Share

04

"Ibu?!" Summer begitu terkejut saat melihat ibunya menampar Rain. Tanpa pikir panjang, Summer langsung melompat dari tempat tidur, walau kondisinya masih belum pulih. "Ibu apa-apaan?!! Kenapa ibu nampar dia?!!"

Meilani menatap Summer yang kini sudah berdiri di antara dirinya dan laki-laki yang baru saja ia tampar. "Dia yang sudah hamilin kamu, kan?!! Dasar laki-laki kurang-"

"Bukan, Bu!! Bukan dia yang hamilin Summer!!" potong Summer, dengan suara kencang. "Ibu jangan buat malu Summer di depan dia!! Dia yang sudah bawa Summer ke rumah sakit!! Dia nggak tau apa-apa soal ini!!"

Angga yang tadi sempat mematung, juga ikut bergerak ke sisi Meilani dan buru-buru menenangkan Meilani. "Maaf, istri saya sudah bertindak di luar batas," ucap Angga kepada Rain.

"Kamu bohong, kan?!! Pasti kamu bohong hanya karena mau lindungi dia!!"

"Meilani!" Suara Angga yang sejak tadi tenang, kini mulia meninggi. "Tenangin diri kamu!"

"Tapi Mas-"

"Meilani?" Angga menatap istrinya dengan tatapan tajam. "Jangan buat malu keluarga kita lebih dari ini."

Meilani langsung luluh. Rasa marahnya kini berubah menjadi rasa sedih dan kecewa. Ia memeluk suaminya, lalu menangis tanpa mengeluarkan suara.

Sedangkan Rain yang tidak tahu apa-apa, hanya bisa berdiri dan mendengar semua tuduhan yang baru saja keluar dari ibunya Summer.

Suasana di dalam ruangan itu benar-benar kacau. Kini bukan hanya Meilani yang menangis, tapi Summer juga mulai menitikkan air mata. Summer merasa malu, karena kini Rain sudah terlibat lebih jauh. Belum cukup mengetahui kalau dirinya hamil, kini Rain malah ditampar dan dituduh oleh ibunya. Entah harus bagaimana Summer saat ini.

Ketika Summer sedang menangis, Rain yang merasa iba menarik Summer ke dalam pelukannya. Entah dari mana ia mendapatkan keberanian seperti itu. Di depan orang tua Summer, Rain memeluk Summer dan menenangkan Summer.

Summer yang memang sedang membutuhkan seseorang untuk bersandar, tidak mempedulikan kedua orang tuanya. Ia menangis dalam pelukan Rain, karena hidupnya yang telah hancur.

"Menangis sepuasnya. Gue ada di sini."

Kata-kata dari Rain membuat Summer semakin membenamkan wajahnya. "Gu-gue minta maaf... Hiks... Hiks..."

Rain mengangkat tangannya dan mengusap lembut rambut Summer. "Lo nggak salah. Lo nggak perlu minta maaf."

Summer menggelengkan kepalanya. "Gue udah buat kecewa semua orang. Gue udah hancur, Rain... Hiks... Hiks... Hi-hidup gue sudah nggak ada gunanya."

Rain semakin mengeratkan pelukannya. Ia tidak tahu harus mengatakan apa pada Summer. Dalam hati kecilnya, ia ingin berjanji untuk tidak meninggalkan Summer dan selalu berada di sisi Summer. Ia ingin menyembuhkan dan bertanggung jawab atas segalanya, tapi kata-kata itu ia simpan untuk dirinya sendiri.

Faktanya, Rain memang mempunyai rasa untuk Summer, tapi ia tidak mungkin mengungkapkannya sekarang.

Setelah tangisan Summer mereda, Rain membimbing Summer ke tempat tidur. "Lo harus istirahat."

Summer tidak menjawab perkataan Rain. Ia naik ke atas tempat tidur, lalu membelakangi Rain dan yang lainnya.

Di sisi Summer, Meilani yang juga sudah tenang, duduk sembari mengelus rambut Summer. Ia ingin minta maaf karena telah bersikap agresif. Ia sadar, saat ini kondisi Summer lah yang paling mengkhawatirkan. Ia tidak seharusnya membuat kacau suasana, dan membuat Summer lebih tertekan.

Maafin Ibu, sayang, ucap Meilani dalam hati.

Melihat Meilani telah dapat mengendalikan emosinya, Angga langsung memberikan isyarat kepada Rain untuk mengikutinya keluar.

Rain mengangguk. Ia juga ingin memberikan waktu pada Summer untuk istirahat. Tak lupa, Rain mengambil handphonenya yang ada di atas meja, lalu keluar bersama dengan Angga.

Mereka berdua turun ke lantai satu, lalu keluar ke taman. Di sana ada kursi yang disediakan untuk orang-orang yang ingin mencari udara segar.

Setelah duduk, tanpa basa-basi Angga langsung meminta maaf pada Rain. "Saya mau minta maaf soal yang tadi. Istri saya sudah nampar kamu dan nuduh kamu yang bukan-bukan."

