Share

05

Ceklek

Bunyi pintu yang ditutup membuat Meilani menoleh. "Mas dari mana aja?" tanya Meilani.

Angga tersenyum singkat, lalu menjawab pertanyaan Meilani. "Aku tadi bicara dengan teman Summer di bawah."

Meilani tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya. "Kalian bicara apa aja? Gimana soal yang tadi? Mas sudah bicara baik-baik dengan dia?"

Angga mengangguk. "Kalau soal salah paham yang tadi, dia nggak marah atau tersinggung. Mama nggak perlu khawatir."

Meilani langsung menghembuskan nafasnya, lega. "Syukur kalau gitu. Aku harus minta maaf langsung ke dia, nanti. Aku benar-benar nyesal sudah nampar dia."

Angga tersenyum, sambil menepuk bahu Meilani. "Gimana keadaan Summer?" tanya Angga.

Meilani menoleh, menatap Summer yang sudah tertidur pulas. "Dia langsung tidur waktu Mas keluar. Oh iya, Mas sudah tau siapa laki-laki yang berhubungan dengan Summer?"

Angga menggelengkan kepalanya. "Belum."

Meilani mengatup rahangnya rapat-rapat. "Laki-laki kurang ajar!! Kita harus laporin dia ke polisi, Mas!!"

Mulanya Angga juga ingin melaporkan laki-laki bejat yang telah menodai putrinya, tapi ia mengurungkan niatnya karena perkataan Rain. "Ma? Kita harus urus pernikahan Summer secepatnya."

Mata Meilani menyipit. "Pernikahan??? Emang Mas mau Summer nikah dengan laki-laki yang nggak ada di sini, waktu Summer sakit gini?!!"

"Aku bakal cari laki-laki lain buat Summer."

Jawaban Angga membuat mata Meilani terbuka lebar. "Apa?! Laki-laki dari mana?! Memangnya ada yang mau ambil tanggung jawab untuk jadi ayah dari anak yang bukan anaknya?! Kita juga belum bicara soal ini dengan Summer, Mas! Kita nggak bisa ambil keputusan sendiri!"

Angga sudah berpikir baik-baik tentang tawaran Rain. Selain penampilan Rain yang baik, Angga juga suka dengan latar belakang keluarga Rain. Jika Rain sudah bersedia, maka kini tinggal giliran Angga untuk meyakinkan Meilani dan Summer.

"Aku sudah buat keputusan, Ma. Kita nggak bisa tunggu sampai perut Summer membesar. Kita harus nikahin Summer secepatnya."

Meilani menggeleng perlahan. Ia masih tidak memahami pemikiran suaminya. "Memangnya laki-laki mana yang mau dengan Summer, Mas?! Tolong, kamu jangan buat keadaan makin rumit!"

"Kamu tau laki-laki yang tadi?" tanya Angga.

Meilani memicingkan matanya. "Laki-laki yang tadi? Maksud Mas temannya Summer?"

Angga mengangguk. "Iya. Nama dia Rain Jansen. Keluarganya yang punya hotel The Guardian. Kebetulan ayahnya teman aku waktu SMA."

Meilani langsung dapat menebak jalan pikiran suaminya. "Jadi kamu mau Summer nikah dengan laki-laki yang tadi?"

Angga tersenyum singkat. Ia suka dengan istrinya yang cepat tanggap. "Iya, Ma. Kebetulan Rain juga setuju untuk nikah dengan Summer, dan jadi ayah dari anak dalam kandungan Summer."

Meilani tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Seorang laki-laki yang ingin mengambil tanggung jawab sebesar itu, apa alasannya? Apakah cinta, atau ada yang lainnya?

Meilani tidak langsung menyetujui saran dari Angga, tapi ia juga tidak menolak ide tersebut. Meilani hanya bisa menatap Summer, karena semua keputusan ada di tangan Summer. "Kita tunggu sampai Summer bangun, baru kita bisa mutusin hal ini."

Angga mengangguk. Angga harap kesempatan seperti ini tidak akan disia-siakan oleh Summer, karena menikah dengan Rain akan menjadi jalan yang paling baik bagi Summer, dan juga bagi reputasi keluarga mereka.

***

"Apa?!! Kamu bilang apa?!!" tanya Andreas sekali lagi. "Nikah?!!"

