatinya kembali berdegup kencang.Sari masuk ke dalam mobilnya dan duduk di kursi pengemudi, tetapi tidak langsung menyalakan mesin. Ia duduk di sana, menatap kosong ke depan, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. "Rain pergi ke luar negeri? Kenapa aku nggak tahu?" pikirnya, dengan perasaan marah bercampur bingung. Selama ini, Sari merasa dirinya memiliki kendali atas situasi dan orang-orang di sekitarnya. Namun sekarang, dengan kepergian Rain yang mendadak, ia merasa seperti kehilangan arah.Setelah beberapa saat, Sari akhirnya menghidupkan mesin mobil dan mulai mengemudi kembali ke kantornya. Jalanan kota yang biasanya padat terasa lengang, tetapi pikirannya begitu p

  • ART Kesayangan Tuan Rain   112

    Di ruangannya yang luas dan elegan, Sari duduk di belakang meja kerjanya, mengamati serangkaian laporan dan berita terbaru di layar komputernya. Segalanya tampak berjalan sesuai rencana. Berita tentang kemungkinan keretakan hubungan antara Rain dan Summer terus menyebar, dan tidak ada satu pun pihak yang tampil untuk membantah atau meluruskan kabar tersebut. Publik semakin yakin bahwa hubungan mereka telah mencapai titik terendah, dan Sari tahu bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan langkah berikutnya. Sari mengamati setiap perkembangan dengan cermat. Summer memang semakin jarang terlihat bersama Rain di depan umum, bahkan dalam beberapa kesempatan penting, seperti acara-acara sosial yang sebelumnya selalu dihadiri bersama oleh pasangan itu. Ini memberi kesan kuat bahwa ada sesuatu yang salah antara mereka. Selain itu, Sari mencatat bagaimana peran Ben dalam kehidupan Summer dan Haru semakin terlihat. Dalam beberapa minggu terakhir, yang sering terlihat mengantar dan menj

DMCA.com Protection Status