Rain menatap ke kejauhan. Entah apa yang sedang ia pikirkan, tapi ia tidak mempermasalahkan hal tersebut. "Nggak apa-apa, Om. Saya juga nggak pernah marah atau tersinggung dengan kejadian tadi."

Angga menoleh sekilas, menatap Rain. "Nama kamu siapa?"

Rain menoleh, lalu menyodorkan tangannya kepada Angga. "Nama saya Rain, Om. Rain Frederick Jansen."

Angga menyambut jabatan tangan Rain, lalu bertanya, "ada hubungan apa kamu dengan Andreas Jansen?"

Rain cukup terkejut karena Angga ternyata mengenal ayahnya. "Itu ayah saya, Om."

Alis mata Angga terangkat. "Serius??? Ternyata dunia kecil juga, ya?"

Rain yang penasaran, balas bertanya, "Om kenal ayah saya?"

Angga melepaskan jabatan tangan ia dan Rain, lalu mengangguk. "Iya, saya kenal ayah kamu. Saya dan Andreas teman SMA dulu. Setelah lulus, kita mulai sibuk dengan kehidupan masing-masing, jadi sudah jarang saya dan Andreas berkomunikasi."

Rain mengangguk perlahan. Jika menyangkut ayahnya, ia tahu dengan jelas seperti apa waktu ayahnya itu. Jika buat keluarga saja Andreas jarang hadir, apalagi untuk teman-temannya?

"Tolong sampaikan salam saya untuk ayah kamu," lanjut Angga. "Bilang saja, Angga Widjaja, ayah kamu pasti langsung ingat."

Rain kembali mengangguk. "Baik, Om."

Setelah perkenalan yang singkat, Angga langsung masuk ke intinya. "Kamu tau kalau Summer hamil?"

Rain sudah mengantisipasi datangnya topik tersebut. Karena itu ia tidak terlalu kaget dengan perubahan topik yang tiba-tiba. "Saya tidak terlalu dekat dengan Summer, Om. Saya juga baru tau hari ini, kalau Sammer hamil."

Angga menoleh, menatap Rain dengan seksama. "Kamu tau siapa yang hamilin Summer?"

Rain terdiam. Jelas saja ia tahu, tapi ia tidak tahu, apa ia punya hak atau kewajiban untuk mengatakan hal tersebut.

"Rain?" Melihat Rain yang hanya diam, firasat Angga langsung mengatakan kalau Rain tahu siapa pelakunya. "Kamu tau, kan?"

Rain dilema. Ia bingung harus jujur atau tidak.

"Sebagai orang tua, saya tidak bisa merubah apa yang sudah terjadi," ucap Angga dengan tenang. "Anak saya sudah hamil, dan tidak ada yang bisa saya perbuat. Tapi setidaknya, saya tidak mau anak saya hamil tanpa laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Kalau laki-laki itu menolak bertanggung jawab, maka saya harus kasih dia hukuman yang setimpal dengan perbuatan dia."

Kata-kata Angga membuat Rain semakin merasa bersalah jika ia tetap tutup mulut. Tapi di sisi lain, ia tidak ingin menjadi orang yang membongkar identitas Ben pada ayahnya Summer.

Dalam hati Rain, ia ingin menjadi orang yang bertanggung jawab atas semua ini. Karena itu, Rain mempersiapkan dirinya beberapa saat untuk melontarkan pengakuan yang akan merubah hidupnya.

"Maaf, Om," ucap Rain, setelah diam beberapa saat. "Saya nggak tau siapa yang sudah hamilin Summer."

Angga tentu saja tidak langsung percaya dengan kata-kata Rain. "Kamu benar-benar nggak tau?" tanya Angga sekali lagi. Ia berharap Rain mau memberikan jawaban yang berbeda kali ini.

Namun, Rain tetap meneguhkan hatinya untuk berbohong. "Iya, Om. Saya nggak tau."

Angga menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskan perlahan. Ia yakin Rain sedang berbohong, tapi ia tidak bisa memaksa Rain lebih jauh.

Angga lalu berdiri dan tersenyum kepada Rain. "Kalau begitu terima kasih karena kamu sudah bantu Summer. Om kembali ke ruangan Summer dulu."

Rain tidak membalas perkataan Angga. Ia masih tetap duduk dan menatap Angga yang menjauh. Namun dalam hatinya, ia ingin mengejar Angga dan mengutarakan isi kepalanya.

Apa ini hal yang benar? Rain bertanya-tanya dalam hatinya. Apakah ia harus bertindak sampai sejauh ini?

Sebelum Angga masuk ke dalam rumah sakit, tubuh Rain tiba-tiba bergerak, walau pikirannya masih belum memutuskan apa yang harus ia katakan.

Pergolakan hebat masih terjadi dalam hati dan pikirannya, namun entah mengapa ia malah menghentikan langkah Angga.

"Tunggu, Om!!"

Angga berhenti kemudian menoleh. Melihat Rain yang menahannya, ia kembali berharap kalau Rain mau jujur padanya. Namun apa yang ia dengar selanjutnya, malah membuat dirinya terkejut.

"Kalau diizinkan, saya mau bertanggung jawab untuk Summer dan anak yang ada di dalam kandungannya," ucap Rain, tanpa ragu sedikitpun.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status