Rain mengangguk. "Iya, pa. Aku mau nikah."

Kata-kata Rain sungguh tidak dapat dicerna oleh Andreas. "Kamu baru saja lulus kuliah, dan kamu mau nikah???"

Untuk kesekian kalinya, Rain kembali menganggukkan kepalanya.

Di sisi Andreas, Lili yang juga terkejut mendengar pengakuan anaknya, ikut melontarkan pertanyaan pada Rain. "Rain? Kamu tau apa arti dari kata-kata yang baru saja kamu ucap, kan?"

Rain menatap ibunya. "Aku tau, Ma."

Lili menghembuskan nafasnya perlahan. "Setau mama kamu nggak punya pacar semenjak kamu kuliah. Terus kamu tiba-tiba datang dan bilang kamu mau nikah?" Lili lalu menyipitkan matanya untuk menyelidiki Rain. "Kamu hamilin anak orang???"

Rain terdiam. Ia tidak pernah melakukan hal seperti itu, namun perempuan yang ingin ia nikahi memang sedang hamil. Apakah ia perlu jujur tentang hal ini pada orang tuanya?

Mendengar pertanyaan istrinya, Andreas langsung bangkit berdiri. "Rain??? Kamu hamilin anak orang???"

Rain menggeleng. "Nggak, pa. Aku nggak mungkin ngelakuin hal kayak gitu."

"Terus apa?! Kenapa kamu mau nikah?! Siapa perempuan yang sudah buat kamu mikir gini?!"

Rain lalu menjelaskan, siapa wanita yang ingin ia nikahi, dan siapa ayah dari wanita tersebut.

Mendengar cerita Rain, Andreas tentunya terkejut karena Angga adalah teman SMA-nya. Tapi Andreas masih belum mendapatkan alasan dari Rain, mengapa ia ingin menikahi Summer.

Selain itu Rain juga tidak mengatakan kalau mereka punya hubungan yang spesial.

Karena penasaran, Lili akhirnya mengambil keputusan. "Kalau begitu bawa papa sama mama ketemu keluarga mereka besok. Kita harus bicara tentang ini."

Rain mengangguk. "Iya, ma." Memang belum ada persetujuan dari orang tuanya, tapi Rain berharap kalau rencananya akan berhasil.

Hanya ini satu-satunya cara agar tujuan Rain tercapai.

***

Malam telah larut ketika Summer membuka matanya. Tadi ia sempat mendengarkan percakapan kedua orang tuanya tentang Rain yang ingin menikahi dirinya.

Tentu saja Summer terkejut bukan main, karena Rain berani mengatakan hal tersebut kepada orang tuanya. Summer bingung, kenapa Rain melakukan sampai sejauh itu. Apa alasannya?

Nggak bisa, batin Summer. Aku nggak bisa terima semua ini.

Setelah berpikir cukup lama, Summer akhirnya mengambil sebuah keputusan. Ia telah mengecewakan orang tuanya dan dirinya sendiri. Kini ia malah menyeret Rain dalam kekacauan hidupnya.

Jujur saja, Summer begitu malu dengan Rain. Ia tidak sanggup untuk bertemu dengan Rain, apalagi sampai membicarakan tentang pernikahan.

Karena semua hal yang terjadi pada dirinya dalam satu waktu, Summer akhirnya mengambil keputusan yang cukup berani.

Daripada mempermalukan keluarganya, Summer lebih memilih untuk menghilang.

Summer turun perlahan dari atas tempat tidurnya, lalu mengendap-endap menuju pintu. Ayah dan ibunya telah tertidur pulas. Sebelum Summer membuka pintu, ia menyempatkan diri untuk mengucapkan salam perpisahan.

"Selamat tinggal, ayah, ibu. Aku nggak mau jadi beban untuk kalian lagi. Semua ini salah aku, karena itu aku yang harus nanggung semuanya." Tanpa Summer sadari, air matanya kembali menetes. Dengan cepat ia menyeka air matanya, lalu pergi meninggalkan orang tuanya.

Entah ke mana Summer akan pergi, ia tidak perduli. Yang paling penting baginya adalah pergi sejauh-jauhnya agar tidak ada yang bisa menemukannya.

Sambil memegang perutnya, Summer berjanji pada anak yang ada dalam kandungannya. "Ibu janji, ibu akan besarin kamu sekuat tenaga."

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status